Anda di halaman 1dari 18

FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Umur : 9 tahun 3 bulan 19 hari


ANAMNESIS Nama : An. F
Ruang : Melati
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : III

Nama Lengkap : An. F Jenis Kelamin : Laki-laki


Tempat dan Tanggal Lahir : Karanganyar, 27/05/2004 Umur : 9 tahun 3
bulan 19 hari
Nama Ayah : Tn. S Umur : 43 tahun
Pekerjaan Ayah : Buruh bangunan Pendidikan Ayah : -
Nama Ibu : Ny. S Umur : 35 tahun
Pekerjaan Ibu : Buruh Pendidikan Ibu : -
Alamat : Gandu 3/3 plosorejo, Matesih Karanganyar
Tanggal Masuk RS : 14 April 2014
Diagnosis masuk : Sindrom Nefrotik Relaps

Dokter yang merawat : dr. Elief Rohana, Sp.A Komuda: Ika Nurwulandari, S.Ked. Intani
Mundiartasari, S.Ked Nafisatun Zahrokh, S.ked. Najib Rendra Mukti, S.ked

Tanggal : 14 April 2014 (Autoanamnesis dan Alloanamnesis) di Bangsal Melati


KELUHAN UTAMA : Bengkak di seluruh tubuh
KELUHAN TAMBAHAN : Ampeg
1. Riwayat penyakit sekarang
HMRS
Pasien dibawa ke poli Anak RSUD karanganyar dengan keluhan bengkak seluruh
sejak tubuh 4 hari yang lalu, bengkak terlihat jelas pada pagi hari dan berkurang pada siang
hari. Bengkak awalnya dibagian muka, kemudian menjalar keseluruh tubuh. bengkak juga
dirasakan pada bagian perut sehingga terasa ampeg. Keluhan lain seperti muntah (-), batuk (-
), pilek (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Kesan :
a. Terlihat bengkak pada seluruh tubuh
b. Dada terasa ampeg
2. Riwayat penyakit dahulu

1
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

• Riwayat penyakit serupa : pernah di opname ada bulan agustus 2013 dengan keluhan yang
sama
• Riwayat peyakit kejang dengan demam : disangkal
• Riwayat penyakit kejang tanpa demam : disangkal
• Riwayat batuk lama : disangkal
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
Kesan :
Terdapat faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit sekarang.
3. Riwayat penyakit pada keluarga
• Riwayat serupa : disangkal
• Riwayat penyakit kejang disertai demam : disangkal
• Riwayat penyakit kejang tanpa demam : disangkal
• Riwayat batuk pilek : disangkal
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
Kesan :
Tidak terdapat penyakit keluarga yang diturunkan yang berhubungan dengan penyakit
pasien sekarang.

4. Pohon keluarga

2
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Kesan : Tidak terdapat riwayat penyakit yang sama pada keluarga yaitu pada ayah pasien

RIWAYAT PRIBADI
1. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat kehamilan ibu pasien
Ibu G3P0A0 Hamil saat usia 26 tahun. Ibu memeriksakan kehamilannya rutin ke bidan
desa dekat rumah, Ibu tidak pernah mual dan muntah berlebihan, tidak ada riwayat trauma
maupun infeksi saat hamil, sesak saat hamil (-), merokok saat hamil (-), kejang saat hamil
(-). Ibu hanya minum obat penambah darah dan vitamin dari bidan. Tekanan darah ibu
dinyatakan normal. Berat badan ibu dinyatakan normal dan mengalami kenaikan berat
badan selama kehamilan. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien
Ibu melahirkan pasien dibantu oleh bidan, umur kehamilan 9 bulan 1 minggu, persalinan
normal, presentasi kepala, bayi langsung menangis dengan berat lahir 3200 gram dan
panjang badan 46 cm, tidak ditemukan cacat bawaan saat lahir.
c. Riwayat paska lahir pasien
Bayi laki-laki BB 3200 gram, setelah lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, tidak ada demam atau kejang. ASI keluar hari ke-2, setelah ASI keluar bayi
langsung dilatih menetek.
Kesan:
Riwayat ANC baik, riwayat persalinan baik, riwayat PNC baik.
2. Riwayat makanan
0 - 6 bulan : ASI
6 bulan – 1 tahun : ASI, Susu formula, bubur susu, buah (pisang), diselingi nasi tim
kuah sayur.
1 tahun – 2 tahun : Susu formula, buah (pisang), diselingi nasi kuah sayur.
2 – 5 tahun : nasi, lauk, buah, susu
5 – sekarang : nasi 1 piring 3x sehari dengan lauk (tahu, tempe, telor, ayam dsb),
sayur, buah-buahan.
Kesan :
Pasien tidak mendapat ASI eksklusif, kualitas makanan baik, kuantitas makan cukup.

3
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

3. Riwayat perkembangan dan kepandaian


Motorik Kasar Motorik Halus Bahasa Personal Sosial
Menoleh ke
Tengkurap Memegang Tersenyum
sumber suara
(4 bulan) benda (4 bulan) (2 bulan)
(5 bulan)

Duduk sendiri Bermain sendiri


(9 bulan) (9 bulan)

Kesan :
Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial baik

4. Riwayat Vaksinasi
Vaksin I II III IV V VI
Hepatitis B 0 hari 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -
BCG 1 bulan - - - - -
DPT combo 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
(DPT +
hepatitis B)
Polio 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Campak 9 bulan - - - - -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai dengan PPI.

5. Sosial, ekonomi, dan lingkungan


a. Sosial ekonomi
Ayah (35 tahun, pekerja pabrik) dan ibu (30 tahun, ibu rumah tangga) penghasilan
keluarga ± Rp.2.500.000,00/bulan dan keluarga merasa cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari).
b. Lingkungan
Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, dan satu dapur
dengan disertai 1 kamar mandi yang berada diluar rumah. Rumah berlantai ubin

4
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

dengan ventilasi yang cukup (terdapat 1 jendela tiap ruangan) . Rumah ditempati oleh
ayah, ibu, kakak pasien serta pasien.
6. Anamnesis sistem
Cerebrospinal : kejang (-), delirium (-)
Kardiovaskuler : sianosis (-), keringat dingin (-)
Respiratori : batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorokan (-), sesak nafas (-)
Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB (-) encer 1x.
Urogenital : BAK lancar (+), nyeri berkemih (-)
Muskuloskeletal : deformitas (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-), bengkak (-)
Integumentum : bintik merah (-), ikterik (-)
Otonom : demam (-)
Kesan :
Tidak terdapat masalah pada sistem-sistem tersebut.

5
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Umur : 9 tahun 3 bulan 19 hari


PEMERIKSAAN Nama : An. F
Ruang : Melati
JASMANI Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : III
PEMERIKSAAN OLEH Ika Nurwulandari, S.Ked Intani Mundiartasari, S.Ked Nafisatun Zahrokh,
S.Ked Najib Rendra Mukti, S.Ked 14 April 2014 Jam 17.00
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: compos mentis
Vital Sign
Nadi : 116 x / menit
RR : 24 / menit
Suhu : 38,1ºC
Status Gizi
BB/TB : 8,9 kg / 70 cm
BMI : 18,36 kg/m2
Z scores : 0 – 1 (gizi baik)
Kesimpulan : Status gizi pasien baik menurut WHO
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kulit : warna sawo matang, petechie (-), turgor kulit baik
Kepala : ukuran normocephal, rambut warna hitam, lurus, jumlah cukup
Mata : mata cowong (-/-), ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor
Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Leher : pembesaran limfonodi leher (-), massa (-), kaku kuduk (-)
Kesan : Pemeriksaan dalam batas normal.
Thorax : simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Cor
a. Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : ictus cordis kuat angkat
c. Perkusi : batas kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
batas kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra

6
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

batas kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra


batas kiri bawah : SIC V linea midclavicula sinistra
d. Auskultasi: BJ I-II normal reguler (+), bising jantung (-)

Paru
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)
Depan Retraksi dinding dada (-) Retraksi dinding dada (-)
Palpasi Fremitus (n) massa (-) Fremitus (n) massa (-)
Perkusi Sonor (+) Sonor (+)
Auskultasi SDV (+), Rh (-), Wh (-) SDV (+), Rh (-), Wh (-)
Inspeksi Simetris Simetris
Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)
Belakang Palpasi Fremitus (n) Fremitus (n)
massa (-) massa (-)
Perkusi Sonor (+) Sonor (+)
Auskultasi SDV (+), Rh (-), Wh (-) SDV (+), Rh (-), Wh (-)
Kesan :
Thoraks dalam batas normal
Abdomen
a. Inspeksi : distended (-), sikatrik (-), purpura (-)
b. Auskultasi : peristaltik dbn
c. Perkusi : timpani (+)
d. Palpasi : turgor kulit baik (normal)
e. Hepar : tidak teraba membesar
f. Lien : tidak teraba membesar
g. Anogenital : tidak ada kelainan
Kesan : Abdomen dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat (+), deformitas (-), kaku sendi (-),sianosis (-), edema (-)
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri

7
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Gerakan : bebas bebas bebas bebas


Tonus : normal normal normal normal
Trofi : eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Klonus Tungkai : (-) (-) (-) (-)
Reflek fisiologis : biceps (+) normal, triceps (+) normal, reflek brachioradialis (+) normal,
reflek patella (+) normal, reflek achiles (+) normal
Refleks patologis : babinski (-), chaddock (-), oppenheim (-), gordon (-), rosolimo (-)
Meningeal Sign : kaku kuduk (-), brudzinski I (-), brudzinski II (-), brudzinski III (-)
brudzinski IV (-)
Sensibilitas : dalam batas normal
Kesan:
Extremitas superior et inferior dalam batas normal

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN


(24 Januari 2014)
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. Leukosit 5300 uL 5000-10000 /uL
2. Eritrosit 4.700.000 uL 4,0-5,5 / uL
3. Hemoglobin 11,8 gr/dl 11,5-13,5 g/dl
4. Hematokrit 26,6 % 40-48%
5. MCV 89,9 femtoliter 82-92 fl
6. MCH 29,1 pikograms 27-31 pg
7. MCHC 32,3 g/dl 32-36 g/dl
8. Trombosit 139.000 uL 150.000-400.000/uL
9. Limfosit 30,8 % 20-40%
10. Monosit 8,2 % 2-8%
11 Segmen 60,9 % 50-70%
Kesan :
Pemeriksaan laboratoris dalam batas normal

8
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

RINGKASAN ANAMNESIS
 Pasien laki-laki usia 9 tahun 3 bulan 19 hari , datang ke poli anak RSUD Karanganyar dengan
keluhan bengkak diseluruh tubuh disertai dengan ampeg, bengkak terlihat jelas saat pagi hari
dan pada siang hari mulai terlihat seperti biasa.
 Terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang.
 Tidak terdapat riwayat penyakit pada keluarga yang diturunkan pada pasien.
 Riwayat ANC baik, riwayat persalinan baik dan riwayat PNC baik.
 Pasien mendapatkan ASI eksklusif dan sampai sekarang kualitas makanan baik.
 Imunisasi dasar lengkap berdasarkan PPI, sesuai usia pasien saat ini.
 Perkembangan baik.
 Keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingkungan rumah cukup.

RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK


 KU: CM
 Vital sign
N : 116 x / menit
RR : 24 x / menit
S : 38,1°C
 Status gizi baik
 Kulit : petechie (-), turgor kulit baik
 Kepala : ca (-/-), si (-/-),
 Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
 Thorax : tidak terdapat suara tambahan pada kedua lapang paru, cor dbn
 Abdomen : nyeri tekan (-), pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)
 Extremitas superior et inferior dan status neurologis dalam batas normal
 Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal

9
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

DAFTAR MASALAH AKTIF / INAKTIF


Aktif
 Bengkak diseluruh tubuh dengan disertai dada terasa ampeg
Inaktif
 Tidak didapatkan

Diagnosa Kerja
Sindrom Nefrotik Relaps

RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Tindakan
- Nilai dan perbaiki Airway, Breating, Circulation
- Obsevasi keadaan umum dan vital sign
- Pemeliharaan hidrasi dan nutrisi
- Beri oksigen 1-2 liter / menit jika pasien sesak
Rencana Terapi
-
Rencana Edukasi
- Menjelaskan kepada orangtua pasien mengenai penyakit yang diderita pasien.
- Memberitahu cara pencegahan bengkak dengan selalu sedia obat.

PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam

10
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

FOLLOW UP

Tgl S O A

24/1/14 Pasien demam (+), kejang (+), BAB Umur : 10 bulan, BB : 8,9 kg KDK
cair seperti air 1x , berwarna kuning, HR: 116, RR : 24 , S : 38,1°C Gizi baik
lendir (-), darah (-), muntah (-), batuk Status gizi : gizi baik
(-), pilek (-), BAK lancar (+). Status generalisata
Kepala : ukuran normocephal
Mata : Ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (+/+)
Leher : PKGB (-), kaku kuduk (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), ketinggalan
gerak (-), BJ I-II normal reguler, SDV (+/+)
Rh (-/-) Wz (-/-)
Abd : dbn
Extremitas : extremitas superior et
inferior dalam batas normal

25/1/14 Pasien masih demam (+) tapi sudah HR : 108 RR : 26 S: 37,3 °C KDK
turun, kejang (-), BAB sudah lembek Status gizi : gizi baik
Gizi baik
sebanyak 1x, berwarna kuning, lendir Status Generalisata
(-), darah (-), batuk (-), pilek (-), sesak Kepala : ukuran normocephal
(-), minum (+), muntah (-), BAK (+) Mata : Ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (+/+)
lancar. Leher : PKGB (-), kaku kuduk (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), ketinggalan
gerak (-), BJ I-II normal reguler, SDV (+/+)
Rh (-/-) Wz (-/-)
Abd : dbn
Extremitas : extremitas superior et

11
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

inferior dalam batas normal

26/1/14 Pasien sudah tidak demam, kejang (-), HR : 106 RR : 24 S: 36,7 °C KDK
BAB sudah normal seperti biasanya, Status gizi : gizi baik
Gizi baik
sebanyak 1x, berwarna kuning, lendir Status Generalisata
(-), darah (-), batuk (-), pilek (-), sesak Kepala : ukuran normocephal
(-), minum (+), muntah (-), BAK (+) Mata : Ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (+/+)
lancar. Leher : PKGB (-), kaku kuduk (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), ketinggalan
gerak (-), BJ I-II normal reguler, SDV (+/+)
Rh (-/-) Wz (-/-)
Abd : dbn
Extremitas : extremitas superior et
inferior dalam batas normal

27/1/14 Pasien demam lagi (+), kejang (-), HR : 122 RR : 24 S : 38,8 °C KDK
batuk (-), pilek (-), muntah (-), diare (- Status gizi : gizi baik
), BAB dan BAK dbn Status Generalisata Gizi baik

Kepala : ukuran normocephal


Mata : Ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (+/+)
Leher : PKGB (-), kaku kuduk (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), ketinggalan
gerak (-), BJ I-II normal reguler, SDV (+/+)
Rh (-/-) Wz (-/-)
Abd : dbn
Extremitas : extremitas superior et
inferior dalam batas normal

12
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

PEMBAHASAN

Diagnosis pada pasien ini adalah sindrom nefrotik relaps. Sindrom nefrotik (SN) pada anak
merupakan penyakit ginjal anak yang paling sering ditemukan. ? .......... Dari anamnesis di
dapatkan anak laki-laki usia 9 tahun 3 bulan 19 hari dibawa ke poli anak RSUD Karanganyar
karena bengkak diseluruh. Sehingga dari gejala klinis yang didapatkan tersebut mengarah pada
sindrom nefrotik relaps, karena.......
Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai dengan gejala:

1. Proteinuria masif (> 40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau rasio


protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik ≥ 2+)

2. Hipoalbuminemia < 2,5 g/dL

3. Edema

4. Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200 mg/dL


Insidens SN pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-7
kasus baru per 100.000 anak per tahun,1dengan prevalensi berkisar 12 – 16 kasus per 100.000
anak.2 Di negara berkembang insidensnya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000
per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun.3 Perbandingan anak laki-laki dan perempuan
2:1.

Etiologi SN dibagi 3 yaitu kongenital, primer/idiopatik, dan sekunder mengikuti penyakit


sistemik, antara lain lupus eritematosus sistemik (LES), purpura Henoch Schonlein, dan lain lain.
Pada konsensus ini hanya akan dibicarakan SN idiopatik.
Pasien SN biasanya datang dengan edema palpebra atau pretibia. Bila lebih berat akan
disertai asites, efusi pleura, dan edema genitalia. Kadang-kadang disertai oliguria dan gejala
infeksi, nafsu makan berkurang, dan diare. Bila disertai sakit perut, hati-hati terhadap
kemungkinan terjadinya peritonitis atau hipovolemia. Dalam laporan ISKDC (International
Study for Kidney Diseases in Children), pada sindrom nefrotik kelainan minimal (SNKM)
ditemukan 22% dengan hematuria mikroskopik, 15-20% disertai hipertensi, dan 32% dengan
peningkatan kadar kreatinin dan ureum darah yang bersifat sementara.4

13
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Pada anak, sebagian besar (80%) SN idiopatik mempunyai gambaran patologi anatomi
kelainan minimal (SNKM). Gambaran patologi anatomi lainnya adalah glomerulosklerosis fokal
segmental (GSFS) 7-8%, mesangial proliferatif difus (MPD) 2-5%, glomerulonefritis
membranoproliferatif (GNMP) 4-6%, dan nefropati membranosa (GNM) 1,5%.5,6,7 Pada
pengobatan kortikosteroid inisial sebagian besar SNKM (94%) mengalami remisi total
(responsif), sedangkan pada GSFS 80-85% tidak responsif (resisten steroid).

Prognosis jangka panjang SNKM selama pengamatan 20 tahun menunjukkan hanya 4-5%
menjadi gagal ginjal terminal, sedangkan pada GSFS 25% menjadi gagal ginjal terminal dalam
5 tahun dan pada sebagian besar lainnya disertai penurunan fungsi ginjal. Pada berbagai
penelitian jangka panjang ternyata respons terhadap pengobatan steroid lebih sering digunakan
untuk menentukan prognosis dibandingkan dengan gambaran patologi anatomi. Oleh karena itu
pada saat ini klasifikasi SN lebih didasarkan pada respons klinik yaitu:

- Sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS)


- Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan, antara lain:

1. Urinalisis. Biakan urin hanya dilakukan bila didapatkan gejala klinis yang mengarah kepada
infeksi saluran kemih.

2. Protein urin kuantitatif, dapat menggunakan urin 24 jam atau rasio

protein/kreatinin pada urin pertama pagi hari

3. Pemeriksaan darah

Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit, 1.1 trombosit, hematokrit, LED)

Albumin dan kolesterol serum1.2

Ureum, kreatinin serta klirens kreatinin dengan cara klasik atau 1.3 dengan rumus Schwartz

14
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Kadar komplemen C3; bila dicurigai lupus eritematosus sistemik 1.4 pemeriksaan ditambah
dengan komplemen C4, ANA (anti nuclear antibody), dan anti ds-DNA

Patofisiologi
Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat prosesnya
adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan ke
otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energy otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan
permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal memmbran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainnya. Kecuali
klorida. Akibatnya konsentrasi kalium dalam sel neuron tinggi dan natrium rendah. Karena
perbedaan konsentrasi dan jenis ion dalam dan luar sel maka terdapat perbedaan potensial
membrane dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan
energy dan bantuan enzim Na-K- ATPase.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 ºC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada keadaan peningkatan suhu tubuh
tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun Natrium melalui membran akibatnya terjadinya
lepas muatan listrik (Lepas aliran listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh
sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter
dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak yang menderita kejang pada kenaikan suhu
tertentu.

Klasifikasi

15
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

a. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)


Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum tonik dan atau klonik,
umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.
b. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
Kejang lama > 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial, berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang demam.
Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium serum,
urinalisis, dan biakan darah, urin atau feses.
Pungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak berusia di bawah 12 bulan, dianjurkan pada
anak berusia 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak berusia di atas 18 bulan yang dicurigai
menderita meningitis.
Pemeriksaan imaging (CT scan atau MRI) dapat diindikasikan pada keadaan (1) adanya
riwayat dan tanda klinis trauma kepala, (2) kemungkinan adanya lesi struktural di otak
(mikrosefali, spastik), dan (3) adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun,
muntah berulang, fontanel anterior membonjol, paresis saraf otak VI, edema papil)..
Elektroensefalografi dipertimbangkan pada kejang demam kompleks.

Penatalaksanaan
Dalam penanggulangan kejang demam ada faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :
- Mengatasi kejang secepat mungkin
- Pengobatan Akut
- Memberikan pengobatan rumat
- Mencari dan mengobati penyebab
- Mencegah terjadinya kejang dengan cara anak jangan sampai panas

16
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

a. Mengatasi kejang secepat mungkin


Kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi isi lambung. Penting sekali mengusahakan jalan
nafas yang bebas agar oksigenasi terjamin. Dan bisa juga diberikan sesuatu benda yang bisa
digigit seperti kain, sendok balut kain yang berguna mencegah tergigitnya lidah atau
tertutupnya jalan nafas.Pengobatan fase akut

b. Pengobatan akut
Biasanya kejang berlangsung singkat, apabila pasien kejang. Obat yang paling cepat
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan iv atau intrarektal. Dosis diazepam iv
0,3-0,5 mg/kgbb/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan
dosis maksimal 20 mg.Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis hentikan penyuntikan
tunggu sebentar dan bila tidak timbul kejangjarum dicabut. Bila iv tidak ada berikan diazepam
intrarektal 0,5- 0,75 mg/kgBB atau 5mg (BB<10kg) atau 10(BB>10kg). Bila kejang tidak
berhenti dapat diulang selama 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti lagi berikan fenitoin
dengan dosis awal 10-20 mg/kgbb secara iv dengan kecepatan 1mg/kg/menit atau kurang dari
50mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya dalah 4-8mg/kg/hari dimulai 12 jam setelah
dosis awal.

c. Pengobatan rumatan

Pemberian fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko
berulangnya kejang. Dosis asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis, fenobarbital
3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumatan diberikan selama 1 tahun bebas
kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.

d. Mencari penyebab kejang demam


Dengan penelusuran sebab kejang dan factor resiko terjadinya kejang dan dilakukan
pengobatan sesuai penyebab.

e. Mencegah kejang demam dengan cara mencegah anak agar tidak panas
Pemberian antibiotic yang sesuai apapila anak mengalami infeksi.

Bersamaan dengan mengatasi kejang dilakukan:

17
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 00256999
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

a. Bebaskan jalan nafas, pakaian penderita dilonggarkan kalau perlu dilepaskan


b. Tidurkan penderita pada posisi terlentang, hindari dari trauma. Cegah trauma pada bibir
dan lidah dengan pemberian spatel lidah atau sapu tangan diantara gigi
c. Pemberian oksigen untuk mencegah kerusakan otak karena hipoksia
d. Segera turunkan suhu badan dengan pemberian antipiretika (asetaminofen /
parasetamol) atau dapat diberikan kompres.
e. Cari penyebab kenaikan suhu badan dan berikan antibiotic yang sesuai

18

Anda mungkin juga menyukai