Anda di halaman 1dari 70

ARK I

“DAUGHTER OF ASIRIA
LIBERATOR”
CHAPTER I

One Simple Wish

ACT I
“Aaaaah CApekl!”

Teriak Lyra mengeluh karena lelah, sudah hari ke dua perjalanan

kami menuju Kerajaan Asiria.Tentu saja kami istirahat sejenak

dibeberapa tempat juga desa yang kami lewati. Tidak hanya istirahat,

kami sempat mencari informasi tentang keadaan Kerajaan Asiria

sekarang.Kami dengar beberapa rumor kalau kerajaan itu sedang dilanda

kudeta oleh pihak militer, terdengar buruk tapi mau bagaimana lagi, kita

sudah hampir sampai tidak ada kata untuk putar balik atau ganti tujuan.

“Luke aku lelah ”

Keluh Lyra memegang tas ku dari belakang. Mencoba menghentikan ku dan

duduk sebentar.

“berhentilah mengeluh sebentar lagi kita sampai”

“apa maksud mu sebentar lagi? Kita sudah berjalan dari pagi sampai siang

bolong seperti ini, dan jawaban mu selalu seperti itu”

“dan kamu dari pagi sampai siang ini mengeluh terus“

“huh~ kamu seperti robot, mungkin kamu bisa mencari jawaban baru,

seperti “ya kita istirahat dulu”, atau “kau bentar kita seharusnya istirahat

dari tadi” atau juga “aku juga lelah” yaa semacam itu ”

Ucap Lyra sambil menirukan suara ku.


“atau kamu bisa belajar untuk berhenti mengeluh” Ku berbalik dan

mencubit pipi Lyra

“awh-awh-awh-sha-shakhit-he-hheiiii- shakhit-jhanghan-chubhit-phiphi-

khu”

“heh.”

Ku lepaskan cubitan ku.Pipi Lyra memerah seperti buah jambu merah yang

sebentar lagi matang....namun yg ini bulat dan empuk.

“aaaa...ww sakit....hey bagaimana kalau pipi ku copot hah?Bagaimana kalau nanti

pipiku sakit, luka infeksi??”

protesnya sedikit meneteskan airmata dan mengelus-ngelus pipinya.

Mendengar tersebut sepertinya ku harus memberinya dorongan semangat

“...astaga Lyra..maaf...sepertinya aku keterlaluan”

“hmph akhirnya kamu sadar. MINTA MAAF!”

Ku mendekat ke arah Lyra den memegang kedua bahunya dengan lembut

dan menatap matanya

“h-he?a-apa?”

Lyra terkejut wajahnya sedikit memerah dan terlihat wajah bingung

“ya maaf kan aku Lyra..sepertinya aku berlebihan mencubit mu hingga

otakmu terganggu. Berkata tidak tidak seperti ini...maaf Lyra”


“he?”

“kalau begitu biarku berlutut didepan mu untuk meminta kebijaksanaan mu

untuk memaafkan hamba ini...”

Tiba tiba Lyra berubah seperti kucing marah meronta minta lepas dari

genggaman ku

“unnnnHRAAAAAAAAAAA LEPAS!”

Lyra melepaskan tangan ku dari bahunya dan sedikit mendorong ku

“kenapa Lyra? Astaga otaknya semakin parah! Mungkin karena terik

matahari dan kelelahan! Lyra ayo-kita istirahat dulu!”

“UUUuuuuuuuNYAAA GAK gak gak gak GAK PERLU MAAF MU! AYO

JALAN AYO!”

Lyra mendorong ku maju untuk kembali berjalan.

“nah gitu dong ahahaha ayo sedikit lagi kita sampai”

“hmph TERSERAH....”

Kami melanjutkan berjalan dengan lebih sedikit keluhan dari

Lyra.Sebenarnya ku juga lelah, berjalan ditemani terik sinar matahari dan

beratnya barang bawaan membuat tubuhku minta istirahat. Karena itu ku

putuskan untuk singgah dulu di suatu tempat

“kita sudah sampai”


“ha? Mana kerajaannya?”

“tidak, untuk ke sana kita perlu sehari lagi. Lagi pula ini sudah sore, ku

tidak ingin berjalan malam malam. Kita akan istirahat di danau ini hingga

besok pagi atau mungkin siangnya”

“whaaaa indahnya! Ahahaha”

Melihat danau yang seperti mengajak untuk bermain dengannya membuat

Lyra langsung berlari menuju danau tersebut

“hei hei dimana keluhan mu tadi? Jangan berlari lari seperti itu”

“ahahah habis danau ini indah sekali, danau apa ini luke?”

“danaulanto, hanya beberapa orang yang mengetahui danau ini, karena itu

kita bisa tenang tanpa menghawatirkan adanya serangan bandit”

“beberapa orang? Kalau begitu gimana caranya kamu bisa tau danau ini?”

“dulu ku pernah kesini dengan beberapa orang dari guild di Kota Solon

untuk beristirahat”

“hm….hei Luke. aku boleh berputar mengelilingi danau ini? Ku lihat ada

sekumpulan bunga Lily di ujung sana”

“huh?..…baik lah tapi jangan merusak atau pergi terlalu jauh”

“ahahahaokee”
Setelah membereskan barang bawaan Lyra lari begitu cepat menuju taman

bunga kecil itu. Sebenarnya ku masih mengingat ngingat sejak kapan ada

taman bunga disitu...belum lagi taman itu terlihat rapih tanpa terganggu

rumput liar disekitarnya. Dan bunganya pun terlihat sangat segar...hm..

“heeeii Luuukee! Ahaha :D”

“hm?”

Lyra melambai ke arah ku dengan gembira, huhh dasar seharusnya kita

tetap melanjutkan perjalanan….jarak ke Asiria masih bisa dikatakan jauh,

dan juga aku masih belum mempunyai informasi yang jelas tentang

Dataran Yogini mungkin kita harus melalui jalan pintas. Mungkin, terburu-

buru bukanlah pilihan yang bagus lebih baik kita melewati jalan biasa...

hmm..aku lapar..

::

::

“waaaah indahnyaaa”

Lily, Rose, Erfiah, Begonia, dan Violltjes semua tertata rapih seperti siap

menyambut pengkelana untuk beristirahat, dipadukan dengan warna danau

yang biru jernih membuat pemandangan ini seperti cerita dongeng belaka,

semuanya terlihat sehat tak terlihat satupun tanaman yang mati bahkan

aku tidak melihat daun atau kelopak bunga yang mati di atas tanah.

“kamu suka danau ini?”


“?!”

Suara itu berasal dari seorang yang berdiri di belakang ku. Ku cepat

berbalik dan terlihat seorang wanita

“i-iya....s-siapa kamu?”

“fufu, tidak perlu takut seperti itu, aku disini bukan untuk menculik mu

kok”

Ucap wanita itu tersenyum akrab, sejak kapan ia ada di belakang ku?

Tapi...ku tidak merasakan aura jahat dari dirinya. Wanita itu berjalan

kemari

“baguslah jika kamu suka bunga, jarang sekali orang senang seperti itu

dengan hanya melihat bunga bunga”

“bunga bunga ini sangat cantiktidak mungkin orang tidak senang

melihatnya”

ia tersenyum medengar ku, tiba tiba wanita itu mengeluarkan satu botol

air dan menyiram bunga bunga itu, dengan bantuan sinar matahari bunga

bunga itu berkilauan seperti kristal berbentuk bunga

“waaah indahnya.......umm apakah bunga ini milik mu? Ku berfikir untuk

memetiknya satu, tapi aku takut jika bunga ini milik seseorang”

“hmm...ya boleh. Tapi sebelum kamu petik perkenalkan dirimu ke bunga itu

ya :)”
“y-ya!”

::

::

Hembusan angin terasa membelai tubuhku. Membuat tidur kali ini begitu

tenang.tak terasa aku tertidur. sudah cukup lama ku tidak merasakan

suasana seperti ini.Tentu saja disetiap perjalanan ku dulu pertempuran,

pemberontakan, orang-orang yang saling membunuh, dan kejahatan selalu

menemani ku. mungkin hanya tempat ini lah satu-satunya yang tidak

terjamah oleh kekerasan dunia.

Namun, setelah bertemu Lyra perjalanan ku entah kenapa menjadi

lebih...damai?....dan cukup menguras dompet.

“hm?”dengan siapa Lyra berbicara? Sebaiknya akumenghampirinya

Ku berjalan ke arah Lyra dan wanita itu, meninggalkan barang-barang kami

di dekat pohon besar.Dilihat dari sini sepertinya mereka sedang

bersenang-senang.

“kuharap Lyra tidak mengganggu mu”wanita itu berbalik dan tersenyum

“ah, tidak malah aku senang ditemani dia, berbincang dan bercanda,oh

jangan lupa tentang bunga bunga ini, ya kan Lyra?”

“ahaha ya!” Lyra terlihat bahagia, kurasa tidak ada hal yang aneh disini
Wanita itu berdiri dan sedikit membersihkan rok panjangnya yang sedikit

terkena tanah

“jadi...siapa nama mu?”

“ah! Maaf atas ketidak sopanan ku, aku Luke Leinster, panggil saja aku

luke, dan itu teman perjalan ku Lyra Ardenia”

“hm..apa Lyra ini..”

“ya, sama sepertimu, dia half-elf”

Lyra terkejut mendengar wanita itu sama sepertinya, yaitu seorang half

elf. Mendengar aku mengetahui identitasnya. dia memasang mimik

penasaran.

“bagaimana kamu tau aku half elf?”

“sudah cukup lama aku melakukan perjalanan, melihat, dan kenal berbagai

jenis ras yang kebetulan berkerja besama ku. cukup mudah bagi ku untuk

menentukan jenis ras orang lain”

Setelah mendengar penjelasan ku. Dia membereskan barang-barang yang

ia bawa.

“fufu, penjelajah ya? Nama ku Rosalline, panggil saja Rosa, bagaimana

kalau kita berbincang di kabin ku saja, sudah cukup lama aku tidak

menerima tamu”
Tawaran bertamu dari orang yang baru dikenal memang bukan suatu yang

bisa di anggap enteng.Jebakan?Atau tulus mengajak bertamu.Dari raut

mukanya tidak memberikan suatu yang mencurigakan.Ku menengok ke Lyra,

dia menganggung sambil memegang baju tangan kiri ku.sepertinya Lyra

berharap kita bisa ikut dengannya.

“...baiklah jika itu tidak mengganggu mu, hei Lyra ambil tas mu dulu disana”

“heee? Kamu tidak membawakannya? Kenapa tidak sekalian aja saat kamu

kemari?”

“memangnya aku apa? Kuli angkut?”

“mirip mirip sih...”

“apa kamu bilang??”

“ahahaha tidak tidak...oh ya dan Luke, ini bunga untuk mu”

“ha? Owh untuk apa?”

“tidak boleh kah seseorang memberikan bunga tanpa alasan? Juga siapa

tau dengan bunga ini bisa membuat muka mu lebih sering tersenyum”

”“kamu ini ya ”

“ahahahah”

Lyra berlari kecil sambil tertawa puas setelah memberi ku bunga.


“ngomong ngomong rosa, maaf jika aku lancang... kalau boleh ku tau siapa

nama belakang mu??”

Tiba-tiba ia memasang wajah hati-hati. Dan melihat ke wajah ku.

“hm? Ada apa?”

“jarang sekali orang yg ku temui disini menanyakan hal tersebut. Ada apa?

Mencurigaiku seorang kriminal?”

Ia tidak langsung memberikan nama belakangnya...hm...tragedi masa lalu?

Aib?

“ah? Tidak tidak, hanya kebiasaan ku. Setiap ku bertemu orang biasanya

ku bertanya nama lengkapnya. Yaa~ kalau kamu tidak mau memberitahu ya

sudah tidak apa-apa.”

Rosa tidak melepaskan pandangannya ke wajah ku.Seperti sedang

membaca suatu buku yang rumit.Ia mengerutkan dahinya. Setelah sesaat

mimik Rosa terlihat lebih tenang.Dan tubuhnya barusan yang tegang

sekarang terlihat lebih santai.

“...Doughlass. Von Doughlass Itu dari ayah ku”

“.....oh! jadi Ranko, Ranko von Doughlass the liberator itu ayah mu?”

“ya, seperti yang kamu tau. Itulah dia”

menarik, tidak ku sangka keturunan dari sang legenda yang membela dan

membebaskan rakyat kerajaan Asiria dari kebengisan kekuasaan Gubernur


saat ituadalah half-elf. Ini tidak ku dengar dari manapun selama

perjalananku

“hah hah...maaf menunggu...hah” Lyra terengah engah sesampainya kemari

“untuk apa kamu berlari?”

“habis..ku ingin secepatnya melihat kabin rosa, sesampai disana kita bisa

minum teh bersama sama!”

“hei hei memang siapa kamu seenaknya minum minum”

“boleh kan ros?” Lyra memelas ke Rosa

“tentu saja boleh, malah aku akan membuat beberapa kue untuk kita

semua”

“ah maaf merepotkan”

“yaay, akhirnya makan”

dasar Lyra, setidaknya sopan lah sedikit, tapi..memang kita belum makan

dari pagi tadi, ya hitung hitung menghemat perbekalan, juga aku bosan

berhari hari hanya memakan ransum.

::

::

15 menit...ya sekitar 10 menit kami berjalan kedalam hutan dan naik ke

atasbukit kecil, kabin dengan kayu coklat yang indah lengkap dengan
cerobong asap diatasnya, dihiasi dengan tanaman kecil di depannya, dari

sini kami dapat melihat pemandangan Danau Lanto yang luas juga berkilau

karena pantulan sinar matahari. Jika berdiam sejenak, suasana disini tidak

jauh dari di danau tadi, burung berkicau,cahaya matahari yang menembus

pepohonan menyoroti penjuru hutan membuat hutan ini terlihat sangat

hidup.

Dilihat dari jauh kabin milik rosa ini terlihat tidak begitu besar. Hanya

kabin sederhana terbuat dari kayu pohon yang kokoh.Namun, setelah

dilihat cukup dekat kabin ini cukup menakjubkan. Detail dan halusnya

setiap sudut bangunan membuat ku penasaran. Apakan Rosa membuat ini

sendirian?

Rosa berjalan masuk kedalam kabinnya

Lyra menarik tangan ku “ayo masuk! Rosamenunggu kita”

“....ya...”

::

::

Rosalline Von Doughlass, wanita half-elf dengan tubuh tinggi proposional

berkulit putih, rambut panjang dan hitam seperti malam dengan mata ungu

dan tatapan mata bersahabat namun entah kenapa seperti kesepian.

Lengkap dengan aksen bangsawan dan tutur kata yang lembut membuatnya
seperti putri yang terperangkap dalam hutan yang dikutuk oleh penyihir

agar tidak bisa keluar. Half elf ini merupakan keturunan dari Ranko Von

Doughlass the Liberator yang membuatku terkejut mendengarnya,

keturunan dari sang legenda adalah half-elf. Untuk Ranko sendiri, aku

hanya tau beliau dari cerita warga kota dan surat kabar, beliau adalah

seorang pahlawan yang membela dan membebaskan warga kerajaan Asiria

yang dulunya masih berbentuk kota dari kekuasaan Gubernur yang sadis

saat itu, bisa dibayangkan pajak yang tinggi, penculikan, pembudakan,

melegalkan prostitusi, juga korupsi dimana mana.Ranko membela rakyat

yang tertindas selain jalan diplomatis, dia juga yang memimpin kelompok

resistance untuk melawan pemerintahan setelah martial law diberlakukan

di kota itu, ku tidak tahu selebihnya namun yang kudengar, pertempuran

yang terjadi di kota itu sangat hebat, gubernur yang tidak mau jatuh itu

mengeluarkan seluruh kekuatan militernya dan hampir membabat habis

kelompok resistance, walau seperti itu dimana ada tekad kebaika, jalan

kemenangan pasti terbuka lebar. Beliau selamat dan berhasil menjatuhkan

pemerintahan gubernur itu. Sekarang yang ingin ku tahu adalah mengapa

keturunan dari sang legenda bisa disini? Dan mengapa half-elf?

Aku dan Lyra duduk di kursi ruang tengah dengan meja ditengahnya,

furniture terbuat dari kayu sungguh tertata rapih, bahkan ada lemari

kaca dan ku lihat banyak sekali koleksi lukisan, dan pencahayaan disini

cukup mungkin karena jendela yang menghadap tepat ke danau membuat


sinar matahari menerangi dalam kabin. Rosa kembali dengan nampan

dengan gelas dan teko berisi teh juga 3 potong cake.

“ini dia silahkan”

Rosa menghidangkan cake di meja kami dan menuangkan teh ke cangkir.

“waaah terimakasih rosa!”

Lyra terlihat senang, ya memang dia senang makanan yang manis, plus lagi

kami belum makan sesampainya di danau tadi

“hei-hei Lyra tahan air liur mu, menetes tuh!”

“ah! Haha maaf ”

“maaf merepotkan mu ros”

“tidak apa apa, sudah lama aku tidak menerima tamu seperti ini, ayo

silahkan makan”

“selamat makaan!”

Lyra dengan cepatnya menyambar kue dan melahapnya dengan hebat

sampai sampai ia tersedak

“wah enak sekali ....hap hap uhm,..ah..urhg”

“hei hei pelan pelan sedikit! Minum teh mu”

Lyra dengan cepat mengambil cangkirnya dan meneguk teh tersebut tanpa

sisa
“haaaaaahh, ku kira ku akan mati...”

Rosa tertawa kecil melihat Lyra.Dan melihat diriku yang memasang muka

penuh pertanyaan.

“hm? Ada apa Luke? Mau Cake lagi?”

“ah! Tidak cukup ini kok”

“lalu apa yang membuat mu terlihat penuh pertanyaan?”

Sepertinya Rosa terbiasa dalam membaca raut muka seseorang.Aku

meminum teh yang dihidangkan sebelum bertanya.

“sebelumnya maaf jika menyinggung mu, yang ingin ku tahu adalah silsilah

keluargamu yang membuat mu menjadi half-elf seperti ini, juga apa yang

kamu lakukan disini?”

“...apa yang membuat aku harus bercerita?” tanya Rosa menatap ku dengan

keraguan untuk bercerita kehidupan pribadinya. Sedikit berhati-hati ku

membalasnya dengan tersenyum

“selain karena ayah mu seorang yang penting dalam sejarah Asiria dan

kasus Half elf merupakan hal langka. Ini juga karena aku ingin lebih tahu

tentang mu. Itu saja”

“tidak ada yang spesial dari ku. hanya half elf dengan orang tua seperti

yang kamu ketahui.”


Jawab Rosa dengan tersenyum pahit.Seperti dia menahan sesuatu untuk

dalam dirinya.Sebenarnya aku hanya ingin mengobrol.Ya tentu tidak

langsung ku mendapat fakta yang sebenarnya di Asiria.Atau setidaknya

fakta di balik Ranko.

“Ya..tak apa kalau tidak mau berbagi fakta sebenarnya. Melihat mu sedih

seperti itu sebenarnya Ku hanya ingin berbicara bersama mu. Itu saja”

“...”

Rosa berdiri dan bersandar di jendela dengan secangkir teh menemaninya

“ibuku bercerita, dahulu ibuku adalah seorang elf pengkelana.

Meninggalkan rumahnya di Dataran Yogini untuk mencari pengalaman

dalam bidang medis dengan berprofesi sebagai alchemist. Tidak dalam

meracik racun atau peledak, ibuku spesialis dalam meracik obat obatan.

Setelah lama berkelana, beliau sampai di Kota Asiria dan melihat secara

langsung kegilaan yang terjadi. Disaat itu juga ia melihat korban-korban

kriminal yang tergeletak di pinggir jalan. Beliau memutuskan untuk

menolong mereka satu persatu, namun apa daya ibuku hanya wanita elf

yang lemah tidak mampu menolong semua orang. Saat itu ayahku melihat

ibuku dan membantunya membawa para korban ke persembunyian

resistance saat itu, setelah para korban tertolong dan sehat kembali

mereka memutuskan bergabung dengan resistance, dan ayah ku Ranko

seorang pemimpin resistance meminta ibuku untuk bergabung dengan

mereka, tentu saja ibuku bergabung setelah melihat kegilaan di kota ini,
setelah itu kedua orangtua ku bersama berjuang melawan kekuasaan

gubernur saat itu, ayah maju di garis depan dan ibuku membantu

dibelakang sebagai dokter, ya tentu kamu sudah mendengar mereka

berhasil, setelah itu ayah ku diangkat menjadi pemimpin baru kota Asiria

dan menikahi ibuku, setahun setelah itu aku lahir, sungguh indah tahun

tahun itu, kota yang damai, aku bersekolah dan bermain bersama teman ku

walau beberapa dari mereka tidak mau bermain dengan ku, hanya karena

aku half-elf, tapi aku tidak peduli selama mereka tidak menyakitiku, 6

tahun setelah ayah ku memimpin, Asiria menjadi sebuah kerajaan besar,

dengan itu beliau diangkat menjadi Raja, sungguh saat itu aku sangat

bahagia, ayah ibuku yang selalu ada di samping ku dan warga yang ramah,

banyak memori indah yang ku buat bersama orangtua ku, dan didalam

kerajaan ini”

Rosa terdiam sejenak dan meminum the yang hangat

“kebahagiaan tidaklah berlangsung selamanya, bukankah begitu luke?”

“.....”

“ Pemberontakan…..manusia penuh akan nafsu, rakus akan kekuasaan

jabatan, itulah yang terjadi oleh salah satu menteri kerajaan. Ia

mendoktrin orang orang sekitar dan kepala pasukan untuk memberontak,

membuat rezim baru dimana visi dan misi yang ia kemukakan menjadi

landasan untuk kedepannya.”

“…..lalu….orang orang dalam kerajaan?”


Rosa berbalik melihat keluar jendela, menatap jauh ke danau.

“ laki-laki yang menyerah tetap dibunuh, wanita dan anak-anak dibuat

menjadi budak dan beberapa dijual ke luar dan”

“lalu...keluarga mu?”

“...saat pemberontakan berlangsung, aku dan ibuku melarikan diri ke luar,

ditemani paman ku dan 3 pasukan kerajaan. Karena tidak ingin ada yg

mengikuti kami, paman dan pasukannya mengorbankan diri dan tewas untuk

memberi waktu kami kabur namun masih ada pasukan yang

mengejar....ibuku melepaskan ku dan mendorong jatuh ke hutan pergi

menghentikan pasukan musuh. Lalu ayahku bertahan didalam istana dan

tidak ada kabar hingga sekarang”

“...bagaimana dengan yang lain?”

Lengan Rosa terlihat menggenggam kayu jendela dengan kuat, seperti

sedang menahan sakit yang luarbiasa.

“......mereka.....semuanya..... SEMUA DIBUNUH DAN DIJADIKAN BUDAK

OLEH BABI BABI ITU! PERSETAN DENGAN REVOLUSI. PERSETAN

DENGAN JABATAN. MENGAPA!? MENGAPA SAMPAI SEPERTI INI!

MENGAPA MEREKA BUKAN AKU!? MENGAPA!?...mengapa...”

Rosa berlutut dan bersandar ke jendela, menutup matanya yang basah

karena tangsan.Terdengar suara rintik-rintik air hujan yang turun, aku

membayangkan alampun ikut bersedih mendengar cerita Rosa,


menggambarkan kegilaan manusia yang melebihi hewan.tidak tau apa yang

harus diucapkan aku dan Lyra hanya terduduk diam, membayangkan

kegilaan yang terjadi saat itu. Ketika manusia sudah melewati batas

rasional, apapun akan dilakukan mereka untuk mencapai keinginannya.

Suatu sikap eksklusif pun tumbuh dimana pihak lain yang berbeda terasa

layak untuk dihancurkan dan dibunuh

Sesuatu yang dikatan “kebahagiaan yang abadi” memang hanyalah bualan

belaka. Suatu rangkaian kata yang menghipnotis pendengarnya merasa

tenang akan kebahagiaannya yang ia dapatkan

Terlihat wajah Lyra meneteskan air mata, sedih mendengar kisah Rosa

dan melihat Rosa menangis.Lalu mendekatinya Rosa dan memeluknya.

“Sudah cukup kamu menahan sakit ini.Ingat lah sampai titik ini kamu masih

bisa hidup sehat adalah bukti kamu perempuan yang kuat Rosa, dan dengan

kehidupan yang kamu jalani ini, kamu adalah bukti keberadaan seluruh

orang yang kamu cintai.Yang gugur pada saat itu.”Lyra mengelus elus

kepala Rosa dan memeluknya dengan lembut. Isak tangis Rosa pun sedikit

mengeras.

“namun mereka mengorbankan diri bukan untuk kamu menangis bukan?

Mereka ingin melihat kamu hidup dan tersenyum bahagia.Jadi berhentilah

menangis...oke?”Lyra melepas pelukannya, tersenyum dan menatap mata

Rosa, mendengar katanya Lyra, Rosa menjadi lebih tenang, ia

membersihkan airmata di wajahnya dan membalas senyuman Lyra


“...Terima kasih...”

Air teh dicangkirku tidak tersentuh, aku tenggelam dalam cerita Rosa,

terus menerus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan

keluarganya, ayah dan ibunya yang menghilang tanpa kabar...tewas?...tidak

kalau tewas pasti sudah tersebar beritanya....

“..aku turut bersedih ros. Tapi tidak baik jika kita terus terkekang oleh

masalalu kita, benar kan Lyra?”

Lyra mengangguk dan tersenyum ke arah ku, lalu membantu Rosa untuk

berdiri.

“ya sudah lah, ayo kita habiskan cake ini, tehnya juga sudah dingin..”

“..ya..” jawab Rosa dengan senyuman

Bertahun tahun aku berkelana menjadi seorang penjelajah, berita

pemberontakan dan kisah keluarga yang terbunuh sudah tidak asing

ditelingaku.Namun, sebanyak apapun aku mendengar, tetap saja terasa

memilukan. Manusia yang seharusnya hidup bersama dan harmonis, hanya

dengan nafsu duniawi akan materi mereka berubah menjadi seperti

kumpulan hewan dengan fikiran yang tidak rasional, sampai membunuh

dianggap benar. Ingatan pahit akan kematian, kehancuran, dan kehilangan

memang berat untuk dipanggul, tapi dari situlah manusia berlatih untuk

lebih kuat, lebih kuat menghadapi tragedi seperti itu dan lebih kuat dalam

bertahan hidup.
“hey Rosa, aku mau tambah cakenya boleh?”

Aku menyodorkan piring ke depan rosa dan meminum habis ten di cangkir

“tentu”

Rosa mengambil piring kami lalu melihat kami berdua dengan wajah

tersenyum

“..terima kasih kalian berdua”

END OF ACT I
ACT II
Gemercik air hujan mengenai daun dan atap menemani malam kita.Malam

ini bulan terlihat begitu terang dan bulat.Menyinari Danau Lanto

membuatnya seperti cermin besar yang menampilkan pemandangan langit

malam penuh dengan bintang.Terdengar suara-suara kecil dari serangga

malam yang berterbangan dan kilapan kunang-kunang.Menari dengan

pasangannya seakan malam ini merupakan pesta putri dari Dewi

Nocturn.Malam ini kami bermalam di kabin Rosa.Lyra memaksa untuk kita

beristirahat di Kabin.Aku tidak keberatan, yang ku khawatirkan Rosa

perlu waktu sendirian.Namun ketika Lyra bertanya Rosa mengiyakannya

dengan senang.

Bulan sudah tinggi, Lyra pun sudah tertidur di ranjang bersama Rosa.Aku

masih terjaga, duduk di teras kabin memikirkan rencana nanti bagaimana

kita bisa masuk Asiria tanpa masalah.Tanpa adanya konflik dengan pasukan

pengaman.

“Sulit tidur?”

Ku berbalik melihat Rosa menghampiri ku membawa Kandil dengan lilin

yang menyala.

“kau bercanda? Tidur satu atap dengan dua gadis manis berpakaian tidur

membuatku sulit menahan diri. Belum lagi salah satunya seorang putri

cantik”
Rosa tertawa sedikit, mendekati ku dan bersandar pada tiang penyangga

teras.

“fufu, aku bersedia tidur dengan pria. Kalau pria itu kamu~”

Goda Rosa dengan menatapku dan tersenyum.Ku berpaling berfokus

kembali pada kegiatan ku

“heh. Kurasa malam ini ku tidur di pohon saja”

“haha sebegitunya ya. Aku hanya bercanda kok”

Rosa meletakan Kandil di tangga kabin dan duduk disebelahku. Lalu melihat

penasaran apa yang aku lakukan. Pertama dia mengamati peta yang ku

pegang dengan seksama. Terdiam sebentar lalu ia memandang jauh ke

Danau.

“Asiria?”

“hm? Ya. Itu tujuan kami selanjutnya”

“tujuan?”

“perpustakaan besar. Mencari informasi menuju dataran Yogini”

Rosa beranjak dari tempat dia duduk. Berjalan sedikit ke depan kabin dan

duduk di batang besar pohon yang sudah ditebang menghadap ku.

“hey. Apa mungkin aku dapat kembali ke sana?”


Ku terdiam sejenak memandang Rosa bertanya penuh dengan harapan

jawaban bagus. Sepertinya dia menginginkan sesuatu yang selama ini ia

pendam. Yaitu Pulang. Ku membereskan peta dan log ku. Menyimpannya di

sebelah ku.

“tergantung, tergantung bagaimana kamu mengartikan kata kembali”

“kamu tau apa yang ku maksud bukan?”

“......”

Seperti yang Rosa katakan, ku sudah tau apa yang dimaksudkan dengan

kembali. Yang ku khawatirkan adalah jawaban yang sesuai dengan

keinginannya. Jawaban yang akan menyalakan kembali harapan membangun

tanah kelahirannya. Ku hanya terdiam memikirkan jawaban yang terbaik

untuknya.Melihat ku terdiam, Rosa menghampiri ku dan duduk ditangga

sampingku menghadap ku.

“Dengar. Rosa, ku tau keinginan mu baik. Mengembalikan keadaan tempat

mu menolong Rakyat mu yang tertindas. Dan me-”

Rosa memotongku dengan menggenggam tangan ku dan menatapku

“Luke. Hanya ingin pulang.Melihat kembali kerajaan ku dan hidup

berdampingan dengan masyarakat ku.Walaupun aku bukan putri mereka

lagi. Tapi mereka tetap mengenalku sebagai orang yang sama”


“tapi bagaimana jika tidak? Bagaimana bila mereka tidak mengenal

mu?Tidak memandangmu sesuai harapan mu?Dan semua rencana mu tidak

sesuai dengan ekspektasi mu?”

“tak apa, setidaknya aku bisa melihat kerajaan dan orang orang ku”

“bagaimana jika mereka mengecewakan mu? Mereka akan menyakiti mu

lagi Rosa”

“LUKE!”

Rosa sedikit meninggikan suaranya.Mencoba untuk membujuk ku

mendengarkan permintaannya.Ia sedikit menghirup nafas panjang dan

mengejamkan mata. Aku yang ikut terdiam, tidak berkutik tanganku

digenggam olehnya.

“aku...setidaknya aku mencoba Luke. Setidaknya berikan aku kesempatan

untuk menebus kegagalan ku sebagai penerus kerajaan. Menerantarkan

orang-orang yang setia melayani keluarga ku sampai saat ini”

“itu bukan kesalahan mu Rosa. Jangan membebani mu dengan sesuatu

diluar kapasitas mu”

“Lalu apa aku harus diam saja disini?Terkurung oleh masa laluku, diam di

posisiku yang menyedihkan seperti ini?Hanya mendengar kabar kerajaan

ku yang sedikit demi sedikit roboh di gerogoti oleh binatang-binatang

itu?”
“ku tidak meminta mu berhenti, ku hanya tidak mau kamu berbuat gegabah

Rosa. Bisa saja tragedi lalu bisa terulang”

Rosa melepaskan genggamannya.Beranjak dari samping ku dan duduk di

bangku teras.Semua begitu sunyi sesaat dan lilin kandil padam oleh tiupan

angin malam, seolah seluruh lingkungan hutan menjadi audience

pertunjukan drama kami berdua di panggung teras ini. Terduduk dengan

lesu, setelah mendengar ku Rosa terdiam tidak tahu apa yang harus

dikatakan lagi. Ku sedikit menghela nafas lalu kembali membuka peta.

“Penyesalan akibat tindakan gegabah bisa menyakitkan Rosa” ucap ku

mencoba untuk membujuk dia kembali

Rosa membalas perkataan ku dengan tegas

“namun diam dan bersembunyi tidak berbuat apa-apa mengakibatkan lebih

dari sekedar penyesalan”

Mendengar balasannya ku tidak bisa berkata apapun. Penyesalan akan

ketidak mampuan berbuat sesuatu, hanya melihat hancurnya sesuatu yang

kau cintai dan lindungi dapat membunuh seseorang dari dalam. Depresi,

ketakukan, menjadi “gila” akan kegagalan dan penyesalan yang terus

menyelimuti kehidupan. Aku yang pernah mengalami hal ini menjadi sedikit

paranoid jikaakan menghadapi sesuatu. Pilihan menghindar selalu muncul

pertama dibenak ku.Terutama ketika orang meminta saran atau apapun

yang mungkin hal itu dapat mengantarkan pada penyesalan tak

berujung.Namun menghindar bukanlah solusi yang menyelesaikan


segalanya. Solusi yang akan menghasilkan penyesalan selanjutnya. Ucapan

Rosa tersebut ada benarnya.Terkadang aku ingin lebih berani tanpa sering

menghindar dari masalah.

“Luke. Saat ini aku hanya ingin pulang kembali ke kerajaan.Melihat

kenyataan yang terjadi disana. Tolong bawa aku bersamakalian Luke”

Setelah berfikir sejenak.aku sedikit menandakan peta dan membereskan

Log.

“sudah lah, cepat kamu tidur sudah sangat larut ini”

“..Luke! ak-“

“BESOK.besok mungkin kita berangkak. Siapkan bawaan mu tidak kurang

tidak berlebih dan tidak ada merengek.Paham?”

“....h-ha?”

Rosa terkejut dengan jawaban ku.Ia berlari kecil ke arah ku

“b-benarkah?”

“kamu tidak dengar? Kita diskusikan besok, pagi mungkin kita berangkat”

Terlihat Rosa sedikit menangis. Tidak percaya akan keinginannya bahkan

mimpinya bisa kembali bisa terwujud pada esok hari. Tiba-tiba Rosa

memeluk ku.Dan terdengar isak tangis.


“terimakasih Luke.....terimakasih....bertahun tahun ku menunggu

kesempatan...meminta pada setiap pendatang untuk membawaku.. namun

hanya penolakan kasar yang ku terima..Akhirnya...ku bisa pulang ke tempat

ayah ibu ku dan.....berada...”

Bahuku terasa dingin, basah karena tangisannya.Dan pelukannya semakin

erat.

“hei sudah kubilang tidak ada merengek dan simpan terimakasih mu ketika

kita sudah sampai.”

“..y-ya baik”

“sekarang kamu tidur. Sudah larut malam”

Rosa melepaskan pelukannya dan menyeka tangisannya.

“..haha...ku harap Lyra tidak terbangun karena tangisan ku”

“heh...tidak akan. Dia paling hebat dalam hal tidur. Apa lagi sudah makan,

digusur oleh Paladin pun tidak akan bangun”

Bangkit dari tempatnya.Rosa melangkah kedalam kabin meninggalkan ku

pada malam ini.Kembali terdengar suara serangga malam, angin yang

menghembus pepohonan dan kunang-kunang berterbangan kesana

kemari.Sepertinya drama malam ini selesai dengan good ending dimana

harapan keinginan heroin terpenuhi oleh pemain tambahan dalam

kehidupannya.Ku menghembuskan nafas panjang dan memandang langit


malam penuh dihiasi dengan tirai awan dan manik manik bintang.Disitu aku

melamunkan desisi yang ku ambil.

Apakah ini yang terbaik?

Sejujurnya aku tidak tahu apa yang terbaik untuk sekarang. Melindungi

Rosa dari kemungkinan terburuk sekaligus menghancurkan seluruh

harapannya atau membahayakan keadaan Rosa dengan mewujudkan

keinginannya.Manapun pilihannya memiliki resiko tersendiri yang keduanya

tidak ingin ku ambil.

“haaaaah~”

Ku berbaring mengejamkan mataku. Berfikir apa yang akan terjadi

selanjutnya dengan Rosa.

“lebih baik mencoba dan menghadapi segalanya dari pada lari dan

bersembunyi ya....”

Ku buka mataku kembali melamun melihat langit malam.Kata-kata Rosa

tersebut sejenak membuat dadaku sesak karena teringat memori masa

lalu ku yang tidak ingin ku ingat lagi.Melihat bocah yang lemah tak berdaya

melihat seluruh hal berharga bagi dirinya direnggut karena

ulahnya.Menangis memohon maaf sampai bahkan sampai mencium

tanah.Mengingatnya saja membuatku ingin muntah.

Semoga ini lah yang terbaik untuk semuanya.Tidak berharap tanpa

halangan atau resiko. Mungkin hal ini bisa membayar kesalahan ku dahulu
“....setidaknya ku tidak membuatnya mengulang kesalahan ku....benar

kan.....Mika?”

::

::

Terbangun dalam suatu ruangan hitam gelap dimana ku terduduk disesuatu

yang kurasa seperti kayu.Hanya kehampaan yang ku rasa saat ini.Terasa

ringan tubuh ku dan pikiran ku.Tak seperti biasanya yang ku bawa

melangkah di dunia keras. Sesuatu didalam hatiku terasa gelisah

bertanya-tanya apa yang terjadi saat ini.

Apa ini Mimpi?

Apa ku sudah mati?

Apa ini yang disebut Afterlife?

Terhanyut dalam suasana hampa dan tenang seperti ini membuat diriku

malas membuka mulut ku.Semua terasa sempurna.Tak ada kebencian,

dendam, emosi, atau apapun yang merusak dunia ini.

Saat ku berdiri muncul cahaya bintang dari atas, menyoroti ku seperti aku

lah yang saat ini akan menjadi pemeran utama dalam serangkaian drama

kehidupan nanti.
Ku memejamkan mata berharap ini semua berakhir dan kembali pada

kenyataan.Namun saat ku buka muncul seperti suatu cermin. Menampilkan

suatu adegan dimana seorang anak laki-laki dan perempuan yang bermain

bersama di suatu taman.

“ini....”

Mereka terlihat sangat bahagia berlarian kesana kemari membawa kincir

angin buatan dari bambu. Saat ku berfokus pada cermin itu, adegan

berubah menjadi hasil proyeksi apa yang dilihat oleh seseorang dari kedua

matanya. Ku lihat gadis manis berkuli putih berambut pendek menggunakan

baju onepiece putih dengan penjepit rambut biru menahan poninya. Dia

tersenyum bibirnya mengucapkan sesuatu namun ku tak bisa mendengar

apa-apa.

“...M-mika?”

Ku mencoba untuk menyentuh cermin tersebut.Sesaat ujung jari

menyentuhnya. Cermin tersebut terbang menjauh dan terdiam di sisilain.

“h-HEI!”

Ku berlari menujut cermin tersebut.Saat dilihat kembali, terlihat seorang

laki-laki menggenggam tangan seorang gadis. Berlari tergesah-gesah,

ketakutan akan hal yang mengikutinya.

“...t-tunggu....ini?!”
Sesaat di gerbang mereka dicegat oleh segerombolan orang besar dan

beberapa diantara mereka membawa benda tumpul.Sekedipan mataku

mereka memukuli gadis dan laki laki itu dan memisakan mereka.Laki-laki

itu mencoba untuk meraih tangan gadis yang menangis kesakitan.Namun

pukulan mereka semakin kuat sehingga menghentikan laki-laki tersebut.

Hanya terkapar tidak mampu berbuat apa apa melihat gadisnya dipukuli

habis oleh mereka

“tidak....TIDAKTIDAKTIDAKTIDAK...BANGUN! BANGUN! BANGUN

BRENGSEK!”

Yang ku lihat tetap sama. Namun terlihat gadis tersebut mengulurkan

tangannya ke arah laki-laki tersebut.

“AAAAAAAAAAARRRRGGGGH”

Ku berlari menuju cermin berharap bisa masuk kedalamnya hingga pecah

berkeping-keping.

“t-tidak...MIKA!”

Sesaat semua berubah menjadi gelap.Tiba-tiba cahaya menyoroti suatu

tempat dimana ada seorang gadis berdiri.

“ha? M-mika?Itu kau?”

Pecahan cermin perlahan membangun suatu jembatan yang menghubungi ku

dengannya.Seakan pecahan ini menuntunku untuk berlari menujunya.Disaat


ku berlari ku mendengar suara tidak asing.Membuat dentuman jantungku

terasa hingga telapak tangan.

“Luke! Ahahaha kemari lah”

Bercampur dengan perasaan sedih, senang, dan takut.Ku berlari semakin

cepat menuju tempat mika.

“ahahaha lambaaaat~ ayo kemari”

Ku tak mengerti ada apa ini? Disaat langkah langkah terakhirku sampai

depannya. Mika berbalik dan berlari menuju suatu jurang

“jangan sampai ku menunggu lagi yaa”

“h-HEI! TUNGGU! TUN-akh”

“kyah!”

Ku tersandung dan terjatuh dengan reflek ku memegang tangannya hingga

ikut jauh dan mendarat di sesuatu yang empuk...he?Kyah?ha?

::

::

Seseorang mengatakan dimana jika mengalami mimpi warna suatu

keberuntungan akan terjadi dalam hari mu saat itu. Keberuntungan itu

relatif.Entah orientasi orang tersebut menuju hal materi atau

bukan.Ketuhan durian orang biasa menyebutnya.


aku seperti apa yang dikatakan orang itu. Kejatuhan durian.Namun

tertimpa tangga dan difitnah mencuri durian.

Terbangun dari mimpiku ku terjatuh dari bangku dan ku melihat Rosa

tepat berada di bawahku.Ya bawah ku.

“..fufu Luke pagi ini kamu semangat sekali”

“......”

Rosa tersenyum genit saat ku tersadar dan menatapnya.Aku mencoba

menghiraukannya dan mencoba untuk bangkit namun tangan kanan ku

kesemutan dan tak sengaja aku memegang sesuatu yang harusnya tak

boleh.

“hyaaann...uuu.... kalau mau bayaran untuk mengantarkan ku, kamu harusnya

minta tadi malam Luke”

"ukh....ya. dan seharusnya ku memasangkan kalung di lehermu dan menjadi

budak ku sampai kerajaan nanti”

“ahaha...ha... ku lebih suka meneraktir mu nanti disana”

“heh. Dimana akting mu tadi?”

Dengan tertawa kecil Rosa kembali menggoda ku

”uu..I’d love to entertain you more...but”

memegang dadaku Rosa sedikit mendorong ku darinya


“It’s not gonna happen because am a shy maiden aand..turn out someone

watch us.”

Rosa melirik ke kanan. Aku menengok dan melihat Lyra berdiri terdiam di

depan pintu melihat kami sambil memegang sekeranjang pakaian kami yang

akan dijemur

“a..ku kira...ah maaf!”

Lyra bergegas keluar kabin. Kebingungan apa yang sebenarnya terjadi, ku

tidak tahu apa yang harus dikatakan. Aku hanya melepas pergi dari posisi

erotis ini dan kembali duduk di bangku.Rosa duduk di lantai dan

membenarkan bajunya yang sedikit kusut karena “jatuh” tadi.Melihat ku

melamun di bangku, Rosa pergi ke dapur dan kembali membawa secangkir

teh.

“here you go”

“ha~ thanks”

“i guess that’s too much for a morning-wake-up for you”

“..tell me about it”

Dengan berpindahnya cangkir ke tangan ku, Rosa ikut duduk disamping ku

dengan menyimpan nampan diatas pahanya

“well then. You owe me an apologies Luke”

“gee~ yea sorry woman, for try “rape” you this morning”
“ckck. you can keep the apologies and give it to Lyra”

Ku menyeruput teh dicangkir yang hangat ini sedikit berfikir ada apa

dengan Lyra?

“why should i? why her?”

“because~”

Rosa mengambil teh ku dan menyimpannya di atas nampan.

“it’s not a good thing to make young loveable maiden cry alone outside like

that”

Mendengar kata menangis aku menengok ke jendela melihat Lyra sedang

menjemur pakaian dengan tali yang membentang antara dua pohon

membelakangi kami.Aku tidak begitu paham mengapa Lyra menangis

seperti yang dikatakan Rosa.Apa mungkin...dia lapar?

“what did i do to her?”

“nothing”

“ha?”

Aku tidak paham.Ku tidak berbuat apa-apa namun harus meminta

maaf?Pernyataan sesuatu yang diluar logika namun entah mengapa

membuat ku penasaran sampai sejauh ini. Rosa sedikit menggeser

mendekat, dan menunjuk dengan jelunjuknya ke dadaku


“it’s because you. Right?”

Rosa menatap ku dengan tajam.Menunggu ku untuk meminta maaf ke Lyra.

“go ‘on Luke”

“...hmh..fine I’ll do”

“good”

Rosa beranjak dari bangku dengan nampan dan cangkir teh ku kembali ke

dapur.

“I’ll make some breakfast kay. Need me; I’ll be in the kitchen”

“hmh..”

Lepas melihat Rosa pergi.Aku kembali melihat Lyra yang sedang menjemur.

Terlihat sesekali ia melamun dan sedikit menggosokan kain ke mukanya.

Sebenarnya aku masih belum begitu paham konsep meminta maaf

disini.Namun, melihat Rosa begitu memaksa dan Lyra yang seperti ini

sepertinya aku harus...bagaimanapun metodenya.

::

::

Hembusan angin pagi menyegarkan ku bangun setelah serangkaian kejadian

barusan.Ritual pagi burung-burung berkicau berpasangan dan pepohonan

yang tehembus angin pagi membuat suatu undangan bagi kami untuk

menikmati suasana pagi hutan ini.Ditambah lagi pemandangan seorang


gadis half-elf yang sedang berkerja sepenuh hati menjemur garmen

didepan ku. Dengan menggunakan kemeja ku dan celana panjang ia tidak

mengeluh kedinginan. Memang salah ku tidak membelikan cukup baju untuk

Lyra, sehingga saat mencuci saat ini ia tidak ada lagi pakaian. Setidaknya

aku meminjamkan baju untuknya.Melihat seperti kedinginan oleh angin

pagi. Aku menghampirinya dengan membawa jaket

“Sepertinya ku harus menyiapkan baju baru untuk mu ya. Ini ku tidak mau

kamu sakit”

“Ah!..terimakasih”

Lyra mengambil jaket ku dan menggunakannya.Dan kembali menjemur

garmen.Dimulai dari yang paling besar yaitu sprai Rosa yang kebetulan

Lyra bersihkan hingga dalaman mereka.Menonton dia menjemur entah

mengapa begitu menenangkan.Seperti kembali kerumah. Biasanya Lyra

mengoceh tentang sesuatu namun pagi ini sepertinya lebih tenang

“hm..ada apa Lyra tidak biasanya kamu diam?”

“tidak ada”

Fokus pada kegiatannya pagi ini, Lyra menjawab singkat.Sepertinya

seperti kata Rosa ku harus meminta maaf?

“uhh baik lah ku minta maaf Lyra”


Lyra terhenti sejenak saat menggantungkan pakaian saat mendengar

ku.lalu kembali menggantungkan pakaian.

“untuk?”

“uhh..untuk..”

Berfikir Luke berfikir.Apa yang terjadi pagi ini. Lyra mendengar

pembicaraan ku malam kemarin sebab itu dia tidur tidak

nyenyak?....mungkin dia lapar?. Rosa...

“untuk pagi ini mungkin aku berbuat sesuatu yang tidak baik ke Rosa”

Lyra menghentikan kegiatannya dan akhirnya memilih mendengarkan ku.

“tidak apa-apa Luke. Ku sudah paham hubungan kalian berdua.Namun aku

terkejut, hanya dia mengizinkan kita untuk bermalam. Hubungan kalian

sampai seperti ini”

Jawab Lyra dengan tangannya dibelakang dan tersenyum kaku. Ku tidak

paham apa dia menyembunyikan sesuatu? Dan apa yang dimaksud dengan

hubungan. Aku dan Rosa?

“ha? Hubungan apa?”

“kamu tau kan. Itu..”

Lyra melirik tangan kanan ku dengan maksud tertentu

“ukh...ku tidak ada hubungan apa-apa dengannya”


“berbohong tidak baik Luke”

“tidak. Benar ku tidak ada apapun yang kamu pikirkan sekarang”

“...sungguh?”

“ya sungguh”

“hrmh...”

Lyra menatapku penuh kecurigaan.Namun kesedihan sebelumnya sedikit

pudar dari raut wajahnya.Sepertinya moodnya berubah.Semudah

itu?Sepertinya kejujuran adalah pilihan yang baik.”

“kapan aku berbohong selama perjalanan ini?”

“hm...”

Lyra masih menatap ku dengan tajam.Ku hanya membalas melihat tepat di

matanya. Setelah beberapa saat ia berbalik dan melanjutkan menjemur

pakaian.

“baiklah. Aku percaya kamu Luke, tak perlu serius seperti itu haha”

Jawab Lyra dengan sedikit tertawa melihat tampang ku yang serius namun

seperti kebingungan. Aku membalasnya dengan senyum dan

menawarkannya bantuan

“Mau ku bantu?”
Terkejut, Lyra menengok kearah ku dengan senyum ia menolak dengan

baik

“Ha? Tidak usah lebih baik kamu kedalam saja. Sepertinya sarapan yang

dibuat Rosa sudah siap”

Ku mencium aroma daging yang terpanggang dan beberapa rempah khas

untuk membuat suatu menu pagi begitu menggoda.Aku mengiyakan dan

berbalik menuju dalam kabin.

“Oh ya, ku lupa. Perjalanan menuju Asiria nanti Rosa ikut dengan kita”

Lyra terkejut dan menjatuhkan dalaman yang ia pegang

“h-Ha?T-tunggu maksud mu?”

Ku tidak menghiraukan Lyra dan terus berjalan kedalam Kabin

“H-HEI LUKE!?”

Haaaaah~ entah kenapa baru kali ini ku sangat menanti sarapan.

::

::

Makanan segar langsung dari dapur adalah yang terbaik. Tidak seperti

yang biasa ku makan.Hanya makanan kaleng dan beberapa roti juga

sesuatu instan.Namun kali ini ku melihat omelet dengan bubur kentang

yang menurut ku rasanya cukup asin.Potongan daging ayam yang Rosa miliki

hasil jebakan.Simple salad, tomat, sayur dan wortel.Secangkir teh.Dan


semuanya──kecuali salad tentunya──disajikan masih hangat.Dengan

setting suasana kabin kayu diatas bukit dan pemandangan danau terasa

semua beban hidup ku sesaat menghilang. Tidak lupa kali ini ditemani dua

gadis manis. surga bukan? Namun kesempurnaan hanya milik pencipta.Pagi

kali ini bisa sempurna jika kedua gadis ini berhenti saling melotot. Jika

dianalogikan, kondisi ku ini seperti makan malam bersama dua kapten

cantik nan menggoda yang saling menodong meriamnya selagi terombang

ambing di laut lepas dengan ombak tinggi dan cuaca yang cerah. Cukup

hectic bukan?Dan Entah kenapa mereka pagi ini aktif sekali berkicau.

“LUKE! Jelaskan apa yang kamu barusan”

Rosa memotong dengan pernyataannya sambil membagikan Salad ke tiap

mangkuk

“sudah jelas bukan? Luke mengizinkan ku untuk ikut dengannya menuju

Asiria”

Mendengar pernyataannya Lyra mencoba mengeluarkan argumen lagi

“errrr..dengar Luke berdua saja sudah seperti ini. Perbekalan kita akan

kurang belum lagi pengeluaran akan bertambah. Kita bisa kehabisan

semuanya sebelum sampai tujuan”

Dengan tenang kali ini Rosa menjawab sembari menuangkan teh ke cangkir

kami
“Tak perlu hawatir Lyra.Aku punya tabungan yang lebih untuk biaya

perjalanan ini.Dan aku bisa bertanggung jawab untuk perbekalan.”

Aku hanya mengangguk-nganggu karena Rosa memang benar.Sakali-kali ku

ingin perjalanan ku ditemani makanan seperti ini.

Lyra tidak mau kalah entah kenapa ia begitu menantang untuk perjalanan

tiga orang.

“umm Rosa. Mungkin kamu bisa ikut dengan rombongan lain setelah kami.

Mungkin mereka akan senang hati mengajak mu.”

Sambil membagi rata bubur kentang ia menjawab dengan senyum.

“yaah jika ada tiket pertama tersedia menuju rumah mengapa tidak ku

ambil,ah hati-hati Luke buburnya masih panas”

“y-ya tapi...”

Selesai membagikan bubur kentang, Rosa berbalik bertanya ke Lyra

“lalu apa yang membuat mu gelisah seperti itu bila aku ikut dengan kamu?”

“i-itu karena..karena”

Lyra tidak mampu menjawab.Dia hanya menatap ku.dan aku hanya

memasang wajah bingung. Dan lapar.

“p-pokoknya kamu mungkin harus ikut dengan yang lain Rosa”

“lihat, Lyra tidak bisa menjawab. Seperti itu alasan mu?”


“uuu.. Luke...”

Ku tidak tahu harus apa. Tapi ku coba menenangkan Lyra dahulu.

“Dengar Lyra. Rosa hanya ingin ikut dengan kita untuk melihat tempat

kelahirannya kembali.Setelah itu sudah kita lanjutkan perjalanan kembali.”

Mendengar jawaban ku Lyra hanya tertunduk dan menggumam

“unnn...tapi berdua saja cukup kan”

“ya sekali-kali bertiga lebih baik bukan. Rosa boleh aku minta tambah
buburnya.”

Rosa memberiku tambahan bubur lalu membisik sesuatu kepada ku

“Pria kurang peka itu tidak baik loh”

Ku tidak menghiraukannya.Aku lapar dan perlu makanan itu yang jelas.

Sepertinya kita tidak berangkat hari ini...entah mengapa aku masih ingin

dikabin ini sementara waktu, setelah melihat Rosa tersenyum dan tertawa

dengan puas seperti tanpa beban yang sering ku lihat tersirat di wajahnya

sebelum malam kemarin. Aku berjanji akan membawanya ke kerajaan

dengan selamat dan mencoba sedikit meringankan bebannya selama ini.

END OF ACT II
ACT

III
“Ayo cepat ayah! Ibu sudah menunggu di atap”

Teriakan kecil dari seorang putri kecil berjalan menaiki tangga menuju

atap kastil dengan tangan kecil yang mendorong ayahnya dari belakang.

Mendengar putrinya yang tidak sabar akan sampai atap, ayah hanya

membalasnya dengan tawa dan berjalan sedikit lebih cepat.

“ahaha sabar lah Rosa. Ibumu tidak akan pergi kemana-mana”

“tapi seharusnya kita sudah ada disana 15 menit yang lalu dengan ibu.

Ayah ingat, malam ini sangatlah spesial untuk ku”

“Oh ya? Ayah tidak ingat...o-oh hati-hati”

Putri tersebut semakin kuat mendorong ayahnya naik ke atas tangga

hingga terlihat lelah.Melihat putri perkeringat, ayah berbalik dan duduk

dianak tangga memegang kedua tangan putri.

“ah apa yang sangat spesial dari malam ini?”

“ikh ayah. Makan malam kemarin ingat? Ibu mengajak kita melihat bintang

malam ini”

“se-spesial itu kah melihat bintang untuk mu?”

Mendengar ayahnya bertanya, putri tersebut menjawab dengan antusias

menatap mata ayahnya meyakinkan hari ini merupakan hari yang spesial

“Ya tentu!Hari ini kita bertiga akan melihat bersama bukan?”


“bukan kah kamu suka melihat dengan ibu mu?”

“...ya tapi itu hanya dengan ibu. Ayah selalu sibuk tidak bisa menemani

kami......”

Sang putri menggigit bibir bawahnya dan menunduk.Senyuman pun

menghilang dari nya.Melihat putrinya seperti ini. Ayah mengangkat dagu

putrinya dan tersenyum

“hmm kalau begitu mulai dari sekarang ayah akan berusaha agar kita

bertiga akan melihat bintang bersama di atas”

“janji?”

Sang putri menyodorkan kelingkingknya.Mengajak ayahnya berjanji

untukknya. Ayah pun menerima kelingking putrinya dengan lembut

menandakan janji terikat diantara keduanya

“ya ayah janji”

Dengan itu keduanya tersenyum dan tertawa kembali.Dan memegang

tangan mungil putrinya bersama melanjutkan sisa anak tangga menuju atap

kastil.Dengan langkah mantap mereka berdua menginjak anak tangga

terakhir dan membuka pintu menuju atap.Dengan senyumannya ibu

menyambut kami.

“aku kira kalian tidak akan datang malam ini”

“ibuuu!”
Putri berlari menuju pelukan ibunya.Disusul dengan ayah yang sedikit

terengah berjalan menuju ibu.

“maaf──menunggu lama──Ratu ku”

“menunggu mu memang sebagian dari tugas ku. bukankah begitu Raja ku”

Sambutan ibu, ayah tertawa lega ibu tidak marah atau sebagainya.

“ahahaha──sepertinyamembuat mu menunggu sudah sebagian dari

kebiasaan ku”

“fufufu. Sudah lah Ranko, sebaiknya kamu perbaiki nafas mu itu. Seperti

pak tua saja naik tangga sampai seperti itu”

“ha~ ini karna putri mu Vivi. Dia terlalu bersemangat menaiki tangga”

Ibu melihat putri yang berkeringat lalu berbalik dan mengajak putri

menuju spot yang sudah disiapkan olehnya

“hmm...terlihat seperti itu. Kalau begitu, ayo Rosa. Ibu sudah siapkan

tempat terbaik untuk kita malam ini”

“YA!”

Masih mengatur nafasnya Ayah melihat kami berjalan dari belakang

“h-hei tunggu lah, aku baru sampai diatas ini”

“Tunggu?Tidak, itu tugas ku Raja ku. Aku dan putri mu akan menunggu di

sana setelah kamu merasa lebih baik”


Jawab ibu ku menengok ke ayah dengan senyum licik. Ayah hanya

membalas dengan senyum getir dan mengelap keringat di dahinya dengan

kain baju.

“heh....apapun untuk mu Ratuku”

::

::

Ku buka kembali kotak berharga ku yang berisikan memori keluarga jauh

dalam ingatan ku.Cuplikan pecahan ingatan saling berlintas di dalam pikiran

ku.Namun salah satu pecahan yang paling memikat ku untuk diingat

kembali merupakan momen saat kami bertiga bermain bersama diatap

kastil.Melihat taburan bintang diatas kepala kami menyinari langit gelap

dimalam hari.Aku masih ingat ayah memperlihatkan GrandLaine.Merupakan

rasi bintang yang konon hanya dapat dilihat dari titik puncak di suatu

kerajaan yang besar dan diberkahi oleh Dewa KemenanganVictro.Saat itu

ayah bercerita bagaimana kerajaan Asiria dibentuk sampai seperti

ini.Cerita beliau berisi kesedihan, keberanian, harapan, dan tentu romansa

ayah dan ibu bertemu.Aku paham benar begitu banyak pengorbanan untuk

mewujudkan sesuatu seperti Asiria ini.Maka dari itu aku mensyukuri bisa

bersama hidup seperti ini.Damai dan tentram.Namun, damai dan tentram

ini tidak begitu merata menyelimuti hati ku.Selalu ada perasaan takut.

Takut akan muncul momen dimana semua yang ku miliki saat ini menghilang

dalam sekejap.
Aku yang duduk dipangkuan ayah pada saat itu memegang erat tangannya

dan tangan ibu.Dan bertanya sesuatu yang ada di dalam pikiran ku selama

ini.

“Ayah...apakan kita akan selalu bersama?Melihat bintang seperti ini

selamanya?”

Mendengar ku ayah sedikit terkejut.Aku yakin yang dipikirannya saat itu

ialah mencari jawaban yang tepat agar tidak mengecawakan atau membuat

kegelisahan ku lebih buruk.Pelukan ayah semakin erat.Dan ibu mencoba

untuk menjawab semampunya.

“tentu saja Rosa. Kita akan selalu bersama. Lihat bahkan ibu membuat

baju hangat ini untuk mu selama melihat bintang”

Ibu mengeluarkan sweater rajutan dari keranjang kayunya yang sengaja ia

bawa. Dengan bangga ibu memperlihatkannya pada ku dan memberikannya

pada ku

“Tapi bu. Aku sudah mempelajari apa itu kematian disekolah hari

ini.Sebenarnya apa yang akan terjadi setelah ayah dan ibu mati?”

Senyum ibu saat itu sedikit memudar.Mungkin kata-kata ku mengingatkan

semua yang telah hilang dari kehidupannya.Ayah pun tidak berkata

sedikitpun.Beliau hanya melihat jauh ke atas langit.Aku paham, semua yang

ada di dunia ini memiliki waktunya sendiri.Namun ketika waktunya

habis.Apa yang akan terjadi setelah kematian dan kehancuran? Aku


sebenarnya tidak ingin tahu jawabannya karena takut kehilangan semua

ini.Terutama ibu dan ayah.Aku memeluk erat baju hangat yang diberikan

ibuku. Sedikit takut jawaban apa yang akan ku peroleh dari pertanyaan ku.

Sesaat setelah Ayah puas melihat langit, beliau menatap ibu dengan

senyuman. Seperti ia meminta izin untuk menjawab.

“haah~ sepertinya putri kita tumbuh dengan cepat ya Vivi. Pintar dan haus

akan jawaban untuk setiap keingintahuannya seperti ibunya”

“Dan Baik hati seperti ayahnya”

Ibu menjawab dengan lembut, mengelus pipiku dengan tangannya yang

hangat.

“ayo pakai sweater mu dulu. Ini spesial buatan tangan ibumu. Ku harap

ibumu membuatkan satu untuk ku”

“fufu..akanaku buatkan satu ketika kamu memberiku satu juga”

Kami tertawa kecil. Dengan ini ayah ku memiliki hutang sweater untuk

ibuku

Hangat...

Kali ini ibu menarik ku dan memeluk ku dengan lembut.Hati ku, tubuhku

semuanya terasa hangat dan penuh kasih sayang.Aku dapat merasakan

setiap rajutan ibuku untuk sweater ini penuh dengan cinta. Perasaan yang

sama ketika aku melihat ibuku membuatkan makanan. Penjemur pakaian ku


dan bermain dengan ku.melihat kami bedua. Ayah mendekap ibu. Kami

bertiga bersatu disini menyaksikan hamburan berlian langit di malam

hari.Lalu ayah menunjuk pada salah satu bintang paling terang.

“Kamu lihat itu Rosa.Bintang yang paling terang pada malam ini?Setiap

kamu disini. Bintang itu akan selalu disana memancarkan keindahannya

hanya untuk kita. Dan masih banyak lagi bintang yang ada di atas sana”

“ya lalu?”

“Ketika kami tidak ada lagi disisimu Rosa.Bintang-bintang ini masih tetap

ditempatnya.Menunggu mu untuk memperlihatkan keindahannya pada

malam hari.Dan dari ratusan atau ribuan bintang itu. Ayah dan ibu akan

menjadi bintang yang paling terang. Menemani dimalam yang gelap.

Memberi cahaya harapan dan kebahagiaan”

Ayah menggenggam tangan ku dengan erat. Tersenyum bersama dengan

ibu.

“Ayah dan ibu akan selalu memperhatikan mu, walaupun waktu kami

disisimu sudah habis. Menjadi bintang yang paling terang.Dengan begitu

kita bisa melihat bintang bersama hingga akhir nanti.”

Malam itu kami habiskan bersama tertawa canda gurau dan bercerita

tentang hari-hati kami. Dengan janji ayah akan selalu bersamaku walau

bukan disisiku, perlahan rasa gelisahku menghilang saat itu.

Ayah dan ibu selalu bersamaku.


::

::

Kembali ku tutup kotak kenangan ku.kembali pada kenyataan yang dingin

ini. Tepat mengingat janji terakhir ayah, aku berada diluar kabin, sekali lgi

menikmati hamparan bintang dilangit. Luke memberitahu ku besok kita

akan berangkat pagi hari, maka dari itu ia dan Lyra tidur lebih pagi.Entah

mengapa malam ini aku ingin mengingat masa bersama orangtuaku.Setiap

aku mengingat.Momen itu terasa baru saja terjadi kemarin.Hangatnya

pelukan, senyuman yang menenangkan hati, besarnya tangan ayah, dan

lembutnya kasih sayang ibu.Walaupun begitu, semua itu hanyalah

kenangan.Perasaan yang terasa nyata setiap aku memutar ulang ingatan

terkadang menahan diriku maju menghadapi kenyataan semua yang ku

miliki bersama sudah hilang.Dan apakah yang hilang tersebut dapat

ditemukan kembali?Pertanyaan itu menghantui ku bertahun-tahun lamanya.

Apakah semua akan kembali seperti semula? Pertanyaan itu merupakan

utopia belaka dalam kesendirian ku di Kabin ini.Dalam benak ku, terkadang

keadaan seperti ini adalah yang terbaik. Aku sekarang tidak akan

kehilangan siapapun atau apapun. Malah tumbuh paranoid ku yang baru.

Yaitu hidup bersama orang lain. Ketakukan akan kehilangan dan

ditinggalkan. Menolak eksistensi oranglain yang mencoba dekat dengan

ku.perlahan menghancurkan kehidupan ku.

Apakah ini yang terbaik untuk ku?


Aku tidak tahu sampai sekarang jawabannya.Namun yang jelas, jika ini

yang terbaik, apakah ayah ibuku menginginkan kehidupan ku seperti

ini?Sampai mereka mengorbankan segalanya termasuk

kehidupannya?Setiap aku memikirkan itu, aku merasa bersalah.Menyia-

nyiakan semua milik mereka hanya untuk kehidupan menyedihkan ku

sekarang.

Terhanyut dengan duniaku sendiri.Aku mendengar suara langkah kaki

mendekat kemari.

“umh....R-Rosa?”

“ah Lyra, ada apa? Ku kira kamu sudah tertidur pulas”

Sesaat berdiri terbeku. Lyra berjalan menghampiriku sambil menguap dan

duduk disebelah ku

“kamar mandi...”

“ku kira kamu takut gelap”

“e-engga kok. Aku bawa lilin”

Ku melihat Lilin kecil padam yang ia genggam. Kurasa apinya padam saat

setelah dari kamar mandi.

“sepertinya kita tidak memerlukan lilin. Malam ini sudah cukup terang”

Aku menunjuk ke langit.Lyra yang melihatnya seketika tertakjub.Malam ini

bintang begitu banyak terlihat.Dan bulan terlihat terang.


“waah jadi kamu melihat ini sendirian tiap malam?”

“ahaha tidak tiap malam, hanya waktu tertentu saja...”

Mendengar suara ku yang sedikit bergetar. Lyra menatap ku dengan

penasaran

“ada apa? Kamu terlihat seperti...uhh seperti...bukan-Rosa-yang-kemarin”

“Bukan-rosa-yang-kemarin? Memang aku biasanya seperti apa?”

“genit, perayu, sedikit mesum, sedikit cerewet, selalu tersenyum, dan

suara mu...uhh lembut dan tenang tidak seperti malam ini”

Kata sedikit mesum, perayu dan genit sedikit mencubit ku.Yah aku tidak

bisa menyakal.Mengingat kejadian kemarin.Dan melihat wajah Lyra yang

begitu polos. Dia mengatakan apa yang dia alami dan lihat.

“oho~perayu dan mesum yah. Sepertinya kamu masih marah dengan ku

karena Luke memegang punya ku”

Aku menggoda Lyra dengan sedikit membusungkan dada

“urkh...i-itu tidak... Dia lebih suka dengan puny-“

Dengan sigap Lyra menutup mulutnya dan memalingkan wajah. Wajahnya

yang sedikit memerah membuatku semakin ingin menggodanya

“hmm..punya? siapa?”

“b-bukan...uu... p-pokoknya itu hanya kebetulan”


“sepertinya Luke pernah menyentuh mu ya~”

“T-TIDAK...I-ITU HANYA KEBETULAN..KITA TERJATUH D-dan dia-“

Kali ini Lyra berdiri dan mencoba untuk melarikan diri.Dengan cepat aku

menggenggam tangannya menghentikan ia lari.”

“ahahaha tenang lah Lyra mengapa jadi begitu, jangan kemana-mana kita

belum selesai”

“UAAAAHHHH”

Lyra jongkok menutupi wajahnya yang sangat merah.Aku hanya bisa

tertawa melihat respon dia yang seperti itu.

“ahahaha...ha~ tak kusangka Lyra...Haa~”

“tega...belum cukup menggoda ku kemarin?”

“bergurau Lyra tenang lah. Kemari, duduklah”

Perlahan dengan was-was takut aku jahili kembali, Lyra kembali duduk

disampingku. Dengan angin malam yang berhembus suasana tenang kembali.

“Hei Lyra...apa aku pantas kembali ke Asiria bersama kalian?”

“ha? Oh masalah itu tidak apa kok kalau hanya sampai Asiria”

“bukan. maksud ku apakah aku pantas kembali seperti ini ke Asiria?”

“aku tidak paham dengan kata ‘pantas’ darimu”


Aku memperbaiki posisi duduk ku dan melipat kaki ku dan duduk

menghadap ke Lyra.Melihat aku begitu Lyra mengikuti ku Pula. Seperti ia

siap menerima apapun yang dikatakan oleh ku.

“...aku sudah meninggalkan semuanya disana. Tanpa tanggung jawab.Lari

dari semuanya dan membiarkan semuanya berkorban untuk

ku.bersembunyi dari semuanya dan menjadi pengecut seperti ini. Aku

kebingungan mencari jawaban untuk merubah diriku sekarang. Apakah

kembali ke sana merupakan jawabannya?Apa yang sebenarnya diinginkan

ibuku yang menyediakan tempat ini untuk ku?”

Memasang wajah berfikir Lyra sesekali melirik kanan dan kiri.Seperti

mencari petunjuk untuk menjawabku.Sebenarnya aku tidak mengharapkan

pertanyaan baik darinya.Aku hanya ingin mengobrol itu saja.

“umm sebenarnya yang aku tangkap mengapa semua berkorban untuk mu,

membiarkan kamu lari sendiri dan bersembunyi adalah untuk saat ini”

Kali ini aku yang kebingungan akan jawabannya

“maksud mu?”

“sebenarnya apa yang dirimu dahulu bisa lakukan untuk mereka? Mereka

mengharapkan mu untuk bersiap, menjadi berani dan paham apa yang

harus dilakukan. Hm...mungkin itu yang disebut dewasa oleh Luke pada

saat itu... intinya sekarang kamu dapat menolong mereka mengembalikan


Asiria yang kamu kenal. Jadi ku kira mereka tidak sia-sia mengorbankan

diri.”

Jawaban sederhana yang ia keluarkan mengejutkan ku. aku tidak pernah

berfikir seperti itu. Esensi orang orang yang ku kenal mengorbankan diri

ku kira hanya sekedar perintah dari raja dan karena aku adalah putri.

“...lalu mengapa ibuku membiarkan lari sendiri? Tanpa diberi arah tujuan

kemana aku harus pergi?”

Kali ini Lyra sedikit tersenyum dan menggenggam tangan ku.

“dulu aku pernah seperti mu. Berlari tanpa arah dalam suatu hutan yang

asing.Diteror oleh rasa kesepian dan kebingungan.tak tahu mau kemana

jalan hidupku. Lalu aku dikejar oleh segerombolan Darkelf.Disitu aku

hampir menyerah pada mereka.Namun, tiba-tiba seseorang melompat

kearahku dan membawaku kabur dari Darkelf.”

“biar ku tebak...orang itu Luke?”

Lyra mengangguk dengan sedikit tertawa

“ahaha ya. Kalau ku ingat-ingat kembali, kejadian itu malah membuatku

tertawa bukan takut.”

“lalu hubungannya dengan ibu dan keadaan ku?”

“yang ku maksud adalah Harapan. Dikasusku aku putus harapan dan muncul

lah Luke yang menjadi kompas kehidupan ku.”


Lyra memasang wajah senyum, dengan tegas juga lembut ia menjelaskan

apa yang munkin sebenarnya dinginkan ibuku.

“ibumu sebenarnya menginginkan waktu untuk mu mencari harapan baru

untuk kehidupan mu kedepannya. Menjadi dewasa dan mencari kompas

baru dengan tujuan baru dan harapan menjadi bahan bakarnya.Ia

memberimu kesempatan besar dari pada orang lain yang ia kenal.

Memberimu waktu yang cukup untuk pencarian harapan kehidupan

mu.Mungkin ibumu takut kamu terhenti jika terus bersamanya. Jadi ia

membiarkan mu untuk yang terbaik. Tidak untuk yang terburuk.”

Dengan tangannya yang mungil Lyra menyentuh pipiku

“dan disinilah kamu. Menjadi dewasa sempurna dengan dilindungi semua

orang yang kamu cintai.Menemukan harapan tujuan kehidupan baru mu.Dan

disinilah aku dan Luke.Menjadi jembatan mu mewujudkan harapan mu. Dan

harapan mu adalah-”

“mengembalikan...tidak! menciptakan kembali apa yang ditinggalkan dan

mewujudkan apa yang disiapkan disana”

Bertahun-tahun hidupku seperti ini.Mencari jawaban yang ditinggalkan

oleh ibuku.Dan sebenarnya jawabannya sudah ada sejak aku tinggal disini.

“...terima kasih Lyra...”

“yah tidak banyak yang ku lakukan sih. Tapi sama-sama Rosa...”


Lyra menjawab dengan mata berat dan menguap, lalu ia beranjak dari

sampingku.

“kalau begitu, aku kembali tidur ya. Aku takut bangun kesiangan dan Luke

marah-marah”

Suara langkah kaki menjauh dari ku.Lyra meninggalkan ku dengan jawaban

yang ku terima.Ibu hanya menginginkan ku untuk mencari harapan

kehidupan.Menginginkan mencari resolusi baru setelah tragedi waktu

itu.Bukan untuk meninggalkan ku sendiri.Namun memberiku waktu dalam

pencarian dan tumbuh dewasa.terimakasih ibu, ayah. kali ini aku akan

kembali.

Melakukan yang terbaik untuk mereka yang telah berkorban untuk

ku.mengembalikan Asiria seperti yang mereka cintai sedia kala. Malam ini

ku akhiri sendiri...tidak..malam ini aku ditemani orang tua ku. yang paling

terang dari ratusan orang yang ku cintai diatas sana. Memperhatikan ku

hingga saat ini siap kembali menghidupkan nama Doughlass untuk Asiria.

::

::
Termenung melamun diatas ranjang, itu hal petama yang ku lakukan

setelah terbangun di pagi ini. Terpikir akan apa yang akan terjadi

selanjutnya dalam perjalanan atau sesampai disana, apa aku akan baik-baik

saja sesampainya disana? Aku tidak tahu. Perasaan bimbang atau mungkin

takut menghantuiku semalaman dan masih menemaniku dipagi ini. sesuatu

yang mempertanyakan kesiapan ku untuk menghadapi fakta pahit yang

akan datang, selalu menggoyangkan tekad ku untuk pulang. Apa yang harus

ku lakukan ibu?

“Malam yang panjang, Rosa?”

Terlihat figur laki-lagi terlihat dari jendela yang sengaja aku buka

semalaman. Tercium aroma kopi segar dari gelas yang ia genggam,

membuat ku semakin terbangun.

“aku tidak tahu kamu bisa bangun sepagi ini Luke”

“sudah ku bilang hari ini kita berangkat, dan ada beberapa hal yang harus

ku lakukan sebelum kita pergi”

Luke bersandar ke jendela dan meminum kopinya sedikit. Aku membisu

melihat Luke yang terlihat tenang menikmati paginya ditemani dengan

matahari yang baru bergantian shif malam dengan bulan. Menghangatkan

seluruh penjuru kabin dan kami bertiga dari angin pagi sejuk. Aku sedikit

menyisir rambut ku yang berantakan setelah bangun tidur.


“kamu sudah berkemas? Mengingatkan saja, jangan terlalu banyak

membawa baju”

Luke melirik tas yang bersender dilemari yang terlihat cukup besar.

Memang terlihat besar namun aku tidak membawa barang yang sangat

banyak, hanya…kebutuhan wanita.

“ya.ya aku paham.

“heh~, ya sudah Lyra sudah menyiapkan sarapan, kita berangkan setelah

sarapan”

“he? Lyra bisa memasak?”

“ya…seperti itu lah, kamu kira aku makan apa setiap harinya sebelum

bertemu kamu?”

Rambutku sudah rapih, aku letakan sisir di meja dan menghampiri Luke ke

jendela.

“hmm… roti, makanan kaleng, membeli makanan, mungkin sedikit cacing

disaat kondisi kritis. Hahaha”

“yaa sebagian benar. Kecuali cacing.”

Seru berbincang, aku mencium aroma sup yang segar. Mungkin Lyra sudah

selesai. Luke beranjak dari senderannya

“kamu cium itu? Ayo kita sarapan”


“ya”

Kami berdua bergegas menuju meja melihat dapur yang berantakan dan

setelah mencoba makanan Lyra, kami menggeleng-gelengkan kepala. Namun

kami tetap akan memakan ini, ya walaupun dengan sedikit bumbu

tambakan. Kasihan Lyra kalau tidak dimakan.

::

::

Setelah sarapan, kami sudah siap berangkat dan berkumpul di depan kabin

untuk briefing.

“baik dengar kalian berdua kita tidak sedang bertamasya, diperjalanan ada

kemungkinaan kita menghadapi beberapa thief atau bahkan necromancer.

Untuk menghindari semua itu, kita akan berganti-ganti rute jalan. Memang

akan lebih lama dari waktu yang biasanya, namun inilah yang paling aman

untuk kita. Dan kalau bisa Rosa jangan terlalu sering menggunakan magic,

termasuk kamu Lyra. Untuk saat ini jangan terlalu memperlihatkan telinga

kalian karena ada kabar wilayah dekat Asiria banyak yang tidak menyukai

half elf”

“bagaimana kalau kita benar-benar terpojok? Kita tidak mungkin hanya

terus berlari.
“kita lawan mereka. Namun jangan sampai kalian membunuh. Dan jika

kondisi sangat berbahaya. Aku ingin Lyra membawa Rosa kembali ke kabin

ini. Ini untuk kebaikan mu Rosa”

Aku mengangguk, mengerti Luke merencanakan yang terbaik untuk kami

bahkan akan mengorbankan dirinya sendiri untuk keamaan kami berdua.

“baik sudah mengerti? Jika ada apa-apa bicara padaku. Dan Rosa…kamu

tidak apa-apa? Meninggalkan kabin mu?”

Lyra dan Luke menatap ku. Sebenarnya aku merasa takut dan sedih

meninggalkan kabin ini. Namun ini harus ku lakukan untuk kembali ke

keluargaku disana.

“haha tidak apa-apa. Memang terasa berat, tapi bagaimana lagi. Lagipula

setelah ini semua selesai, kita bisa kembali lagi ke kabin kapanpun kita

mau bukan?”

Mendengar ku Lyra dan Luke tertawa sedikit dan tersenyum.

“baiklah. Ayo kita berangkat”

Aku mengikatkan pita merah yang diberikan oleh ibu disalah satu kayu

kabin.

“aku pergi ayah ibu. Doakan yang terbaik untuk kami”

Disinilah jejak pertama aku meninggalkan kabin ku untuk mencari sesuatu

yang telah hilang dan melihat sesuatu yang lebih besar dari ini. Bertahun-
tahun bertanya-tanya keadaan kerajaan ku, sebentar lagi aku akan

mendapatkan jawabannya.

::

::

Terik matahari menyinari kami, memberikan semangat penjelajah tanah

Terraria ini yang membara disetiap langkahnya. Kembali lagi ku buka buku

besar cerita kami lalu menambahkan seorang tokoh. Seorang putri cantik

yang tersesat dalam masalalunya, bertahun-tahun mencari sepasang

cahaya untuk menuntunnya kembali pada rumahnya. Mewarnai biru kisah

kami dalam dunia ini. Berharap Kisah ini akan terus berlanjut hingga

kertas mencoklat tertelan waktu dan terus utuh menjadi satu.

“ayah ibu. Aku berangkat”

Rosalline Von Doughlass


END OF CHAPTER ONE

ARK I

“DAUGHTER OF ASIRIA
LIBERATOR”

Anda mungkin juga menyukai