Anda di halaman 1dari 5

Akibat Buang Sampah Sembarangan

Halo semuanya! Nama saya Andi. Saya akan


menceritakan pengalaman saya karena saya buang
sampah sembarangan.
Pagi itu, saya disuruh ibu ke rumah nenek untuk
mengantarkan pisang yang dibawa ibu dari Ambon
karena ibu baru berkunjung ke Ambon. Pada saat
perjalanan saya ke rumah nenek, saya memakan
pisang yang diberikan ibu kepada saya. Namun saya
membuang kulit pisang itu sembarangan walaupun
di sana cukup banyak tempat sampah.
Siang hari, saya pulang dari rumah nenek, saya
berjalan melewati tempat yang sama. Namun
sialnya, saya teepeleset pada saat itu. Ternyata, saya
menginjak kulit pisang yang saya buang tadi pagi.
Saya ditertawakan orang yang sedang berjalan
melewati saya. Itu adalah pengalaman yang tidak
dapat saya lupakan.

By.euro banunaek
sampah plastik
Aku adalah sampah plastik. Tadinya, aku adalah
kemasan sebuah produk makanan. Sebelum itu, aku
dimainkan dan dibentuk sesuka hati oleh manusia-
manusia di sebuah pabrik. Teman-teman seangkatanku
juga mengalami hal itu dan mereka dibentuk persis sama
seperti aku. Sebagian kecil teman kami yang berbentuk
lain dari yang lain akan dibuang. Menjadi sampah
sebelum digunakan. Sementara kami, yang sesuai dengan
keinginan para manusia, menjadi sampah setelah
manusia-manusia lain menguras habis makanan yang kami
kemas.

Setelah menjadi sampah, aku tak tahu lagi arah dan


tujuanku. Ini semua adalah akibat dari perbuatan
manusia yuang tidak bertanggung jawab. Seharusnya
manusia itu memasukkanku ke tempat sampah. Di
sanalah seharusnya aku berada. Namun, manusia itu
sama sekali tidak menghargai jasaku. Manusia itu
melemparku begitu saja dengan sembarangan.

Padahal, aku tidak suka terombang-ambing oleh


angin. Sesekali oleh air jika angin menjatuhkanku ke
selokan. Di salah satu selokan mampat, aku sempat
menjadi bencana bagi manusia. Di sana, aku kemasukan
air selokan sebagai wadah terbuka yang mengapung di
sana. Dalam genangan air dalam diriku, nyamuk-nyamuk
penyebar penyakit malaria berkembang biak.

Aku juga pernah terdampar di pantai. Saat itu,


seorang manusia kecil memungutku dan menggunakanku
untuk menampung kulit-kulit kerang yang
dikumpulkanya. Saat itu, setitik harapan muncul
untukku. Aku berharap agar manusia itu membawaku
sampai ke rumahnya dan akhirnya melemparkanku ke
tempatku : tempat sampah. Namun, sayang sekali,
seorang manusia betina yang besar memerintahkan
manusia kecil itu untuk memindahkan kulit-kulit
kerangnya ke plastik yang lebih keras dan tebal.

“Hey! Bungkus makanan!” plastik itu mengejekku.

“Memang kenapa kalo aku bungkus makanan?”

“Kamu cuma dipake sekali, terus jadi sampah!


Hahaha! Aku dong… Tupperware! Aku tahan lama dan
bisa digunakan berkali-kali. Bahkan, aku tahan suhu
ekstrim! Hahaha!”

“Huh! Aku kan masih bisa didaur ulang! Aku bisa


reinkarnasi berkali-kali!”

“Hahaha! Ini Indonesia! Hanya sedikit sampah yang


punya kesempatan untuk didaur ulang! Kamu pasti telah
terombang-ambing ke sana kemari dan nasibmu tak
pernah jelas! Hahaha!”

“Biar saja! Suatu saat nanti, aku pasti didaur ulang!”

“Hahaha!” ia terbahak-bahak. Muatanku telah


berpindah seluruhnya kepadanya. Aku pun dilempar
sembarangan lagi dan melayang bersama angin lagi,
sementara ia dibawa oleh manusia-manusia itu. Ia pergi
sambil terus menertawakanku, “hahaha!”.

Angin membawaku lagi. Sesekali aku menyapa


teman-teman sampahku saat kuterbang dibonceng angin.
Angin melepasku di tepi jalan. Di ujung jalan itu, tampak
seorang manusia sedang mengumpulkan sampah-sampah
plastik ke dalam sebuah keranjang besar yang dipikulnya.
Sayangnya, ia telah lama berlalu dari tempatku berada.
Ia telah memunguti sampah-sampah yang tadinya berada
di tempatku berada saat ini dan sekarang ia telah
berjalan pergi memunggungiku.

Aku berteriak-teriak memanggilnya, tapi aku tahu ia


tidak dapat mendengarku. Sebagian sampah di dalam
keranjang itu mengintip iba kepadaku, sebagian tak
peduli, sebagian lagi bahkan menertawakanku.

Kini aku sendirian di tepi jalan. Semua sampah yang


tadinya tegeletak di sini telah naik keranjang bersama
manusia tadi. Tidak ada lagi yang tersisa untuk sekedar
menemaniku.

Tiba-tiba saja, seorang manusia berukuran sedang


menghampiriku. Ia memungutku dari tepi jalan dan
mencari tempat sampah untuk meletakkanku. Dia baik
sekali.

“Dasar orang Indonesia! Suka sekali mengotori dan


merusak lingkungan hidupnya sendiri! Senangnya
ngomong agama, bilang ‘kebersihan adalah sebagian dari
iman’. Omongnya saja yang besar!” manusia baik itu
menggerutu dalam bahasanya.

Sementara itu, dua manusia lain kebetulan berjalan


melewati manusia baik itu.

“Sok bersih banget sih!” celetuk salah satu manusia


yang kebetulan lewat itu dengan ketus dalam bahasanya

By,Euro .Banunaek

Anda mungkin juga menyukai