Anda di halaman 1dari 15

https://semaraputraadjoezt.wordpress.

com/2
012/06/21/budaya-suku-sasak-dengan-
kesehatan/
BUDAYA SUKU SASAK
DENGAN KESEHATAN
Juniartha Semara Putra
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 KEBUDAYAAN SUKU SASAK
Indonesia adalah negara yang kaya dengan beragam suku dan budaya, yaitu sekitar 300
suku bangsa. Setiap suku memiliki keunikan masing-masing. Diantara suku – suku diatas, disini
kita akan membahas tentang Suku Sasak yang hidup di Pulau Lombok yang tinggal di dusun Sade,
Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Sekitar 80% penduduk pulau ini diduduki oleh Suku Sasak
dan selebihnya adalah suku lainnya, seperti Suku Mbojo (Bima), Dompu, Samawa (Sumbawa),
Jawa dan Hindu (Bali Lombok). Suku Sasak adalah suku terbesar di Propinsi yang berada di antara
Bali dan Nusa Tenggara Timur. Suku Sasak masih dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi suku ini
sebagian besar memeluk agama Islam.
Umumnya, kepala keluarga suku ini bekerja sebagai petani, sedangkan kaum wanitanya
memiliki sambilan sebagai penenun kain. Hasil Tenunan dipajang di teras rumah atau di gazebo
yang ada di sekitar rumah. Para wisatawan bisa berkeliling menyusuri lorong kecil dari rumah ke
rumah untuk melihat hasil tenun sambil melihat rumah adat suku Sasak yang disebut bale tani.
Keunikan dari rumah adat suku Sasak adalah lantai yang dibuat dari campuran tanah liat, kotoran
kerbau, dan kulit padi. Menurut mereka, campuran tersebut lebih kokoh dibandingkan semen biasa
dan memiliki arti tersendiri. Tanah menggambarkan dari mana manusia berasal. Sedangkan
kotoran kerbau menggambarkan kehidupan mereka sebagai petani yang sangat memerlukan
kerbau untuk membajak sawah. Dari Pemaparan diatas, nampak jelas terlihat banyak sekali hal
yang perlu kita ketahui secara mendalam tentang Suku Sasak, sehingga dapat memperluas
khasanah keilmuan dan untuk lebih memahami bahwa indonesia mempunyai berbagai suku dan
adat istiadat masing-masing sehingga kita mempunyai bekal untuk manentukan sikap dan jalan
apa yang paling tepat untuk menyikapinya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP TRANSCULTURE
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002). Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik
budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional). Caring practices
adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan. Menurut
Dr.Madelaine Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah berfungsi untuk
meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya. Dengan
mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ), baik di masa lampau maupun
zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan. Leininger berpendapat, kombinasi
pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.
Kazier Barabara (1983) dalam bukuya yang berjudul Fundamentals of Nursing Concept
and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan perawatan yang
merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu
humanistik, filosofi perawatan, praktik klinis keperawatan, komunikasi dan ilmu sosial. Konsep
ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan
dalam perawatan adalah bersifat bio – psiko – sosial – spiritual. Oleh karenanya, tindakan
perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komprehensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai
manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku
manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu
tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya .
Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai
yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang kesemuanya
itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan (cultural nursing
approach).
Peran dan Fungsi Transcultural Nursing
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu, penting
bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat (Pasien). Misalnya kebiasaan
hidup sehari – hari, seperti tidur, makan, kebersihan diri, pekerjaan, pergaulan sosial, praktik
kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan, hubungan kekeluargaaan, peranan masing –
masing orang menurut umur. Kultur juga terbagi dalam sub – kultur . Subkultur adalah kelompok
pada suatu kultur yang tidak seluruhnya menganut pandangan kelompok kultur yang lebih besar
atau memberi makna yang berbeda. Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan.
Nilai – nilai budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan
dari dokter pria. Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima pelayanan kesehatan pre-natal
dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental dengan hal–
hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingnya pengaruh kultur terhadap
pelayanan perawatan. Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru; ia berfokus
pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan hubungannya
dengan perawatannya. Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan
suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya
( nilai budaya yang berbeda ras, yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien.
2.2 BUDAYA SUKU SASAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN

I. BANGUNAN SUKU SASAK

Dari segi bangunan Masyarakat Sasak di Dusun Sade masih menggunakan bangunan asli
dari jaman dahulu, meski sekitar Desa Sade sudah termasuk modern. Atap bangunan menggunakan
ilalang yang telah disusun sedemikian rupa. Sehingga meski hujan lebat air tetap tidak bisa masuk
ke dalam rumah. Ruangan di dalam rumah adat Sasak sendiri dipisahkan oleh 2 – 3 anak tangga
yang menghubungkan ruangan bagian depan dan belakang. . Hanya ada satu pintu unuk masuk
dan keluar, rumah tersebut juga tidak memiliki jendela. Lantai berupa tanah liat, sebagian memang
sudah menggunakan semen. Yang Unik adalah lantai tanah liat dalam beberapa waktu sekali di pel
menggunakan kotoran kerbau.
II. BUDAYA ADAT
1. Upacara Rebo
Dimaksudkan untuk menolak bala (bencana/penyakit), dilaksanakan setiap tahun sekali tepat
pada hari Rabu minggu terakhir bulan Safar. Menurut kepercayaan masyarakat Sasak bahwa pada
hari Rebo Bontong adalah merupakan puncak terjadi Bala (bencana/penyakit), sehingga sampai
sekarang masih dipercaya untuk memulai suatu pekerjaan tidak diawali pada hari Rebo Bontong.
Rebo Bontong ini mengandung arti Rebo dan Bontong yang berarti putus sehingga bila diberi
awalan pe menjadi pemutus. Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap dilaksanakan
oleh masyarakat di Kecamatan Pringgabaya.

2. Periseian
Adalah kesenian bela yang sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di Lombok, awalnya
adalah semacam latihan pedang dan perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran. Pada
perkembangannya hingga kini senjata yang dipakai berupa sebilah rotan dengan lapisan aspal dan
pecahan kaca yang dihaluskan, sedangkan perisai (Ende) terbuat dari kulit lembu atau kerbau.
Setiap pemainnya/pepadu dilengkapi dengan ikat kepala dan kain panjang. Kesenian ini tak lepas
dari upacara ritual dan musik yang membangkitkan semangat untuk berperang. Pertandingan akan
dihentikan jika salah satu pepadu mengeluarkan darah atau dihentikan oleh juri. Walaupun
perkelahian cukup seru bahkan tak jarang terjadi cidera hingga mengucurkan darah didalam arena.
Tetapi diluar arena sebagai pepadu yang menjunjung tinggi sportifitas tidak ada dendam diantara
mereka

III. UPACARA ADAT


Masyarakat Sasak menyelenggarakan beberapa upacara yang berhubungan dengan daur /
lingkaran hidup (life cycle) manusia dimulai dari peristiwa kelahiran hingga kematian.
Kelahiran
Wanita Sasak apabila hendak melahirkan, maka suaminya segera mencari be lianyang
merupakan orang yang mengetahui seluk beluk pristiwa tersebut. Dalam melahirkan anaknya,
calon ibu mengalami kesulitan maka be lian menafsirkan hal tersebut sebagai akibat tingkah laku
sang ibu sebelum hamil. Hal tersebut biasanya ditafsirkan akibat berlaku kasar terhadap ibu atau
suaminya. Untuk itu diadakan upacara, seperti menginjak ubun-ubun, meminum air bekas cuci
tangan, dan sebagainya yang kesemuanya tadi dimaksudkan agar mempercepat kelahiran sang
bayi. Sesudah lahir, maka ari – ari diperlakukan sama seperti orang memperlakukan sang bayi,
karena menurut mereka ari – ari merupakan saudara bayi, yang oleh orang Lombok disebut adi
kaka berarti bayi dan ari – arinya adalah adik – kakak. Oleh sebab itu, ari – ari mendapat perawatan
khusus, setelah dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam periuk atau kelapa setengah tua yang sudah
dibuang airnya. Kemudian ditanam di muka tirisan rumah dengan diberi tanda gundukan tanah
seperti kuburan serta batu nisan dari bambu kecil dan diletakkan lekesan pada tempat tersebut.
Menjelang dewasa
Menjelang dewasa, anak laki-laki harus menjalani suatu upacara untuk mengantarkan
kedewasaannya. Upacara tersebut adalah bersunat atau berkhitan (nyunatang) yang merupakan hal
yang wajib dilakukan oleh pemeluk Islam. Pada upacara ini dilakukan naglu’ ai’, padakemali mata
air denagn diiringi gamelan serta menggunakan pakaian adat. Air yang diambil dari kemali
kemudian dikelilingi sembilan kali di tempat paosenli atau berupa pajangan. Air tersebut
digendong oleh seorang wanita yang dipayungi. Setelah itu air diserahkan kepada inen beru.
Anak yang dikhitan biasanya harus berendam terlebih dahulu. Waktu pergi serta pulang
berendam diirngi dengan gamelan serta diusung di atas juli yang disebut peraja. Khitan
dilaksanakan oleh dukun sunat yang disebut tukang sunat. Selain upacara di atas, bagi seorang
yang menjelang dewasa, juga dilakukan upacara potong gigi yang pelaksanaannya biasa
bersamaan dengan upacara lain, seperti bersunat dan perkawinan. Upacara potong gigi disebut
juga rosoh oleh suku Sasak. Hanya saja upacara ini jarang dilakukan.

2.3 PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT BUDAYA SUKU SASAK


Terkait budaya Masyarakat Suku Sasak yang melapisi rumah mereka dengan kotoran sapi
dan kerbau, maka secara tidak langsung penyakit yang mungkin timbul dari kebiasaan ini antara
lain, diare, cacingan, gatal – gatal, sesak napas, keracunan yang diakibatkan dari gas metana yang
dihasilkan oleh kotoran sapi dan kerbau. Seperti yang kita ketahui, kotoran hewan, khususnya sapi
dan kerbau mengandung cacing pita (taenia solium dan taenia saginata) sehingga tidak menutup
kemungkinan masyarakat tersebut menderita penyakit cacingan.
Pada tradisi pemberian nasi papah, yaitu nasi papah juga dapat menjadi media penyebaran
penyakit antara si ibu dengan bayi, dimana jika seorang ibu menderita penyakit-penyakit infeksi
menular tertentu yang berhubungan dengan gigi dan mulut serta pernapasan maka akan sangat
mudah untuk ditularkan pada bayinya. Misalnya Tuberculosis. Dari segi kebersihan dan keamanan
pangan nasi papah masih perlu dipertanyakan juga, karena anak bisa tertular penyakit yang diderita
ibu melalui air liur, sedangkan dari segi kuantitas dan kualitas nilai gizi jelas merugikan bayi,
karena ibu-ibu akan mendapatkan sari makanan sedangkan bayinya akan mendapatkan ampasnya.
BAB III
KASUS DAN PEMECAHAN MASALAH
Kasus I
Di Kabupaten Lombok Timur angka pemberian ASI Eksklusif berdasarkan laporan
tahunan dinas kesehatan masih sangat rendah, yaitu sekitar 13%, bahkan dalam Survey PHBS
2007 menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif sebesar 10%. Banyak faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif tersebut seperti karena ibu bekerja, pengaruh iklan,
dorongan dari keluarga dan pengaruh tenaga dan sarana kesehatan. Namun diantara beberapa
faktor tersebut ada kebiasaan yang kurang baik yang masih menjadi budaya masyarakat sekitar
yaitu membuang ASI pertama yang keluar (colostrum) dan memberikan makanan sebelum
waktunya kepada bayi dalam bentuk nasi papah. Nasi papah masih menjadi permasalahan yang
sulit diatasi apalagi dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten
Lombok Timur. Oleh karena itu perlu dirancang strategi promosi kesehatan yang dapat diterima
oleh masyarakat sekitar tentang kerugian pemberian nasi papah tersebut.
Sangat sedikit literatur yang menjelaskan kapan nasi papah itu mulai diberikan, bahkan
kalau kita menanyakan pada nenek – nenek kita di kampung mengatakan bahwa kamu besar juga
karena dulu diberikan nasi papah dan kenyataannya kamu bisa hidup dan sukses seperti saat ini.
Jadi disini dapat dijelaskan bahwa praktik pemberian nasi papah tersebut sudah berlangsung sangat
lama dan diteruskan secara turun temurun. Sebagian ibu – ibu percaya bahwa anak – anak
memerlukan makanan untuk dapat tumbuh dan berkembang. Untuk itu diperlukan makanan yang
tersedia setiap saat dan tidak membahayakan kesehatannya baik dari segi ukuran maupun
teksturnya. Indikator yang dapat dilihat untuk menentukan kekenyangan seorang bayi adalah
apabila dia terus menerus menangis walaupun sudah diberikan ASI. Untuk memenuhi kebutuhan
bayi maka ibu – ibu atau nenek akan memberikan berbagai jenis makanan mulai dari madu, pisang,
bubur dan lain sebagainya. Namun masih ada sebagian masyarakat yang tinggal di daerah – daerah
tertentu masih menerapakan kebiasaan memberikan nasi papah kepada bayinya. Nasi papah adalah
nasi yang dikunyah terlebih dahulu sebelum diberikan kepada bayinya. Bahkan ada yang sengaja
menyimpan untuk beberapa kali pemberian makanan. Kebiasaan memberikan makanan kepada
bayi berupa nasi papah didapatkan secara turun temurun, dan ini merupakan bentuk kearifan lokal
tentang hubungan kasih sayang antara ibu dan bayinya.
Sebagian besar para ahli sepakat bahwa makanan terbaik bagi bayi adalah air susu ibu
karena mengandung zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi khususnya
sampai berumur 6 bulan, dan setelah itu baru diberikan makanan tambahan berupa makanan
pendamping sesuai umurnya. Air Susu Ibu juga memiliki banyak kelebihan selain yang disebutkan
di atas seperti mengandung zat antibody terutama pada ASI yang pertama keluar yang disebut
colustrum. ASI juga tidak perlu membeli, bias tersedia setiap saat dengan suhu yang sesuai
kebutuhan bayi dan banyak lagi manfaat lainnya.
Pemberian Makanan Pendamping ASI juga perlu memperhatikan tingkatan umur bayi,
dimana semakin besar umurnya maka kebutuhannya juga akan semakin meningkat. Umumnya
makanan pendamping ASI yang dibuat secara rumahan sangat sedikit mengandung mikronutrient
yang justru sangat dibutuhkan bayi untuk tumbuh dan berkembang terutama untuk perkembangan
kecerdasannya. Pemberian nasi papah jelas sangat kurang dari asfek pemenuhan kebutuhan gizi
tersebut, dimana biasanya yang dipapah hanya makanan sumber karbohidrat saja seperti beras dan
sangat jarang ditambahkan makanan yang lain baik makanan sumber protein maupun vitamin dan
mineral. Sehingga akan sulit memenuhi kebutuhan zat gizi bayi. Nasi papah juga dapat menjadi
media penyebaran penyakit antara si ibu dengan bayi, dimana jika seorang ibu menderita penyakit-
penyakit infeksi menular tertentu yang berhubungan dengan gigi dan mulut serta pernapasan maka
akan sangat mudah untuk ditularkan pada bayinya. Misalnya Tuberculosis. Dari segi kebersihan
dan keamanan pangan nasi papah masih perlu dipertanyakan juga, karena anak bisa tertular
penyakit yang diderita ibu melalui air liur, sedangkan dari segi kuantitas dan kualitas nilai gizi
jelas merugikan bayi, karena ibu-ibu akan mendapatkan sari makanan sedangkan bayinya akan
mendapatkan ampasnya.
Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan
yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang menjadi
permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis sehingga
menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi.
Kasus 2
Para wisatawan bisa berkeliling menyusuri lorong kecil dari rumah ke rumah untuk melihat
hasil tenun sambil melihat rumah adat suku Sasak yang disebut bale tani. Keunikan dari rumah
adat suku Sasak adalah lantai yang dibuat dari campuran tanah liat, kotoran kerbau, dan kulit padi.
Menurut mereka, campuran tersebut lebih kokoh dibandingkan semen biasa dan memiliki arti
tersendiri. Tanah menggambarkan dari mana manusia berasal. Sedangkan kotoran kerbau
menggambarkan kehidupan mereka sebagai petani yang sangat memerlukan kerbau untuk
membajak sawah.
Masyarakat Sasak di Dusun Sade masih menggunakan bangunan asli dari jaman dahulu,
meski sekitar Desa Sade sudah termasuk modern. Atap bangunan menggunakan ilalang yang telah
disusun sedemikian rupa. Sehingga meski hujan lebat air tetap tidak bisa masuk ke dalam rumah.
Ruangan di dalamrumah adat Sasak sendiri dipisahkan oleh 2 – 3 anak tangga yang
menghubungkan ruangan bagian depan dan belakang. Hanya ada satu pintu unuk masuk dan
keluar, rumah tersebut juga tidak memiliki jendela. Lantai berupa tanah liat, sebagian memang
sudah menggunakan semen. Lantai tanah liat dalam beberapa waktu sekali di pel menggunakan
kotoran kerbau. Selain itu, mereka tidur tidak menggunakan ranjang, tetapi tidur di lantai hanya
dengan dilapisi tikar yang terbuat dari bambu.
Terkait budaya Masyarakat Suku Sasak yang melapisi rumah mereka dengan kotoran sapi
dan kerbau, maka secara tidak langsung penyakit yang mungkin timbul dari kebiasaan ini antara
lain, diare, cacingan, gatal – gatal, sesak napas, keracunan yang diakibatkan dari gas metana yang
dihasilkan oleh kotoran sapi dan kerbau. Seperti yang kita ketahui, kotoran hewan, khususnya sapi
dan kerbau mengandung cacing pita (taenia solium dan taenia saginata) sehingga tidak menutup
kemungkinan masyarakat tersebut menderita penyakit cacingan.
BAB IV
KESIMPULAN
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai
manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku
manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu
tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya .
Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai
yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang kesemuanya
itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan (cultural nursing
approach).
Budaya suku sasak yang berkaitan dengan kesehatan yang pertama adalah budaya
pemberian nasi papah pada bayi setelah dilahirkan padahal bayi hanya boleh mengonsumsi ASI
dari ibunya selama dua tahun dan mendapat makanan dalam bentuk pandat saat usia empat tahun.
Selain itu, dari segi kesehatan nasi papah tidak sehat untuk bayi karena bisa sebagai media
penyebaran penyakit antara si ibu dengan bayi, dimana jika seorang ibu menderita penyakit-
penyakit infeksi menular tertentu yang berhubungan dengan gigi dan mulut serta pernapasan maka
akan sangat mudah untuk ditularkan pada bayinya.
Yang kedua, penggunaan kotoran kerbau pada lantai rumah. Terkait budaya Masyarakat
Suku Sasak yang melapisi rumah mereka dengan kotoran sapi dan kerbau, maka secara tidak
langsung penyakit yang mungkin timbul dari kebiasaan ini antara lain, diare, cacingan, gatal –
gatal, sesak napas, keracunan yang diakibatkan dari gas metana yang dihasilkan oleh kotoran sapi
dan kerbau. Seperti yang kita ketahui, kotoran hewan, khususnya sapi dan kerbau mengandung
cacing pita (taenia solium dan taenia saginata) sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat
tersebut menderita penyakit cacingan.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel kesehatan. 2010. Nasi Papah: Antara Budaya dan Kesehatan.Availlable:
http://www.artikel.kesehatan.com.nasi-papah-antara-budaya-dan-kesehatan-artikel.html.
(accessed: 23 Maret 2012)
Leonal. 2010. Suku Sasak. Availlable: http://www.leolenal.com.Leoneal » Suku Sasak ( Tugas ke-2).html.
(accessed: 23 Maret 2012)
Wilawan, Marko. 2009. Kebudayaan Suku Sasak. Availlable:
http://www.markowilawan.blogspot.com.kebudayaan-suku-sasak.html. (accessed: 24 Maret
2012)
Google. 2012. Sade Desa Adat Suku Sasak Lombok. Availlable: http://www.google.com.sade-desa-adat-
suku-sasak-lombok.html. (accessed: 25 Maret 2012)
Sasake, Anwar. 2010. Makanan Dalam Konsep Budaya Suku Sasak. Availlable:
http://www.anwar.sasake.wordpress.com.Makanan Dalam Konsep Budaya Sasak _
anwarsasake.html. (accessed: 24 Maret 2012)
Jejak Si Gundul. 2011. Tradisi Suku Sasak. Availlable: http://www.jejaksigundul.com.Eps 75. Tradisi
Suku Sasak « Jejak Si Gundul.html. (accessed: 25 Maret 2012)
http://rizky12.mahasiswa.unimus.ac.id/2015/
12/28/makalah-aspek-sosial-budaya-
terhadap-kesehatan-iibu-hamil-di-kota-
kendal/
Makalah Aspek Sosial Budaya Terhadap
Kesehatan Iibu Hamil Di Kota Kendal
ASPEK SOSIAL BUDAYA TERHADAP KESEHATAN IBU HAMIL DI KOTA
KENDAL

logo unimus

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu pada Mata Kuliah

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Semester Satu yang Diampu oleh:

Drs. Indriyanto, SH, M.Hum

Editor:

SIH RIZKY PUTRI (G0E015017)

PRODI DIII KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


2015
Aspek Sosial Budaya Terhadap Kesehatan Ibu Hamil
A. Budaya Terhadap Kesehatan Ibu Hamil
Berikut budaya atau kebiasaan yang ada di daerah kendal terhadap kesehatan ibu hamil:

1. Ibu hamil harus membawa benda tajam kecil seperti (gunting kuku, gunting lipat, jarum bundel,
dan lain-lain. Agar terhindar dari gangguan mahluk halus misal: setan, jin, gendruo dan lain-lain.
2. Suami dari ibu hamil di larang membunuh hewan, Karena memiliki keyakinan akan
mengakibatkan cacat pada calon bayi
3. Tidak boleh mengejek atau mencacimaki kekurangan orang, Karena berkeyakinan akan terdapat
kekurangan tersebut pada calon bayi.
4. Dilarang keluar malam, Dikhawatirkan ibu hamil di culik mahluk halus.
5. Mitos wanita hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.

Aspek Sosial Terhadap Kesehatan Ibu Hamil

Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa
pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan
kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak
produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi
kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak
untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu , Misalnya makan daun katuk agar air
susu ibu bayi banyak, dan lain-lain.

Kebiasaan Adat Istiadat dan Perilaku yang Merugikan

Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali merupakan penghalang
atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di masyarakat. Perilaku, kebiasaan, dan adat
istiadat yang merugikan seperti misalnya:

1. Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan,
2. Ibu menyusui dilarang makan makanan yang amis, misalnya: ikan, telur,
3. Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang agar mekoniumnya cepat keluar,
4. Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk karena takut darah kotor
naik ke mata,
5. Ibu yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, rambutnya harus diuraikan dan persalinan
yang dilakukan di lantai, diharapkan ibu dapat dengan mudah melahirkan.
6. Bayi baru lahir yang sedang tidur harus ditemani dengan benda-benda tajam.

Gangguan yang Datang Saat Hamil


Kehamilan ibarat sebuah keajaiban. Di dalam perut seorang ibu tumbuh janin. Hampir dipastikan
kehamilan ini kerap dibarengi kerewelan karena muncul berbagai gangguan. Apa saja?

Tapi secara medis, perubahan tubuh dalam kehamilan memang mengakibatkan munculnya
berbagai gangguan. Sebut saja, seorang ibu hamil menjadi lebih sering keletihan. Secara logika
pun ini bisa terjawab. Dengan beban yang berat seperti perut membesar, pantaslah jika ia merasa
begitu letih.

Seperti contoh-contoh gangguan tersebut?

Perubahan Pembuluh Darah.

Akan tampak garis biru yang samar-samar di bawah kulit, pada payudara, dan perut. Itu adalah
kondisi normal saat hamil. Jaringan pembuluh darah mengembang untuk membawa darah lebih
banyak bagi kehamilan.Tak perlu dikhawatirkan karena umumnya akan menghilang dengan
sendirinya setelah melahirkan.

Pembuluh darah balik (vena) yang normal dan sehat membawa darah kembali ke jantung dari
anggota tubuh. Karena harus bekerja melawan gaya berat, maka pembuluh vena dirancang untuk
memiliki serangkaian katup yang mencegah membaliknya aliran darah. Bila katup ini hilang,
darah cenderung berkumpul pada vena di mana tarikan gaya beratnya besar (seperti kaki,
anus/vulva). Masalah ini lebih sering terjadi pada wanita yang kegemukan daripada pria, dan
sering muncul pertama kali saat hamil. Lantaran bertambahnya tekanan pada vena kaki, volume
darah yang bertambah, terjadinya relaksasi otot-otot pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
hormon kehamilan.

Varises pada kehamilan dapat dicegah, antara lain dengan menghindari: kenaikan berat badan
berlebih, duduk terlalu lama, mengangkat barang berat, mengejan terlalu kuat saat buang air
besar, menggunakan pakaian ketat, merokok, dan sebagainya.

Guratan pada Perut.

Gurat-gurat di atas perut diakibatkan oleh meregangnya kulit. Biasanya karena pertambahan
berat badan yang terlalu banyak/cepat. Gurat-gurat ini memang sulit untuk dihilangkan, tapi tak
perlu berkecil hati. Anggap saja itu sebagai hadiah dan bagian dari kesempurnaan Anda sebagai
wanita yang telah melahirkan. Perlu para ibu ketahui, perut hamil memang perut yang gatal dan
akan bertambah gatal seiring bertambahnya usia kehamilan. Ini disebabkan perut ibu membesar
sehingga kulit perut meregang. Akibatnya kulit menjadi kering. Kendati terasa gatal, hindari
untuk menggaruk. Cukup olesi dengan cairan pelembab kulit. Memang tak akan menghilangkan
sama sekali rasa gatal. Paling tidak, bisa mengurangi keadaan tersebut.

Mual di Pagi Hari.

Morning sickness atau mual dui pagi hari lumrah terjadi pada kehamilan. Hampir semua ibu
hamil mengalaminya. Biasanya terjadi pada tiga bulan pertama kehamilan. Tetapi kadang ada
yang sangat berlebihan, mual sepanjang 9 bulan (hiperemesis gravidarum). Penyebab mual ini
adalah akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan HCG (human chorionic gonadotrophine)
dalam serum darah ibu. Tak ada obat yang paling ampuh untuk menghilangkan rasa mual. Bisa
dicegah dengan menghindari makanan atau sumber penyebab mual tersebut.

Tak Suka Susu.

Banyak ibu yang khawatir dengan kondisi janin karena ia tak suka susu. Sebetulnya yang perlu
diperhatikan oleh ibu hamil adalah janin tak perlu susu, melainkan kalsium. Tentunya banyak
bahan pengganti susu yang tak kalah kandungan kalsiumnya.

Karena volume darah meningkat selama kehamilan, maka jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk
memproduksi sel darah merah akan meningkat pula secara bertahap. Untuk mencegah anemia
kekurangan zat besi, ibu hamil dianjurkan makan makanan yang kaya zat besi. Biasanya dokter
akan memberi resep tambahan zat besi. Bila kekurangan zat besinya ringan, mungkin tak
terdapat gejala-gejala. Tapi ketika sel darah merah pembawa oksigen makin bertambah kurang,
ibu akan menunjukkan gejala pucat, letih, lemah, berdebar, sesak napas, dan pingsan.

Jangan merasa diri sebagai wanita super, karena keletihan lumrah terjadi selama kehamilan.
Apalagi pada trimester ketiga. Beban kandungan yang makin berat, ditambah mungkin ibu hamil
kurang tidur. Rasa khawatir akan persalinan pun membuat calon ibu merasa sangat letih. Karena
itu perbanyak istirahat dan makan cukup. Calon ibu perlu mewaspadai keletihan ini jika terjadi
sangat berlebihan. Misalnya, Anda sudah merasa cukup rileks, tak bekerja terlalu berat, tapi
keletihan tetap terjadi. Konsultasikan dengan dokter. “Saat konsultasi, calon ibu diharapkan bisa
menceritakan semua keluhan yang ada. Sehingga dokter bisa segera memberi penanganan jika
diperlukan.

Ada ibu hamil yang merasa kesemutan di daerah telapak tangan dan kakinya. Kesemutan yang
menyerang ibu hamil mungkin disebabkan: kekurangan vitamin B, gangguan metabolisme tubuh
penekanan ujung-ujung saraf tepi oleh penumpukan cairan di daerah ujung-ujung jari. Bisa juga
diakibatkan penekanan rahim yang membesar terhadap kumpulan jaringan saraf di daearh rongga
panggul. Mengubah-ubah posisi biasanya akan mengurangi gejala ini. Kecuali itu perbanyaklah
mengkonsumsi sayuran dan vitamin-vitamin khusus untuk sistem saraf. Kondisi ini tak perlu
terlalu dikhawatirkan karena tak membahayakan ibu maupun janin. Bila berlanjut terus,
sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter kandungan Anda.

Kejang kaki.

Kejang kaki biasanya disebabkan kelebihan fosfor dan kelebihan kalsium dalam darah. Biasanya
dokter menyarankan untuk meminum tablet kalsium tanpa fosfor. Bila ibu hamil mengalami
kejang pada betis, luruskan kaki dan lekukkan mata kaki serta jari-jari kaki ke atas ke arah
hidung Anda. Lakukan beberapa kali menjelang tidur. Atau bisa juga berdiri di atas permukaan
yang dingin.
2.2 Budaya yang masih di lakukan oleh masyarakat kendal hingga sekarang.

Upacara tiga bulanan atau Madeking

Upacara tiga bulanan sudah agak sulit ditemukan di kota besar. Dalam upacara Madeking ini
dihidangkan aneka jenis makanan yang berupa ketupat lalu nasi gurih, kali ini nasi berwarna
kuning dengan mencampur air kunyit saat menanak nasi dan di beri garam sedikit dan santan
sebelum dikukus. Untuk lauk pauk sudah lebih lengkap dan bervariasi, ada sambal goreng ati
rempela, daging sapi dan sebagai kudapan dibuatkan kue apem.

Dalam pandangan Kebidanan: Nasi gurih dan ketupat sebagai hidangan ibu hamil adalah
salah satu cara kreatif untuk membangkitkan selera makan ibu hamil agar terpenuhi kebutuhan
kalori. Kebutuhan protein sudah mulai diberikan seiring adanya peningkatan selera makan
menjelang kehamilan 4 bulan. Dengan menghidangkan aneka macam daging dan cara
pengolahannya. Protein sangat dibutuhkan ibu hamil untuk pembentukan organ tubuh bayi .
Upacara Madeking ini juga diadakan sebagai wujud permohonan keselamatan bagi janin dalam
Kandungan. Selamatan berupa doa – doa sesuai agama masing – masing.

Upacara 7 bulanan, atau biasa dikenal dengan tingkeban dan Mitoni

Berikutnya adalah upacara 7 bulanan, upacara inilah yang tidak pernah dilewatkan, Hidangan
khas yang paling dinantikan para tamu adalah rujak. Ada juga bubur merah putih. Menurut
tradisi bila rasa rujaknya sedap berarti anaknya perempuan dan bila saat upacara membelah
kelapa muda air kelapa muncrat tinggi berarti anak dalam kandungan perempuan. Dan hidangan
berupa jajan pasar melengkapi hidangan (juadah pasar).

Pandangan Kebidanan : Upacara 7 bulanan ini hanya dilakukan pada kehamilan pertama kali
dan merupakan dukungan bagi ibu hamil dimana dalam masa kehamilan trimester tiga, ibu hamil
mengalami perubahan bentuk tubuh, biasanya bertambah gemuk dan merasa tidak cantik. Namun
tradisi masyarakat justru mengangkat rasa percaya diri dan memperbaiki body image seorang ibu
hamil agar tampak begitu mempesona dalam upacara siraman dan mandi bunga. Ibu hamil
didandani dengan roncean bunga melati dan ganti jarik 7 kali. Sedangkan untuk hidangan
makanan yang diadakan merupakan suatu sajian yang semakin komplit berbagai protein nabati
dan hewani, berbagai sumber jenis zat kalori disertakan. Dengan harapan bahwa ibu hamil
senantiasa selamat dan terjaga baik kondisi kesehatannya diiringi doa-doa para sanak keluaraga
dan tetangga.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Di masing-masing daerah terdapat adat istiadat sosial budaya, Dalam praktek tradisional,
memang ada banyak hal yang tak jarang dikaitkan dengan mitos-mitos dan sedikit berbau
tahayul. Namun demikian kita tidak perlu menyikapinya dengan antipati, Petiklah hal-hal positif
yang tentu saja tidak merugikan terhadap kesehatan ibu hamil. Ibu hamil berbeda dengan ibu
yang biasanya, karena mereka mempunyai sifat yang berlebih, seperti emosi yang tidak biasa,
oleh karena itu ibu hamil harus diperhatikan supaya ibu dan anak dalam kandungannya sehat.

Terpenting adalah jangan sampai lambat laun kita melupakan warisan kekayaan tradisi asli
daerah kita terutama di Indonesia ini, Jangan lupa tetap periksa teratur selama kehamilan baik
pada dokter kandungan, bidan maupun tenaga kesehatan agar mendapat bimbingan yang benar
dalam menjaga kesehatan selama hamil.

Anda mungkin juga menyukai