Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH TERAPI HUMOR TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN

PADA PASIEN PRE OPERASI DENGAN GENERAL ANESTESI


DI RS TELOGOREJO SEMARANG

Devi Setya Putri*), Sri Puguh Kristiyawati**), Syamsul Arif***)

*)
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
***)
Dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Depkes KeMenkes Semarang

ABSTRAK

Pembedahan atau operasi dengan general anestesi adalah semua tindakan yang menggunakan cara
invasif dengan membuka bagian tubuh yang akan ditangani dengan meniadakan nyeri secara sentral.
Tindakan pembedahan dengan general anestesi dapat menimbulkan respon psikologis yaitu
kecemasan. Terapi humor adalah penggunaan humor untuk mengurangi rasa sakit fisik atau emosional
dan stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh terapi humor terhadap penurunan
kecemasan pada pasien pre operasi dengan general anestesi. Jenis penelitian ini adalah pre
exsperimental design dengan rancangan one group pretest-posttest design. Tehnik pengambilan
sampel adalah accidental sampling, dengan sampel sebanyak 23 responden. Data penelitian dianalisis
dengan uji parametrik dependent T-Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan sebelum dan sesudah pemberian terapi humor terhadap pasien pre operasi dengan general
anestesi, terlihat bahwa (p-value 0.000). Disimpulkan terdapat pengaruh pemberian terapi humor
terhadap pasien pre operasi dengan general anestesi di RS Telogorejo Semarang.

Kata kunci: Kecemasan, terapi humor, dan pre operasi

ABSTRACT

Surgery or surgery with general anesthesia are all actions that use invasive way to unlock parts of the
body would be handled centrally by eliminating pain. Surgery with general anesthesia can cause
psycological response that is anxiety. Humor therapy is the use of humor to reduce physical or
emotional pain and stress.This study aimed to identify the effects of humor therapy to decrease pre
operative anxiety in patients with general anesthesia. This research is pre experimental design with the
design of one group pretest-posttest design. Sampling technique is accidental sampling, with a sample
of 23 respondents. Retrieval of data using the observation sheet. Data were analyzed with parametric
test dependent T-test. The results of study indicate that there is a significant difference before and after
the administration of humor therapy on preoperative patients with general anesthesia, it is seen that (p-
value 0,000). Concluded there is the effect of humor therapy on patients with general anesthesia
preoperative Telogorejo Hospital in Semarang. It suggested that humor therapy can be used as an
alternative to reduce the level of anxiety in patients before surgery.

Key words : Anxiety, humor therapy, and preoperative

Pengaruh Terapi Humor Terhadap Penurunan Kecemasan ... (D.S.Putri, 2014) 1


PENDAHULUAN

Pembedahan atau operasi adalah semua menimbulkan masalah finansial. Maka,


tindakan yang menggunakan cara invasif perawat harus mampu mengatasi kecemasan
dengan membuka atau menampilkan bagian pada pasien, sehingga kecemasan tersebut
tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian dapat dikurangi secara efektif (Smeltzer &
tubuh ini umumnya dilakukan dengan Bare, 2001, hlm.145).
membuat sayatan. Setelah bagian yang akan
ditangani ditampilkan, dilakukan tindak Terapi humor mempunyai pengaruh positif
perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan terhadap kesehatan dan penyakit. Humor dapat
penjahitan luka (Sjamsuhidajat, 1997, digunakan dalam upaya membina hubungan,
hlm.336). Salah satu bentuk dari pembedahan humor dapat meredakan ketegangan,
yang sering dilakukan adalah tindakan bedah menurunkan kecemasan, melepaskan
dengan menggunakan anestesi umum atau kemarahan, memfasilitasi belajar, atau
general anestesi. mengatasi perasaan yang menyakitkan (Kozier,
et al., 2011, hlm.319).
General anestesi sendiri merupakan suatu
tindakan meniadakan nyeri secara sentral Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
disertai hilangnya kesadaran yang bersifat pengaruh terapi humor terhadap penurunan
reversible. Cara kerja anestesi umum selain kecemasan pada pasien pre operasi dengan
menghilangkan rasa nyeri, menghilangkan general anestesi di RS Telogorejo Semarang.
kesadaran, dan membuat amnesia, juga
merelaksasi seluruh otot. Pasien yang METODOLOGI PENELITIAN
mendapatkan anestesi general (general
anesthesi) berasumsi anestesi adalah maut dan Penelitian ini menggunakan rancangan
beranggapan bahwa anestesi itu “tidur terus penelitian Pre-Experimental Design.
tidak bangun kembali” (Long, 1996, hlm.6). Rancangan ini tidak ada unsur random dalam
Oleh karena itu tindakan pembedahan dengan pemilihan kelompok dan/ atau kelompok
general anestesi merupakan stresor yang kontrol (Setiadi, 2013, hlm.88). Penelitian ini
dapat membangkitkan reaksi stres berupa menggunakan metode One Group Pretes-
kecemasan (Potter & Perry, 2006, hlm.1790). Posttest Design, yang merupakan cara
pengukuran dengan melakukan satu kali
Kecemasan merupakan reaksi emosional pengukuran di depan (pre-test) sebelum
terhadap persepsi adanya bahaya, baik yang adanya perlakuan (Experimental Treatment)
nyata maupun yang hanya dibayangkan dan setelah itu dilakukan pengukuran lagi
(Smeltzer & Bare, 2001, hlm.145). Cemas (Post-test) (Nasir, et al; 2011, hlm.174).
terhadap anestesi, nyeri atau kematian,
deformitas, atau ancaman lain terhadap citra Populasi dalam penelitian ini adalah semua
tubuh (Smeltzer & Bare, 2001, hlm.430). responden yang dilakukan operasi dengan
Keadaan emosional pasien dalam hal ini general anestesi pada bulan Februari 2014 di
cemas, akan berpengaruh kepada fungsi tubuh ruang bougenville klas 2 dan bougenville klas
menjelang operasi. Kecemasan yang tinggi, 3 di Rumah Sakit Telogorejo Semarang
dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh sebanyak 25 responden. Teknik sampling yang
yang ditandai dengan adanya peningkatan digunakan adalah teknik non probability
frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran sampling dengan metode accidental sampling,
tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos yaitu pengambilan sampel secara aksidental
pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan ini dilakukan dengan mengambil kasus atau
lembab, peningkatan respirasi, dilatasi pupil, responden yang kebetulan ada atau tersedia di
dan mulut kering (Smeltzer & Bare, 2001, suatu tempat sesuai konteks penelitian
hlm.145). (Notoatmodjo, 2012, hlm.124-125).
Kondisi ini sangat membahayakan kondisi Sampel dalam penelitian ini adalah responden
pasien, sehingga dapat dibatalkan atau yang dilakukan operasi dengan general
ditundanya suatu operasi. Akibat lainnya, lama anestesi sebanyak 23 responden dengan
perawatan pasien akan semakin lama dan kriteria inklusi: Pasien usia 18-65 tahun,

2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol...No...


Pasien dalam kondisi sadar, Pasien pre operasi HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terprogram untuk operasi dengan general
anestesi dan mengalami kecemasan, Pasien Gambaran Umum Tempat Penelitian
bersedia menjadi responden, Pasien kooperatif.
Dan kriteria eksklusi: Pasien tiba-tiba tidak Tempat yang digunakan dalam penelitian
kooperatif saat dilakukan intervensi, Pasien ini adalah Rumah Sakit Telogorejo
jatuh dalam kondisi emergency, Pasien Semarang. Rumah Sakit Telogorejo
mengalami kecemasan berat sekali (panik), merupakan Rumah Sakit type B. Unit
Pasien mengalami gangguan komunikasi, Rawat Inap terdiri dari beberapa ruang di
Pasien mengalami gangguan penglihatan, antaranya ruang Amarylis yang
Pasien mengalami gangguan pendengaran, merupakan ruang rawat inap untuk kelas
Pasien dalam pengaruh obat ansietas atau anti I, VIP, dan VVIP. Dan ruang Bougenvile,
depresan. yang terdiri dari Bougenville 3 dan
Bougenville 2 untuk kelas I, II, dan III.
Penelitian ini dilakukan di RS Telogorejo
Semarang pada bulan Maret sampai April 1. Analisis Univariat
2014. Alat pengumpulan data yang digunakan
dalam pengumpulan data pada penelitian ini Tabel 1
adalah Lembar karakteristik responden yang Distribusi frekuensi responden
terdiri dari usia, jenis operasi, pendidikan, berdasarkan usia di Rumah Sakit
pekerjaan, dan kecemasan responden, Lembar Telogorejo Semarang, 2014, (n=23)
observasi pengukuran skala kecemasan
sebelum dan sesudah intervensi dengan Usia Frekuensi Persentase
menggunakan Numeric Rating Scale of (n) (%)
Anxiety (NRS-A), Perlengkapan untuk 18-40 8 34,8
melakukan prosedur terapi humor: 41-63 15 65,2
menggunakan laptop berjumlah 1 buah, Total 23 100
earphone berjumlah 1 buah. Penelitian ini juga
dilengkapi dengan prosedur pelaksanaan Berdasarkan tabel 1 di atas, proporsi
terapi humor. usia pada 23 responden terbanyak
adalah 41-63 tahun sebanyak 15
Analisa univariat adalah analisis yang (65,2%).
digunakan untuk menggambarkan variabel
penelitian. Analisis bivariat dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga Tabel 2
berhubungan atau berkorelasi Distribusi frekuensi responden
(Notoatmodjo, 2010, hlm.182). Data berdasarkan jenis kelamin di Rumah
kategorik dianalisis dalam bentuk Sakit Telogorejo Semarang, 2014,
distribusi frekuensi dan persentase yaitu (n=23)
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan
jenis pembedahan/operasi. Data numerik Jenis Frekuensi Persentase
Kelamin (n) (%)
dilakukan analisis dengan pemusatan data
Laki-laki 6 26,1
(mean) dan nilai penyebaran data (standar Perempuan 17 73,9
deviasi) yaitu usia dan skala kecemasan Total 23 100
sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Uji statistik yang digunakan untuk Berdasarkan tabel 2 di atas, dengan 23
menganalisa perbedaan rerata skala responden terdapat frekuensi jenis
kecemasan sebelum dan sesudah diberikan kelamin terbanyak yaitu perempuan
intervensi adalah uji (paired sampel t-test). sebanyak 17 (73,9%).

Pengaruh Terapi Humor Terhadap Penurunan Kecemasan ... (D.S.Putri, 2014) 3


Tabel 3 Berdasarkan tabel 5, dengan 23
responden terdapat frekuensi jenis
Distribusi frekuensi responden pembedahan terbanyak yaitu biopsi
berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit eksisi sebanyak 8 (34,8%).
Telogorejo Semarang, 2014,(n=23)

Pendidikan Frekuensi Persentase


(n) (%) Tabel 6
SD 2 8,7
SMP 0 0 Distribusi frekuensi responden
SMA 15 65,2 berdasarkan skala kecemasan sebelum
PT 6 26,1 dan sesudah diberikan intervensi di
Total 23 100 Rumah Sakit Telogorejo Semarang,
2014, (n=23)
Berdasarkan tabel 3, dengan 23 responden
terdapat frekuensi pendidikan terbanyak
yaitu SMA sebanyak 15 (65,2%). Cemas Frekuensi Persentase
(n) (%)
Pre Post Pre Pos
t
Tabel 4 0 1 4,3
1 3 13,0
Distribusi frekuensi responden 2 1 8 4,3 34,8
berdasarkan pekerjaan di Rumah Sakit 3 7 7 30,4 30,4
Telogorejo Semarang, 2014, (n=23) 4 6 2 26,1 8,7
5 4 1 17,4 4,3
Pekerjaan Frekuensi Persentase 6 2 8,7
(n) (%) 7 1 1 4,3 4,3
Bekerja 16 69,6 8 1 4,3
Tdk bekerja 7 30,4 9 1 4,3
Total 23 100 Total 23 23 100 100

Berdasarkan tabel 4, dengan 23


responden terdapat frekuensi pekerjaan Berdasarkan tabel 6, terdapat frekuensi
terbanyak yaitu bekerja sebanyak 16 sebelum intervensi yang mengalami
(69,6%). cemas terbanyak dengan skala 3 yaitu
7 responden (30,4%). Sedangkan
frekuensi setelah intervensi yang
mengalami cemas terbanyak yaitu
Tabel 5 skala 2 sebanyak 8 responden (34,8%).
Distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis pembedahan di Rumah 2. Analisis Bivariat
Sakit Telogorejo Semarang, 2014, (n=23)
Tabel 7
Diskriptif kecemasan responden
Jenis Frekuensi Persentase sebelum dan sesudah diberikan
Pembedahan (n) (%) intervensi di Rumah Sakit Telogorejo
Odontectomy 5 21,7 Semarang, 2014, (n=23)
ORIF 5 21,7
Appendictomie 3 13,0
Desectomie/ 1 4,3
D Selisih
Flavektomie Sebelum Sesudah
Angkat Plate 1 4,3
a Mean
Screw r X SD X SD
Cemas 1,87
Eksisi 8 34,8 i 4,48 1,76 2,61 1,47
Total 23 100

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol... No...


hasil penelitian pada tabel 7 di atas, Tabel 8
dapat diketahui bahwa mean sebelum
dilakukan intervensi terapi humor 4,48. Perbedaan skala kecemasan antara
Sedangkan mean sesudah dilakukan sebelum dan sesudah diberikan terapi
terapi humor 2,61. Sehingga terdapat humor terhadap penurunan kecemasan
selisih mean 1,87. pada pasien pre operasi dengan general
anestesi di RS Telogorejo Semarang,
2014, (n=23)

Sebelum Sesudah
t P value
X SD X SD
cemas 4,48 1,76 2,61 1,47 11,00 0,00

Hasil uji dengan (paired sampel t-test) perbedaan. Perbedaan antara laki-laki
menunjukkan nilai p 0,00 atau <0,05. dan perempuan terletak pada sifat
Maka dapat disimpulkan bahwa Ho sekunderitas, emosionalitas dan
ditolak, dan Ha diterima. Hal ini aktivitas dari fungsi-fungsi kejiwaan.
menunjukkan ada perbedaan yang Pada perempuan fungsi
bermakna terhadap penurunan tingkat sekunderitasnya tidak terletak di
kecemasan pada pasien pre operasi bidang intelek, akan tetapi pada
dengan general anestesi antara sebelum perasaan (Kartono, 2006, hlm. 182).
dan sesudah diberikan terapi humor. Secara psikologis menurut
Sukmadinata (2003, hlm.60)
Interprestasi dan Hasil Penelitian menyatakan perempuan lebih
emosional daripada laki-laki karena
Berdasarkan hasil penelitian terhadap perempuan sangat peka dan mudah
23 responden didapatkan kelompok meluapkan perasaan. Sementara laki-
usia terbanyak yang mengalami laki bersifat obyektif dengan
kecemasan adalah 41-63 tahun rasionalitasnya sehingga mampu
sebanyak 15 responden (65,2%). Pada berfikir dan tidak mengedepankan
usia dewasa akhir usia 45-65 tahun emosional. Karena emosinya yang
terjadi perubahan psikologis. kuat, perempuan lebih cepat bereaksi
Perubahan psikologis pada masa dengan hati, dia lebih cepat berkecil
dewasa akhir adalah instabilitas hati, bingung, takut, dan cemas
emosi. Pada masa dewasa akhir, (Kartono, 2006, hlm. 182).
muncul sindrom-sindrom menjelang
menopause salah satunya adalah Berdasarkan hasil penelitian terhadap
sindrom perubahan emosi. Sindrom ini 23 responden, tingkat pendidikan yang
menyebabkan seseorang cepat marah paling banyak mengalami kecemasan
dan suka mengkritik. Perubahan adalah SMA sebanyak 15 responden
psikologis ini akan berdampak pada (65,2%). Notoatmodjo (2003, hlm.78)
terganggunya keseimbangan emosi, menyatakan tingkat pendidikan
seperti cemas, stres dan depresi (Pieter individu berpengaruh terhadap
& Lubis, 2010, hlm.87-89). kemampuan berfikir. Responden yang
berpendidikan tinggi lebih mampu
Berdasarkan hasil penelitian terhadap menggunakan pemahaman dalam
23 responden, jenis kelamin yang merespon kejadian secara adaptif
paling banyak mengalami kecemasan dibandingkan kelompok responden
adalah perempuan sebanyak 17 yang berpendidikan rendah. Semakin
responden (73,9%). Videback (2008, tinggi pendidikan seseorang maka
hlm.313) mengemukakan bahwa laki– semakin rasional keputusan yang
laki dan perempuan mempunyai diambil. Kondisi ini menunjukkan

Pengaruh Terapi Humor Terhadap Penurunan Kecemasan ... (D.S.Putri, 2014) 5


respon cemas cenderung pada
responden yang berpendidikan rendah Kecemasan adalah keadaan emosi
karena rendahnya pemahaman yang tidak memiliki objek yang
terhadap kejadian sehingga spesifik dan kondisi ini dialami secara
membentuk persepsi yang menakutkan subjektif. Kecemasan merupakan suatu
dalam merespon kejadian. Semakin keadaan khawatir yang mengeluhkan
tinggi tingkat pendidikan seseorang bahwa sesuatu yang buruk akan segera
akan lebih mudah dalam menerima terjadi. Kecemasan melibatkan
informasi tentang keadaannya. persepsi tentang perasaan yang tidak
Sehingga seseorang akan lebih menyenangkan dan reaksi fisiologis,
mengerti tentang cara penatalaksanaan dengan kata lain reaksi atau situasi
terhadap tindakan dalam yang dianggap berbahaya (Stuart,
mengendalikan kecemasan dengan 2007, hlm.144).
mekanisme koping yang efektif.
Sebaliknya jika pendidikan rendah Kecemasan sendiri memiliki tingkatan
maka sulit menerima atau merespon dari cemas ringan hingga berat. Cemas
kecemasan yang sedang dialami. ringan sendiri adalah tingkat cemas
yang berhubungan dengan ketegangan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap akan peristiwa kehidupan sehari–hari.
23 responden jenis pekerjaan yang Pada tingkat ini lapangan persepsi
paling banyak mengalami kecemasan melebar dan individu akan berhati-hati
adalah bekerja sebanyak 16 responden dan waspada (Asmadi, 2008, hlm.165-
(69,6%). Seseorang bekerja untuk 166). Keadaan ini terjadi pada
memenuhi kebutuhan hidup. Seseorang sebagian besar responden penelitian
yang bekerja akan lebih produktif setelah dilakukan intervensi terapi
daripada yang tidak melakukan humor. Jumlah responden dengan
pekerjaan sama sekali. Individu yang cemas ringan setelah intervensi terapi
bekerja akan menghasilkan sesuatu humor sebanyak 18 responden.
yang berguna untuk kebutuhannya.
Ketika individu dalam kondisi sakit, Tingkat cemas sedang, lapangan
maka individu akan gelisah karena persepsi terhadap lingkungan menurun.
meninggalkan pekerjaan dan tanggung Individu lebih memfokuskan hal-hal
jawabnya. Sehingga individu menjadi penting saat itu dan
tidak produktif lagi. Karena mengenyampingkan hal lain (Asmadi,
meninggalkan pekerjaan dan tanggung 2008, hlm.165-166). Keadaan ini
jawab, hal itulah yang menjadi alasan terjadi pada sebagian besar responden
individu mengalami kecemasan sebelum dilakukan intervensi terapi
(Notoatmojo, 2003, hlm.78). humor di mana kecemasan sedang
dialami sebanyak 12 responden.
Hasil penelitian di ruang rawat inap
Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tingkat cemas berat, dialami sebanyak
didapatkan tingkat kecemasan pasien 3 responden saat sebelum dilakukan
sebelum diberikan intervensi terapi intervensi terapi humor. Lapangan
humor dari 23 responden terdapat 8 persepsi pada tingkat kecemasan berat
responden yang mengalami kecemasan menjadi sangat sempit, individu
ringan, 12 responden mengalami cenderung memikirkan hal yang kecil
kecemasan sedang, dan 3 responden saja dan mengabaikan hal lain.
yang mengalami kecemasan berat, dan Individu tidak mampu lagi berpikir
setelah diberikan intervensi mengalami realistis dan membutuhkan banyak
perubahan yaitu 18 responden pengarahan untuk memusatkan
mengalami kecemasan ringan, 3 perhatian pada area lain (Asmadi,
responden mengalami kecemasan 2008, hlm.165-166). Namun setelah
sedang, 1 responden mengalami dilakukan intervensi terapi humor,
kecemasan berat, dan 1 responden terjadi penurunan hanya 1 responden
tidak mengalami kecemasan. yang mengalami kecemasan berat.

6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol... No...


(Swanly, 2013, ¶11) mengemukakan
Kondisi tersebut dalam hal ini cemas, saat seorang dalam keadaan tertawa
dapat ditangani dengan intervensi saat itu gelombang otak dalam kondisi
keperawatan mandiri dengan alfa. Alfa adalah jenis gelombang yang
menggunakan terapi humor (Purwanto, frekuensinya sedikit lebih lambat
2013, hlm.31-53). Setyoadi (2011, dibandingkan beta, yaitu 8-12 Hz. Alfa
hlm.85) mengemukakan terapi humor berhubungan dengan kondisi pikiran
adalah suatu terapi mencapai yang rileks dan santai. Kondisi alfa,
kegembiraan di dalam hati yang pikiran dapat melihat gambaran mental
dikeluarkan melalui mulut dalam secara sangat jelas dan dapat
bentuk suara tawa, senyuman yang merasakan sensasi dengan lima indra
menghias wajah, perasaan hati yang dan apa yang terjadi atau dilihat dalam
lepas dan bergembira, dada yang pikiran. Alfa adalah pintu gerbang
lapang, peredaran yang lancar bawah sadar. Manfaat alfa yang utama
sehingga dapat mencegah penyakit, dan paling penting adalah sebagai
memelihara kesehatan, menurunkan jembatan penghubung antara pikiran
kecemasan, serta menghilangkan stres. sadar dan bawah sadar. Alfa
memungkinkan kita untuk menyadari
Penggunaan tawa dalam terapi humor keberadaan mimpi dan keadaan
akan menghasilkan perasan lega pada meditasi terdalam yang kita capai.
individu. Ini disebabkan tawa secara Tanpa alfa, kita tidak akan dapat
alami menghasilkan pereda stres dan mengingat mimpi atau meditasi yang
rasa sakit. Selain itu peningkatan aliran sangat dalam, saat kita terbangun atau
darah ke otak yang merupakan akibat selesai bermeditasi. Tertawa mampu
fisiologis dari tersenyum dan tertawa mengaktifkan gelombang tersebut
terkait dengan kesehatan tubuh dan dengan baik sehingga tubuh menjadi
suasana hati yang positif (Noverina & lebih sehat dan relaks serta dapat
Olivia, 2011, hlm.25). Tertawa akan menekan produksi hormon kortisol
menggerakkan bagian dalam tubuh, akibat dari aktivitas gelombang beta
mengaktifkan sistem endokrin yang tinggi.
sehingga mendorong penyembuhan
suatu penyakit. Selain itu, tawa yang dihasilkan oleh
humor akan menggerakkan otot-otot
Tertawa akan menstimulasi otak untuk pada wajah yang dapat menghasilkan
memproduksi hormon (endorfin, efek positif yang berdampak pada
serotonin, melantolin). Di mana fungsi sistem saraf. Di mana sistem saraf para
dari hormon endorfin adalah simpatis mensyarafi saraf facialis.
mengendalikan rasa nyeri serta sakit Mekanika gerakan otot wajah dapat
yang menetap, perasaan stres, serta menekan sistem saraf simpatis yang
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. bekerja secara tidak sadar menekan
Hormon melantolin diproduksi di rasa tegang yang dialami oleh individu.
kelenjar pineal dan berfungsi sebagai Gerakan pada otot-otot wajah
antioksidan dan mengontrol tidur. memberikan relaksasi pada otot
Defisiensi hormon melantolin sehingga dapat menurunkan
menyebabkan kesulitan tidur, depresi, ketegangan fisiologis dan menurunkan
kelelahan, dan gelisah. Sedangkan kecemasan pada individu (Ganong,
serotonin adalah neurotransmitter yang 2007, hlm.155).
dipercaya mempengaruhi berbagai
fungsi psikologis dan fungsi tubuh Berdasarkan uji beda paired sampel t-
lainnya. Hormon serotonin diproduksi test sebelum dan sesudah diberikan
di saluran pencernaan. Hormon ini intervensi didapatkan hasil dengan
mengontrol mood atau perasaan. nilai p = 0,00 < α (0,05), maka dapat
Kekurangan hormon ini menyebabkan disimpulkan bahwa ada perbedaan
kecemasan, tertekan, fobia, pesimistis, yang signifikan antara kecemasan
gelisah, mudah marah. pasien pre operasi dengan general

Pengaruh Terapi Humor Terhadap Penurunan Kecemasan ... (D.S.Putri, 2014) 7


anestesi sebelum dan sesudah 2. Bagi Institusi keperawatan
diberikan terapi humor di Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dalam
Telogorejo Semarang. proses pembelajaran khususnya
pengendalian dan penanganan non
farmakologi menggunakan terapi
SIMPULAN humor dalam menurunkan tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi
agar tidak mempengaruhi proses
1. Berdasarkan hasil penelitian yang operasi yang akan dilakukan pada
dilakukan di Rumah Sakit pasien.
Telogorejo Semarang didapatkan 3. Bagi peneliti selanjutnya
23 responden (100%) yang Peneliti menggunakan instrumen
mengalami kecemasan didominasi penelitian terapi humor media
usia (41-63) yaitu sebanyak 15 video untuk mengatasi kecemasan
responden (65,2%), pendidikan pada pasien pre operasi. Untuk
SMA yaitu sebanyak 15 responden peneliti selanjutnya bisa
(65,2%), pekerjaan yang bekerja menggunakan instrumen yang
yaitu sebanyak 16 responden sama namun metode/cara yang
(69,6%), jenis kelamin perempuan berbeda dan diterapkan pada
yaitu sebanyak 17 responden kecemasan karena sebab lain.
(73,9%).
2. Berdasarkan hasil penelitian yang DAFTAR PUSTAKA
dilakukan di Rumah Sakit
Telogorejo Semarang didapatkan Asmadi. (2009). Teknik Prosedur
responden yang mengalami Keperawatan:Konsep dan aplikasi
kecemasan terbanyak pada skala kebtuhan dasar klien. Jakarta:
kecemasan ringan yaitu 7 Salemba Medika
responden (30,4%).
3. Rata-rata skor rentang kecemasan Ganong, W, F. (2003). Fisiologi
sebelum dilakukan terapi humor Kedokteran. Jakarta: EGC
yaitu sebesar 4,48 setelah
dilakukan terapi humor turun Kartono, Kartini. (1992). Psikologi
menjadi 2,61. Maka selisihnya Wanita. Bandung: Mandar Maju
sebesar 1,87 artinya ada pengaruh Kozier B, Glenora, E, Berman, A, Snider
yang signifikan sebelum dan S. (2011). Buku fundamental
sesudah dilakukan terapi humor keperawatan: konsep, proses &
pada pasien pre operasi dengan praktik. Jakarta: EGC
general anestesi.
Nasir, et all. (2011). Buku
Ajar:Metodologi Penelitian
SARAN Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Berdasarkan dari hasil penelitian yang Notoatmodjo. (2003). Ilmu Perilaku
diperoleh ada beberapa saran yang perlu Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta
dijadikan pertimbangan bagi peneliti
dalam penelitian antara lain: Noverina & Oliviareni. (2011).
Mengembangkan Otak Kiri dan
1. Bagi Institusi Pelayanan Kanan dengan tertawa. Jakarta: Elex
Kesehatan Media Komputindo
Bagi tenaga kesehatan di Rumah
Sakit Telogorejo Semarang Pieter, Z, H & Lubis, L, N. (2010).
diharapkan mampu memberikan Pengantar Psikologi dalam
terapi humor khususnya untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana
intervensi kecemasan preoperative.

8 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol... No...


Potter, P, A. & Perry, A, G. (2006). Buku
ajar fundamental keperawatan. Vol.2
Edisi 4. Jakarta: EGC

Purwanto, Budhi. (2013). Herbal dan


Keperawatan Komplementer:Teori,
Praktik, Hukum dalam Asuhan
Keperawatan). Yogyakarta: Nuha
Medika.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik


Penulisan Riset Keperawatan. Edisi
2. Yogyakarta:Graha Ilmu

Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. (1997).


Buku ajar medikal bedah. Edisi
revisi, Jakarta: EGC

Smeltzer, C.S. & Bare, B.G. (2001). Buku


Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner and Suddart. Vol.1 Edisi 8.
Jakarta:EGC

Stuart, G.W. (2007). Buku Saku


Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Sukmadinata. (2003). Landasan Psikologi


Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Resdakarya

Swanly, Dewa Ayu. (2013). Pengaruh


Terapi Tertawa Personal Terhadap
Penurunan Tingkat Stres Mahasiswa
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Tingkat III Semester V Dalam
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
(KTI).
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/
shared/biblio_view.php?resource_id=
3253&tab=opac diperoleh tanggal 1
Juni 2014

Videback, S. (2008). Buku Ajar


Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Pengaruh Terapi Humor Terhadap Penurunan Kecemasan ... (D.S.Putri, 2014) 9

Anda mungkin juga menyukai