Oleh :
RIFALDI HAZBULLAH
147002068
Energi listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan manusia dan memberikan
meningkatnya pertumbuhan beban mulai dari sektor industri hingga rumah tangga
dalam sistem tenaga listrik yang disertai dengan peningkatan jumlah pembangkit
listrik dan beberapa gardu induk atau GI yang saling terhubung (terinterkoneksi)
antara satu dengan yang lainnya dan melayani beban yang ada pada semua gardu
induk (GI) yang terhubung. Transmisi interkoneksi berupa sistem kelistrikan yang
kompleks akan selalu terjadi perubahan-perubahan variabel setiap saat. Hal ini
dapat dilihat pada perubahan tegangan, arus, daya aktif, daya reaktif maupun
sistem merupakan salah satu faktor yang selalu diperhatikan oleh pihak PLN.
Kontinuitas pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemutusan, baik karena
terbaik diprioritaskan pada beban-beban yang dianggap vital dan sama sekali tidak
memadai, tegangan yang selalu konstan dan frekuensi yang selalu konstan untuk
arus bolak-balik. Untuk kondisi ini dibutuhkan lebih dari satu aliran daya atau
menggunakan beberapa saluran transmisi yang saling terhubung. Oleh karena itu
perlu suatu alat kontrol untuk menjaga kestabilan sistem agar selalu beroperasi
maksimal. Jumlah cadangan daya reaktif pada sistem tenaga listrik merupakan salah
satu indikator petunjuk dari kestabilan tegangan. Aplikasi peralatan yang digunakan
untuk kontrol suatu sistem tenaga listrik yaitu dengan menggunakan teknologi
fleksibel karena mengikuti perubahan beban. Salah satu contoh teknologi FACTS
Pada penelitian ini, akan dilakukan analisis dan simulasi STATCOM (Static
transmisi 150 KV yang di aplikasikan di PT. PLN (Persero) APB Jabar. Konsep
dari penelitian ini yaitu dengan tahapan melakukan analisis aliran daya untuk
mengetahui profil aliran daya aktif (P), reaktif (Q), sudut fasa dan profil tegangan.
Setelah diketahui lokasi saluran yang memiliki jatuh tegangan tinggi maka
sistem pada bus yang bermasalah tersebut dengan menggunakan program Matlab
Simulink.
2.2 Perumusan Masalah
bermasalah pada program Simulink, dan selanjutnya dianalisis nilai indeks stabilitas
tegangan pada setiap bus beban sebelum dan setelah pemasangan STATCOM.
transmisi 150 KV
program ETAP untuk mengetahui profil daya aktif (MW), reaktif (MVAR),
2. Kondisi tegangan dalam batasan tegangan yaitu +5% sampai dengan -10%
(berdasarkan SPLN No. 1:1995 Pasal 4) dari tegangan nominal 150 KV.
STATCOM.
6. Tidak membahas mode Switching pada saluran transmisi 150 KV pada saat
mengalami gangguan.
1. Bagi Penulis
memperluas wawasan mengenai mata kuliah analisis sistem tenaga pada saluran
transmisi dan sistem kendali pada peralatan FACTS yang bertujuan memperbaiki
kualitas daya penyaluran dari pembangkit ke beban salah satu peralatannya yaitu
tegangan.
bahan kajian penelitian di masa yang akan datang dan juga sebagai acuan dalam
Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa
berhubungan dan berkerja sama untuk melayani kebutuhan tenaga listrik bagi
pelanggan sesuai kebutuhan. Secara garis besar Sistem Tenaga Listrik dapat
listrik, yaitu mengubah energi yang berasal dari sumber energi lain misalnya:
air, batu bara, panas bumi, minyak bumi dll. menjadi energi listrik.
Pada suatu sistem tenaga listrik, tegangan yang digunakan pada masing-masing
setiap komponen pada sistem tenaga listrik mempunyai level tegangan yang
berbeda-beda.
tegangan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan agar arus yang mengalir tidak terlalu
besar. Karena untuk kapasitas daya tertentu, besar arus yang mengalir berbanding
tinggi, karena semakin tinggi level tegangan generator, jumlah lilitan generator
harus lebih banyak lagi. Dengan lilitan yang lebih banyak mengakibatkan generator
menjadi lebih besar dan lebih berat sehingga dinilai tidak efisien.
Pada sistem saluran transmisi biasanya digunakan level tegangan yang lebih
tinggi. Hal ini karena fungsi pokok saluran transmisi adalah menyalurkan daya,
efisiensi yang tinggi atau rugi-rugi daya dan turun tegangannya kecil. Upaya yang
dilakukan adalah mempertinggi level tegangan agar arus yang mengalir pada
jaringan transmisi lebih kecil.Level tegangan saluran transmisi lebih tinggi dari
umumnya berkisar antara 70 s/d 500 kV.Untuk menaikkan tegangan dari level
tegangan.
dari tegangan saluran transmisi. Hal ini karena daya yang didistribusikan oleh
pelanggan atau pengguna energi listrik. Level tegangan jaringan distribusi yang
sering digunakan ada dua macam, yaitu 20 kV untuk jaringan tegangan menengah
(JTM) dan 220 V untuk jaringan tegangan rendah (JTR). Dengan demikian
diperlukan gardu induk yang berisi trafo penurun tegangan untuk menurunkan
tegangan dari saluran transmisi ke tegangan distribusi 20 kV. Diperlukan juga trafo
pelanggan.
Level tegangan beban pelanggan menyesuaikan dengan jenis bebannya,
misalnya beban industri yang biasanya memerlukan daya yang relatif besar
dengan daya yang relatif kecil, biasanya menggunakan tegangan rendah 220 V.
sederhana, yaitu satu sistem pembangkitan yang melayani satu sistem beban.
Sistem yang demikian disebut sistem tunggal. Namun dalam prakteknya kadang
suatu sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sistem pembangkit untuk melayani
beberapa macam beban yang ada pada lokasi yang berlainan. Untuk memperoleh
kualitas pelayanan yang lebih baik, maka seluruh sistem haruslah saling
Demikian pula kebutuhan daya dapat dilayani dari pembangkit mana saja sekalipun
beban harus saling berhubungan. Sistem yang demikian disebut sebagai sistem
interkoneksi. Dengan sistem ini di harapkan kualitas pelayanan dapat menjadi lebih
baik. Dengan sistem interkoneksi, sistem tenaga listrik menjadi lebih komplek,
digunakan pada sistem tenaga listrik dengan daya besar dan memerlukan standar
Aliran beban (atau aliran daya) merupakan solusi untuk kondisi operasi
keadaan normal dari suatu sistem tenaga listrik. Secara umum, perhitungan aliran
daya dilakukan untuk perencanaan sistem tenaga dan perencanaan operasional dan
untuk operasi dan kendali sistem. Data yang diperoleh dari studi aliran daya
dan stabilitas.
masingmasing bus saluran telah diketahui. Jadi masalah utama perhitungan aliran
daya adalah menghitung tegangan di masing-masing bus bila sumber arus injeksi
dalam perhitungan aliran daya biasanya bukan injeksi arus yang diketahui
melainkan injeksi daya. Masalahnya hanya dapat diselesaikan secara iterasi yakni
secara bertahap mencari tegangan bus yang sesuai agar bersama dengan injeksi arus
yang ditimbulkan tegangan yang sedemikian itu menghasilkan daya yang sama
1. Simpul beban (simpul atau bus PQ): Parameter yang diketahui adalah P dan
2. Simpul kontrol (generator bus atau simpul PV): Parameter yang diketahui
3. Simpul ayun (swing atau slack bus/reference bus): Parameter yang diketahui
Daya nyata dan reaktif pada suatu bus I mempunyai persamaan sebagai berikut :
Pi – j Qi = Vi * Ii
Ii akan bertanda positif bila arus mengalir menuju ke bus i dan akan bertanda negatif
Dengan diketahuinya arus yang mengalir dari bus i ke bus j maka dapat dihitung
Dengan menjumlahkan secara aljabar maka didapat rugi-rugi pada saluran kawat
transmisi i – j.
Kemudian
disubstistusi
menjadi :
Dari hubungan diatas, hasilnya harus dipecahkan oleh teknik iterasi. Persamaan
Persamaan aliran daya biasanya ditulis dalam istilah elemen matrik admitansi bus.
Sejak itu elemen diagonal-off pada matrik admitansi bus Ybus, ditunjukkan oleh
persamaan diatas, yaitu Yij = -yij , dan elemen diagonal adalah Yii = Ʃ yij , persamaan
menjadi,
Untuk generator bus (bus P-V) dimana Pi sch dan |Vi| adalah ditentukan,
persamaan (3.7) ditentukan untuk Qi(k +1) . Untuk mendapatkan Vi(k+1) ditentukan
dimana ei(k +1) dan fi (k+1) adalah komponen real dan imajiner tegangan Vi (k +1) pada
dimana
α = faktor kecepatan.
lebih kecil dari nilai spesifik. Tipe daya tak sebanding ketelitiannya adalah 0.001
pu. Ketika solusi konvergen, daya aktif dan reaktif pada slack bus dihitung.
2.2.2.3 Metode Newton Raphson
Dasar dari metode Newton Raphson dalam penyelesaian aliran daya adalah
deret Taylor untuk suatu fungsi dengan dua variable lebih. Metode Newton
persamaan non linier untuk menghitung besarnya tegangan dan sudut fasa tegangan
tiap bus.
Dalam hal ini dilakukan pemisahan daya nyata dan daya reaktif pada bus i.
Pemisahan ini akan menghasilkan suatu set persamaan simultan non linear.
Karena ej(δj – δi +θij) = cos (δj- δi+θij) + j sin (δj- δi+θij), maka pemisahan daya pada
slack bus. Kedua persamaan non linier tersebut dapat diuraikan menjadi suatu set
daya nyata ΔPi dan daya reaktif ΔQi terhadap perubahan magnitude tegangan ΔVi
persamaanpersamaan daya nyata dan reaktif pada bus i dari persamaan diatas yang
adalah :
iterasi dimulai dengan memberikan perkiraan magnitude tegangan dan sudut fasa
tegangan mula-mula. Perubahan-perubahan dalam daya nyata dan daya reaktif yang
telah dijadwalkan dikurangi dengan daya nyata dan daya reaktif yang dihitung dari
dan sudut fasa tegangan estimasi mula-mula. Dengan menggunakan metode invers
Proses iterasi kembali lagi ke proses awal dan hal ini terus diulangi sampai ΔPik dan
ΔQik untuk semua bus (selain slack bus) memenuhi harga toleransi yang diberikan
Δ δik ≤ 0.001
Δ |Vi|k ≤ 0.001
Stabilitas tegangan adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga listrik untuk
nominal meningkat, daya aktual yang ditransfer ke beban akan meningkat. Hal ini
stabilan mungkin terjadi dalam hasil sebuah progresif menurun atau kebangkitan
tegangan beberapa bus, dari hasil ketidak stabilan tegangan hilangnya beban di area
Kurva P-V sangat berguna untuk analisis konseptual stabilitas dan tegangan
untuk sistem, di mana P adalah beban total dan V adalah tegangan kritis atau
perwakilan bus. P juga bisa transfer daya antara transmisi atau interkoneksi.
rangkaian stabilitas strain line linier, sedangkan puncak kritis titik menyatakan
operasi.
Analisis stabilitas tegangan melalui kurva Q-V ini adalah untuk melihat
kondisi total banyak muatan (MVAR bagaimana) sistem strain menuju titik kritis
dan menurun. Berarti sistem kinerja dalam penyaluran daya reaktif telah melampaui
source converter (VSC) yang digunakan dalam simulasi ini dibangun oleh empat
Three Level Inverter GTO 12 pulsa. VSC ini membangkitkan sumber tegangan AC
yang dapat dikontrol. Kemudian tegangan yang dihasilkan dari VSC dibandingkan
dengan tegangan AC yang ada di sistem. Jika tegangan AC pada sistem lebih besar
dari tegangan VSC, diperlihatkan pada table dibawah ini, maka STATCOM bekerja
seperti induktor didalam sistem dan menyerap daya reaktif dari sistem. Sebaliknya,
jika tegangan VSC lebih besar dari tegangan AC sistem, maka STATCOM bekerja
seperti kapasitor didalam sistem dan akan membangkitkan daya reaktif. Jika
tegangan VSC dan tegangan AC sistem sama, maka pertukaran daya reaktif adalah
nol. Daya reaktif yang diserap atau dibangkitkan adalah sebanding dengan
Dengan memperhatikan gambar dibawah ini, maka variasi dari daya reaktif
yang dihasilkan oleh STATCOM diatur oleh VSC. VSC sendiri terdiri dari forced
V2 dari sumber tegangan DC. Dalam gambar di bawah ini, terlihat daya aktif-reaktif
dengan V1, sehingga hanya daya reaktif saja yang mengalir (P=0). Jika V2 adalah
lebih rendah dari V1, daya reaktif (Q) mengalir dari V1 ke V2 (STATCOM
menyerap daya reaktif). Sebaliknya, jika V2 adalah lebih tinggi dari V1, daya
Besarnya daya reaktif dihitung dalam bentuk dq0, yang diberikan oleh :
Q = (Vq*Id) – (Vd*Iq)
dengan :
storage) pada sisi DC, maka STATCOM dapat juga mensuplai daya aktif ke sistem.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur sudut fasa dari STATCOM dan sudut
fasa dari sistem AC. Jika sudut fasa sistem AC mendahului sudut fasa VSC,
STATCOM akan menyerap daya aktif dari sistem AC. Jika sudut fasa dari sistem
tenaga AC tertinggal dari sudut fasa VSC, STATCOM mensuplai daya aktif ke
sistem AC.
2.4.2 Karakteristik V-I
ditunjukkan pada Gambar diatas. Rugi-rugi dari STATCOM diabaikan dan arus
yang mengalir pada STATCOM (ISTATCOM) dianggap arus reaktif murni. Arus
daya reaktif dan beroperasi pada keadaan induktif. Pada keadaan normal, tegangan
STATCOM (VSTATCOM) dan tegangan referensi (Vref) besarnya sama dan sefasa.
reaktif. Batas maksimum arus kapasitif dan induktif adalah simetris (-Imax , Imax)
terlalu sering dan untuk memungkinkan operasi palalel pada dua atau lebih unit.
2.2.5 SIMULINK – MATLAB
dapat digunakan sebagai sarana pemodelan, simulasi dan analisis dari sistem
beberapa kumpulan toolbox yang dapat digunakan untuk analisis sistem linier dan
non-linier. Beberapa library yang sering digunakan dalam sistem kontrol antara lain
math, sinks, dan sources. Simulink dapat digunakan sebagai simulasi berbagai
1. Penentuan Judul
dari buku-buku atau jurnal ilmiah yang berkaitan dengan Analisa sistem
Data pembangkitan
Data Transformator
Data Bus
Data Beban
profil tegangan.
Mulai
Input
data
Profil Tidak
Ya tegangan pada
Kesimpulan semua bus Tentukan bus yang bermasalah
V+ = 5%
V- = 10%
Selesai
Pemodelan jaringan bus yang
bermasalah dengan menginjeksikan
STATCOM menggunakan Simulink
Ya
Secara rinci dapat dijelaskan mengenai diagram alir diatas adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan dan validasi data berupa data yang meliputi data diagram 1
daya.
3. Input data parameter yang telah didapat sebelumnya pada diagram 1 garis
program ETAP.
Newton-Rhapson.
5. Setelah didapat profil tegangan,daya aktif dan daya reaktif, tentukan apakah
tegangan pada setiap bus sesuai dengan standar yang mengacu pada SPLN
No. 1:1995 Pasal 4 tentang kondisi tegangan dalam batasan tegangan yaitu
selanjutnya tulis hasil dan beri kesimpulan pada laporan Tugas Akhir.
2. PT. PLN (Persero) Area Pengatur Beban (APB) JABAR, Jl. Moh. Toha
2 Studi Literature
Pengumpulan dan validasi
3
data
4 Simulasi dan Analisa
5 Penulisan Laporan
6 Seminar Tugas Akhir
7 Sidang Tugas Akhir
DAFTAR PUSTAKA