NIM : 15616620
Judul Tugas Akhir : HUBUNGAN PARITAS IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN
Dwi yuniarti
Hepi Prihantini
Nanik Urifatin
Revina Mardiana
UNIVERSITAS KADIRI
2016
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya
makalah ini dapat penulis selesaikan. Adapun judul makalah ini adalah, “Humaniora”.
Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan makalah ini diperlukan proses perjuangan
dan ketekunan.Dalam proses penyusunan makalah ini penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak lain. Untuk itulah perkenankan penulis pada kesempatan ini untuk mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat selaku dosen yang telah membimbing penulis, kepada
teman-teman, dan kepada berbaga pihak yang terkait.
Doa penulis semoga segala bantuan dari semua pihak yang telah membantu penulis
mendapatkan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Untuk itu penulis menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah
ini memberi manfaat bagi yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
I.1 Latar Belakang .............................................................................................................1
I.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ .2
I.3 Kegunaan Penulisan ................................................................................................... .2
I.4 Cakupan Masalah ........................................................................................................ 2
I.5 Metode Pengumpulan Data ......................................................................................... 2
I.6 Sistematika Penulisan .................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4
II.1 Defenisi Umum .......................................................................................................... 4
II.2 Sejarah Humniora ....................................................................................................... 6
II.3 Bidang – bidang Humaniora ...................................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................... .11
III.1 Etika .......................................................................................................................... 11
III.2 Retorika ..................................................................................................................... 16
III.3 Estetika ...................................................................................................................... 19
III.4 Logika ....................................................................................................................... 20
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... .22
IV.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 22
IV.2 Saran ......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Defenisi Umum
Secara bahasa, kita mengenal istilah humaniora (Latin), humanities (Inggris),
humanisme, humanitarian, humanitarianisme, humanis, yang semuanya berasal dari kata
human, yang berarti mankind, manusia, makhluk dengan derajat tertinggi. Humaniora
maupun humanitas, kedua-duanya dipergunakan dalam bahasa Latin/Yunani, misalnya
dalam Literae Humanitates, atau Literae Humaniores. Oleh karena literatur Yunani/Latin
adalah sumber utama dari pengetahuan, kebijaksanaan dan ekspresi, maka humanitas (Latin)
berarti bahasa dan literatur (termasuk filsafat, sejarah, ilmu pidato, dan sastra), Yunani dan
Romawi kuno. Sebagai gerakan, humaniora bangkit berbarengan dengan renaisans, sesudah
ditemukannya kembali pustaka dan peradaban Yunani/Romawi kuno, yang membangkitkan
minat kepada manusia, budaya, dan karyanya.Bahasa Indonesia, yang menerjemahkan kata-
kata Inggris dengan suku kata akhir ty, misalnya university, faculty, dan lain-lain, dengan
…tas, yang menjadi universitas dan fakultas, cenderung lebih menggunakan kata humaniora
daripada humanitas. Hal ini menunjukkan bahwa humaniora bukan terjemahan dari
humanity (Inggris), tetapi dari bahasa Latin humaniores. Selanjutnya dalam tulisan ini
dipakai kata humaniora dan bukan humanitas. Sedang kata humanitas (kb) diartikan sebagai
kodrat manusia atau perikemanusiaan (Fajri dan Senja). Perlu dicatat juga terdapat
penggunaan kata humaniora sebagai padanan dari humanisme, misalnya oleh Riyadi DS,
(2005).
Humaniora dapat berarti :
1. Studi tentang bahasa-bahasa dan sastra klasik Yunani dan Romawi
2. Cabang pengetahuan yang mempelajari manusia dan budayanya, seperti filsafat,
sastra,dan seni; tidak termasuk di dalamnya ilmu (science) seperti biologi dan ilmu
politik. Agama/kepercayaan kepada Tuhan, juga kemudian, sejak William Caxton (1422-
1491) tidak dimasukkan dalam kajian humaniora (Morris, 1981; Encycl Brit 1973
3. Dalam arti yang paling umum, humaniora adalah kualitas, perasaan dan kecenderungan,
bukan saja deskriptif tetapi juga normatif. Dalam kaitan ini humaniora mempunyai
konotasi perasaan dan perilaku manusia sebagai gentleman, orang yang berbudi luhur
dan sifat-sifat luhur yang melekat dengannya. Humaniora juga mempunyai konotasi
budaya intelektual. Humaniora dimaksudkan juga studi, pelatihan, proses yang
menghasilkan kualifikasi tersebut. Istilah inhumanitas diartikan sebagai not civilized,
tidak berbudaya, atau bar-bar.
Kata-kata yang berdekatan dengan humaniora, bahkan sering disama artikan, adalah
sebagai berikut:
Humanitarian (kata sifat)
o Memfokuskan pada kebutuhan manusia dan menghilangkan/mengangkat penderitaan
manusia
o Berkaitan dengan pengabdian pada usaha-usaha kesejahteraan manusia dan dorongan
untuk perubahan masyarakat (social reform) = phylantopist, filantropis
Humanitarianisme
o Pandangan, dasar-dasar, metoda dari humanitarian = filantropi
o Keyakinan, bahwa satu-satunya kewajiban moral manusia adalah bekerja untuk
kesejahteraan kemanusiaan yang lebih baik (berdekatan dengan pengertian etik)
o Keyakinan bahwa kondisi manusia dapat mencapai kesempurnaan dengan upayanya
sendiri, tanpa Tuhan
Humanisme
o Keadaan atau kondisi atau kualitas sebagai manusia, makhluk berderajat tinggi
o Filsafat atau sikap yang menaruh perhatian terhadap manusia, perhatian dan
pencapaiannya
o Studi humaniora; ajaran tentang kesopanan dan budaya
o Gerakan/budaya dan intelektual yang terjadi pada masa renaisans
Humanis
o Orang yang mengkaji humaniora, terutama mahasiswa tentang masalah-masalah klasik
o Orang yang menaruh perhatian kepada kajian tentang upaya dan kemampuan/pencapaian
manusia Pengkaji/mahasiswa tentang renaisans, atau pengikut dari paham humanisme
Humanistik (ks)
Berhubungan dengan humanisme atau humaniora
Dari uraian diatas, istilah Indonesia yang merupakan serapan dari bahasa Arab, yang
dapat mewadahi humaniora ialah adab. Dalam ilmu al adab terkandung ilmu sastra, sejarah
sastra, ilmu kritik sastra, filologi. Adab juga berarti budaya yang baik. Tidak beradab berarti
tidak berbudaya, tidak berperilaku baik, sebagaimana Cicero (filsuf Yunani) mengartikan
inhumanitas dengan barbar.
Adab dapat berarti antara lain discipline of mind and manners, and of conduct or
behaviour (Huges, 2004). Karya al Makdisi (2005), dapat lebih memastikan bahwa
ilmu adab adalah Humaniora.
Humaniora medis
Humaniora medis merupakan bidang interdisipliner medis dimana termasuk humaniora
(literatur, filosofi, etika, sejarah dan bahasa), ilmu sosial (antropologi, studi budaya, psikologi,
sosiologi), dan seni (literatur, teater, film dan seni visual) dan aplikasinya terhadap edukasi dan
praktek medis.
Humaniora dan seni memberikan pengertian yang dalam tentang kondisi
manusia, penderitaan, kemanusiaan dan tanggung jawab kita satu sama lain, dan menawarkan
perspektif sejarah dalam praktek medis. Perhatian terhadap literatur dan seni membantu dalam
membangun dan memelihara kemampuan observasi, analisis, empati dan refleksi-diri
kemampuan yang penting bagi pengobatan medis manusia.Ilmu sosial membantu kita memahami
bagaimana biologi dan medis menempatkan diri dalam konteks sosial dan budaya dan juga
bagaimana budaya berinteraksi dengan pengalaman individual akan kesakitan dan cara ilmu
medis dipraktekkan.
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat
internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia
bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal
dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman
pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka
senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar
perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh
kembangnya etika di masyarakat kita. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan
prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana
yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari
kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-
ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli
berikut ini :
Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan
oleh akal.
Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan Etika,
sebagai berikut:
Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu
pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan
(adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat
dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok
perhatiannya; antara lain:
1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak
(The principles of morality, including the science of good and the nature of the right)
2. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari
kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of
human actions)
3. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (The
science of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual)
4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty)
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan
norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat.
III.2 Retorika
Retorika (rethoric) secara harfiyah artinya berpidato atau kepandaian berbicara. Kini
lebih dikenal dengan nama Public Speaking. Dewasa ini retorika cenderung dipahami
sebagai “omong kosong” atau “permainan kata-kata” (“words games”), juga bermakna
propaganda (memengaruhi atau mengendalikan pemikiran-perilaku orang lain). Teknik
propaganda “Words Games” terdiri dari Name Calling (pemberian julukan buruk, labelling
theory), Glittering Generalities (kebalikan dari name calling, yakni penjulukan dengan
label asosiatif bercitra baik), dan Eufemism (penghalusan kata untuk menghindari kesan
buruk atau menyembunyikan fakta sesungguhnya).
III.3 Estetika
Estetika (sthetics juga dieja atau estetika) adalah cabang filsafat yang berhubungan
dengan sifat keindahan, seni, dan rasa, dan dengan penciptaan dan apresiasi terhadap
keindahan . Hal ini lebih ilmiah didefinisikan sebagai studi tentang sensor atau sensori nilai
emosional, kadang-kadang disebut penilaian terhadap sentimen dan rasa. Lebih luas,
sarjana di lapangan mendefinisikan estetika sebagai "refleksi kritis pada seni, budaya dan
alam."Estetika berkaitan dengan aksiologi, cabang filsafat, dan erat terkait dengan filosofi
seni studi Estetika cara-cara baru. untuk melihat dan mengamati dunia.
Etimologi
Berasal dari bahasa Yunani (aisthetikos, yang berarti "estetis, sensitif, makhluk"),
yang pada gilirannya berasal dari (aisthanomai, yang berarti " Saya melihat, merasa, rasa
"). Istilah" estetika "adalah disesuaikan dan diciptakan dengan makna baru dalam bentuk
Jerman sthetik (ejaan modern sthetik) oleh Alexander Baumgarten pada tahun 1735
Estetika penghakiman
Hukum nilai estetika bergantung pada kemampuan kita melakukan diskriminasi
pada tingkat sensorik. Estetika memeriksa domain afektif kita respon terhadap suatu obyek
atau fenomena. Immanuel Kant, menulis pada tahun 1790, mengamati seorang pria "Jika ia
mengatakan bahwa anggur kenari adalah menyenangkan dia cukup puas jika orang lain
mengoreksi syarat dan mengingatkan dia untuk berkata sebaliknya: Sangat menyenangkan
bagimsaya," karena "Setiap orang memiliki sendiri rasa ". Kasus "keindahan" berbeda dari
sekedar "keramahan" karena, "Jika ia menyatakan sesuatu yang harus indah, maka ia
memerlukan keinginan yang sama dari orang lain, ia kemudian hakim tidak hanya untuk
dirinya sendiri tetapi untuk semua orang, dan berbicara tentang keindahan seolah-olah itu
adalah milik sesuatu. " Estetika penilaian biasanya melampaui diskriminasi sensoris. Bagi
David Hume,
kelezatan rasa bukan hanya "kemampuan untuk mendeteksi semua bahan dalam komposisi",
tetapi juga kepekaan kami "untuk sakit serta kesenangan, yang melarikan diri dari seluruh
umat manusia." (Esai Moral Politik dan Sastra. Indianapolis, Sastra Klasik 5, 1987.)
Demikian, diskriminasi sensorik ini terkait dengan kapasitas untuk kesenangan. Bagi Kant
"kenikmatan" adalah hasil ketika kenikmatan muncul dari sensasi, tapi menilai sesuatu yang
harus "indah" memiliki persyaratan ketiga: sensasi harus menimbulkan kesenangan dengan
melibatkan kapasitas kita kontemplasi reflektif. Hukum keindahan yang sensori, emosional
dan intelektual sekaligus. Viewer interpretasi keindahan memiliki dua konsep nilai: estetika
dan rasa. Estetika adalah gagasan filosofis keindahan. Taste adalah hasil dari pendidikan dan
kesadaran nilai-nilai budaya elit [klarifikasi diperlukan] [rujukan?], Sehingga rasa bisa
dipelajari [rujukan?]. Rasa bervariasi menurut kelas, latar belakang budaya, dan pendidikan
[rujukan?]. Menurut Kant,kecantikan adalah objektif dan universal, sehingga hal-hal tertentu
yang indah untuk semua orang [rujukan?] Pandangan kontemporer keindahan tidak
didasarkan pada kualitas bawaan, melainkan di spesifik budaya dan interpretasi individu.
III.4 Logika
Dalam sejarah perkembangan logika, banyak definisi dikemukakan oleh para ahli,
yang secara umum memiliki banyak persamaan. Beberapa pendapat tersebut antara
lain:
The Liang Gie dalam bukunya Dictionary of Logic (Kamus Logika) menyebutkan:
Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang mempelajari secara
teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul (correct reasoning). Menurut
Mundiri dalam bukunya tersebut Logika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari
penalaran yang salah.
Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal
dari kata benda logos. Kata logos berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal
(fikiran), kata, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos berarti mengenai sesuatu yang
diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal, mengenai kata, mengenai percakapan atau
yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatakan
bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan
dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme atau dalam bahasa
latin disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang lazim disebut dengan
logika saja. Definisi umumnya logika adalah cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal
pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan
fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan
penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori
tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu
pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah,
artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang
sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi. Logika
sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk
kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep
mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur
penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini
merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan
tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut. Berdasarkan proses penalarannya dan
juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan
logika induktif. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip
penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai
kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah
bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat
dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah.
Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang
utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari penulisan makalah di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1) Secara umum, definisi humaniora adalah disiplin akademik yang mempelajari kondisi
manusia, menggunakan metode yang terutama analitik, kritikal, atau spekulatif,
sebagaimana dicirikan dari sebagian besar pendekatan empiris alami dan ilmu sosial.
2) Humaniora terdiri atas unsur-unsur seni, etika, kearifan, nilai-nilai kejujuran, kebenaran,
kelembutan, memanusiakan manusia, menyingkirkan beban dari dan berbuat baik bagi
manusia. Tanpa nilai-nilai tersebut, manusia atau perilakunya dapat dikategorikan tidak
human, tidak manusiawi, tidak berbudaya atau barbar.
3) Pengembangan ilmu dan teknologi adalah amanat kemanusiaan, untuk kesejahteraan
manusia. Oleh karena itu perlu dipandu oleh nilai-nilai humaniora, agar terjamin
kemanfaatannya untuk manusia.
4) Agama seharusnya merupakan nilai yang paling azasi dari seluruh nilai-nilai humaniora.
Nilai-nilai agama diharapkan dapat dikembangkan oleh agamawan/ruhaniawan untuk
memandu pengembangan ilmu/teknologi dan penerapannya.
5) Ilmu kedokteran adalah ilmu yang sarat dengan nilai-nilai, namun hal ini sering
dilupakan. Oleh karena itu humaniora perlu diberikan untuk membuat profesi medik lebih
sensitif terhadap adanya nilai-nilai tersebut dan pengetrapannya dalam praktek.
6) Humaniora diharapkan dapat meningkatkan kualitas berfikir, yang ditengarai sebagai
sifat kritis, lentur dalam perspektif, tidak terpaku pada dogma, tanggap terhadap nilai-
nilai, dan sifat empati.
IV.2 Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi pedoman penulis dan
pembaca khususnya dalam humaniora dan yang paling penting adalah etika, retorika,
estetika, dan logika.