Anda di halaman 1dari 7

OBAT DIABETES TEROBOSAN TERBARU SUDAH DITEMUKAN

by frida on Aug 28, 2015

Obat Diabetes Terobosan Terbaru Sudah Ditemukan

Ilmu kedokteran yang dipadukan dengan teknologi menghasilkan obat-obatan yang dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit, nah khabar gembira bagi penderita diabetes bahwa sudah
ditemukannya pengobatan baru, yuk simak selanjutnya.

Sebelum lebih lanjut, pahami dulu apa itu Diabetes Melitus atau disingkat DM yang juga dikenal di
Indonesia dengan istilah penyakit “Kencing Manis” adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh
banyak faktor, dengan simtoma atau yang artinya gejala, yaitu berupa hiperglikemia (hyperglycemia,
yaitu gula darah tinggi, adalah suatu kondisi di mana jumlah yang berlebihan glukosa beredar dalam
plasma darah) yang kronis, dan juga gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai
akibat dari:

Defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya.

Defisiensi transporter dan glukosa, atau keduanya.

Dapatkan tes diabetes berkualitas dan harga murah yang mudah Anda dapatkan disini

Tipe-Tipe Diabetes

1. Diabetes Melitus Tipe 1 (IDDM)

Diabetes Melitus Tipe 1, atau diabetes anak-anak (childhood-onset diabetes, juvenile diabetes, insulin-
dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin
dalam sirkulasi darah akibat hilangnya ‘sel beta’ penghasil insulin pada “pulau-pulau Langerhans” di
pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan diet maupun
olah raga.
Pankreas

Kebanyakan penderita Diabetes Melitus Tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat
penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya
normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada Diabetes Melitus Tipe 1 adalah kesalahan reaksi
autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh
adanya infeksi pada tubuh.

Saat ini, Diabetes Melitus Tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan
yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar
Diabetes Melitus Tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa
insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Dapatkan tes diabetes berkualitas dan harga murah yang mudah Anda dapatkan disini

2. Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM)

Obesitas yang ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia diagnosis berkaitan dengan Diabetes Melitus
Tipe 2. Faktor lain meliputi sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat
dan memulai untuk memengaruhi remaja dan anak-anak.

Diabetes Melitus Tipe 2 (adult-onset diabetes, obesity-related diabetes, non-insulin-dependent diabetes


mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes melitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di
dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada
banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi
sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang
menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang
menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati.
Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom-19yang merupakan kromosom terpadat yang
ditemukan pada manusia.

Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai
dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab
pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas diketahui sebagai faktor predisposisi
terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines itu merusak
toleransi glukosa.

Obesitas yang ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia diagnosis berkaitan dengan Diabetes Melitus
Tipe 2. Faktor lain meliputi sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat
dan memulai untuk memengaruhi remaja dan anak-anak. Diabetes Melitus Tipe 2 dapat terjadi tanpa
ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes Melitus Tipe 2 biasanya, pada awalnya diobati dengan cara
perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat
pengurangan berat badan.

3. Diabetes Melitus Tipe 3 (GDM)

Sekilas gejala yang paling signifikan dari diabetes sering disebut Gestasional Diabetes Melitus/GDM
(diabetes gestational, Diabetes Type 1 insulin-resistant, double diabetes, Diabetes Type 2 yang telah
berkembang membutuhkan insulinyang disuntikkan, diabetes autoimun latendewasa) adalah Diabetes
Melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan
interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya.

GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM
bertahan hidup.

Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer
dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun
memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan kesehatan
janin maupun sang ibu. Risiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang
tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka.
Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan
sindrom gangguan pernapasan. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam
bahaya atau peningkatan risiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.

Dapatkan tes diabetes berkualitas dan harga murah yang mudah Anda dapatkan disini

Penelitian Ilmuwan

Begitu banyaknya penderita Diabetes Melitus (DM) di seluruh dunia, membuat para peneliti terus
mengembangkan pengobatan penyakit tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak penelitian
dilakukan yang terkait dengan penyakit DM.

Penelitian-penelitian tersebut tentunya dilakukan untuk menemukan pengobatan yang terbaik untuk
DM. Penelitian-penelitian tersebut, termasuk berhasil ditemukannya pankreas buatan dan transplantasi
sel beta.

Beradasarkan data National Diabetes Statistics 2011, prevalensi DM telah diperkirakan 8,3 persen dari
penduduk Amerika Serikat, dan sebagian besar adalah DM Tipe II seperti dilansir dari Epharmapedia,
Rabu (7/9/2011).

Berbagai pengobatan DM telah dikembangkan dan telah diterapkan pada banyak pasien DM tipe 2.
Namun, pengobatan pada pasien DM Tipe II terkait pada beberapa mekanisme, antara lain:

1. Insulin sensitizer - Insulin sensitizer dapat meningkatkan kemampuan sel tubuh untuk mengenali
berbagai insulin, dan kemudian untuk meningkatkan tindakan insulin dengan mendorong glukosa ke
dalamnya, sehingga menurunkan tingkat glukosa darah. Sensitizer insulin utama, yaitu glitazones dan
Biguanides seperti metformin.
2. Secretagogues - Obat ini termasuk obat yang memaksa pankreas untuk meningkatkan jumlah insulin,
sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Obat-obat ini termasuk sulfonilurea, meglitinides,
mimesis incretin (Exenatides) dan dipeptidyl peptidase inhibitor IV (DPP IV inhibitor), seperti sitagliptin.

3. Mekanisme lainnya - Mekanisme lainnya, misalnya alfa-glukosidase inhibitor dan analog amylin.
Acarbose adalah inhibitor alfa-glukosidase yang mencegah degradasi karbohidrat dalam usus, dan
dengan demikian mencegah penyerapan glukosa yang diperoleh dari makanan. Pramlintide adalah
analog hormon yang disebut amylin, yang dihasilkan dari sel-sel yang sama yang memproduksi insulin.
Amylin memperlambat gerakan perut dan menciptakan sensasi kenyang yang membantu untuk
mengatur penyerapan glukosa dan mencegah peningkatan pesat konsentrasi glukosa darah setelah
makan

Dapatkan tes diabetes berkualitas dan harga murah yang mudah Anda dapatkan disini

Beberapa pengobatan baru untuk DM, antara lain:

1. Exenatide seminggu sekali - Beberapa exenatides telah diperkenalkan sebagai suntikan sehari-hari,
dan telah disetujui sebagai pengobatan pembantu untuk DM tipe II.

2. SGLT-2 Inhibitor - Ginjal adalah organ yang cukup konservatif ketika didatangi glukosa, karena ia
bekerja untuk menyerap kembali beban glukosa yang mungkin mencoba untuk keluar bersama urin.
Sodium-glukosa cotransporter-2 (SGLT-2) yang secara normal ditemukan dalam tubulus proksimal ginjal
akan mereabsorbsi sebagian besar glukosa dan mengembalikan ke aliran darah dengan bantuan dari
gradien natrium.

Dapagliflozin adalah obat pertama yang dikembangkan untuk menghambat SGLT-2 dan karenanya
meningkatkan hilangnya glukosa dalam urin. Penurun glukosa merupakan obat dengan kemampuan yang
berhubungan dengan ekskresi glukosa ginjal. Efeknya tergantung pada jumlah glukosa yang disaring
melalui glomeruli dan tidak tergantung pada sekresi insulin. Metode aksi meminimalkan risiko
hipoglikemia. Tetapi hal itu juga membuat dapagliflozin kurang efektif bila tingkat filtrasi glomerulus
menurun karena perkembangan gangguan ginjal.
Dalam dua studi, dapagliflozin (5 mg atau 10 mg) dievaluasi dalam kombinasi dengan metformin XR dan
dibandingkan dengan monoterapi. Kedua studi dilakukan selama 24 minggu, dan pada akhir penelitian
proporsi yang lebih tinggi dari pasien yang diobati dengan terapi kombinasi mencapai HbA1c yang lebih
rendah dan kontrol glikemik yang lebih baik. Pada kelompok Dapagliflozin juga mencapai penurunan
berat badan lebih dari kelompok metformin. Efek samping utama yang dilaporkan adalah infeksi saluran
kemih.

Food and Drugs Administration (FDA) pada 19 Jul 2011 menentang merekomendasikan persetujuan
untuk obat baru ini karena dapat menyebabkan peningkatan risiko kanker payudara dan kanker kandung
kemih.

3. Agonis PPAR ganda - Glitazones adalah agonis PPAR-gamma, dan melalui aktivasi reseptor nuklir
spesifik, dapat membuat jaringan tubuh merespons insulin. Suatu grup baru dari obat Agonis PPAR
disebut Dual, karena kemampuannya untuk mengaktifkan PPAR-gamma dan alpha pada waktu yang
sama. Menariknya, agonism PPAR-alpha seharusnya merupakan mekanisme aksi fibrate yang
mengurangi trigliserida dan meningkatkan HDL. Sehingga seharusnya bahwa agonis PPAR-ganda akan
terus mendapatkan manfaat dari glitazones dan fibrates.

Sebuah uji coba fase II memeriksa suatu agonis PPAR ganda baru, yaitu aleglitazar,. Pengujian tersebut
menunjukkan bahwa terapi dengan agen ini mengurangi hiperglikemia dan level normal dari HDL-C dan
trigliserida dengan keamanan yang dapat diterima. Aleglitazar saat ini sedang dipelajari dalam skala
besar percobaan klinis untuk menilai apakah akan dapat mengurangi risiko kardiovaskular (kematian,
infark miokard, atau stroke) di antara pasien dengan diabetes dan penyakit arteri koroner.

4. Glukokinase Aktivator - Glukokinase adalah enzim intraseluler yang dapat membatasi langkah dalam
metabolisme glukosa. Tidak ada keraguan bahwa diabetes merupakan target potensial bagi banyak
peneliti dan ilmuwan untuk menurunkan prevalensi diabetes. Kemajuan dalam pemahaman tentang
patofisiologi diharapkan dapat membimbing para peneliti untuk mengembangkan pengobatan yang lebih
radikal dan maju. Namun sayangnya, berbagai pengobatan baru untuk DM yang telah ditemukan oleh
para peneliti mungkin belum dapat diperoleh dan digunakan secara luas di negara berkembang.

Sumber

Adelia Ratnadita – detikHealt


Indonesian VOA/Wikipedia/Wikimedia/merdeka/kompas/ Daily Mail/ berbagai sumber/Google search:
smart insulin).

- See more at: http://www.belanjaalkes.com/blog/2015/08/latest-breakthrough-diabetes-drugs-already-


found#sthash.Ty381awO.dpuf

Anda mungkin juga menyukai