Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DOSEN:
O
L
E
H
Kelompok 2
Mutiara Sanika Lubis 161000141
Annisa Nasution 161000152
Sonia Annnisa Harahap 161000237
Faurinda Septilya 161000238
Silmi Hasanah 161000266
Dita Rizky R 161000268
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai “Manajemen Kesehatan Lingkungan Diare”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen kami yang telah memberi gambaran dan
wawasan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah
selanjutnya bisa lebih baik lagi. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah
ini bermanfaat untuk kami dan untuk pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian diare
2. Mengetahui jenis-jenis diare
3. Mengetahui faktor penyebab dan gejala diare
4. Mengetahui program nasional diare
5. Mengetahui pencegahan diare
BAB II
PEMBAHASAN
Diare didefenisikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter
tinja dan tinja air di keluarkan tiga kali atau lebih per hari (Ramaiah, 2007:13).
Diare tejadi akibat pencernaan bakteri E.COLI terhadap makanan. Bakteri ini sangat senang berada
dalam tinja manusia, air kotor, dan makanan basi. Untuk mencegah terjadinya diare, makanan yang
diberikan kepada anak harus hygenis. Jangan lupa juga untuk selalu mencuci tangan dengan bersih
(Widjaja. 2005:26).
Sedangkan menurut Suriadi (2006:80) menyatakan bahwa diare adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air bentuk tinja encer
atau cair.
Diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan
dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka
waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar
sekali atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai
akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
Jenis diare menurut American College of Gastroenterology (ACG) ada dua jenis yaitu jenis diare akut
dan diare kronis.
a. Diare akut yang merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus Rotavirus yang ditandai
dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya
(3kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare Rotavirus ini
merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada
anak-anak. Penyebab utamanya adalah:
Infeksi saluran cerna akibat virus, bakteri, atau parasit pada air dan makanan yang terkontaminasi,
ataupun kontak dengan orang lain yang sedang mengalami infeksi ini.
Mengonsumsi terlalu banyak minuman soda, minuman beralkohol, atau minuman yang
mengandung kafein
Keracunan
Pada umumnya, diare akut akan sembuh dalam beberapa hari setelah mengonsumsi cukup cairan,
mengonsumsi obat, dan istirahat dengan cukup.
b. Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari empat minggu dan di sebabkan oleh
banyak penyebab. Menurut Lustbader, penyebab diare kronis adalah
Osmotik dan Malabsorpsi (yaitu menghasilkan terlalu banyak air yang diserap ke dalam
usus), seperti penyakit celiac dan lactose intolerance.
Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan atau dari makanan. Faktor lingkungan dapat
menyebabkan terinfeksi bakteri atau virus penyebab diare. Makanan yang tidak cocok atau belum dapat
dicerna dan diterima dengan baik dan keracunan makanan juga dapat menyebabkan diare.
Diare dapat disebabkan oleh infeksi pada perut atau usus. Peradangan atau infeksi usus oleh agen
penyebab :
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst tinggal. Air
dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa membawa
makanan sendiri saat ke sekolah
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih dan
jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban (juga
jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi.
Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak,
mandi, dan sebagainya.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di
Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan
oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.
Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 IR penyakit diare 411/1000 penduduk.
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun
2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR
1,74 %.)
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Prevalensi diare dalam Riskesdas 2007 diukur dengan
menanyakan apakah responden pernah didiagnosis diare oleh tenaga kesehatan dalam satu bulan terakhir.
Responden yang menyatakan tidak pernah, ditanya apakah dalam satu bulan tersebut pernah menderita
buang air besar >3 kali sehari dengan kotoran lembek/cair. Responden yang menderita diare ditanya
apakah minum oralit atau cairan gula garam.
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (18,9%)
dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%).
Ada hubungan negatif antara kejadian diare dengan tingkat pendidikan ibu dan indeks kekayaan
kuantil. Semakin pendidikan ibu meningkat dan semakin tinggi indeks kekayaan kuantil rumah tangga,
semakin rendah prevalensi diare. Tidak ada pola yang khas antara prevalensi diare dan sumber air minum
serta fasilitas kakus. Terlihat bahwa persentase diare lebih rendah pada anak yang tinggal di rumah
dengan fasilitas kakus sendiri. Seperti yang diprediksi prevalensi diare paling tinggi terjadi pada anak
yang tinggal di rumah tanpa akses air bersih, yaitu yang memakai fasilitas kakus di sungai/kolam/danau
(18,4%).
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan
memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air
tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan
osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang
terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus
segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat
enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan
mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang
mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,
mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian
diare pada 3 bulan berikutnya.(Black, 2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc
mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan
bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 % (Hidayat 1998 dan Soenarto 2007). Berdasarkan
bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
- Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
- Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc :
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang
disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti
tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak
mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek
samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare
disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
5. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang :
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
- Diare lebih sering
-Muntah berulang
-Sangat haus
- Makan/minum sedikit
-Timbul demam
-Tinja berdarah
-Tidak membaik dalam 3 hari.
BAB III
HASIL ANALISIS
Variabel yang mempengaruhi: Ekonomi masyarakat, pendidikan pemajan dan iklim penghujan.
Dari program nasional yang dibuat oleh pemerintah kami mendapati ketidak efektifan yang terjadi
akibat :
• kurangnya sarana kesehatan yang tersedia
• tidak rutinnya penyuluhan diare di masyarakat
• tidak maksimalnya penatalaksanaan diare yang standar di sarana kesehatan melalui Lima
Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE)
• pengawasan dan pembinaan dari Dinas Kesehatan kurang berjalan dengan baik dan partisipasi
masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare masih rendah.
• Oralit belum seluruhnya diberikan pada penderita diare.
• Penggunaan antibiotika masih berlebihan. Anti diare walaupun tidak direkomendasikan tetapi
masih sering diberikan bagi penderita diare balita
• Program lintas diare berorientasi pada perilaku
Maka dari itu kami membuat penanggulangan simpul 1, 2, 3 dan 4 sebagai berikut :
1. Manajemen Simpul 1
Tidak makan disembarang tempat.
Meningkatkan hygiene sanitasi personal
2. Manajemen Simpul 2
Mengedukasi warga mengolah air permukaan menjadi air yang baik untuk diminum.
Menjalin kerjasama dengan Universitas untuk meneliti kandungan E.Coli yang terdapat
dalam makanan yang biasa atau favorit anak-anak.
3. Manajemen Simpul 3
Mengadvokasi pemerintah untuk membuat kebijakan yang mengharuskan lembaga
pendidikan memiliki kantin yang sehat.
Mengadakan arisan jamban.
Melakukan reboisasi di pegunugan.
Mempertegas pengawasan tentang buang sampah sembarangan.
4. Manajemen Simpul 4
Pemberian Oralit.
Pemberian Suplemen Zinc.
Pemberian Antibiotik jika diperlukan.
5. Manajemen Simpul 5
Membuat media promosi kesehatan yang diletakkan disetiap Puskesmas atau platform
advertising yang terlihat tentang Pengolahan makanan dan penggunaan peralatan makanan
yang baik.
Membuka home industry agar demi ekonomi keluarga meningkat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair,
bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan
berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari.
2. Program Nasional Diare : LINTAS DIARE ( Lima Langkah Tuntaskan Diare ) :
a. Berikan oralit
b. Berikan obat zinc
c. Pemberian Asi / Makanan
d. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
e. Pemberian nasehat
3. Program Nasional diare belum efektif karena :
Kurangnya sarana kesehatan yang tersedia
Tidak rutinnya penyuluhan diare di masyarakat
Tidak maksimalnya penatalaksanaan diare yang standar di sarana kesehatan
melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE)
Pengawasan dan pembinaan dari Dinas Kesehatan kurang berjalan dengan baik
dan partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare masih
rendah.
Oralit belum seluruhnya diberikan pada penderita diare.
Penggunaan antibiotika masih berlebihan. Anti diare walaupun tidak
direkomendasikan tetapi masih sering diberikan bagi penderita diare balita
Program lintas diare berorientasi pada perilaku
4. Untuk menanggulangi ketidakefektifan ada beberapa program rancangan kami yang
berpedoman pada teori simpul yang telah kami uraikan.
4.2 Saran
Rahman, H.F.,Widoyo, S., Siswanto, H., Biantoro. (2016) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SOLOR KECAMATAN CERMEE BONDOWOSO.
NurseLine Journal, 1(1), 2540-7937
KEMENTRIAN KESEHATAN RI. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Diakses tanggal 8 Oktober 2018 :
file:///C:/Users/USER/AppData/Local/Temp/buletin-diare.pdf