Anda di halaman 1dari 18

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 38 th
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. Alamat : RT 04 Tanjung Johor

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak/saudara : 2 anak
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah :
Rumah permanen dengan lantai semen, dinding beton, dan atap genteng.
Lingkungan sekitar rumah termasuk padat penduduk dan berada di pinggir
jalan. Di bagian dalam terdapat 1 ruang tamu dilengkapi ventilasi dan
jendela yang jarang dibuka, 1 ruang tengah, 3 ruang tidur masing-masing
dengan ventilasi dan jendela yang terhubung ke dalam rumah dan memiliki
kamar mandi di dalamnya, 1 ruang makan dan 1 dapur dengan ventilasi dan
jendela. Sumber air bersih dari sumur, air minum dengan air galon, dan
sumber listrik dari PLN.

e. Kondisi Lingkungan Keluarga dan Kebiasaan:


Pasien merupakan ibu dari 2 orang anak Menurut keterangan pasien, tidak
ada masalah keluarga dan keharmonisan dalam keluarga baik. Pasien biasa
makan 3 kali sehari namun sering makan makanan ringan seperti roti atau
pisang. Sehari – hari kegiatan pasien adalah sebagai ibu rumah tangga.
Pasien mengaku minum setiap harinya kira-kira 4-5 gelas sehari, suka
mengkonsumsi teh manis, pasien tidak menggunakan produk yang
1
mengandung bahan kimia untuk membersihkan area kewanitaannya. Pasien
biasa mengganti celana dalam  2 kali sehari, pasien mengaku setiap setelah
BAK dan BAB menyiram dari arah depan ke belakang, namun setelah itu
pasien juga menyiram dari arah belakang ke depan terutama setelah BAB;
pasien tidak mengeringkan dahulu setelah BAK. Pasien tidak menahan jika
ingin BAK.

III. Aspek Psikologis di Keluarga


- Hubungan dengan anggota keluarga baik

IV. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan Utama : Nyeri perut bagian bawah
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Pasien datang ke Puskesmas Tahtul yaman dengan keluhan nyeri
perut bagian bawah yang dirasakan  3 hari sebelum ke PKM, nyeri hilang
timbul seperti rasa ditusuk-tusuk, lamanya nyeri kira-kira 5 menit, tidak
menjalar, lebih terasa nyeri saat buang air kecil. Pasien mengaku frekuensi
buang air kecil dirasakan menjadi lebih sering dari biasanya kira-kira
6-7/hari , namun BAK hanya sedikit–sedikit, dan ada rasa masih ingin
kencing setelahnya. Warna kencing kuning biasa, tidak keruh dan tidak
berdarah, tidak berpasir. Nafsu makan dirasa berkurang.
Keluhan tidak disertai mual dan lemas, muntah (-), demam (-),
menggigil (-), batuk (-), pilek (-), nyeri ulu hati (-), sakit pinggang (-), BAB
normal tidak ada keluhan. Pasien baru pertama kali mengalami keluhan
seperti ini.

V. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga


 Riwayat dengan keluhan yang sama (-)
 Riwayat sakit ginjal (-)
 Riwayat darah tinggi (-)
 Riwayat kencing manis (-)
2
 Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)

VI. Pemeriksaan Fisik


Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tekanan Darah : 120/80 mmhg
4. Nadi : 86 x/menit
5. Pernafasan : 20 x/menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Status Gizi : BB: 55 Kg TB: 162 cm IMT = 20,95 (normal)

Pemeriksaan Organ
 Kepala Bentuk : normocephal, simetris
 Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya +/+
 Telinga : Nyeri tarik daun telinga (-), sekret (-)
 Hidung : Rhinorhea (-)
 Mulut Bibir : lembab
Gigi geligi : belum lengkap, caries (-)
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-), ulkus (-), stomatitis (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
 Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiriod (-)\

3
 Thoraks; Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II linea midclavicularis sinistra
Kanan : ICS IV linea parasternal dekstra
Kiri : ICS V linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo (Paru)

Pemeriksaan Kanan Kiri


Inspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler, Wheezing (-), Vesikuler, Wheezing (-),
ronkhi (-) ronkhi (-)
 Abdomen
Inspeksi Datar, sikatriks (-), dilatasi vena (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (+) region suprapubik, hati dan
lien tidak teraba, ballottement (-)
Perkusi Timpani, nyeri ketok CVA (-)
Auskultasi Bising usus (+) normal
 Ekstremitas Atas : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik
Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik

VII. Pemeriksaan Penunjang


Urine rutin:
Warna : Kuning
Protein : (-)
Reduksi : (-)
Bilirubin : (-)
PH :6
Urobilinogen : (-)
4
Nitrit : (-)
Sedimen
leukosit : 5-7 / LPB
epitel : 7-10 /LPB
Silinder : 0-1 /LPB
Kristal : 1-2 /LPB

VIII. Pemeriksaan Penunjang Anjuran


a. Darah rutin
b. USG abdomen

IX. Diagnosis Kerja


Sistitis (N30.0)

X. Diagnosis Banding
- Pielonefritis (N10)
- Batu saluran kemih

XI. Manajemen
a. Promotif :
 Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit sistitis yang pasien
derita mulai dari penyebab, faktor risiko, pengobatan, pencegahan,
serta komplikasi.
 Menjelaskan pentingnya makanan bergizi dan seimbang untuk
membantu proses penyembuhan.
 Meningkatkan kebersihan diri dengan setelah BAK dan BAB
menyiram dari arah depan ke belakang, mengeringkan dengan tisu
kering terlebih dahulu sebelum memakai celana dalam, menjaga
kebersihan organ genitalia.
b. Preventif :
 Banyak minum air putih minimal 2 liter (8 gelas) sehari.

5
 Menjaga kebersihan organ genitalia, menyiram dari arah depan
ke belakang seusai BAK, kemudian mengeringkannya setiap
selesai BAK ataupun BAB menggunakan tisu atau kain kering
sebelum memakai celana.
 Menggunakan pakaian dalam yang bersih, menggantinya 3 kali
sehari.
 Hindari menahan kencing
c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Banyak minum air putih minimal 2 liter (8 gelas) sehari.
Farmakologi
 Amoxicilin tablet 500 mg 3x1 selama 7 hari
 Paracetamol tablet 500mg 3x1 jika nyeri
 Vit B comp tablet 1x1

d. Rehabilitatif
- Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan
bergizi
- Minum obat teratur

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Tahtul Yaman
Dokter Shintia Bela Bangsa
SIP : 1234567

Jambi, Maret 2018

Pro :
Alamat :

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat terbentuknya koloni kuman
di saluran kemih.1 ISK merupakan salah satu infeksi yang paling sering
dijumpai baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju
sekalipun.bakteriuria bermakna menunjukkan pertmbuhan mikroorganisme
murni lebih dari 105 colony forming unit (cfu) /ml pada biakan urin.
Baktreriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan
bakteruria asimtomatik, sebaliknya jika disertai presentasi klinis ISK
dinamakan bakteruria bermakna simtomatik.Faktor penyebab negatif palsu
pada pasien ISK:1

a. Pasien telah mendapat terapi antimikroba


b. Terapi diuretika
c. Minum banyak
d. Waktu pengambilan sampel tidak tepat
e. Peranan bakteriofag.

2.2 Klasifikasi

Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu


sebagai berikut:

1. Infeksi saluran kemih atas


a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.3
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran
kemih serta refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik

7
sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai
pielonefritis kronik yang spesifik.3

2. Infeksi saluran kemih bawah


a. Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai
bakteriuria bermakna.1
b. Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril, sering dinamakan sistitis
bakterialis. Penelitian terkini SUA disebabkan MO anaerobik1

2.3 Etiologi
Infeksi saluran kemih pada umumnya disebabkan oleh
mikroorganisme tunggal seperti1,2:
a. Kelompok anterobacteriaceae seperti :
 Escherichia coli
 Klebsiella pneumoniae
 Enterobacter aerogenes
 Proteus
 Providencia
 Citrobacter
b. Pseudomonas aeruginosa
c. Acinetobacter
d. Enterokokus faecalis
e. Stafilokokus sarophyticus
Pada umumnya faktor-faktor pencetus infeksi saluran kemih adalah3 :

1. Wanita cenderung mudah terserang dibandingkan dengan laki-laki


2. Litiasis
3. Obstruksi saluran kemih
4. Penyakit ginjal polikistik
5. Nekrosis papilar
8
6. Diabetes mellitus pasca transpaltasi ginjal
7. Penyakit sikle-cell
8. Senggama
9. Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron
10. Kateterisasi
11. Abnormalitas Struktural dan Fungsional

2.4 Patogenesis
1. Peranan patogenitas bakteri
Sejumlah flora normal saluran cerna, termasuk E.coli di diga terkait
etiologi ISK. Penelitian intensif berhasil menentukan factor virulensi
E.Coli, dikenal sebagai virulence determinalis. Bakteri pathogen dari
urin dapat menyebabkan presentasi klinis ISK, tergantung juga dari
factor lainnya seperti perlengketan mukosa oleh bakteri, Faktor
virulensi, dan variasi factor virulensi.
Bakteri virulen berarti mempunyai kemampuan untuk
menimbulkan infeksi. Bakteri uropatogen adalah strain bakteri yang
mempunyai faktor virulensi spesifik untuk meninbulkan kolonisasi pada
uroepitel. Tahap awal timbulnya infeksi adalah terjadi perlekatan bakteri
pada sel epitel. Tahap berikutnya baru terjadi penetrasi bakteri ke
jaringan, proses inflamasi dan kerusakan sel. E.Coli mempunyai daya
melekat pada uroepitel karena adanya zat adhesion di membran luar
bakteri,pada rambut-rambut spesifik yang disebut fimbrie. Peranan
status kesehatan pasien meliputi factor predisposisi dan factor
imunologi pasien
2. Peranan faktor tuan rumah (Host)
Tiap individu memiliki kerentanan yang berbeda – beda terhadap
ISK. Hal ini dapat diterangkan oleh adanya faktor-faktor hospes, seperti
produksi antibodi uretra dan servikal (IgA),dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi perlekatan bakteri pada epitel introitus dan uretra.
Imunosupresi, diabetes, obstruksi saluran kemih adalah faktor lain yang
9
dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Bila organisme dapat
masuk ke dalam kandung kemih, beratnya infeksi dapat
menggambarkan virulensi bakteri. Refluks vesiko ureter (RVU)
merupakan factor penjamu utama untuk terjadinya pielonefritis pada
anak. RVU ditemukan pada 25-50% ( rata-rata) penderita ISK.
Obstruksi dan beberapa kelainan kongenital juga merupakan factor
predisposisi terjadinya ISK. Obstruksi paling sering terjadi pada
hubungan pelvio ureter, vesikoureter dan uretra posterior. Demikian
pula kelainan fungsional saluran kemih seperti buli-buli dapat
menimbulkan retensio urin atau inkontinesia yang dapat menimbulkan
ISK.

2.5 Patofisiologi

Gambar 2.1 Traktus Urinarius

Organisme penyebab infeksi pada saluran kemih yang tersering adalah


Escherichia coli, yang menjadi penyebab pada lebih dari 80 % kasus.
Organisme gram positif kurang berperan dalam UTI pada perempuan muda.
Pada kebanyakan kasus, organisme tersebut dapat mencapai vesika urinaria
melalui uretra. Infeksi di mulai sebagai sistitis, dapat terbatas di vesika urinaria
saja atau dapat pula merambat ke atas melalui ureter sampai ke ginjal.
Organisme dapat sampai di ginjal melalui aliran darah atau aliran getah
bening,tetapi cara ini dianggap jarang terjadi.vesika urinaria dan bagian atas

10
uretra biasanya steril, meskipun bakteri dapat ditemukan di bagian bawah
uretra.1,7

Tekanan dari aliran urine menyebabkan saluran kemih normal


mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sempat menyerang
mukosa. Mekanisme pertahanan lainnya adalah kerja antibakteri yang dimiliki
oleh mukosa uretra. Meskipun terdapat melamine pertahanan seperti ini,
infeksi mungkin terjadi dan kemungkinan ini berkaitan dengan faktor
predisposisi seperti jenis kelamin perempuan yang mempunyai insidensi ISK
dan pielonefritis akut lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki dan laki-
laki dewasa, mungkin karena bentuk uretranya yang lebih pendek dan letaknya
berdekatan dengan anus sehingga mudah terkontaminasi oleh feses. Ketika
pelvis ginjal mengalami distensi akibat urine baru terbentuk, maka otot polos
akan berkontraksi, mendorong urine menuju ureter. Selanjutnya dilatasi ureter
memulai timbulnya gelombang peristaltik, sehingga urine mengalir ke vesika
urinaria. Aliran urine akan berlangsung satu arah yaitu dari pelvis ginjal
menuju vesika urinaria, dam aliran balik dicegah adanya katup
ureterovesikular, saat tekanan tinggi vesika urinaria.refluks vesiko ureter
didefinisikan sabagai aliran urine retrograde dari vesika urinaria memasuki
ureter terutama sewaktu berkemih. VUR dapat ditemukan pada banyak pasien
terutama anak yang menderita UTI rekuren, dan tanpaknya merupakan cara
organisme untuk memasuki ginjal . Kateterisasi uretra dan ureter serta sitoskopi
sering menyebabkan infeksi pada vesika urinaria atau ginjal.1,7

Gambar 2.2 Masuknya kuman secara ascending

11
2.6 Manifestasi Kinis3,6
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
a. Polakisuria
b. Nokturia
c. Disuria
d. Stranguria
e. Hematuria
Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
a. Demam (39,5-40,5)
b. Menggigil
c. Nyeri panggul dan pinggang
d. Nyeri ketika berkemih
e. Malaise
f. Pusing
g. Mual dan muntah
Presentasi klinis ISK bawah1:

a. Sistitis - Adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai


bakteriuria bermakna. Presentasi klinis sistitis adalah seperti sakit
suprapubik, polakisuria,nokturia, disuria, dan stranguria.
b. SUA - Sindroma uretra akut adalah presentasi klinis sisititis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis
bakterialis. Penelitian terkini SUA disebabkan MO anaerobik.
Presentasi klinisnya adalah piuria, disuria, sering kencing,
leukosituria.
Presentasi klinis ISK atas:

a. PNA - Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal


yang disebabkan infeksi bakteri. Presentasi klinisnya adalah seperti
panas tinggi (39.5- 40.5), disertai menggigil dan sakit pinggang.
Sering didahului sistitis.

12
b. PNK - Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjutan dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi
saluran kemih dan vesikoureter refleks dengan atau tanpa
bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat
parenkim ginjal.

2.7 Komplikasi
Komplikasi ISK tergantung dari tipe, yaitu ISK tipe sederhana
(uncomplicated) dan tipe berkomplikasi (complicated)3
1. ISK sederhana yaitu non- obstruksi dan bukan perempuan hamil
merupakan penyakit ringan dan tidak menyebabkan akibat lanjut
jangka lama
2. ISK tipe berkomplikasi yaitu ISK selama kehamilan dan ISK
pada diabetes melitus.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Darah rutin
2. Urinalisis
Untuk pemeriksaan infeksi saluran kemih, digunakan urin segar
(urin pagi).Urin pagi adalah urin yang pertama – tama diambil pada
pagi hari setelah bangun tidur. Digunakan urin pagi karena yang
diperlukan adalah pemeriksaan pada sedimen dan protein dalam urin.
Sampel urin yang sudah diambil, harus segera diperiksa dalam waktu
maksimal 2 jam.
 Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting
adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
 Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB
sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai

13
keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun
urolitiasis.
3. Bakteriologis
 Mikroskopis : bila terdapat > 105 organisme koloform/ml urin
pada urin porsi tengah dan terdapat > 103 organisme koloform
pada pengambilan urin melalui aspirasi suprapubic
 Biakan bakteri : menetukan keberadaan kuman, jenis kuman dan
menentukan jenis antibiotik yang cocok
4. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
5. Pencitraan
- Foto polos abdomen
- IVP (pielogravi intra vena)
- USG
- CT scan

2.9 Penatalaksanaan
a. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah
Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan
yang banyak, antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi
simtomatik untuk alkalinisasi urin:
 Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah
48 jam dengan antibiotika tunggal, seperti ampisilin 3
gram, trimetroprim 200 mg.
 Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis
(leukosuria) diperlukan terapi konvensional selama 5-
10 hari
 Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak
diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa
leukosuria.
 Reinfeksi berulang (frequent re-infection): (1) Disertai
faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intensif
14
diikuti dengan koreksi faktor resiko. (2) Tanpa faktor
predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah asupan
cairan yang banyak, cuci setelah melakukan senggama
diikuti terapi antimikroba dosis tunggal (misal
trimentoprim 200 mg)
 Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan
 Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitung
kuman 103-105 memerlukan antibiotika yang adekuat.
Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan
tetrasiklin. Infeksi yang disebabkan mikroorganisme
anaerobic diperlukan antimikroba yang serasi (misal
golongan kuinolon).

b. Infeksi saluran kemih (ISK) atas


Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan
rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi
antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. Indikasi rawat
inap pasien pielonefritis akut :
- Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi
terhadap antimikroba oral.
- Pasien sakit berat atau debilitasi
- Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami
kegagalan
- Diperlukan investigasi lanjutan
- Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
- Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, dan usia
lanjut

15
BAB III
ANALISIS KASUS

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:


Pencahayaan dan pertukaran udara di dalam rumah ini tergolong baik. Sumber air
bersih dari sumur, air minum dengan air galon, dan sumber listrik dari PLN.
 Tidak ada hubungan

Hubungan diagnosis dengan keluarga dan hubungan keluarga:


Pasien merupakan ibu dari 2 orang anak Pasien tinggal bersama anak dan
suaminya, hubungan dengan anggota keluarga baik.
 Tidak ada hubungan

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga, lingkungan


sekitar, dan kebiasaan:
Selesai BAK pasien menyiram dari arah depan ke belakang namun, setelah itu
pasien juga menyiram dari arah belakang ke depan terutama setelah BAB; jarang
mengeringkan terlebih dahulu bekas basuhan air sebelum memakai celana dalam
 Ada hubungan, kebiasaan-kebiasaan tersebut memungkinkan invasi
bakteri pada traktus urinarius yang bergerak secara ascending dari uretra
hingga mencapai dan menginfeksi vesica urinaria sehingga menimbulkan
gejala seperti yang dirasakan sekarang.

Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien:
 Faktor jenis kelamin; Karena bentuk uretra perempuan lebih pendek
dibandingkan laki-laki dan letaknya berdekatan dengan anus sehingga
mudah terkontaminasi oleh feses.
 Selesai BAK pasien menyiram dari arah depan ke belakang namun, setelah
itu pasien juga menyiram dari arah belakang ke depan terutama setelah
BAB; menyiram dari arah belakang ke depan dapat membawa bakteri dari
16
anus terbawa ke traktus urinarius sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
invasi bakteri ascending dan infeksi.
 Jarang mengeringkan terlebih dahulu bekas basuhan air sebelum memakai
celana dalam; celana dalam dan suasana organ genitalia yang lembab
menjadi media yang baik untuk perkembangan bakteri bahkan jamur.

Analisis untuk mengurangi paparan:


 Banyak minum air putih minimal 2 liter (8 gelas) sehari.
 Menjaga kebersihan organ genitalia, menyiram dari arah depan ke
belakang seusai BAK, kemudian mengeringkannya setiap selesai BAK
ataupun BAB menggunakan tisu atau kain kering sebelum memakai
celana.
 Menggunakan pakaian dalam yang bersih, menggantinya 3 kali sehari.
 Hindari menahan kencing
 Hindari menggunakan pakaian dalam yang terlalu ketat

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, Aru W, Dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi
IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran UI.
553-557
2. Rani A.A, Soegondo S, Nazir AUZ, Wijaya IP, Nafrialdi. Paduan
Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Jakarta :
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam hal 174
3. Sjahrurachman Agus, Mirawati T.,et al.,2004, Etiologi Dan Resistensi
Bakteri penyebab Infeksi Saluran Kemih Di R.S. Cipto Mangunkusomo
Dan R.S. Metropolitan MedicalCenter Jakarta 2001-2003 dalam Naskah
lengkap the 4th Jakarta Nephrology And Hypertension Course, hal 51-63,
Pernefri 2004, Jakarta.
4. Alatas Husein, 2002, Diagnosa Dan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih
Pada Anak dalam Hot Topics In pediatrics II, Balai Penerbit FKUI
Jakarta. Hal 162-164
5. Price Sylvia, Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.
6. Purnomo B. dasar dasar urologi. Edisi ke 2. Malang : Fk Brawijaya. 2009
hal 48-49
7. Alatas Husein, 2002, Diagnosa Dan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih
Pada Anak dalam Hot Topics In pediatrics II, pp 162-179, PKB IKA
XLV, Balai Penerbit FKUI Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai