Anda di halaman 1dari 17

RANCANGAN

BUPATI PATI

PERATURAN BUPATI PATI


NOMOR TAHUN

TENTANG

PENGANGGARAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI


PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI,

Menimbang : a. bahwa dengan diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional,


Puskesmas sebagai PPK I akan menerima Dana Kapitasi dari Badan
Penyelenggaran Jaminan Sosial bidang Kesehatan

b. bahwa untuk memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi peserta


Jaminan Kesehatan yang didaftarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial bidang Kesehatan (BPJS Kesehatan), Pemerintah Kabupaten Pati
perlu mengatur terhadap penganggaran, pengelolaan dan pemanfaatan
dana tersebut pada huruf a. di atas.

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan


huruf b, perlu membentuk Peraturan Bupati tentang Penganggaran,
Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Pelayanan Kesehatan
Program JKN;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-


Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,
Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lemabaran Negara Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial


Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);

10. Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial (BPJS), Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 116;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian


Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indoensia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran negara Republik
Indoensia Nomor 4737);

13. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengundangan,


Pengesahan Dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

14. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 yang diubah dengan perpres
nomor 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan;

15. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan dan


Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah daerah;

16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standart


Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam penyelenggaraan
Program Jamiman Kesehatan;

17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan


Kesehatan Pada Jamiman Kesehatan Nasional;

18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2014 Tentang


Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa
Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada FKTP
milik pemerintah Daerah;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Pati Nomor 23 Tahun 2007


tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Pati Tahun 2007 Nomor 23, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 21);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 3 Tahun 2008 tentang


Urusan Pemerintahan Kabupaten Pati (Lembaran Daerah Kabupaten
Pati Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Republik
Indonesia Nomor 22);

21. Memperhatikan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No 900/2280/ SJ


Tentang Petunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan, dan
Penatausahaan, serta Pertanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional pada FKTP mili Pemerintah Daerah.
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGANGGARAN


PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI
PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Pati.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Pati.
4. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Pati
5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Pati
6. BPJS adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bidang Kesehatan;
7. Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat sebagai Pemberi
Pelayanan Kesehatan Tingkat I beserta Jaringannya (Puskesmas
Pembantu, Poliklinik Kesehatan Desa, Puskesmas Keliling);
8. Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran per bulan yang dibayar
dimuka oleh BPJS kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan;

9. Peserta Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut peserta adalah


setiap warga masyarakat dan/atau anggota keluarganya yang telah
terdaftar pada BPJS;
10. Pemberi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disingkat PPK adalah
fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan oleh Puskesmas
dan Jaringannya;
11. Paket Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut paket pelayanan
adalah sekumpulan pelayanan yang terdiri dari beberapa jenis pelayanan
yang diberikan kepada peserta;
12. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan
atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi,
diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan atau
pelayanan lainnya;
13. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disngkat BLUD adalah
SKPD atau unit kerja pada SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas;
14. Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang selanjutnya disingkat FKTP
adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi,
diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.

Pasal 2

Peraturan Bupati ini mengatur mengenai Penganggaran, Pengelolaan dan


Pemanfaatan dana kapitasi JKN ditujukan bagi FKTP milik pemerintah
daerah yang belum menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD.

TUJUAN

Pasal 3
Tujuan adalah:
a untuk percepatan peningkatan derajat kesehatan masyarakat;
b untuk mendorong kemandirian penganggaran Puskesmas dan
jaringannya sebagai fasilitas kesehatan terdepan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara komprehensip
c untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara efektif dan
efisien; dan
d untuk memberikan nilai manfaat yang lebih luas terhadap program
kesehatan yang lain

BAB II

PENGANGGARAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4

(1) BPJS Kesehatan melakukan pembayaran dana kapitasi kepada FKTP


milik Pemerintah Daerah;
(2) Dana Kapitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada
jumlah peserta yang terdaftar di FKTP sesuai data dari BPJS
Kesehatan;
(3) Dana Kapitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan langsung
oleh BPJS Kesehatan kepada Bendahara Dana Kapitasi JKN pada
FKTP dan diakui sebagai Pendapatan;
(4) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan langsung
untuk pelayanan kesehatan peserta JKN pada FKTP;

Bagian Kedua
Penganggaran
Pasal 5

(1) Kepala FKTP menyusun rencana pendapatan dan belanja dana


kapitasi JKN, untuk selanjutnya disampaikan kepada Kepala SKPD
Dinas Kesehatan;
(2) Berdasarkan rencana pendapatan dan belanja dalam ayat (1) tersebut,
kepala SKPD Dinas Kesehatan menyusun rencana Kerja dan Anggaran
(RKA-SKPD) Dinas Kesehatan, yang memuat rencana pendapatan
dana kapitasi dan rencana belanja kapitasi JKN;
(3) Rencana pendapatan dana kapitasi JKN dianggarkan dalam kelompok
Pendapatan asli Daerah, jenis Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah, obyek
dana kapitasi JKN pada FKTP, rician obyek Dana Kapitasi JKN pada
masing FKTP sesuai kode rekening berkenaan;
(4) Rencana belanja dana kapitasi JKN dianggarkan dalam kelompok
belanja Langsung dan diuraikan dalam jenis obyek, obyek dan rincian
obyek belanja sesuai kode rekening berkenaan, yang pemanfaatannya
mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(5) RKA-SKPD Dinas Kesehatan sebagaimana tersebut dalam ayat (3) dan
(4) dipergunakan sebagai bahan penyusunan peraturan daerah tentang
APBD dan peraturan bupati tentang penjabaran APBD sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB III
PENGELOLAAN
Bagian Kesatu
Penatausahaan Keuangan
Pasal 6

(1) Berdasarkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan bupati


tentang penjabaran APBD tahun anggaran berkenaan, kepala SKPD
Dinas Kesehatan menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-
SKPD) pendapatn dan belanja sesuai dengan RKA-SKPD

(2) Untuk menyelenggarakan fungsi perbendaharaan dana kapitasi JKN


FKTP, Bupati Pati mengangkat Bendahara Dana Kapitasi JKN pada
masing-masing FKTP setiap tahun anggaran atas usul Kepala SKPD
Dinas Kesehatan melalui pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
Pengangkatan bendahara tersebut ditetapkan dengan keputusan Bupati
Pati;
(3) Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) membuka rekening Dana Kapitasi JKN yang merupakan bagian
dari Rekening BUD dan Rekening tersebut Ditetapkan dengan
Keputusan Bupati Pati dan disampaikan oleh Kepala FKTP kepada
BPJS Kesehatan;

Bagian Kedua
Pencatatan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Pasal 7

(1) Bendahara Dana Kapitasi JKN mencatat pendapatan dan belanja pada
buku kas dan menyampaikan setiap bulan kepada kepala FKTP dengan
melampirkan bukti-bukti pendapatan dan belanja yang sah paling lambat
pada tanggal Akhir bulan pada bulan tersebut untuk pengesahan oleh
Kepala FKTP;
(2) Berdasarkan buku kas tersebut pada ayat (1), Bendahara Dana Kapitasi
JKN menyusun laporan realisasi pendapatan dan belanja FKTP,
selanjutnya Kepala FKTP menyampaikan laporan tersebut dengan
melampirkan Surat pernyataan Tanggung jawab Kepala FKTP setiap
bulan kepada Kepala SKPD Dinas Kesehatan paling lambat tanggal 1
bulan berikutnya;
(3) Berdasarkan laporan realisasi pendapatan dan belanja Kepala FKTP
tersebut dalam ayat (2) Kepala SKPD Dinas Kesehatan menyampaikan
surat permintaan pengesahan pendapatan belanja (SP3B) FKTP setiap
bulan kepada PPKD untuk penerbitan Surat Pengesahan Pendapatan
Belanja (SP2B) FKTP oleh PPKD selaku BUD;
(4) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD Dinas Kesehatan dan PPKD
selaku BUD melakukan pembukuan atas pendapatan dan belanja FKTP
sesuai SP2B FKTP dengan mempedomani ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan;

(5) Berdasarkan SP2B, Kepala SKPD Dinas Kesehatan menyusun laporan


realisasi pendapatan dan belanja yang bersumber dari dana kapitasi JKN
serta menyajikannya dalam laporan keuangan SKPD Dinas Kesehatan
yang akan dikonsolidasikan menjadi Laporan Keuangan Pemerintah
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pengelolaan keuangan daerah.

BAB IV
PEMANFAATAN ANGGARAN

Pasal 8

(1) Pemanfaatan dana digunakan untuk:

a. Jasa Pelayanan Kesehatan

b. Dukungan Biaya operasional pelayanan kesehatan

(2) Jasa Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


meliputi jasa pelayanan kesehatan perorangan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang berstatus PNS dan
PTT;

(3) Dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai; dan

b. kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya.

(4) Kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf b, dipergunakan untuk :

a. upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif,


preventif, kuratif, dan rehabilitatif;
b. kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan
perorangan;
c. operasional untuk puskesmas keliling;
d. bahan cetak atau alat tulis kantor; dan/atau
e. administrasi keuangan dan sistem informasi;
f. konsultasi medic;
g. perbaikan sarana kerja;
h. peningkatan kemampuan SDM

(5) Pengadaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dapat
dilakukan melalui SKPD Dinas Kesehatan, dengan
mempertimbangkan ketersediaan obat, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai yang dialokasikan oleh pemerintah dan pemerintah
daerah

Pasal 9

Anggaran belanja kegiatan secara periodik mempertimbangkan besaran


dana kapitasi dan non kapitasi yang diterima oleh Puskesmas

BAB V BAB V III...

PROPORSI ANGGARAN

Pasal 10

(1) Besaran Proporsi maksimal untuk masing masing kegiatan sebagaimana

pasal 8 ayat (1) adalah sebagai berikut:

a. Jasa Pelayanan Kesehatan Sekurang-kurangnya 60 % dari total


penerimaan dana kapitasi JKN

b. Dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan 40 %


(2) Proporsi ditentukan setiap 1 (satu) tahun sekali melalui Surat Keputusan

Bupati.

BAB VI

JASA PELAYANAN

Pasal 11

(1) Alokasi Dana Kapitasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dimanfaatkan untuk pembayaran
jasa pelayanan kesehatan bagi tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan yang melakukan pelayanan pada FKTP.

(2) Pembagian jasa pelayanan kesehatan kepada tenaga kesehatan dan


tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan
dengan mempertimbangkan variabel:

a. jenis ketenagaan dan/atau jabatan;

b. kehadiran; dan

c. beban kerja.

(3) Variabel jenis ketenagaan dan/atau jabatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf a, dinilai sebagai berikut:

a. tenaga medis fungsional, diberi nilai 150;

b. tenaga apoteker atau tenaga profesi keperawatan (Ners), diberi nilai


100;

c. tenaga kesehatan setara S1/D4, diberi nilai 60;

d. tenaga non kesehatan minimal setara D3, tenaga kesehatan setara


D3, atau tenaga kesehatan dibawah D3 dengan masa kerja lebih dari
10 tahun, diberi nilai 40;

e. tenaga kesehatan di bawah D3 masa kerja dibawah 10 tahun, diberi


nilai 25; dan

f. tenaga non kesehatan di bawah D3, diberi nilai 15

(4) Variabel kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dinilai
sebagai berikut:

a. hadir setiap hari kerja, diberi nilai 1 poin per hari; dan

b. terlambat hadir atau pulang sebelum waktunya yang diakumulasi


sampai dengan 7 (tujuh) jam, dikurangi poin senilai hasil bagi atas
pembagian total poin dengan jumlah hari kerja.

(5) Variabel Beban kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
dinilai sebagai berikut:

a. Kepala Puskesmas diberi nilai 50 poin;

b. Kepala TU diberi nilai 30 poin;

c. Bendahara JKN FKTP diberi nilai 40 poin;

d. Koordinator unit diberi nilai 20 poin;

e. Ketua tim diberi nilai 5 poin;

f. Lembur Piket diberi nilai 1 point/ hari (satu harinya min 7 jam)

(6) Ketidakhadiran akibat sakit dan/atau penugasan ke luar oleh Kepala

FKTP dikecualikan dalam penilaian kehadiran sebagaimana

dimaksud pada ayat (5).

(7) Jumlah jasa pelayanan yang diterima oleh masing-masing tenaga

kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung dengan menggunakan

formula sebagai berikut:

jumlah nilai yang diperoleh oleh seseorang


------------------------------------------------------------------------ X jumlah dana jasa pelayanan
jumlah nilai seluruh tenaga

Keterangan :
jumlah nilai diperoleh dari nilai variabel jenis ketenagaan dan/atau jabatan ditambah nilai
variabel kehadiran dan nilai variable beban kerja
(7) Jumlah ...

BAB VII

PEMBINAAN PENGAWASAN DAN PELAPORAN

Pasal 12

Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Peraturan Bupati ini

dilakukan oleh Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Pati dan

Kepala FKTP secara berjenjang dan secara fungsional oleh Aparatur

Pengawas Instansi Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.


BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13

(1) Pelaksanaan Peraturan Bupati ini secara teknis pelaksanaannya diatur


lebih lanjut oleh Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Bupati ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pati.

Ditetapkan di Pati
pada tanggal

BUPATI PATI,

Diundangkan di Pati
pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PATI,

Drs. DESMON HASTIONO, MM.


Pembina Utama Muda
NIP. 19611208 199103 1 004
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PATI TAHUN 2010 NOMOR
PENELITIAN TTD
KADIS DKK
SEKRETARIS DKK
KABID PK
PENJELASAN KASUBBAG
KEUANGAN
ATAS KASUBBAG PROGRAM
KASI JAMKES
PERATURAN BUPATI PATI PENGETIK

NOMOR TAHUN 2012

TENTANG

PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN PATI

I. UMUM.
Kesehatan adalah hak dan investasi, dan semua warga
masyarakat berhak atas kesehatannya termasuk masyarakat miskin,
dengan demikian diperlukan sistem yang mengatur pelaksanaan upaya
pemenuhan hak warga untuk tetap hidup sehat, dengan mengutamakan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
Dalam rangka pemenuhan hak masyarakat miskin sebagaimana
diamanatkan Pasal 34 ayat (2) UUD 1945, Pemerintah mempunyai tugas
menggerakkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan
pembiayaan kesehatan, dengan memperhatikan fungsi sosial sehingga
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu tetap
terjamin.
Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan
termasuk pembiayaannya perlu digerakkan dan diarahkan sehingga
dapat berdayaguna dan berhasilguna, dengan memperhatikan fungsi
sosial dan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu.
Fungsi sosial sarana kesehatan dalam arti bahwa dalam
menyelenggarakan kegiatan setiap sarana kesehatan baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat harus
memperhatikan kebutuhan pelayanan kesehatan golongan masyarakat
yang kurang mampu dan tidak semata-mata mencari keuntungan.
Pengembangan manfaat program jaminan kesehatan daerah
dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan kemampuan
Pemerintah Daerah dan daya beli masyarakat, berkelanjutan, kearah
manfaat program jaminan kesehatan daerah Kabupaten Pati yang
bersifat menyeluruh (komprehensif) yang meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif serta meliputi jaminan rawat jalan tingkat
pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, gawat darurat dan
penunjang serta pelayanan persalinan dan ANC/PNC.
II. PASAL DEMI PASAL.
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3

Yang dimaksud dengan prinsip ”kegotongroyongan” adalah prinsip


kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya
jaminan kesehatan, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap
peserta membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah atau
penghasilannya.

Yang dimaksud dengan prinsip ”nirlaba” adalah pengelolaan


usaha yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan
dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh
peserta.

Yang dimaksud dengan prinsip ”keterbukaan” adalah prinsip


mempermudah akses informasi yang lengkap, benar dan jelas bagi
setiap peserta.

Yang dimaksud dengan ”kehati-hatian” adalah prinsip pengelolaan


dana secara cermat, teliti, aman dan tertib.

Yang dimaksud dengan prinsip ”akuntanbilitas” adalah prinsip


pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan
dapat dipertanggung jawabkan.

Yang dimaksud dengan prinsip ”portabilitas” adalah prinsip


memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah
Kabupaten Pati.

Yang dimaksud dengan prinsip ”dana amanat” adalah bahwa


iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari
peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan
peserta jaminan kesehatan daerah.

Yang dimaksud dengan prinsip ”hasil pengelolaan dana” adalah


hasil berupa deviden yang dikembalikan untuk kepentingan
peserta jaminan kesehatan daerah.

Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud Kartu Jamkesda adalah kartu yang
diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten pati
berdasarkan data peserta yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PATI ....

Anda mungkin juga menyukai