Anda di halaman 1dari 31

SIMULASI DAN ANALISIS PENGGUNAAN STATCOM

SEBAGAI PENGATUR STABILITAS TEGANGAN PADA


SALURAN TRANSMISI 150 KV

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh :
RIFALDI HAZBULLAH
147002068

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
OKTOBER 2018
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Energi listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan manusia dan memberikan

peran sangat penting dalam kehidupan masyarakat serta dalam pengembangan

berbagai sektor ekonomi. Kenyataan saat ini dalam menjalankan perekonomian

masyarakat sangat tergantung pada energi listrik. Hal ini menyebabkan

meningkatnya pertumbuhan beban mulai dari sektor industri hingga rumah tangga

dalam sistem tenaga listrik yang disertai dengan peningkatan jumlah pembangkit

listrik. Akibatnya saluran transmisi yang menghubungkan stasiun pembangkit ke

pusat-pusat beban akan meningkat.

Sistem transmisi menghubungkan beberapa pusat listrik yaitu pembangkit

listrik dan beberapa gardu induk atau GI yang saling terhubung (terinterkoneksi)

antara satu dengan yang lainnya dan melayani beban yang ada pada semua gardu

induk (GI) yang terhubung. Transmisi interkoneksi berupa sistem kelistrikan yang

kompleks akan selalu terjadi perubahan-perubahan variabel setiap saat. Hal ini

dapat dilihat pada perubahan tegangan, arus, daya aktif, daya reaktif maupun

frekuensi pada sistem tenaga listrik.

Dalam proses penyaluran energi listrik dari PLN ke konsumen keandalan

sistem merupakan salah satu faktor yang selalu diperhatikan oleh pihak PLN.

Kontinuitas pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemutusan, baik karena

gangguan maupun hal-hal yang direncanakan. Biasannya kontinuitas pelayanan

terbaik diprioritaskan pada beban-beban yang dianggap vital dan sama sekali tidak

dikehendaki mengalami pemadaman sekalipun dalam waktu yang relatif singkat.


Sedangkan kualitas daya yang baik, antara lain meliputi kapasitas daya yang

memadai, tegangan yang selalu konstan dan frekuensi yang selalu konstan untuk

arus bolak-balik. Untuk kondisi ini dibutuhkan lebih dari satu aliran daya atau

menggunakan beberapa saluran transmisi yang saling terhubung. Oleh karena itu

perlu suatu alat kontrol untuk menjaga kestabilan sistem agar selalu beroperasi

maksimal. Jumlah cadangan daya reaktif pada sistem tenaga listrik merupakan salah

satu indikator petunjuk dari kestabilan tegangan. Aplikasi peralatan yang digunakan

untuk kontrol suatu sistem tenaga listrik yaitu dengan menggunakan teknologi

FACTS (Flexible AC Transmission System).

Teknologi FACTS memungkinkan kompensasi yang lebih dinamis dan

fleksibel karena mengikuti perubahan beban. Salah satu contoh teknologi FACTS

adalah STATCOM (Static Synchronous Compensator) yang berfungsi untuk

meningkatkan keseimbangan daya reaktif, memperbaiki nilai tegangan dan

meningkatkan stabilitas sistem transmisi energi listrik.

Pada penelitian ini, akan dilakukan analisis dan simulasi STATCOM (Static

Synchronous Compensator) untuk peningkatan stabilitas tegangan pada saluran

transmisi 150 KV yang di aplikasikan di PT. PLN (Persero) APB Jabar. Konsep

dari penelitian ini yaitu dengan tahapan melakukan analisis aliran daya untuk

mengetahui profil aliran daya aktif (P), reaktif (Q), sudut fasa dan profil tegangan.

Setelah diketahui lokasi saluran yang memiliki jatuh tegangan tinggi maka

selanjutnya dilakukan simulasi pemasangan STATCOM untuk menganalisis respon

sistem pada bus yang bermasalah tersebut dengan menggunakan program Matlab

Simulink.
2.2 Perumusan Masalah

Perbaikan tegangan yang mengalami gangguan dilakukan dengan

mensimulasikan penempatkan STATCOM pada bus transmisi 150 KV yang

bermasalah pada program Simulink, dan selanjutnya dianalisis nilai indeks stabilitas

tegangan pada setiap bus beban sebelum dan setelah pemasangan STATCOM.

2.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai pada

penelitian ini yaitu :

1. Menganalisis aliran daya pada saluran transmisi 150 KV

2. Menganalisis dan mensimulasikan penempatan statcom pada saluran

transmisi 150 KV

2.4 Batasan Masalah

Penelitian tugas akhir ini yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Aliran daya pada saluran Transmisi 150 KV dengan menggunakan simulasi

program ETAP untuk mengetahui profil daya aktif (MW), reaktif (MVAR),

sudut fasa dan frofil tegangan.

2. Kondisi tegangan dalam batasan tegangan yaitu +5% sampai dengan -10%

(berdasarkan SPLN No. 1:1995 Pasal 4) dari tegangan nominal 150 KV.

3. Penempatan STATCOM pada bus yang mempunyai tegangan yang paling

rendah disimulasikan menggunakan Matlab Simulink.

4. Tidak membahas komponen interkoneksi saluran transmisi.

5. Tidak membahas mengenai sistem Voltage Source Converter (VSC) pada

STATCOM.
6. Tidak membahas mode Switching pada saluran transmisi 150 KV pada saat

mengalami gangguan.

7. Tidak membahas sistem proteksi pada saluran transmisi 150 KV.

2.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak antara lain:

1. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan

memperluas wawasan mengenai mata kuliah analisis sistem tenaga pada saluran

transmisi dan sistem kendali pada peralatan FACTS yang bertujuan memperbaiki

kualitas daya penyaluran dari pembangkit ke beban salah satu peralatannya yaitu

STATCOM yang berfungsi memperbaiki nilai daya reaktif dan perubahan

tegangan.

2. Bagi Lembaga Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi tambahan bagi

bahan kajian penelitian di masa yang akan datang dan juga sebagai acuan dalam

penyusunan tugas akhir untuk angkatan selanjutnya.

3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi PT

PLN (Persero) APB Jabar dalam menggunakan STATCOM sebagai peningkatan

stabilitas tegangan pada saluran transmisi yang bermasalah.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Tenaga Listrik

Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa

komponen berupa pembangkitan, transmisi, distribusi dan beban yang saling

berhubungan dan berkerja sama untuk melayani kebutuhan tenaga listrik bagi

pelanggan sesuai kebutuhan. Secara garis besar Sistem Tenaga Listrik dapat

digambarkan dengan skema di bawah ini.

Gambar 2.1. Komponen sistem tenaga listrik

2.1.1 Fungsi Komponen Sistem Tenaga Listrik

Fungsi masing-masing komponen secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Pembangkitan merupakan komponen yang berfungsi membangkitkan tenaga

listrik, yaitu mengubah energi yang berasal dari sumber energi lain misalnya:

air, batu bara, panas bumi, minyak bumi dll. menjadi energi listrik.

2. Transmisi merupakan komponen yang berfungsi menyalurkan daya atau energi

dari pusat pembangkitan ke pusat beban.


3. Distribusi merupakan komponen yang berfungsi mendistribusikan energi listrik

ke lokasi konsumen energi listrik.

4. Beban adalah peralatan listrik di lokasi konsumen yang memanfaatkan energi

listrik dari sistem tersebut.

2.1.2 Level Tegangan pada sistem tenaga listrik

Pada suatu sistem tenaga listrik, tegangan yang digunakan pada masing-masing

komponen dapat berbedabeda sesuai dengan kepentingannya. Dengan kata lain,

setiap komponen pada sistem tenaga listrik mempunyai level tegangan yang

berbeda-beda.

Gambar 2.2 Klasifikasi tegangan pada sistem tenaga listrik

Pada sistem pembangkitan, level tegangan disesuaikan dengan spesifikasi

generator pembangkit yang digunakan, biasanya berkisar antara 11 s/d 24 kV.

Untuk pembangkit yang berkapasitas lebih besar biasanya menggunakan level

tegangan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan agar arus yang mengalir tidak terlalu

besar. Karena untuk kapasitas daya tertentu, besar arus yang mengalir berbanding

terbalik dengan tegangannya. Level tegangan pada pembangkit biasanya tidak

tinggi, karena semakin tinggi level tegangan generator, jumlah lilitan generator
harus lebih banyak lagi. Dengan lilitan yang lebih banyak mengakibatkan generator

menjadi lebih besar dan lebih berat sehingga dinilai tidak efisien.

Pada sistem saluran transmisi biasanya digunakan level tegangan yang lebih

tinggi. Hal ini karena fungsi pokok saluran transmisi adalah menyalurkan daya,

sehingga yang dipentingkan adalah sistem mampu menyalurkan daya dengan

efisiensi yang tinggi atau rugi-rugi daya dan turun tegangannya kecil. Upaya yang

dilakukan adalah mempertinggi level tegangan agar arus yang mengalir pada

jaringan transmisi lebih kecil.Level tegangan saluran transmisi lebih tinggi dari

tegangan yang dihasilkan generator pembangkit. Tegangan saluran transmisi

umumnya berkisar antara 70 s/d 500 kV.Untuk menaikkan tegangan dari level

pembangkit ke level tegangan saluran transmisi diperlukan transformator penaik

tegangan.

Pada jaringan distribusi biasanya menggunakan tegangan yang lebih rendah

dari tegangan saluran transmisi. Hal ini karena daya yang didistribusikan oleh

masing-masing jaringan distribusi biasanya relatif kecil dibanding dengan daya

yang disalurkan saluran transmisi, dan juga menyesuaikan dengan tegangan

pelanggan atau pengguna energi listrik. Level tegangan jaringan distribusi yang

sering digunakan ada dua macam, yaitu 20 kV untuk jaringan tegangan menengah

(JTM) dan 220 V untuk jaringan tegangan rendah (JTR). Dengan demikian

diperlukan gardu induk yang berisi trafo penurun tegangan untuk menurunkan

tegangan dari saluran transmisi ke tegangan distribusi 20 kV. Diperlukan juga trafo

distribusi untuk menurunkan tegangan dari 20 kV ke 220V sesuaitegangan

pelanggan.
Level tegangan beban pelanggan menyesuaikan dengan jenis bebannya,

misalnya beban industri yang biasanya memerlukan daya yang relatif besar

biasanya menggunakan tegangan menengah 20 kV, sedang beban rumah tangga

dengan daya yang relatif kecil, biasanya menggunakan tegangan rendah 220 V.

2.1.3 Sistem Interkoneksi

Gambar 2.3 Contoh sistem interkoneksi

Sistem Tenaga Listrik yang diuraikan di atas adalah gambaran secara

sederhana, yaitu satu sistem pembangkitan yang melayani satu sistem beban.

Sistem yang demikian disebut sistem tunggal. Namun dalam prakteknya kadang

suatu sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sistem pembangkit untuk melayani

beberapa macam beban yang ada pada lokasi yang berlainan. Untuk memperoleh

kualitas pelayanan yang lebih baik, maka seluruh sistem haruslah saling

berhubungan atau interkoneksi sehingga dapat dikendalikan dari satu tempat.

Demikian pula kebutuhan daya dapat dilayani dari pembangkit mana saja sekalipun

lokasinya jauh dari pusat beban.

Untuk mendapatkan sistem yang demikian setiap pembangkit dan pusat

beban harus saling berhubungan. Sistem yang demikian disebut sebagai sistem
interkoneksi. Dengan sistem ini di harapkan kualitas pelayanan dapat menjadi lebih

baik. Dengan sistem interkoneksi, sistem tenaga listrik menjadi lebih komplek,

sehingga biaya pembangunan dan opersionalnya menjadi lebih besar dan

pengelolaannya menjadi lebih rumit. Dengan demikian sistem interkoneksi hanya

digunakan pada sistem tenaga listrik dengan daya besar dan memerlukan standar

kualitas pelayanan yang tinggi.

2.2 Aliran Daya

Aliran beban (atau aliran daya) merupakan solusi untuk kondisi operasi

keadaan normal dari suatu sistem tenaga listrik. Secara umum, perhitungan aliran

daya dilakukan untuk perencanaan sistem tenaga dan perencanaan operasional dan

untuk operasi dan kendali sistem. Data yang diperoleh dari studi aliran daya

digunakan untuk studi operasi normal, analisis kontingensi, penjadwalan optimum

dan stabilitas.

Aliran daya di saluran listrik dapat dihitung apabila tegangan di

masingmasing bus saluran telah diketahui. Jadi masalah utama perhitungan aliran

daya adalah menghitung tegangan di masing-masing bus bila sumber arus injeksi

di masing-masing bus diketahui. Namun dalam saluran tenaga listrik khususnya

dalam perhitungan aliran daya biasanya bukan injeksi arus yang diketahui

melainkan injeksi daya. Masalahnya hanya dapat diselesaikan secara iterasi yakni

secara bertahap mencari tegangan bus yang sesuai agar bersama dengan injeksi arus

yang ditimbulkan tegangan yang sedemikian itu menghasilkan daya yang sama

dengan daya yang diketahui.


2.2.1 Jenis Bus dan Besaran-Besaran

Untuk mendapatkan penyelesaian aliran daya pada setiap simpul perlu

diketahui 2 buah parameter, tergantung pada parameter-parameter yang diketahui,

maka setiap simpul di sistem diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu :

1. Simpul beban (simpul atau bus PQ): Parameter yang diketahui adalah P dan

Q, parameter yang tidak diketahui adalah V dan δ.

2. Simpul kontrol (generator bus atau simpul PV): Parameter yang diketahui

adalah P dan V, sedangkan parameter yang tidak diketahui adalah δ dan Q.

3. Simpul ayun (swing atau slack bus/reference bus): Parameter yang diketahui

adalah V dan δ, sedangkan parameter yang tidak diketahui adalah P dan Q.

Daya nyata dan reaktif pada suatu bus I mempunyai persamaan sebagai berikut :

Pi – j Qi = Vi * Ii

dan arus pada bus I adalah :

Ii akan bertanda positif bila arus mengalir menuju ke bus i dan akan bertanda negatif

bila arus mengalir keluar dari bus i.

2.2.2 Metode Aliran Daya

2.2.2.1 Persamaan Aliran Daya Umum

Dengan diperolehnya tegangan-tegangan pada tiap bus maka dapat dihitung

besarnya aliran daya antara bus-bus yang terhubung.

Besarnya arus yang mengalir dari bus i ke bus j adalah :


dimana : yij = admitansi kawat i – j

yij’ = admitansi shunt kawat i – j

= kontribusi arus pada bus i oleh arus shunt

Dengan diketahuinya arus yang mengalir dari bus i ke bus j maka dapat dihitung

besarnya aliran daya yang mengalir dari bus i ke bus j.

Sedangkan aliran daya yang mengalir dari bus j ke bus i adalah :

Dengan menjumlahkan secara aljabar maka didapat rugi-rugi pada saluran kawat

transmisi i – j.

2.2.2.2 Metode Gauss-Seidel

Gambar 2.4 Tipe bus pada sistem tenaga


Aplikasi hasil bus ini adalah

Daya nyata dan reaktif pada bus i adalah

Persamaan ini dikonjugatekan menjadi,

Kemudian
disubstistusi
menjadi :

Dari hubungan diatas, hasilnya harus dipecahkan oleh teknik iterasi. Persamaan

diatas dipecahkan untuk Vi.

Persamaan aliran daya biasanya ditulis dalam istilah elemen matrik admitansi bus.

Sejak itu elemen diagonal-off pada matrik admitansi bus Ybus, ditunjukkan oleh

persamaan diatas, yaitu Yij = -yij , dan elemen diagonal adalah Yii = Ʃ yij , persamaan

menjadi,
Untuk generator bus (bus P-V) dimana Pi sch dan |Vi| adalah ditentukan,

persamaan (3.7) ditentukan untuk Qi(k +1) . Untuk mendapatkan Vi(k+1) ditentukan

dengan menggunakan persamaan,

dimana ei(k +1) dan fi (k+1) adalah komponen real dan imajiner tegangan Vi (k +1) pada

iterasi berikutnya. Kecepatan konvergensi dapat ditambahkan oleh aplikasi faktor

ketelitian pada iterasi berikutnya yaitu

dimana

α = faktor kecepatan.

Vcal = Tegangan yang dihitung (calculated)

Iterasi dilanjutkan sampai magnitude elemen dalam kolom ΔP dan ΔQ adalah

lebih kecil dari nilai spesifik. Tipe daya tak sebanding ketelitiannya adalah 0.001

pu. Ketika solusi konvergen, daya aktif dan reaktif pada slack bus dihitung.
2.2.2.3 Metode Newton Raphson

Dasar dari metode Newton Raphson dalam penyelesaian aliran daya adalah

deret Taylor untuk suatu fungsi dengan dua variable lebih. Metode Newton

Rhapson menyelesaikan masalah aliran daya dengan menggunakan suatu set

persamaan non linier untuk menghitung besarnya tegangan dan sudut fasa tegangan

tiap bus.

Daya injeksi pada bus i adalah :

Dalam hal ini dilakukan pemisahan daya nyata dan daya reaktif pada bus i.

Pemisahan ini akan menghasilkan suatu set persamaan simultan non linear.

Dalam koordinat kutub diketahui :

Karena ej(δj – δi +θij) = cos (δj- δi+θij) + j sin (δj- δi+θij), maka pemisahan daya pada

bus i menjadi komponen real dan imajiner adalah :


Nilai Pi dan Qi telah diketahui, tetapi nilai Vi dan δi tidak diketahui kecuali pada

slack bus. Kedua persamaan non linier tersebut dapat diuraikan menjadi suatu set

persamaan simultan linier dengan cara menyatakan hubungan antara perubahan

daya nyata ΔPi dan daya reaktif ΔQi terhadap perubahan magnitude tegangan ΔVi

dan sudut fasa tegangan Δδi.

Elemen – elemen matriks Jacobi dapat dihitung dengan menggunakan

persamaanpersamaan daya nyata dan reaktif pada bus i dari persamaan diatas yang

diturunkan sebagai berikut : (i = 1, 2, … , n-1) Elemen-elemen off-diagonal dari J1

adalah :

Elemen diagonal dari J1 adalah :

Elemen off-diagonal dari J2 adalah :

Elemen diagonal dari J2 adalah :


Elemen off-diagonal dari J3 adalah :

Elemen diagonal dari J3 adalah :

Elemen-elemen off-diagonal dari J4 adalah :

Elemen diagonal dari J4 adalah :

Elemen-elemen matriks Jacobi dihitung setiap akan melakukan iterasi. Perhitungan

iterasi dimulai dengan memberikan perkiraan magnitude tegangan dan sudut fasa

tegangan mula-mula. Perubahan-perubahan dalam daya nyata dan daya reaktif yang

telah dijadwalkan dikurangi dengan daya nyata dan daya reaktif yang dihitung dari

persamaan (3.17) sampai (3.24).

Elemen-elemen matriks Jacobi dihitung dengan menggunakan magnitude tegangan

dan sudut fasa tegangan estimasi mula-mula. Dengan menggunakan metode invers

langsung maka persamaan linier dapat dipecahkan untuk mendapatkan nilai-nilai


magnitude tegangan dan sudut fasa tegangan estimasi yang baru pada tiap bus

(kecuali slack bus), sebagai berikut :

Proses iterasi kembali lagi ke proses awal dan hal ini terus diulangi sampai ΔPik dan

ΔQik untuk semua bus (selain slack bus) memenuhi harga toleransi yang diberikan

(biasanya diambil ≤ 0.001).

Jadi iterasi selesai bila,

Δ δik ≤ 0.001

Δ |Vi|k ≤ 0.001

2.2.3 Stabilitas Tegangan

Stabilitas tegangan adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga listrik untuk

mempertahankan besar tegangan yang memadai sehingga ketika sistem beban

nominal meningkat, daya aktual yang ditransfer ke beban akan meningkat. Hal ini

tergantung pada kemampuan untuk mempertahankan/mengembalikan

keseimbangan antara permintaan beban-beban pasokan dari sistem daya, ketidak

stabilan mungkin terjadi dalam hasil sebuah progresif menurun atau kebangkitan

tegangan beberapa bus, dari hasil ketidak stabilan tegangan hilangnya beban di area

atau tersandung jaringan transmisi dan elemen lain.


2.3.1 Kurva P-V

Kurva P-V sangat berguna untuk analisis konseptual stabilitas dan tegangan

untuk sistem, di mana P adalah beban total dan V adalah tegangan kritis atau

perwakilan bus. P juga bisa transfer daya antara transmisi atau interkoneksi.

Tegangan pada beberapa bus dapat diplot.

Gambar 2.5 Kurva P-V pada bus beban

Titik hubungan ini mengungkapkan kinerja beban memberikan tunak, untuk

rangkaian stabilitas strain line linier, sedangkan puncak kritis titik menyatakan

kondisi operasi stabil dan titik kritis mengekspresikan ketidakstabilan kondisi

operasi.

2.3.2 Kurva Q-V

Analisis stabilitas tegangan melalui kurva Q-V ini adalah untuk melihat

kondisi total banyak muatan (MVAR bagaimana) sistem strain menuju titik kritis

dan menurun. Berarti sistem kinerja dalam penyaluran daya reaktif telah melampaui

kinerja sistem itu sendiri.

Gambar 2.6 Kurva Q-V pada bus beban


2.2.4 Static Synchronous Compensator (STATCOM)

Static Synchronous Compensator (STATCOM) adalah salah satu peralatan

paralel dari Flexible AC Transmission Systems (FACTS) yang menggunakan

komponen elektronika daya untuk mengontrol aliran daya dan memperbaiki

stabilitas transien pada sistem transmisi maupun distribusi.

2.4.1 Prinsip Kerja STATCOM

Prinsip kerja dari STATCOM dapat di jelaskan sebagai berikut. Voltage

source converter (VSC) yang digunakan dalam simulasi ini dibangun oleh empat

Three Level Inverter GTO 12 pulsa. VSC ini membangkitkan sumber tegangan AC

yang dapat dikontrol. Kemudian tegangan yang dihasilkan dari VSC dibandingkan

dengan tegangan AC yang ada di sistem. Jika tegangan AC pada sistem lebih besar

dari tegangan VSC, diperlihatkan pada table dibawah ini, maka STATCOM bekerja

seperti induktor didalam sistem dan menyerap daya reaktif dari sistem. Sebaliknya,

jika tegangan VSC lebih besar dari tegangan AC sistem, maka STATCOM bekerja

seperti kapasitor didalam sistem dan akan membangkitkan daya reaktif. Jika

tegangan VSC dan tegangan AC sistem sama, maka pertukaran daya reaktif adalah

nol. Daya reaktif yang diserap atau dibangkitkan adalah sebanding dengan

perbedaan kedua tegangan.

Mode Gelombang Fasor Deskripsi

Mode beban tidak jika Vi = VS ,Iis=0


ada
Mode operasi Jika Vi > Vs, Iis
kapasitif tampaknya
termuka saat ini
karena besarnya
dengan arus dapat
dikontrol terus
menerus oleh Vi,
fungsinya statcom
akan sebagai
reactansi
kapasitip
kapasitor yang
terus terkendali
Mode operasi Jika Vi < Vs, Iis
induktif tampaknya
tertinggal saat
dalam mode ini,
fungsinya statcom
akan sebagai
reaktor yang
reaktansi induktif
terus terkendali

Dengan memperhatikan gambar dibawah ini, maka variasi dari daya reaktif

yang dihasilkan oleh STATCOM diatur oleh VSC. VSC sendiri terdiri dari forced

commutated electronic devices, seperti; gate-turn-off thyristor (GTO),

insulatedgate-bipolar transistor (IGBT) atau IGCT, untuk menghasilkan tegangan

V2 dari sumber tegangan DC. Dalam gambar di bawah ini, terlihat daya aktif-reaktif

mengalir antara V1 (tegangan sistem yang dikontrol) dan V2 (tegangan yang

dibangkitkan oleh VSC).

Gambar 2.7 Prinsip kerja STATCOM


Saat operasi steady state, tegangan V2 dibangkitkan oleh VSC yang sefase

dengan V1, sehingga hanya daya reaktif saja yang mengalir (P=0). Jika V2 adalah

lebih rendah dari V1, daya reaktif (Q) mengalir dari V1 ke V2 (STATCOM

menyerap daya reaktif). Sebaliknya, jika V2 adalah lebih tinggi dari V1, daya

reaktif (Q) mengalir dari V2 ke V1 (STATCOM membangkitkan daya reaktif).

Besarnya daya reaktif dihitung dalam bentuk dq0, yang diberikan oleh :

Q = (Vq*Id) – (Vd*Iq)

dengan :

Vq : Tegangan dalam quadratur axis

Vd : Tegangan dalam direct axis

Iq : Arus dalam quadratur axis

Id : Arus dalam direct axis

Jika STATCOM memiliki sumber DC atau penyimpan energi (energy

storage) pada sisi DC, maka STATCOM dapat juga mensuplai daya aktif ke sistem.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur sudut fasa dari STATCOM dan sudut

fasa dari sistem AC. Jika sudut fasa sistem AC mendahului sudut fasa VSC,

STATCOM akan menyerap daya aktif dari sistem AC. Jika sudut fasa dari sistem

tenaga AC tertinggal dari sudut fasa VSC, STATCOM mensuplai daya aktif ke

sistem AC.
2.4.2 Karakteristik V-I

Gambar 2.8 Karakteristik V-I STATCOM

Pada keadaan steady state karakteristrik kontrol dari STATCOM

ditunjukkan pada Gambar diatas. Rugi-rugi dari STATCOM diabaikan dan arus

yang mengalir pada STATCOM (ISTATCOM) dianggap arus reaktif murni. Arus

negatif menandakan STATCOM sedang menyalurkan daya reaktif dan beroperasi

pada keadaan kapasitif. Sedangkan arus positif menandakan STATCOM menyerap

daya reaktif dan beroperasi pada keadaan induktif. Pada keadaan normal, tegangan

STATCOM (VSTATCOM) dan tegangan referensi (Vref) besarnya sama dan sefasa.

Apabila terjadi perubahan tegangan referensi, maka akan terjadibpertukaran daya

reaktif. Batas maksimum arus kapasitif dan induktif adalah simetris (-Imax , Imax)

Slope BC pada karakteristik V-I untuk mencegah STATCOM mencapai batas

terlalu sering dan untuk memungkinkan operasi palalel pada dua atau lebih unit.
2.2.5 SIMULINK – MATLAB

Simulink merupakan bagian tambahan dari Software MATLAB. Simulink

dapat digunakan sebagai sarana pemodelan, simulasi dan analisis dari sistem

dinamik dengan menggunakan antarmuka grafis (GUI). Simulink terdiri dari

beberapa kumpulan toolbox yang dapat digunakan untuk analisis sistem linier dan

non-linier. Beberapa library yang sering digunakan dalam sistem kontrol antara lain

math, sinks, dan sources. Simulink dapat digunakan sebagai simulasi berbagai

model, dimulai dari signalprocessing sampai dengan image processing.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Dalam proses simulasi dan analisis penerapan STATCOM sebagai Voltage

Regulator pada jaringan transmisi 150 KV terdapa beberapa tahapan diantaranya :

1. Penentuan Judul

2. Studi literature yaitu Berisikan pembahasan teoritis melalui studi literatur

dari buku-buku atau jurnal ilmiah yang berkaitan dengan Analisa sistem

tenaga, Stabilitas tegangan, STATCOM, Program ETAP 12.6.0 dan

Simulink MATLAB R2017b.

3. Pengumpulan data yang diperoleh dari PT.PLN (Persero) APB Jabar

dimana data yang dimaksud antara lain meliputi:

 Data diagram satu garis

 Data pembangkitan

 Data sistem transmisi

 Data Transformator

 Data Bus

 Data Beban

4. Pemodelan diagram satu garis pada program ETAP untuk mendapatkan

profil tegangan.

5. Pemodelan STATCOM pada program Simulink Matlab

6. Simulasi sistem bus bermasalah yang di injeksikan STATCOM pada

program Simulink Matlab.


7. Menyusun laporan tugas akhir yang berisikan penyusunan hasil dari

penelitian dalam bentuk laporan penelitian.

3.2 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Pengumpulan dan validasi data (Pembangkitan,


Transformator, Saluran Transmisi 150 KV,
Bus, Beban dan Diagram 1 Garis)

Pemodelan diagram 1 garis pada kondisi awal


menggunakan program ETAP

Input
data

Analisis aliran daya menggunakan


metode Newton - Rhapson

Profil Tidak
Ya tegangan pada
Kesimpulan semua bus Tentukan bus yang bermasalah
V+ = 5%
V- = 10%

Selesai
Pemodelan jaringan bus yang
bermasalah dengan menginjeksikan
STATCOM menggunakan Simulink

Profil tegangan Tidak


setelah di injeksikan
STATCOM
V+ = 5%
V- = 10%

Ya

Gambar 3.1 Flowchart penelitian

Secara rinci dapat dijelaskan mengenai diagram alir diatas adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan dan validasi data berupa data yang meliputi data diagram 1

garis sistem transmisi 150 KV area Jawa Barat, pembangkitan,

transformator, sistem transmisi, bus dan beban.

2. Pemodelan diagram 1 garis pada program ETAP untuk menganalisa aliran

daya.

3. Input data parameter yang telah didapat sebelumnya pada diagram 1 garis

program ETAP.

4. Analisa aliran daya pada program ETAP dengan menggunakan metode

Newton-Rhapson.

5. Setelah didapat profil tegangan,daya aktif dan daya reaktif, tentukan apakah

tegangan pada setiap bus sesuai dengan standar yang mengacu pada SPLN

No. 1:1995 Pasal 4 tentang kondisi tegangan dalam batasan tegangan yaitu

+5% sampai dengan -10%.

6. Apabila terdapat tegangan yang tidak sesuai dengan standar, tahap

selanjutnya yaitu menentukan bus yang bermasalah tersebut.

7. Modelkan bus yang bermasalah tersebut dengan menggunakan program

Simulink Matlab kemudian injeksikan STATCOM yang telah dibuat

pemodelannya pada bus tersebut. Kemudian simulasikan model tersebut.

8. Apabilia hasil simulasi menunjukan profil tegangan sesuai dengan standar,

selanjutnya tulis hasil dan beri kesimpulan pada laporan Tugas Akhir.

Namun, apabila hasil simulasi menunjukan profil tegangan tidak sesuai

dengan standar, maka lakukan pengkajian ulang dengan menyesuaikan

parameter pada STATCOM tersebut.


3.3 Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di 2 lokasi studi diantaranya :

1. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Siliwangi, Jln

Siliwangi No.24, Kota Tasikmalaya.

2. PT. PLN (Persero) Area Pengatur Beban (APB) JABAR, Jl. Moh. Toha

Komp PLN/GI. Cigelereng, Kota Bandung.

3.4 Jadwal Penelitian

Tahun 2018 - 2019


No Uraian Oktober November Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Proposal dan pengajuan

2 Studi Literature
Pengumpulan dan validasi
3
data
4 Simulasi dan Analisa
5 Penulisan Laporan
6 Seminar Tugas Akhir
7 Sidang Tugas Akhir
DAFTAR PUSTAKA

[1] Suripto, Slamet. Buku Ajar : Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta :


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
[2] Sulistiyono, Dwi. Perbandingan Metode Gauss-Seidel, Metode Newton
Raphson Dan Metode Fast Decoupled Dalam Solusi Aliran Daya.
Semarang : Universitas Diponegoro.
[3] Yusmartato. 2011 : Analisis Peningkatan Stabilitas Tegangan Dengan
Menggunakan Statcom Aplikasi Pt. Pln (Persero) Upb Sumbagut. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
[4] Zainudin, Muammar, Frengki Eka Putra. 2015 : Analisis Implementasi
Static Synchronous Compensator (STATCOM) pada Saluran Transmisi 150
kV. Gorontalo : Universitas Ichsan Gorontalo.
[5] Adnan, Ahmad Faiz. 2010 : Analisa Dan Simulasi Static Synchronous
Compensator (Statcom) Sebagai Kompensator Daya Reaktif Pada Industri
Baja. Cilegon : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Anda mungkin juga menyukai