Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

I . KASUS ( MASALAH UTAMA )


Isolasi Sosial
Hubungan sosial adalah hubungan untuk menjalin kerjasama dan ketergantungan
dengan orang lain (Stuart and Sundeen,2010).
Kerusakan interaksi sosial adalah suatu kerusakan interpersonal yang terjadi akibat
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif yang
mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial.
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.

II . PROESES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor Predisposisi
Faktor perkembangan sosial budaya yang merupakan faktor predisposisi
terjadinya perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan
individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu-ragu, takut salah,
pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindari orang lain,
tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih
menyukai berdiam diri dan menyendiri.
B. Faktor Presipitasi
Tingkat kecemasan yang berat menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasi masalah yang diyakini menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan (menarik diri).
C. Rentang Respons
Hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya menimbulkan respons-
respons sosial pada individu yaitu :

Respons adaptif Respons maladaptif

- Solitude - Merasa sendiri - Manipulasi


- Bekerjasama
- Saling - Menarik diri - Impulsif
tergantung
- Kebebasan - Tergantung - Narkisisme
- Mutuality

Keterangan :
1. Respons adaptif
Yaitu respons individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya yang meliputi :
a. Solitude (merenung) merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya, dan
merupakan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-
langkah selanjutnya.
b. Autonomy (kebebasan) merupakan respon individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran dan perasaan dalam hubungan sosialnya.
c. Mutuality merupakan respons individu dalam berhubungan interpersonal
dimana individu saling memberi dan menerima.
d. Interdependence (saling ketergantungan) merupakan respons individu
dimana terdapat saling ketergantungan dalam melakukan hubungan
interpersonal.
2. Respons antara adaptif dan maladaptif
a. Aloness (merasa sendiri) dimana individu merasakan kesepian,
terkucilkan dan tersisihkan dari lingkungannya.
b. Withdrawl (menarik diri) gangguan yang terjadi dimana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan saling terbuka dengan
orang lain, dimana individu sengaja menghindari hubungan
interpersonal ataupun dengan lingkungannya.
c. Dependence (ketergantungan) individu mulai tergantung kepada
individu yang lain dan mulai tidak memperhatikan kemampuan yang
dimilikinya.
3. Respons maladaptif
Yaitu respons individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungannya,yang
meliputi :
a. Loneliness (kesepian) merupakan gangguan yang terjadi apabila seseorang
memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain atau tanpa
bersama orang lain untuk mencari ketenangan sementara waktu.
b. Manipulation (manipulasi) merupakan hubungan yang berpusat pada
masalah pengendalian lain dan individu cendrung berorientasi pada diri
sendiri atau tujuan dan bukan pada orang lain.
c. Narksisme merupakan rasa cinta pada diri sendiri yang berlebihan
D. Mekanisme Koping
Individu mempunyai respons sosial maladaptif yang menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme yang disajikan
disini berkaitan dengan jenis spesifik dari masalah-masalah berhubngan :
1. Koping yang berkaitan dengan gangguan kepribadian anti sosial yaitu
proyeksi, pemisahan dan merendahkan orang lain.
2. Koping yang berkaitan dengan gangguan kepribadian borderline yaitu
pemisahan, reaksi formasi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain,
merendahkan orang lain dan identifikasi – proyeksi.
III .A. POHON MASALAH

Resiko gangguan sensori persepsi : halusinasi (akibat)

Isolasisosial
Isolasi sosial(core
(coreproblema)
problema)

Harga diri rendah (penyebab)

A. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG DIKAJI


1. Masalah keperawatan
Isolasi sosial
2. Data yang perlu dikaji
a. Data subyektif
 Klien mengatakan malas berinteraksi
 Klien mengatakan tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
b. Data obyektif
 Mondar mandir tanpa arah
 Menyendiri
 Mengurung diri
 Tidak mau berbicara dengan orang lain
 Tidak berinisiatif berhubungan sosial

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Isolasi sosial

V . RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Terlampir
STRATEGI PELAKSANAAN ( SP 1 P )

Nama :

Ruangan :

Hari / tanggal :

Pertemuan :

I . PROSES KEPERAWATAN

A. Kondisi Klien

Klien mengatakan malas berinteraksi dan klien mengatakan tidak mau


berinteraksi dengan orang lain. Dan klien tampak mematung, mondar mandir
tanpa arah, menyendiri, mengurung diri,tidak mau berbicara dengan orang lain
dan tidak berinisiatif berhubungan sosial
B. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
C. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
5. Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah hubungan sosial
D. Tindakan keperawatan
1. Binan hubungan saling percaya
2. Identifikasi penyebab isolasi sosial klien
3. Diskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
4. Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain.
5. Ajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang
6. Anjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian.

II . STRATEGI KOMUNIKASI
A. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik :

“Selamat pagi Ibu, perkenalkan nama saya BruderTaufan Aditya, sering

dipanggil Taufan. Nama ibu siapa? Lebih suka dipanggil siapa? Ibu saya

adalah mahasiswa Profesi Ners STIKIM Jakarta Selatan, saya praktek di sini

selama 1 bulan dari tanggal 13 september - 7 oktober 2016. Saya praktek pada

pagi hari dari pukl 08.00 – 14.00 WIB.

2. Evaluasi validasi :

“Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Bagaimana tidurnya semalam?”

3. Kontrak :

a. Topik :”Ibu , pagi ini kita bertemu untuk berkenalan dan berbincang-

bincang mengenai masalah yang ibu hadapi”.

b. Waktu :”Berapa lama kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15

menit?

c. Tempat :”Ibu mau berbincang-bincang di mana? Bagaimana kalau di

ruang makan?

d. Tujuannya :Tujuan kita berbincang-bincang hari ini agar kita kenal lebih

dekat satu sama lain dan mengetahui permasalahan yang ibu hadapi.

B. Fase Kerja

“Ibu sudah berapa lama dirawat di sini? Apa ibu tahu, ibu sekarang berada di

mana? Apakah ibu punya teman di sini? Kegiatan apa yang ibu lakukan di sini?
Apa ibu punya hoby? Hoby ibu apa? Mengapa ibu bilang tidak punya teman?

Bukannya di sini banyak teman? Menurut ibu apa keuntungan berhubungan

sosial atau berinteraksi dengan orang lain dan apa kerugiannya jika tidak

berinteraksi dengan orang lain? Apakah ibu mengenal semua orang yang ada di

sini? Apakah ibu sering ngobrol-ngobrol dengan mereka semua? Apakah ada

penghambat yang ibu rasakan untuk berinteraksi dengan orang lain? Jadi jika

ibu mau berkenalan atau berinteraksi dengan orang lain berarti ibu akan

mempunyai banyak teman, ibu mau tidak mempunyai banyak teman?Jika ibu

mempunyai banyak teman, ibu tidak akan kesepian, bisa berdiskusi dan saling

menolong dan akan ada banyak orang yang akan membantu ibu jika ibu ada

masalah dan sebaliknya jika ibu tidak mau berkenalan dengan banyak orang,

ibu akan merasa sendirian, kesepian dan tidak bisa diskusi.

“Nah, sekarang BruderTaufan akan mengajarkan bagaimana cara berkenalan

yang baik. Pertama, ibu ucapkan salam, lalu berjabat tangan dan sebutkan nama

ibu dan senang dipanggil siapa, lalu ibu tanyakan nama lawan bicara dan

senang dipanggil siapa? Setelah itu ibu bisa ngobrol-ngobrol tentang alamatnya

di mana, asalnya dari mana dan hobynya apa, dan lain-lain. Sekarang

BruderTaufan akan mempraktekkan dengan ibu dan coba ibu

mempraktekkannya pada BruderTaufan. Bagus...ibu dapat melakukannya, jadi

ibu bisa melakukannya dengan siapa saja. Nah, sekarang kita masukkan ke

dalam jadwal harian, ibu mau latihan jam berapa saja?.”

C. Fase Terminasi

1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan


 Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dan

melakukan latihan perkenalan dengan orang lain?.”

 Evaluasi Obyektif

“Tadi ibu sudah tahu cara berkenalan, coba ibu praktekkan lagi cara

berkenalan dengan orang secara benar, bagus sekali.”

2. Rencana tindak lanjut

“Ibu, ingat-ingat cara berkenalan dengan orang lain yang benar seperti tadi

bunda ajarkan dan ibu bisa melakukannya dengan siapa saja. Tadi kegiatan

dan cara berkenalan sudah kita masukkan ke dalam jadwal harian ibu, nanti

ibu latihan sesuai jadwal ya...nanti dalam mengisi jadwal berikan tanda pada

huruf M bila dilakuakn mandiri, huruf B bila dengan bantuan dan huruf T

bila tidak dikerjakan dan besok akan bunda tanyakan lagi ke ibu ya?.”

c. Kontrak yang akan datang

1. Topik :”Sesuai janji Bruder Taufan, karena sudah 15 menit maka kita

berhenti dulu diskusi kita. Besok kita akan lanjutkan pembicaraan kita

tentang bagaimana berkenalan dengan satu orang.”

2. Waktu :”Jam berapa besok kita bertemu, bagaimana kalau jam 10.00

pagi?.”Berapa lama kita berbincang-bincang, bagaimana kalau 15 menit?.”

3. Tempat :”Di mana kita bertemu besok, bagaimana kalau di taman?

Anda mungkin juga menyukai