Pemaparan Pembicara :
Irfan Dary :
Kewajiban dalam membuat peraturan menteri riset,teknologi,dan
pendidikan tinggi tentang organisasi kemahasiswaan tidak ada. Sehingga
berbagai kajian yang dilakukan sebelumnya tidak ada. Pun akan adanya
draf permenristekdikti ini menuai berbagai reaksi dari mahasiswa. Ada
yang menolak dan menginginkan pengembalian peraturan kembali ke
keputusan mendikbud walau belum disahkan. Beberapa bias dalam
menolak karena belum adanya kajian mendalam terhadap draf tersebut.
Namun beberapa mahasiswa lainnya melakukan penolakan terhadap
beberapa pasal terkhusus pasal yang membatasi arah gerak mahasiswa.
Dari seluruh perwakilan mahasiswa dibahas dari segala sisi, contohnya periode
pengurusan, budaya pergantian kepengurusan berbeda beda, tidak mungkin di
samakan. Penyampaian pasal pasal seolah olah menseragamkan ormawa di semua
univ
Solusi;
Sayyid Al-Bahr :
Kejadian tentang ormawa mirip dengan azas tunggal pancasila zaman orba
- Ormawa ada bukan untuk diatur atur pemerintah tetapi ormawa hadir
untuk menjawab dan menjadi solusi bagi mahasiswa
- Pasal sangat mengatur spesifik, sehingga sulit untuk mengatur organisasi
sendiri.
- Tidak ada landasan yang jelas untuk penyusunan draf kemenristekdikti
- Mahasiswa ditantang untuk memberikan inspirasi sehingga seharusnya
mahasiswa berupaya merekomendasikan suatu draf yang berasal murni
dari mahasiswa
Diskusi :
Menimbang :
1. Qudsyi
- Poin “b”pada draf kemenristekdikti dimasukan dalam draf rekomendasi.
- Poin “a” pada kepmendikbud 155/U/1998 dimasukan dalam draf
rekomendasi.
- Poin “c” pada kepmendikbud 155/U/1998 dimasukan dalam draf
rekomendasi.
- Permasalahan diksi yang tidak tepat dan multitafsir perlu ditinjau kembali.
2. Falaah
- tentang keberadaan majelis wali amanat (MWA). Keluarga Mahasiswa
tetap harus menjadi bagian MWA.
- ada kemungkinan pemberian pandangan subjektif terhadap keharmonisan
hubungan antarperguruan tinggi (poin C draf kepmenristekdikti).
3. Irfan Dary
- kita lihat kemendikbud berawal dari kebutuhan mahasiswa, baru ke
ormawa
permen baru berawal dari kebutuhan perguruan tinggi bukan kebutuhan
mahasiswa (poin C draf kepmenristekdikti).
- point c Kepmendikbud 155/U/1998 perlu dipertahankan.
- point d draf kepmenristekdikti baru harus ada perubahan diksi, diksi
“perubahan sesuai dengan masa mendatang” memberikan peluang untuk
pengubahan lagi di masa depan.
4. Ermas
- konsolidasi km ipb harus taktis
- alasan mahasiswa umum untuk datang belum ngena
- pembatasan kegiatan mahasiswa ada kaitannya dengan fokus pemerintah
lebih ke arah infrastruktur , alokasi pendidikan tetap
- anggaran ipb semakin kecil
- universitas dituntun mencari pendapatan sendiri dengan adanya ptn-bh
- anggaran yang terbatas memaksa pemerintah membuat penyamarataan
tentang kegiatan kemahasiswaan sehingga (.....pembicaraan terputus)
5. Syaeful
- setuju dengan point dengan diksi hubungan harmonis “organisasi
kemahasiswaan antar perguruan tinggi”(setelah diubah). Ini memudahkan
dan menguatkan saat ormawa ingin membuat aliansi antar kampus (poin
C)
Pasal 2 :
1. Qudsyi
- Pasal dua dirubah dengan menggabungkan kedua nya menjadi ‘’
Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi diselenggarakan dengan
berdasarkan prinsip dari , oleh dan untuk mahasiswa dengan memberikan
peranan dan keluasan lebih besar pada mahasiswa dengan berazaskan
pancasila dan uud 1945’’
Pasal 5 :
1. Qudsyi
- Harus ada point “penyampaian dan menyalurkan aspirasi mahasiswa”
yang sebelumnya ada di 1998.
- Ayat 5 (...kewirausahaan) terlalu spesifik, sehingga tidak relevan untuk di
terapkan di semua organisasi Mahasiswa
Pasal 7 :
1. Falaah
- Ayat 5 ; ada dua tafsiran, hanya pelantikan atau membentuk dari awal,
dengan artikata pimpinan membuat formatur Ormawa.
2. Syaeful
- Dengan adanya ayat 5 akan menghambat lebih lama lagi ketika salah satu
organisasi kemahsiswaan baru (contoh : Ormawa di Sekolah Bisnis) ingin
membuat himpro, dibandingkan ketika membuat BEM dan DPMyang
berdasarkan inisiasi mahasiswa SB.
3. Qudsyi
- ayat 1,3 , 5 terlalu memiliki kekuasaan yang kuat, seharusnya pimpinan
perguruan tinggi hanya berupa garis koordinasi . Perlu diubah dengan
adanya penambahan “penyesuaian peraturan univ”.
4. Falaah
- Dengan adanya pasal ini pimpinan perguruan tinggi memiliki andil
absolut terhadap pembentukan dan pembubaran sebuah Ormawa. (ayat 5)
5. Irfan Dary
- Penetapkan oleh perguruan tinggi perlu adanya acuan sk yg jelas
- Sudah ada aturan ttg pembentukan ormawa,
- Simpulan ; Ayat 1 dihapus, digantikan dengan pasal 7 ayat 2 1998
Pasal 8 :
1. Qudsyi
- Penetapan pembentukan oleh Pimpinan perguruan tinggi dikembalikan
lagi kepada mahasiswa dengan pimpinan perguruan tinggi bersifat
koordinasi (ayat 1)
- Ayat 1 dihapus, ayat 2 dimasukan ke pasal 7 sebagai ayat 5
2. Falaah
- Dengan adanya pasal ini pimpinan perguruan tinggi memiliki andil
absolut yan besar terhadap pembentukan dan berindikasi juga pada
pembubaran sebuah ormawa (ayat 1)
Pasal 9 :
1. Ermas
- aliansi himpro dan ormawa terlihat akan di setarakan dan dibentuk
ormawa antar perguruan tinggi.
- alokasi dana telihat akan diberikan kepada aliansi yang sesuai dengan
pemerintah.
- sanki perlu disiasati dengan rektor.
- teman teman himpro seharusnya lebih banyak angkat suara pada pasal 9
ini. (Ayat 2)
2. Jundy
- ada kelemahan yang merugikan ormawa dibagian sanksi
- tidak semua kampus punya statuta sehingga seharusnya penyikapan ini
lebih universal umum.
3. Sayyid Al-Bahr
- jika ada aliansi yang tidak terdaftar sehingga disebut organisasi ilegal
maka tidak akan mendapatkan hak dan kewajibannya sehingga
berimplikasi pada tidak adanya sanksi pula. (Ayat 2)
4. Falaah
- aliansi ilegal akan pasti dibubarkan (Ayat 2)
- semua organisasi kemahasiswaan akan di atur dirjen, sehingga semua yang
dianggap berbeda visi dengan dirjen akan dianggap illegal lalu di
bubarkan, ini bentuk pengekangan organisasi mahasiswa.
5. Qudsyi
- posisi dirjen tidak jelas ketika ia menjadi pembina organisasi. Maka yang
seharusnya menjadi pembina adalah pimpinan ditmawa bidang
kemahasiswaan setempat. (ayat 2) (Berdasarkan Draf Kemenristekdikti)
Pasal 10 :
1. Irfan Dary
- bab 6 (Pasal 10) dan bab 7 (Pasal 11) baiknya dihapuskan.
- harus ada naskah yang di berikan kepada ketua ormawa pada konsol
selanjutnya dipertimbangkan setuju atau tidaknya.
- Simpulan : Pasal 10 diganti dengan Pasal 9 Kepmendikbud 155/U/1998.
Pasal 12 :
1. Qudsyi
- berdasarkan forum waktu itu, banyak perguruan tinggi lain yang menolak
karena beberapa kampus memiliki bentuk singgungan dengan ekstra
kampus.
- harus ada penjelasan konkrit tentang politik praktis. (Berdasarkan Draf
Kemenristekdikti)
- Simpulan : adanya penghapusan ayat 6 dan ayat 7 karena ditakutkannya
ada penafsiran subyektif tentang hal yang “tidak sesuai dengan visi misi
perguruan tinggi” (ayat 6) (contoh : aksi menggunakan almamater bisa jadi
pelarangan) dan “kekerasan psikis” (ayat 7). (Berdasarkan Draf
Kemenristekdikti)
Pasal 13 :
1. Falaah
- Diksi pemimpin perguruan tinggi apakah harus perlu diganti atau
bagaimana? (ayat 1) (Berdasarkan Draf Kemenristekdikti)
2. Qudsy
- Setiap kegiatan jika dipertanggungjawabkan kepada rektor terlalu
memberatkan, tentang pertanggung jawaban sebaiknya rektor
mendelegasikan org (ayat 1) (Berdasarkan Draf Kemenristekdikti)
- Simpulan : Ayat 1 diganti menjadi “Setiap kegiatan Kemahasiswaan di
Perguruan Tinggi perlu diketahui dan dipertanggungjawabkan kepada
Pemimpin Perguruan Tinggi.” (Berdasarkan Draf Kemenristekdikti)
- Ayat 2 dan 3 dihapuskan. (Berdasarkan Draf Kemenristekdikti)
Saran Tambahan :
1. Falaah
- Konsolidasi selanjutnya membahas tentang fiksasi pemutusan draf.
2. Bambang
- Konsolidasi perlu secepatnya
3. Muji
- perlu dilakukan konsolidasi jilid selanjutnya
- jika ada konsolidasi jilid selanjutnya perlu di jelaskan urgensi dari permen
ini
4. syaiful
- perlu pencerdasan ormawa sebelum konsolidasi jilid 2
5. jundy
- perubahan setiap poin akan disertai dengan alasan pengubahan
6. Irfan Dary
- jika ada pasal yang membuat tidak pleksible atau membatasi cukup
dihapus saja
- aliansi sebenarnya berawal dari keiinginan beraliansi dari masing masing
ormawa khususnya himpro sehingga tidak perlu ada pembina
7. Bayu
- kurang menyarankan adanya pembina aliansi vokasi
8. Syaeful
- berikan ormawa waktu untuk membahas secara lebih rinci 2- 3 hari
9. Aulia Rahman
- hapuskan pasal yang menyulitkan.
- isu taktis harus lebih ditanggapi, sangat membuang waktu ketika
menunggu semua ormawa yang belum punya staf.
- cukup tentukan bagian yang mempersulit lalu hapus, jika diterima atau
diubah tinggal ditambahkan agak membuang waktu jika dikembalikan lagi
ke himpro dsb lalu dikembalikan ke forum baru di usulkan ke
kemenristekdikti.