Disusun
2017
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, penulis haturkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena penulis telah dapat membuat referat Infantisida pada kesempatan kali ini.Tujuan
penulis membuat clinical report session ini adalah untuk memenuhi tugas dalam kaitannya
dengan kepaniteraan klinik ilmu kedokteran forensic dan medikolegal.
Penulis menghaturkan terima kasih kepada dr Naomy Yosiati., Sp. F yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam pembuatan referat ini, termasuk kepada anggota
kelompok dokter-dokter muda Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah bekerja sama
dalam berdiskusi dengan sebaik-baiknya. Manfaat dari referat Infantisida ini adalah untuk
memahami dan menerapkan pengetahuan mengenai Infantisida dalam ilmu kedokteran
forensik. Penulis berharap bahwa referat ini dapat berguna bagi para pembaca.
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, maka dari itu apabila ada kekurangan
maupun kesalahan penulis dalam pembuatan referat ini, maka harap dimaklumi. Untuk itu
penulis mengundang para pembaca untuk dapat memberi kritik dan saran tentang clinical
report session ini agar untuk yang selanjutnya dapat menjadi yang lebih baik.
(Penulis)
BAB I
PENDAHULUAN
Infantisida sendiri merupakan pembunuhan bayi dibawah satu tahun yang dilakukan
oleh ibu kandungnya sendiri, segera atau beberapa saat setelah bayi tersebut dilahirkan,
hal ini dikarenakan takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak yang; oleh karena anak
tersebut adalah anak dari hubungan gelap. Pembunuhan terhadap anak merupakan suatu
kejahatan terhadap nyawa.
Ada berbagai macam cara yang digunakan seorang ibu kandung untuk membunuh
bayinya sendiri, namun cara yang paling sering digunakan yaitu membuat keadaan
asfiksia mekanik, yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan, dan penyumbatan. Bentuk
kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul di kepala, kekerasan tajam pada leher atau
dada, bahkan dibakar.
Langkah utama yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah harus ditentukan apakah
bayi tersebut dapat lahir hidup atau tidak; dan apakah bayi tersebut lahir dalam keadaan
hidup atau tidak. Sebab hal tersebut berguna untuk memastikan sebab kematian dari bayi
tersebut. Dari penjelasan di atas, maka pada kasus pembunuhan bayi, terdapat 3 unsur
penting, yaitu :
1. Pelaku haruslah ibu kandung korban
2. Alasan pembunuhan ialah karena takut ketahuan akan melahirkan anak
3. Pembunuhan segera dilakukan pada saat anak dilahirkan atau beberapa saat kemudian
setelah dilahirkan
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih dalam lagi mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan infantisida seperti yang telah dipaparkan di atas. Hal inilah yang melatarbelakangi
penulis dalam pembuatan tugas referat ini yang berjudul “INFANTISIDA”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Istilah aborsi dalam pengertian awam adalah pengguguran kandungan, keluarnya hasil
konsepsi atau pembuahan sebelum waktunya. (4)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram. (1)
Berdasarkan pengertian medis abortus adalah gugur kandungan atau keguguran dan
keguguran itu sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar
kandungan. Batas umur kandungan yang dapat diterima di dalam abortus adalah sebelum 28
minggu dan berat badan fetus yang keluar kurang dari 1000 gram. (5)
Jika ditinjau dari aspek hukum abortus buatan dapat digolongkan ke dalam dua
golongan yakni: (6)
1. Abortus buatan legal, yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat
dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan
abortus provocatus therapcutius, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.
2. Abortus buatan ilegal Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada
untuk menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak
kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-
undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus
criminalis, karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Secara
skematis penggolongan abortus dapat digambarkan sebagai berikut.
Dari penjabaran di atas secara gamblang kita dapat membedakan antara abortus
buatan legal dan ilegal. Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan
ketentuanketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang
kesehatan, yakni harus memenuhi anasir sebagai berikut :
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenagan;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;
d. Pada sarana kesehatan tertentu. (6)
Dalam K.U.H.P. pasal 345, 347, dan pasal 348 tidak terdapat perkataan abortus, yang
tercantum di dalam pasal-pasal tersebut adalah: gugur atau mati kandungannya. Dengan
demikian tidak ada batasan umur kehamilan dan berat dari fetus. (5)
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang
tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur
kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak
melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui, 15-20% merupakan
abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan
mengalami 2 keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau
lebih keguguran yang berurutan. (1)
TIPE ABORTUS
Berdasarkan kejadiannya abortus dibagi menjadi dua, yaitu: (1)
Metode yang dipakai untuk melakukan abortus tergantung dari usia kehamilan, hal
mana perlu diketahui oleh penyidik dalam kaitannya dengan pengumpulan barang-barang
bukti. (5)
Pada umur kehamilan sampai 4 minggu, maka metode yang banyak dipakai adalah:
melakukan kerja fisik yang berat, melakukan kekerasan fisik pada daerah perut, meminum
obat pencahar dan lain sebagainya. (5)
Pada umur kehamilan sampai 8 minggu, memakan obat-obatan yang dapat
merangsang kontraksi Rahim dan mengganggu keseimbangan hormonal merupakan metode
yang tidak jarang. Penyuntikan cairan atau karbol ke dalam rahim melalui vagina dengan
maksud agar terjadi separasi placenta dan pelekatannya dengan rahim juga dapat dilakukan
dalam umur kehamilan ini. Demikian pula cara-cara memasukkan benda-benda asing ke
dalam rahim seperti kateter jarum, kawat, atau pensil. (5)(10)
Pada umur kehamilan sampai akhir 12 atau 16 minggu, cara yang sering dipakai
adalah dengan menusuk kandungan dan memasukkan air sabun, pasta, atau karbol dan
menggunakan alat-alat yang dapat melepaskan fetus dengan kuret dan lain sebagainya. (5)(10)
Untuk dapat membuktikan apakah kematian seorang wanita itu merupakan akibat dari
tindakan abortus yang dilakukan atas dirinya, diperlukan petunjuk – petunjuk: (7)
- Adanya kehamilan
- Umur kehamilan, bila dipakai penegertian abortus menurut pengertian medis
- Adanya hubungan sebab akibat antara abortus dengan kematian
- Adanya hubungan antara saat dilakukannya tindakan abortus dengan saat kematian,
dan
- Adanya barang bukti yang dipergunakan untuk melakukan abortus sesuai dengan
metode yang dipergunakan.
KOMPLIKASI ABORTUS
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah terjadinya perdarahan hebat, kejang,
infeksi, dan kematian.
Komplikasi pada abortus kriminalis berdasarkan lokasi jaringan dan organnya adalah
sebagai berikut: (5)(10)
1) Robek, perforasi dan perdarahan
2) Robek, perforasi dan perdarahan
3) Perdarahan dari bagian plasenta
4) Perforasi dan perdarahan
5) Perdarahan di dalam rongga perut (intraperitoneal), kerusakan pada usus
6) Peradangan dalam ronggga perut (peritonitis), dan infeksi (septicaemia)
7) Peradangan pada indung telur (oophoritis)
8) Peradangan pada tuba
9) Peradangan pada dinding rahim (endometritis dan metritis)
10) Peradangan pada pembuluh balik (thrombophlebitis atau pyaemia)
11) Deformitas pada fetus
12) Peradangan pada luka-luka lecet
a. Tanda kehamilan
b. Usaha penghentian kehamilan tanda kekerasan pada genitalia, perut bawah dan
pemeriksaan toksikologi.
c. Hasil dari usaha penghentian kehamilan
- IUFD (Intra Uterine Fetal death)
- Sisa jaringan ------> Mikroskopis/ PA
2. Korban mati
Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin, sebaiknya ( 12-16 jam), pemeriksaan luar
dilakukan seperti biasa.
Pada ibu, sewaktu hidup : adanya tanda-tanda baru melahirkan, tergantung dari usia
saat abortus, pemeriksaan dalam dan lamanya kehamilan. Tanda-tanda abortus yang baru
terjadi adalah : bercak darah pada vagina, ditemukan cairan, vagina yang longgar, laserasi
dan luka yang terdapat pada vagina. Serviks membuka, bisa terdapat dan bisa juga tidak
terdapat robekan. Uterus membesar dan payudara juga membesar.
- Tanda-tanda kehamilan.
- Cedera, terutama akibat kekerasan
- Laserasi, inflamasi pada vagina
- Cedera pada serviks
- Uterus dan jaringan sekitarnya, diambil contoh jaringan untuk pemeriksaan.
- Letak plasenta yang akan terlihat jika uterus dibuka
PEMERIKSAAN MAYAT
Pemeriksaan atas tubuh seorang wanita yang mati setelah pada dirinya dilakukan
tindakan pengguguran kandungan, tergantung dari metode yang dipakai dalam pengguguran
tersebut.
Abortus dengan obat-obatan
Pemeriksaan toksikologik untuk mendeteksi obat yang dipergunakan merupakan
pemeriksaan rutin yang harus dikerjakan, obat yang biasa ditemukan umumnya obat yang
bersifat dapat mengiritasi saluran pencernaan.
Abortus dengan instrument
Dapat diketahui bila terjadi robekan atau perforasi dari rahim atau jalan lahir, robekan
umumnya terjadi pada dinding lateral usus, sedangkan perforasi biasanya terdapat pada
bagian posterior fornix vaginae.
Abortus dengan penyemprotan
Tampak adanya cairan yang berbusa diantara dinding uterus dengan fetal membrane,
separasi sebagian dari placenta dapat dijumpai. Gelembung – gelembung udara dapat dilihat
dapat ditelusuri pada pembuluh vena mulai dari rahim sampai ke bilik jantung kanan.
Pengukuran kandungan fibrinolysis dalam darah dapat berguna untuk mengetahui
apakah korban mati secara mendadak. Perforasi fundus uteri dapat dijumpai bila syringe
dipergunakan untuk penyemprotan.
Dalam K.U.H.P. pasal 439, memuat ancaman pidana pada orang-orang yang
mempuyai profesi tertentu (dokter, bidan, juru obat), bila mereka membantu kejahatan seperti
yang dimaksud dalam pasal 346, 347, dan pasal 348. (5)
K.U.H.P. pasal 299 memuat ancaman pidana pada orang yang menyuruh seseorang
wanita supaya diobati dengan memberi, menimbulkan harapan bahwa dengan pengobatan
tersebut dapat terjadi gugur kandungan. (5)
Didalam K.U.H.P. tindakan menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita, yang tidak diperkenankan adalah tindakan yang merupakan kejahatan (pasal-pasal
tersebut diatas terdapat didalam Bab XIX: kejahatan terhadap nyawa). Dengan demikian
dapat diartikan bahwa tindakan tersebut semata-mata bertujuan untuk menyelamatkan ibunya
(abortus therapeuticus), tidak diancam hukuman. Atas dasar itu pula, maka dalam
menghadapi kasus yang dmeikian penyidik harus dapat memperoleh kejelasan, apakah
tindakan menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita memang ditujukan untuk
menyelamatkan nyawa ibunya, ataukah ada maksud lain dibalik tindakan tersebut. (5)
Berbagai tindakan pengobatan yang menimbulkan harapan akan terjadinya gugur
kandungan seorang perempuan juga dapat dipidana dengan pidana penjara, demikian pula
pada mereka yang meyuruh seorang perempuan untuk diobati agar dengan pengobatan
tersebut terjadi gugur kandungan. (5)
Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 349 dinyatakan sebagai berikut: (6) Pasal 346 :
“Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun”.
Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347
dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan”.
a) Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa : Seorang
wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam
hukuman empat tahun penjara.
b) Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa
persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu hamil
tersebut mati, diancam 15 tahun penjara.
c) Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila
ibu hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
d) Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter,
bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya
dan hak untuk berpraktek dapat dicabut.
Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
Pada penjelasan UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15 dinyatakan sebagai berikut :
Ayat (1) : “Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan
apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan
dan norma kesopanan”. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.
Ayat (2)
a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil
tindakan medis tertentu, sebbab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan janinnya
terancam bahaya maut.
b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga
yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu seorang dokter ahli
kebidanan dan penyakit kandungan.
c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang bersangkutan,
kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya, dapat
diminta dari suami atau keluarganya.
d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan
peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah.
Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal inidijabarkan
antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,
tenaga kesehaan mempunyai keahlian dan kewenangan bentuk persetujuan, sarana kesehatan
yang ditunjuk.
INFANTISIDA
DEFINISI
Pembunuhan anak sendiri tersering terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan,
dengan prevalensi terbanyak pada tahun pertama. Pembunuhan anak sendiri yang dilakukan
dengan sengaja dengan cara maupun metode apapun disebut sebagai infantisida. Sedangkan
istilah filisida diartikan pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tua kandung.
Pengertian infantisida berdasarkan beberapa literatur dibagi atas : 11
Neonatisida
Dapat didefinisikan sebagai pembunuhan anak secara sengaja dalam 24 jam pertama
kehidupannya, yang umumnya dilakukan oleh sang ibu, dan dilakukan segera setelah
anak dilahirkan. Umumnya neonatisida merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh satu individu tanpa saksi yang melihat. Tujuan dari tindakan neonatisida ialah
untuk menyembunyikan fakta bahwa seseorang pernah melahirkan anak, atau untuk
membunuh anak yang tidak diinginkan.11
Infantisida dan Pembunuhan Anak
Didefinisikan sebagai pembunuhan anak secara sengaja yang dilakukan diatas 24 jam
pertama kehidupannya. Metode yang digunakan biasanya jauh berbeda dengan kasus
neonatisida, serta biasanya terdapat campur tangan pihak lain meliputi suami, teman
laki-laki, ataupun babysitter dalam pembunuhannya. 11
Berdasarkan Byard, dan Roger W. Pengertian Infantisida adalah pembunuhan bayi yang
terjadi antara usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kehidupannya. Sedangkan neonatisida
adalah pembunuhan bayi yang terjadi pada kurang dari 24 jam, atau kurang dari 28-30 hari
setelah kelahiran (tergantung pada hukum yang berlaku).12
Alasan melakukan neonaticide antara lain adalah rasa takut akan kehilangan
pekerjaan, tidak ingin untuk mengurus anak, kemiskinan, dan psikosis. Wanita muda yang
masih lajang biasanya takut untuk mengungkapkan tentang kehamilannya kepada keluarga
oleh karena malu dan rasa takut akan hukuman dan penolakan yang akan dia terima.12
Substansi infanticide diatur dalam English Infanticide Act 1938 (Section 1): “Di mana
seorang wanita baik secara sengaja atau karena kelalaian menyebabkan kematian pada bayi
berusia kurang dari 12 bulan. Namun jika pada saat itu juga keseimbangan pikirannya
terganggu oleh karena pengaruh setelah melahirkan atau efek laktasi, dia bisa dihukum seolah
melakukan pembunuhan secara tidak sengaja pada bayi.” 13,14
- Hal tersebut hanya berlaku bagi ibu – bukan ayah, atau orang lain.
- Bayi tersebut harus berusia kurang dari 1 tahun, meskipun faktanya kebanyakan infanticide
terjadi pada beberapa jam bahkan menit setelah ibu melahirkan bayi.
- Harus menjadi ‘bayi’ – yaitu, orang yang dapat hidup sendiri di luar tubuh ibu.
Ibu. Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak
sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Sedangkan bagi orang lain
yang melakukan atau turut membunug anak tersebut dihukum karena pembunuhan
atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat.15
Waktu. Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi
hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”. Sehingga boleh
dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.
Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan bukan
membunuh anaknya.15
Psikis. Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui
orang telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh tersebut didapat dari
hubungan yang tidak sah.15
Pasal 306
“(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan luka-
luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.” 16
Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayi atau anak
tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu. Bila bayi lahir
mati kemudian dilakukan tindakan membunuh, maka hal ini bukanlah pembunuhan anak
sendiri ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan apakah bayi yang dilahirkan
merupakan bayi yang cukup bulan atau belum cukup bulan, maupun viable atau non-viable.
16
Kesimpulannya, tindak pidana merampas nyawa bayi yang bersifat Kinderdoodslag
dan Kindermoord, harus memenuhi syarat sebagai berikut:16
Pelaku harus ibu kandung
Korban harus bayi anak kandung sendiri
Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian
Motif pembunuhan karena takut ketahuan telah melahirkan anak
Pada saat pemeriksaan jenazah bayi pada kasus curiga infanticide , dokter harus memeriksa
beberapa hal yaitu:18
Viabel adalah keadaan bayi atau janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari
ibunya tanpa bantuan alat yang canggih. Bayi dikatakan viabel dengan melihat tanda-tanda
yang dapat diukur dan tanda-tanda yang tidak dapat diukur. Tanda dapat diukur antara lain :18
Setelah diketahui bayi lahir hidup, maka selanjutnya perlu diamati berapa usia bayi dan
berapa lama bayi hidup diluar kandungan. Usia bayi dapat dihitung menggunakan rumus de
Hass yaitu untuk 5 bulan pertama panjang kepala sampai tumit (cm) adalah kuadrat dari umur
(bulan). Untuk mengetahui lama bayi hidup diluar kandungan dapat dinilai juga dari :18
4. Sebab kematian
Penentuan sebab kematian dapat dilihat dari tanda-tanda jeratan, luka atau pun tanda
kekerasan lain pada tubuh bayi. Cara yang paling sering dilakukan adalah dengan
pembekapan dan penjeratan.8
Jika sudah tampak tanda perawatan maka pembunuhan yang dilakukan oleh ibu tidak dapat
dikatakan sebagai infanticide, tetapi pembunuhan biasa. Tanda perawatan tersebut antara lain:
Pemotongan tali pusat dengan alat : dapat dilihat pada ujung pemotongan tali pusat
terlihat rata, apabila tidak dapat dinilai karena sudah mengelisut penilaian dilakukan
dengan memasukan ujung tali pusat didalam air. Sehingga dapa terlihat apakak ujung
pemotongan tersebut rata atau terkoyak.
Verniks kaseosa pada leher, lipat ketiak dan lipat paha sudah dibersihkan
Adanya makanan atau susu dalam labung
Adanya pakaian yang dikenakan oleh bayi.
Lahir hidup atau Live Birth adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang
lengkap, yang setelah pemisahan tersebut, bernafas atau menunjukkan tanda kehidupan lain
seperti denyut atau detak jantung, denyut nadi tali pusat, gerakan otot volunter (otot rangka),
tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan ari
dilahirkan.17,18
Lahir mati atau Still Birth adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau
dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun
sesudah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin
yang tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung,
denyut nadi tali pusat, atau gerakan otot rangka.17,19
Berikut adalah tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan :17,19
Pernafasan (paru mengembang dan terdapat udara dalam lambung atau usus).
Menangis.
Pergerakan otot.
Sirkulasi darah, dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin.
Isi usus.
Keadaan tali pusat.
1. Pernafasan
Pernafasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan sirkulasi
plasenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada paru. Pernafasan
setelah bayi lahir mengakibatkan perubahan letak diafragma dan sifat paru-paru.
a. Letak diafragma
Pada bayi yang sudah bernafas, letak diafragma setinggi iga ke-5 atau ke-6. Sedangkan pada
yang belum bernafas setinggi iga ke-3 atau ke-4.
d. Mikroskopik paru-paru
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan
larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk memungkinkan cairan
fiksatif melekat dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam, kemudian dibuat
sediaan histopatologik. Biasanya digunakan pewarnaan HE dan bila paru telah membusuk
digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.
Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernafas, tetapi
merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk
paru janin belum bernafas adalah adanya tonjolan yang berbentuk seperti bantal yang
kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga akan tampak seperti ganda.
Pada permukaan ujung bebas tonjolan tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru
bayi belum bernafas yang sudah membusuk dengan pewarnaan gomori atau ladewig, tampak
serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti rambut yang
keriting, sedangkan pada tonjolan berjalan dibawah kapiler sejajar dengan permukaan
tonjolan dan membentuk gelung-gelung terbuka.
Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan amnion
yang luas karena asfiksia intrauterine, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solusio
plasenta sehingga terjadi pernafasan janin prematur.
Tampak sel-sel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi
panjang dengan inti piknotik berbentuk huruf “S”, bila dilihat dari atas samping terlihat
seperti bawang. Juga tampak sel-sel amnion bersifat asidofilik dengan batas tidak jelas dan
inti terletak eksentrik dengan batas yang juga tidak jelas.
Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat dalam
bronkioli dan alveoli. Kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus yang
merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding alveoli.19
Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya
kehidupan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan atau
tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterine, kelainan kongenital yang fatal
seperti anensefalus.19
2. Menangis
Bernafas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa bernafas.
Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena suara tangisan
dapat terjadi dalam uterus atau vagina. Yang merangsang bayi menangis dalam uterus adalah
masuknya udara ke dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah menurun dan atau kadar
CO2 dalam darah meningkat.19
3. Pergerakan otot
Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat dibuktikan.
Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati, maupun yang lahir
mati.19
\
Gambar 2.4 Foramen ovale dan duktus arteriosus
7. Keadaan kulit
Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah bayi lahir,
sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir hidup
yaitu maserasi yang dapat terjadi bila bayi sudah mati didalam uterus beberapa hari (8-10
hari). Hal ini harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi tidak terbentuk
gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu dilahirkan, sebelum
dilahirkan, atau setelah terpisah sama sekali dari ibu.19
Kematian pada bayi dapat terjadi saat bayi dilahirkan, sebelum dilahirkan, atau setelah
terpisah sama sekali dari si ibu. Bukti kematian dalam kandungan adalah:19
Antepartum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu melahirkan.
Maserasi, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri :
Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau).
Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan.
Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak.
Tidak ada gas, baunya khas.
Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan.
VIABILITAS
Bayi yang viable adalah bayi yang sudah mampu untuk hidup diluar kandungan ibunya atau
sudah mampu untuk hidup terpisah dari ibunya. Viabilitas mempunyai beberapa syarat, yaitu
:
1. Umur ≥ 28 minggu dalam kandungan.
2. Panjang badan ≥ 35 cm.
3. Berat badan ≥ 2500 gram.
4. Tidak ada cacat bawaan yang berat.
5. Lingkaran fronto-oksipital ≥ 32 cm.
Selain itu juga dilihat adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup bayi, seperti kelainan jantung (ASD, VSD), otak (anensefalus atau mikrosefalus), dan
aluran pencernaan (stenosis esophagus, gastroskizis).18
PENYEBAB KEMATIAN
Bila terbukti bayi lahir hidup (sudah bernafas), maka harus ditentukan penyebab
kematiannya. Bila terbukti bayi lahir mati (belum bernafas) maka ditentukan sebab lahir mati
atau sebab mati antenatal atau sebab mati janin (fetal death).17,18
Ada berbagai penyebab kematian pada bayi, yaitu:
a. Kematian wajar
1. Kematian secara alami
Imaturitas
Terjadi jika bayi yang lahir belum cukup matang dan mampu hidup di luar
kandungan sehingga mati setelah beberapa saat sesudah lahir.
Penyakit kongenital
Seringkali terjadi jika ibu mengalami sakit ketika sedang mengandung seperti
sifilis, tifus, campak sehingga anak memiliki cacat bawaan yang menyebabkan
kelainan pada organ internal seperti paru-paru, jantung dan otak.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi dari umbilikus, perut, anus dan organ genital.
3. Malformasi
Kadangkala bayi tumbuh dengan kondisi organ tubuh yang tidak lengkap seperti
anensefali. Jika kelainan tersebut fatal, maka bayi tidak akan bisa bertahan hidup.
4. Penyakit plasenta
Penyakit plasenta atau pelepasannya secara tidak sengaja dari dinding uterus akan
dapat menyebabkan kematian dari bayi dan ibu, dan dapat diketahui jika sang ibu
meninggal dan dilakukan pemeriksaan dalam.
5. Spasme laring
Hal ini dapat terjadi karena aspirasi mekonium ke dalam laring atau akibat
pembesaran kelenjar timus.
6. Eritroblastosis fetalis
Ini dapat terjadi karena ibu yang memiliki rhesus negatif mengandung anak dengan
rhesus positif, sehingga darah ibu akan membentuk antibodi yang menyerang sel
darah merah anak dan menyebabkan lisisnya sel darah merah anak, sehingga
menyebabkan kematian anak baik sebelum maupun setelah kelahiran.17,18
Gambar 4. Korban pencekikan manual (tampak bekas kuku pelaku pada leher korban)19
Terdapat pusat penulangan episisis didistal femur dan proksimal tibia ( merah ukuran
5x5 mm). Cara pemeriksaannya dengan uji radiologik atau dengan memeriksa
langsung pada tulang tersebut. Bila pada proksimal tibia, maka kulit daerah lutut
diinsisi melintang , patella dilepaskan, dan ujung distal femur diiris melintang sejajar
tipis-tipis. Pusat penulangan tampak sebagai merah tua pada dasarnya putih ( rawan ).
Bedakan dengan warna merah yang ditemukan pada diafisa tulang. Pusat penulangan
epifisis ini juga sudah ditemukan disternum, kuboid, tibia dan lain-lain.
Lanugo tinggal sedikit, kuku-kuku sudah melewati ujung jari dan telah cukup kaku,
kemudian juga daun telinga tidak cukup kaku, daktilografi telah jelas, kedua testis
telah turun bila tidak ada kelainan atau labia mayor telah menutupi labia minor.
Disebut belum cukup bulan jika belum memenuhi ciri-ciri diatas. Bila belum cukup bulan,
selanjutnya ditentukan berapakah usia kehamilannya dengan menggunakan rumus Haase:14,17
Usia kehamilan 1-5 bulan : panjang tubuh = bulan kuadrat cm
Usia kehamilan > 5 bulan : panjang tubuh = bulan x 5 cm
Bulan pada rumus ini = 4 minggu, dan usia kehamilan yang didapat harus ditulis dalam
satuan minggu. Bayi yang cukup bulan (matur, term) adalah bayi yang lahir setelah
dikandung selama 37 minggu atau lebih tetapi kurang dari 42 minggu penuh. Pengukuran
bayi cukup bulan dapat dinilai dari:14,17
Ciri-ciri eksternal :
- Daun telinga
Pada bayi yang lahir cukup bulan, daun telinga menunjukkan pembentukan tulang
rawan yang sudah sempurna, pada helix teraba tulang rawan yang keras pada bagian
dorsokranialnya dan bila dilipat cepat kembali ke keadaan semula.
- Susu
Pada bayi yang matur putting susu sudah berbatas tegas, areola menonjol diatas
permukaan kulit dan diameter tonjolan susu itu 7 milimeter atau lebih.
- Kuku jari tangan
Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya tegas dan
relatif keras sehingga terasa bila digarukkan pada telapak tangan pelaku autopsi. Kuku
jari kaki masih relatif pendek. Pada bayi yang prematur kuku jari tangan belum
melampaui ujung jari dan relatif lebih lunak sehingga ujungnya mudah dilipat.
- Garis telapak kaki
Pada bayi yang matur terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki, dari depan
hingga tumit. Yang dinilai adalah garis yang relatif lebar dan dalam. Dalam hal kulit
telapak kaki itu basah maka dapat juga tampak garis-garis yang halus dan superfisial.
- Alat kelamin luar
Pada bayi laki-laki matur, testis sudah turun dengan sempurna yakni pada dasar
skrotum dan rugae pada kulit skrotum sudah lengkap. Pada bayi perempuan yang
matur, labia minor sudah tertutup dengan baik oleh labia mayor.
- Rambut kepala
Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama lain dan tampak
mengkilat. Batas rambut pada dahi jelas. Pada bayi yang prematur rambut kepala
halus seperti bulu wol atau kapas, masing-masing helai sulit dibedakan satu sama lain
dan batas rambut pada dahi tidak jelas.
- Skin opacity
Pada bayi matur, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal sehingga pembuluh darah
yang agak besar pada dinding perut tidak tampak atau tampak samar-samar. Pada bayi
prematur pembuluh-pembuluh tersebut tampak jelas.
- Processus xiphoideus
Pada bayi yang matur processus xiphoideus membengkok ke dorsal, sedangkan pada
yang prematur membengkok ke ventral atau satu bidang dengan korpus manubrium
sterni.
- Alis mata
Pada bayi yang matur, alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah
terdapat, sedangkan pada yang prematur bagian itu belum terdapat.
- Pusat penulangan
Pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (femur) mempunyai arti yang
cukup penting. Bagian distal femur dan proksimal tibia akan menunjukkan pusat
penulangan pada umur kehamilan 36 minggu. Demikian juga pada cuboideum dan
cuneiform. Sedangkan, talus dan calcaneus pusat penulangan akan tampak pada umur
kehamilan 28 minggu.14,17
Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan (ossification
centers) sebagai berikut:
Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta pada darah yang berasal dari rahim.
Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang diperiksa adalah suatu
hal yang paling sukar. Beberapa cara yang paling sering digunakan yaitu:
a. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak.
Ibu diperiksa apakah memang baru melahirkan (tinggi uteri, striae gravidarum,
dinding perut kendor, payudara besar dan kencang, robekan perineum, lochia,
kolostrum). Sedangkan saat lahir si anak dilihat dari usia pasca lahir ditambah lama
kematian.
b. Memeriksa golongan darah ibu dan anak.
Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah, akan tetapi sekarang
pemeriksaan golongan darah ini merupakan prosedur standard yang digunakan.
Eksklusi hanya dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan terdapat bersama-sama pada
satu individu sedangkan individu lain tidak mempunyai sama sekali. Contohnya
adalah bila ibu golongan darah AB sedangkan anak O atau sebaliknya. Penggunaan
banyak jenis golongan darah akan lebih memungkinkan mencapai tujuan.14,17
Pemeriksaan DNA
Cara ini merupakan cara yang meskipun canggih namun harus diinterpretasikan
dengan hati-hati. Hanya separuh DNA inti sel anak yang berasal dari ibu, sedangkan yang
lainnya berasal dari ayah, sehingga apabila identitas ayah tak ditemukan makan interpretasi
hasil menjadi sangat sulit. Penggunaan DNA mitokondria yang memiliki cara yang persis
sama anatara ibu dan anak juga kurang memiliki kemampuan determinasi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Pengertian infantisida
Infantisida merupakan pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri,
segera atau beberapa saat setelah dilahirkan karena takut ketahuan bahwa ia
melahirkan bayi.
2. Landasan hukum infantisida
Dasar hukum yang menyangkut pembunuhan anak sendiri, yaitu:
- Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan pembunuhan anak;
yaitu : pasal 341, 342 dan 343.
- Kinderdoodslag dilakukan tanpa rencana, sedangkan kindermoord dilakukan
dengan rencana, sehingga hukuman kindermoord lebih berat dari
kinderdoodslag. Kesimpulannya, tindak pidana merampas nyawa bayi harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
Pelaku harus ibu kandung
Korban harus bayi anak kandung sendiri
Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian
Motif pembunuhan karena takut ketahuan telah melahirkan anak
3. Pemeriksaan kedokteran forensik infantisida (Bayi Post Mortem)
Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga
kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai
berikut:
Bayi viabel atau tidak
Bayi lahir hidup atau mati
Sebab kematian bayi
Lama hidup diluar kandungan
4. Pemeriksaan terhadap pelaku (suspect)
- Mencocokan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak
a. Adanya bekas-bekas kehamilan
Striae gravidarum
Dinding perut kendor
Rahim dapat diraba diatas symphisis
Payudara besar dan kecil
b. Adanya bekas-bekas persalinan
Robekan perineum
Keluar cairan lochea
- Mencari data antropologi yang khas pada ibu dan anak
- Memeriksa golongan darah ibu dan anak
- Sidik jari DNA
DAFTAR PUSTAKA
3. Aborsi dan Hak atas Pelayanan Kesehatan. [Online] [Dikutip: 20 8 2017.] http :
//www.theceli.com/opik/Aborsi.htm.
4. Echols dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : Gramedia, 1992.
5. Idries, Abdul Mun'im dan Tjiptomartono, Agung Legowo. Penerapan Ilmu Kedokteran
Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta : Sagung Seto, 2011.
7. Idries, Abdul Mun'im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Binarupa Aksara, 1997.
8. Wiknjosastro, Hanifa. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi dalam Ilmu Kandungan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999.
9. Chadha, PV. Abortus dalam Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologik. Jakarta : Widya
Medika, 1995.
11. Dimaio VJ, Dimaio D. Neonaticide, Infanticide, and Child Homicide. Forensic
Pathology: Second ed. London. CRC Press LLC. 2007;1:335-65.
12. Byard, Roger W. Sudden Death in Infancy Childhood and Adolosence. 2nd ed. UK.
Cambridge University Press; 2004:491-575.
13. Knight, Bernard; Saukko, Pekka. Knight’s Forensic Pathology. 3rd ed. UK: Hodder
Arnold. 2004
14. James, Jason Payne, et al. Simpson’s Forensic Medicine. 13th ed. UK: Hodder Arnold.
2011
15. Budiyanto, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997.
16. Pembunuhan anak sendiri. Dalam :Peranan Ilmu Forensik dalam Penegakan Hukum.
Edisi Pertama. Jakarta. 2008 ;161-170
17. Apuranto, H. dan Hoediyanto. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga; 1997.
18. Idries A.M. Infanticide. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.
Penerbit Binarupa Aksara. 1997: 256 – 69.
19. Sheperd R. Simpson’s Forensic Medicine. 12th ed. London:Arnold.2003.