STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 38 th
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. Alamat : RT 04 Tanjung Johor
Pemeriksaan Organ
Kepala Bentuk : normocephal, simetris
Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya +/+
Telinga : Nyeri tarik daun telinga (-), sekret (-)
Hidung : Rhinorhea (-)
Mulut Bibir : lembab
Gigi geligi : belum lengkap, caries (-)
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-), ulkus (-), stomatitis (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiriod (-)\
3
Thoraks; Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II linea midclavicularis sinistra
Kanan : ICS IV linea parasternal dekstra
Kiri : ICS V linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo (Paru)
X. Diagnosis Banding
- Pielonefritis (N10)
- Batu saluran kemih
XI. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit sistitis yang pasien
derita mulai dari penyebab, faktor risiko, pengobatan, pencegahan,
serta komplikasi.
Menjelaskan pentingnya makanan bergizi dan seimbang untuk
membantu proses penyembuhan.
Meningkatkan kebersihan diri dengan setelah BAK dan BAB
menyiram dari arah depan ke belakang, mengeringkan dengan tisu
kering terlebih dahulu sebelum memakai celana dalam, menjaga
kebersihan organ genitalia.
b. Preventif :
Banyak minum air putih minimal 2 liter (8 gelas) sehari.
5
Menjaga kebersihan organ genitalia, menyiram dari arah depan
ke belakang seusai BAK, kemudian mengeringkannya setiap
selesai BAK ataupun BAB menggunakan tisu atau kain kering
sebelum memakai celana.
Menggunakan pakaian dalam yang bersih, menggantinya 3 kali
sehari.
Hindari menahan kencing
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Banyak minum air putih minimal 2 liter (8 gelas) sehari.
Farmakologi
Amoxicilin tablet 500 mg 3x1 selama 7 hari
Paracetamol tablet 500mg 3x1 jika nyeri
Vit B comp tablet 1x1
d. Rehabilitatif
- Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan
bergizi
- Minum obat teratur
Pro :
Alamat :
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat terbentuknya koloni kuman
di saluran kemih.1 ISK merupakan salah satu infeksi yang paling sering
dijumpai baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju
sekalipun.bakteriuria bermakna menunjukkan pertmbuhan mikroorganisme
murni lebih dari 105 colony forming unit (cfu) /ml pada biakan urin.
Baktreriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan
bakteruria asimtomatik, sebaliknya jika disertai presentasi klinis ISK
dinamakan bakteruria bermakna simtomatik.Faktor penyebab negatif palsu
pada pasien ISK:1
2.2 Klasifikasi
7
sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai
pielonefritis kronik yang spesifik.3
2.3 Etiologi
Infeksi saluran kemih pada umumnya disebabkan oleh
mikroorganisme tunggal seperti1,2:
a. Kelompok anterobacteriaceae seperti :
Escherichia coli
Klebsiella pneumoniae
Enterobacter aerogenes
Proteus
Providencia
Citrobacter
b. Pseudomonas aeruginosa
c. Acinetobacter
d. Enterokokus faecalis
e. Stafilokokus sarophyticus
Pada umumnya faktor-faktor pencetus infeksi saluran kemih adalah3 :
2.4 Patogenesis
1. Peranan patogenitas bakteri
Sejumlah flora normal saluran cerna, termasuk E.coli di diga terkait
etiologi ISK. Penelitian intensif berhasil menentukan factor virulensi
E.Coli, dikenal sebagai virulence determinalis. Bakteri pathogen dari
urin dapat menyebabkan presentasi klinis ISK, tergantung juga dari
factor lainnya seperti perlengketan mukosa oleh bakteri, Faktor
virulensi, dan variasi factor virulensi.
Bakteri virulen berarti mempunyai kemampuan untuk
menimbulkan infeksi. Bakteri uropatogen adalah strain bakteri yang
mempunyai faktor virulensi spesifik untuk meninbulkan kolonisasi pada
uroepitel. Tahap awal timbulnya infeksi adalah terjadi perlekatan bakteri
pada sel epitel. Tahap berikutnya baru terjadi penetrasi bakteri ke
jaringan, proses inflamasi dan kerusakan sel. E.Coli mempunyai daya
melekat pada uroepitel karena adanya zat adhesion di membran luar
bakteri,pada rambut-rambut spesifik yang disebut fimbrie. Peranan
status kesehatan pasien meliputi factor predisposisi dan factor
imunologi pasien
2. Peranan faktor tuan rumah (Host)
Tiap individu memiliki kerentanan yang berbeda – beda terhadap
ISK. Hal ini dapat diterangkan oleh adanya faktor-faktor hospes, seperti
produksi antibodi uretra dan servikal (IgA),dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi perlekatan bakteri pada epitel introitus dan uretra.
Imunosupresi, diabetes, obstruksi saluran kemih adalah faktor lain yang
9
dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Bila organisme dapat
masuk ke dalam kandung kemih, beratnya infeksi dapat
menggambarkan virulensi bakteri. Refluks vesiko ureter (RVU)
merupakan factor penjamu utama untuk terjadinya pielonefritis pada
anak. RVU ditemukan pada 25-50% ( rata-rata) penderita ISK.
Obstruksi dan beberapa kelainan kongenital juga merupakan factor
predisposisi terjadinya ISK. Obstruksi paling sering terjadi pada
hubungan pelvio ureter, vesikoureter dan uretra posterior. Demikian
pula kelainan fungsional saluran kemih seperti buli-buli dapat
menimbulkan retensio urin atau inkontinesia yang dapat menimbulkan
ISK.
2.5 Patofisiologi
10
uretra biasanya steril, meskipun bakteri dapat ditemukan di bagian bawah
uretra.1,7
11
2.6 Manifestasi Kinis3,6
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
a. Polakisuria
b. Nokturia
c. Disuria
d. Stranguria
e. Hematuria
Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
a. Demam (39,5-40,5)
b. Menggigil
c. Nyeri panggul dan pinggang
d. Nyeri ketika berkemih
e. Malaise
f. Pusing
g. Mual dan muntah
Presentasi klinis ISK bawah1:
12
b. PNK - Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjutan dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi
saluran kemih dan vesikoureter refleks dengan atau tanpa
bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat
parenkim ginjal.
2.7 Komplikasi
Komplikasi ISK tergantung dari tipe, yaitu ISK tipe sederhana
(uncomplicated) dan tipe berkomplikasi (complicated)3
1. ISK sederhana yaitu non- obstruksi dan bukan perempuan hamil
merupakan penyakit ringan dan tidak menyebabkan akibat lanjut
jangka lama
2. ISK tipe berkomplikasi yaitu ISK selama kehamilan dan ISK
pada diabetes melitus.
13
keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun
urolitiasis.
3. Bakteriologis
Mikroskopis : bila terdapat > 105 organisme koloform/ml urin
pada urin porsi tengah dan terdapat > 103 organisme koloform
pada pengambilan urin melalui aspirasi suprapubic
Biakan bakteri : menetukan keberadaan kuman, jenis kuman dan
menentukan jenis antibiotik yang cocok
4. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
5. Pencitraan
- Foto polos abdomen
- IVP (pielogravi intra vena)
- USG
- CT scan
2.9 Penatalaksanaan
a. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah
Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan
yang banyak, antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi
simtomatik untuk alkalinisasi urin:
Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah
48 jam dengan antibiotika tunggal, seperti ampisilin 3
gram, trimetroprim 200 mg.
Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis
(leukosuria) diperlukan terapi konvensional selama 5-
10 hari
Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak
diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa
leukosuria.
Reinfeksi berulang (frequent re-infection): (1) Disertai
faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intensif
14
diikuti dengan koreksi faktor resiko. (2) Tanpa faktor
predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah asupan
cairan yang banyak, cuci setelah melakukan senggama
diikuti terapi antimikroba dosis tunggal (misal
trimentoprim 200 mg)
Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan
Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitung
kuman 103-105 memerlukan antibiotika yang adekuat.
Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan
tetrasiklin. Infeksi yang disebabkan mikroorganisme
anaerobic diperlukan antimikroba yang serasi (misal
golongan kuinolon).
15
BAB III
ANALISIS KASUS
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W, Dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi
IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran UI.
553-557
2. Rani A.A, Soegondo S, Nazir AUZ, Wijaya IP, Nafrialdi. Paduan
Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Jakarta :
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam hal 174
3. Sjahrurachman Agus, Mirawati T.,et al.,2004, Etiologi Dan Resistensi
Bakteri penyebab Infeksi Saluran Kemih Di R.S. Cipto Mangunkusomo
Dan R.S. Metropolitan MedicalCenter Jakarta 2001-2003 dalam Naskah
lengkap the 4th Jakarta Nephrology And Hypertension Course, hal 51-63,
Pernefri 2004, Jakarta.
4. Alatas Husein, 2002, Diagnosa Dan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih
Pada Anak dalam Hot Topics In pediatrics II, Balai Penerbit FKUI
Jakarta. Hal 162-164
5. Price Sylvia, Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.
6. Purnomo B. dasar dasar urologi. Edisi ke 2. Malang : Fk Brawijaya. 2009
hal 48-49
7. Alatas Husein, 2002, Diagnosa Dan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih
Pada Anak dalam Hot Topics In pediatrics II, pp 162-179, PKB IKA
XLV, Balai Penerbit FKUI Jakarta.
18