Anda di halaman 1dari 9

Dahlan, Pengaruh Teknik Relaksasi Bernapas Dalam

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI BERNAPAS DALAM


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI POLI PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

Dahlan D.A., Rini Hendari

Abstract: High blood pressure disease occurs due to blood vessels which normally does not cause increased
pressure within the blood vessels in excess of normal. Blood pressure measurement to describe the state of the
arterial wall and the final pressure that occurs, the blood pump working, fluid conditions, and how the situation
of blood vessels. Relaxation is an effort to reduce tensions experienced by individuals so that the elasticity of
vessels increased. This study find out how the effectiveness of deep breathing relaxation techniques to decrease
blood pressure in patients with hypertension in poly diseases in general hospital areas bima. Using a quasi
perimental design with pre test-post test design. Sampling done by purposive sampling of hypertensive disease
in hospitals in poly Bima. Research instruments in the form of observation sheet and set the examination of
blood pressure of mercury. The results of the study showed significant difference systolic and diastolic blood
pressure of hypertensive patients before and after doing relaxation breathing in the (p value = 0.000 and t =
8.596 the value of systolic and diastolic t = 5.922 on). With an average decrease of 6.00 mmHg systole pressure
and a decrease in average diastolic pressure by 3.13 mmHg. The Conclusion of the study: Deep breathing
relaxation techniques proven effective for lowering blood pressure.

Kata Kunci: Relaxes Bernapas Dalam, Tekanan Darah, Hipertensi

LATAR BELAKANG tekanan di dalam saluran darah meningkat melebihi


Saat ini penyakit degeneratif dan dari biasa. Ini adalah satu fenomena yang agak
kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kompleks untuk diterangkan. Tekanan darah normal
kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil Survei bagi orang dewasa ialah 120 mmHg (tekanan
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, 1996, sistolik) dan 80 mmHg (tekanan diastolik).
dan 2002 menunjukkan peningkatan prevalensi Peningkatan tekanan darah menjadi lebih tinggi dari
penyakit kardiovaskuler yang menyolok sebagai batas normal akan menyebabkan kerusakan serta
penyebab kematian dan sejak tahun 2003 diduga pengendapan plak kolesterol pada saluran darah, dan
sebagai penyebab kematian nomor satu. Penyakit seterusnya bisa mengakibatkan pendarahan dan
tersebut timbul karena berbagai faktor risiko seperti kerusakan pada organ. Biasanya penderita hipertensi
kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia, diabetes tidak merasakan gejala apa-apa, tetapi sebagian dari
mellitus, obesitas, usia lanjut, dan riwayat keluarga. mereka ada yang sering mengeluh pusing, kencang di
Aterosklerosis merupakan penyebab utama tengkuk dan sering berdebar. Hal ini menyebabkan
terjadinya hipertensi yang berhubungan dengan diet penilaian kondisi penderita hipertensi tidak dapat
seseorang, walaupun faktor usia juga berperan, hanya berdasarkan gejala klinis, tetapi harus
karena pada usia lanjut (usila) pembuluh darah didasarkan pada hasil pemeriksaan tekanan darah
cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang secara pasti (Kurniawan, 2002).
(Kurniawan, 2002). Tekanan darah merupakan salah satu
Penyakit tekanan darah tinggi terjadi akibat representasi dari kinerja jantung dan seluruh sistem
tidak normalnya saluran darah yang menyebabkan kardiovaskuler. Volume darah yang dipompakan oleh

220
Dahlan, Pengaruh Teknik Relaksasi Bernapas Dalam

jantung pada setiap denyutnya akan menekan dinding menurunkan reaksi cemas, mengurangi sensasi nyeri
pembuluh darah lalu menghasilkan tekanan yang yang dirasakan secara subyektif dan menurunkan
disebut sistole. Selanjutnya volume tadi didorong stress untuk mengorientasikan kembali fokus
oleh katup-katup di sepanjang arteri ke masing- perhatian terhadap diri sendiri dan lingkungan.
masing organ sasaran. Saat katup semilunaris aorta Secara bebas relaksasi seringkali disebut sebagai
menutup maka tekanan akhir pada dinding pembuluh upaya untuk santai (Ramdhani, 2008). Dalam
darah akan menurun, yang biasa disebut distole. intervensi keperawatan dikenal beberapa teknik yang
Mekanika siklus jantung selama masa diastole dapat digunakan untuk memperoleh relaksasi, antara
(relaksasi) tekanan dalam atrium dan ventrikel sama- lain guidence imagery, teknik retraksi, dan bernapas
sama rendah, tetapi tekanan atrium lebih besar dari dalam. Bernapas dalam merupakan upaya
tekanan ventrikel. Atrium secara terus-menerus meningkatkan suplay oksigen ke dalam organ-organ
menerima darah dari vena (vena cava superior dan vital sehingga tubuh kembali pada tingkat yang
inferior, vena pulmonalis), kemudian darah mengalir optimal (Potter-Perry, 2005).
dari atrium menuju ventrikel melalui katup atrio- Pemberian relaksasi dapat menurunkan
ventrikuler (katup A-V) yang terbuka. Pada akhir ketegangan fisiologis, meningkatkan relaksasi otot,
periode diastole, aktivitas listrik mulai menjalar ke menurunkan kecemasan sehingga terjadi vasodilatasi
ventrikel yang mulai berkontraksi sehingga tekanan pembuluh darah. Aliran darah sistemik menjadi
ventrikel meningkat dengan cepat dan mendorong lancar, denyut nadi menjadi normal, frekuensi
katup A-V menutup dengan cepat. Peningkatan pernapasan menjadi normal, dan mengurangi
volume di ventrikel dan aktivitas elektrik jantung evaporasi sehingga klien menjadi nyaman dan
mendorong terjadinya kontraksi sehingga terjadi pikiran menjadi tenang sebagai akibat dari penurunan
ejeksi darah ke dalam aorta dan arteri pulmonal. aktivitas RAS (Reticullar Activating System) dan
Tekanan yang ditimbulkan kontraksi inilah yang peningkatan aktivitas batang otak. Sehingga mampu
disebut sistole (Zia-Ulhaq, 2008). mengatasi keluhan anxietas, insomnia, kelelahan,
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat kram otot, serta tekanan darah tinggi (Davis, 1987).
pengaruh teknik relaksasi bernapas dalam terhadap Hasil penelitian diharapkan dapat
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di memberikan kontribusi baik bagi pasien secara
Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah langsung maupun bagi institusi pelayanan kesehatan
Bima. Mengingat bahwa tekanan darah merupakan dan institusi pendidikan kesehatan serta bagi
salah satu indikator penting dalam penegakan perkembangan ilmu keperawatan dalam memberikan
diagnosa dan monitoring keadaan pasien serta ada asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
kecenderungan terjadi perbedaan hasil pengukuran hipertensi.
tekanan darah sebelum dan sesudah relaksasi.
METODE
Relaksasi, merupakan upaya untuk
Desain yang digunakan adalah “Quasy
menurunkan ketegangan yang dialami individu.
Eksperiment Design” dengan menggunakan
Relaksasi seringkali dikaitkan dengan upaya

221
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

pendekatan One Group Pra Test–Post Test Design. Instrument lain yang digunakan adalah pedoman
Subjek penelitian dipilih menggunakan metode non pelaksanaan tehnik relaksasi bernapas dalam. Analisa
probability sampling jenis purposive sampling pada data menggunakan statistik parametris dengan
pasien yang datang ke Poli Penyakit Dalam RSUD pendekatan t-test. Untuk mengetahui Pengaruh
Kabupaten Bima. Pengumpulan data menggunakan teknik relaksasi bernapas dalam terhadap penurunan
instrumen pemeriksaan fisik berupa alat pengukur tekanan darah pada penderita hipertensi, peneliti
tekanan darah jenis air raksa dan catatan hasil menggunakan taraf signifikansi (α = 0, 05).
pengukuran dalam bentuk lembar observasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Responden

Tabel 1: Karakteristik Responden Penelitian di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Bima,
Oktober 2010
No Karakteristik Responden F %
1. Umur
a. 18 – 20 tahun 4 10
b. 21 – 30 tahun 8 20
c. 31 – 50 tahun 15 37.5
d. > 50 tahun 13 32.5
2. Jenis Kelamin
a. Perempuan 17 42.5
b. Laki-laki 23 57.5
3. Lamanya menderita hipertensi
a. 1 – 5 tahun 19 47.5
b. 6 – 10 tahun 8 20
c. 11 – 15 tahun 6 15
d. > 15 tahun 7 17.5
4. Rata-rata kekambuhan dalam 1 bulan
a. < 2 kali 36 90
b. > 2 kali 4 10
5. Frekuensi kontrol tekanan darah dalam 1
bulan 2 5
a. Tidak pernah 32 80
b. 1 - 3 kali 6 15
c. > 3 kali
Total 40 100.0

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelumnya. Tekanan darah dalam kehidupan


sebagian besar responden penelitian ini berusia seseorang bervariasi secara alami. Remaja secara
dewasa antara 30–50 tahun, berjenis kelamin laki- normal memiliki tekanan darah yang lebih rendah
laki, menderita hipertensi antara 1 sampai 5 tahun, daripada dewasa dan pra lansia. Tekanan darah juga
kambuh kurang dari 2 kali dalam 1 bulan, dan biasa dipengaruhi oleh aktivitas fisik, pada saat melakukan
kontrol setidaknya 3 kali dalam 1 bulan (Tabel 1). aktivitas akan lebih tinggi dan lebih rendah ketika
Menurut Yayasan Jantung Indonesia (2008), beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga
tanpa melihat usia atau jenis kelamin, semua orang berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling
sebenarnya bisa terkena penyakit tekanan darah rendah pada saat tidur malam hari.
tinggi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala

222
Dahlan, Pengaruh Teknik Relaksasi Bernapas Dalam

Banyaknya penderita hipertensi pada sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan
kelompok usia dewasa dipengaruhi oleh pola (Rokhaeni, 2001). Dalam penelitian ini juga
aktifitas sehari-hari dan banyaknya stressor yang diketahui bahwa mayoritas responden mengalami
mereka hadapi dalam kehidupan. Pada usia 30 – 50 hipertensi antara 1 – 5 tahun terakhir yang
tahun seseorang mulai mengevaluasi pencapaian cita- menunjukkan bahwa masih ada potensi untuk
cita dan harapan masa muda dalam kehidupannya. mengontrol hipertensi. Jika seseorang telah
Jika banyak keinginan dan cita-cita yang belum mengidap hipertensi dalam waktu yang lama maka
tercapai maka mereka akan bekerja secara lebih giat akan sangat sulit untuk dikontrol dan biasanya
dengan segala stressor yang mereka hadapi. Hal cenderung untuk menjadi hipertensi berat.
inilah yang mempengaruhi banyaknya populasi Responden penelitian ini sebagian besar
penderita hipertensi pada golongan usia dewasa. mengalami kambuh antara 1 sampai 2 kali dalam 1
Perempuan lebih sedikit mengalami bulan. Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi yang
hipertensi dibandingkan dengan laki-laki karena pada mereka alami bukan berasal dari faktor-faktor
usia produktif perempuan masih mengalami internal seperti misalnya penderita penyakit ginjal
menstruasi. Kadar hormon estrogen yang secara yang cenderung mengalami hipertensi terus-menerus.
periodik beredar dalam darah menyebabkan Hipertensi yang berhubungan dengan pola hidup
pembuluh darah lebih kenyal dibandingkan dengan jarang untuk kambuh sehingga menyebabkan
laki-laki. Menstruasi pada perempuan juga penderitanya jarang kontrol ke unit pelayanan
menyebabkan pengeluaran darah secara teratur kesehatan. Namun demikian perilaku jarang kontrol
sehingga rata-rata perempuan memiliki ini juga berpeluang memperberat hipertensi sebab
kecenderungan memiliki tekanan darah lebih rendah tanpa mengetahui berapa tekanan darah maka tidak
dibandingkan laki-laki. Selain itu juga faktor resiko dapat ditentukan kebutuhan untuk mengurangi beban
hipertensi yang berasal dari pola hidup seperti kerja/stressor, mengurangi garam dan tidur lebih
merokok, minum alkohol dan minum kopi lebih teratur (Zia-Ulhaq, 2008).

Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sistol pada Pemeriksaan Pertama dan Kedua

Tabel 2: Hasil Pengukuran Tekanan Sistol Sebelum dan Sesudah Perlakuan (dalam Satuan mmHg) di
Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Bima, Oktober 2010
Tekanan sistol pemeriksaan kedua
Jumlah
130 135 140 145 150 155
140 8 1 2 0 0 0 11

223
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

20.0% 2.5% 5.0% .0% .0% .0% 27.5%


145 0 0 3 3 0 0 6
Tekanan sistol
.0% .0% 7.5% 7.5% .0% .0% 15.0%
pemeriksaan
pertama 150 0 0 8 2 2 0 12
.0% .0% 20.0% 5.0% 5.0% .0% 30.0%
155 0 0 1 1 5 4 11
.0% .0% 2.5% 2.5% 12.5% 10.0% 27.5%
8 1 14 6 7 4 40
Total
20.0% 2.5% 35.0% 15.0% 17.5% 10.0% 100.0%

Sumber: Data Primer

Tabel 2 menunjukkan bahwa responden tekanan darah ini secara bermakna terlihat pada
dengan tekanan darah sistol pertama 140 mmHg responden yang berusia antara 30 – 50 tahun
kemudian menurun menjadi 130 mmHg berjumlah (populasi usia terbesar) 3 dari 4 orang mengalami
20%, hal yang sama terjadi pada responden dengan penurunan tekanan darah.
tekanan darah sistol pertama 150 mmHg kemudian Menurut Potter-Perry (2005) dan Ina (2008),
menurun menjadi 140 mmHg berjumlah 20%. Dari secara teoritis disebutkan bahwa ansietas, takut dan
tabel di atas juga menunjukkan bahwa responden stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik, yang
yang tidak mengalami penurunan tekanan darah meningkatkan curah jantung dan tahanan perifer
seluruhnya berjumlah 27,5% sedangkan responden sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Tetapi
yang mengalami penurunan tekanan darah sistol pada usia 30–50 tahun seseorang telah mengalami
seluruhnya berjumlah 72,5%. kematangan secara emosi sehingga kemampuan
Secara konsep tekanan darah, sistol mengelola stress juga lebih baik. Hal ini membuat
merupakan cerminan tekanan yang diejeksikan kelompok umur ini mudah mengalami relaksasi
jantung sehingga tekanan sistol dianggap sehingga tahanan pembuluh berkurang dan tekanan
merefleksikan kekuatan kontraksi oleh jantung dan sistol menurun.
besarnya tahanan dinding pembuluh darah (Price- Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin,
Wilson, 2005). penurunan tekanan sistol lebih banyak terjadi pada
Dari 40 orang responden yang diperiksa jenis kelamin perempuan. Hasil ini sesuai dengan
tekanan darahnya, sebanyak 29 orang mengalami pernyataan Potter-Perry 2005 bahwa setelah pubertas
penurunan tekanan darah dengan variasi penurunan laki-laki cenderung memiliki tekanan darah yang
tekanan darah antara 5 sampai 15 mmHg. Adapun lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga
rata-rata penurunan tekanan darah responden adalah peluang terjadinya penurunan tekanan darah juga
6,00 mmHg. Jika dilihat berdasarkan usia, penurunan lebih besar pada perempuan dibandingkan laki-laki.

Hasil Pengukuran Tekanan Darah Diastol pada Pemeriksaan Pertama dan Kedua
Tabel 3: Hasil Pengukuran Tekanan Diastol Sebelum dan Sesudah Perlakuan (Dalam Satuan mmHg) di
Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Bima, Oktober 2010
Tekanan diastol pemeriksaan kedua Jumlah

224
Dahlan, Pengaruh Teknik Relaksasi Bernapas Dalam

80 85 90 95
4 3 11 0 18
90
Tekanan diastol 10.0% 7.5% 27.5% .0% 45.0%
pemeriksaan pertama 0 0 14 8 22
95
.0% .0% 35.0% 20.0% 55.0%
4 3 25 8 40
Total
10.0% 7.5% 62.5% 20.0% 100.0%

Sumber: Data Primer

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden 50 tahun, 3 dari 4 orang mengalami penurunan


dengan tekanan darah diastol pertama 90 mmHg tekanan darah.
kemudian turun menjadi 80 mmHg berjumlah 10%, Pada penderita hipertensi, jantung
yang turun menjadi 85 mmHg berjumlah 7,5% dan memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
yang tetap 90 mmHg berjumlah 27,5%. Responden banyak cairan pada setiap detiknya. Arteri besar
dengan tekanan diastol pertama 95 mmHg kemudian kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
turun menjadi 90 mmHg berjumlah 35% sedangkan sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat
yang tekanan darahnya tetap 95 mmHg berjumlah jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Oleh
20%. Data ini menunjukkan bahwa 47,5% responden karena itu, darah pada setiap denyut jantung dipaksa
tidak mengalami penurunan tekanan darah diastol untuk melalui pembuluh yang sempit dari biasanya
sedangkan 52,5% responden mengalami penurunan dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang
tekanan darah diastol setelah melakukan relaksasi. terjadi pada usia lanjut, dinding arterinya telah
Secara teoritis, tekanan diastol berhubungan menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan
dengan volume vaskuler dan tahanan sirkulasi cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada
sehingga variasi tekanan diastol lebih banyak saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil
dipengaruhi oleh elemen-elemen yang erat kaitannya (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena
dengan volume cairan intravaskuler dan tahanan perangsangan saraf atau hormon di dalam darah
pembuluh darah saat fase relaksasi jantung. (Potter-Perry, 2005).
Di antara 40 orang responden yang Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa
diperiksa tekanan darahnya, sebanyak 21 orang menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini
mengalami penurunan tekanan darah dengan variasi terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
penurunan tekanan darah antara 5 sampai 10 mmHg. tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
Adapun rata-rata penurunan tekanan darah diastolik dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
responden adalah 3,13 mmHg. Jika dilihat sehingga tekanan darah juga meningkat (Price-
berdasarkan usia, penurunan tekanan darah ini secara Wilson, 2005).
bermakna terlihat pada responden yang berusia 30 –

Hasil Uji Statistik tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Bernapas Dalam terhadap Penurunan Tekanan
Darah

225
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

Tabel 4: Hasil Uji Statistik Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan Menggunakan
Uji T-Test dengan Α = 0,05

p
No Variabel Yang Diuji t
value

Tekanan darah sistol sebelum dan sesudah dilakukan


1 0.000 8.596
teknik relaksasi bernapas dalam

Tekanan darah diastol sebelum dan sesudah dilakukan


2 0.000 5.922
teknik relaksasi bernapas dalam

Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat Kedisiplinan ini akan memperlambat pengerasan


perbedaan yang bermakna antara hasil pengukuran pembuluh darah sehingga mudah berespon dengan
tekanan darah sistol sebelum dan sesudah perlakuan teknik relaksasi yang dilakukan (Kurniawan, 2002).
dengan p value = 0,000 (p value < 0,05). Serta Dinding pembuluh darah arteri yang elastis dan
terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil mudah berdistensi, akan mudah melebarkan diameter
pengukuran tekanan darah diastol sebelum dan dinding pembuluh untuk mengakomodasi perubahan
sesudah perlakuan dengan p value = 0,000 (p value < tekanan. Kemampuan distensi arteri mencegah
0,05). pelebaran fluktuasi tekanan darah (Price-Wilson,
Setelah seseorang mengalami relaksasi 2005).
maka aktivitas memompa jantung berkurang, arteri Responden yang jarang kambuh
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari menunjukkan kemampuan adaptasi yang masih baik
sirkulasi. Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa terhadap peningkatan tekanan intra arteri dan dinding
pada usia muda memiliki elastisitas pembuluh yang pembuluhnya masih lebih elastis dibandingkan
lebih baik (Price-Wilson, 2005). Elastisitas pembuluh dengan mereka yang sering kambuh. Sebagaimana
darah ini menyebabkan besarnya toleransi pembuluh bahasan sebelumnya, kemampuan distensi arteri
terhadap tekanan akhir diastolik. Pada saat seseorang mencegah pelebaran fluktuasi tekanan darah (Price-
melakukan relaksasi maka kerja jantung juga Wilson, 2005).
menurun. Penurunan ini juga akan diikuti oleh Nurcahyo (2007) mengemukakan bahwa
penurunan tekanan sistolik kemudian tekanan perilaku kontrol berhubungan dengan kekambuhan.
diastolik juga menurun. Pada keadaan tanpa ada Biasanya masyarakat datang kontrol tekanan darah
oedema dan tanpa ada kongesti pada pembuluh bila mengalami gejala-gejala kambuhnya hipertensi.
darah, penurunan tekanan diastolik akan mengikuti Sehingga hasil ini berhubungan dengan ulasan
turunnya tekanan sistolik. sebelumnya bahwa mereka yang jarang kambuh
Penderita yang menderita hipertensi memiliki elastisitas pembuluh yang lebih baik
tentunya diberikan informasi tentang pilar-pilar daripada mereka yang sering kambuh hipertensinya.
penatalaksanaan hipertensi sehingga perilaku mereka
KESIMPULAN DAN SARAN
dalam mengontrol diet, latihan fisik, manajemen
Sebagian besar penderita hipertensi di Poli
obat, dan manajemen stress akan lebih baik.
Penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Bima

226
Dahlan, Pengaruh Teknik Relaksasi Bernapas Dalam

berusia antara 30–50 tahun, berjenis kelamin laki- Nurcahyo, Relaksasi Membuat Hasil Pemeriksaan
laki, menderita hipertensi antara 1 sampai 5 tahun, Tekanan Darah Lebih Akurat. Diambil dari
kambuh kurang dari 2 kali dalam 1 bulan dan biasa http://www.indonesiaindonesia.com, revisi
kontrol setidaknya 3 kali dalam 1 bulan. terakhir tanggal 28 Desember 2009.
Hasil pengukuran tekanan darah sitolik dan
Potter-Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
diastolik penderita hipertensi di Poli Penyakit Dalam
Konsep, Proses dan Praktik; alih bahasa,
Rumah Sakit Umum Daerah Bima menunjukan
Renata Komalasari…[et.al.]; eitor edisi
perbedaan tekanan yang bermakna antara sebelum
bahasa Indonesia, Monica Ester, Devi
dan sesudah melakukan relaksasi bernapas dalam
Yulianti, Intan Parulian. edisi 4. Jakarta: EGC,
dengan (p value = 0,000 serta nilai t = 8.596 pada
2005.
sistolik dan t = 5.922 pada diastolik). Dengan
Parsudi, Imam A., dkk. Hipertensi, Penatalaksanaan
demikian pelaksanaan tehnik relaksasi bernapas
Secara Menyeluruh. Semarang: Badan
dalam terbukti efektif untuk menurunkan tekanan
Penerbit Undip, 2002.
darah dengan penurunan rata-rata tekanan sistol
sebanyak 6,00 mmHg dan penurunan rata-rata Pravda dan Erl. Bernapas Perlahan Bermanfaat Buat
tekanan diastol sebanyak 3,13 mmHg. Kesehatan. Diambil dari
Salah satu tindakan mandiri perawat untuk http://www.kapanlagi.com, diakses tanggal 12
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi Oktober 2010.
adalah dengan memberikan teknik relaksasi bernapas
Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. Patofisiologi:
dalam sebagai salah satu paket pelayanan asuhan
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit; alih
keperawatan pada pasien dengan hipertensi. Oleh
bahasa, Brahm U. Pendit … [et.al.]; editor
karena itu, selayaknya teknik relaksasi bernapas
bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto …
dalam dapat diterima dan dipraktekkan sebagai salah
[et.al.]. Edisi 6, volume 2, Jakarta: EGC,
satu elemen terapi modalitas murni keperawatan
2005.
secara mandiri.
Ramdani, Neila. Studi Pendahuluan Multimedia
DAFTAR PUSTAKA Interaktif: Pelatihan Relaksasi. Diambil dari
Ina. Mengenal Hypertensy (Tekanan Darah Tinggi). http://www.lib.ugm.ac.id, revisi terakhir
Diambil dari http://id.inaheart.or.id, revisi tanggal 12 Desember 2009.
terakir tanggal 27 Desember 2009 pada pukul
11:34 WIB.

Kurniawan, Anie. Gizi Seimbang Untuk Mencegah


Hipertensi. Disampaikan pada Seminar
Hipertensi Senat Mahasiswa Fakultas
Kedokteran YARSI, Sabtu, 21 September
2002.

227
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis.


Cetakan ketiga; editor : Prana Dwija Iswara.
Bandung: Alfabeta, 2004.

Rokhaeni, Heni, dkk. Buku Ajar Keperawatan


Kardiovaskuler. Jakarta: Bidang Pendidikan
dan Latihan Pusat Kesehatan Jantung dan
Pembuluh Darah Nasional “Harapan Kita”,
2001.

Zia-Ulhaq, M. Denyut Nadi dan Tekanan Darah


Diambil dari
http://www.boyan_student_family.org, revisi
terakhir tanggal 22 Desember 2009.

228

Anda mungkin juga menyukai