Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI BAB

A. Konsep Dasar Eliminasi Bowel


Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah
pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus
tergantung pada keseimbangan beberapa factor, pola eliminasi dan kebiasaan
masing-masing orang berbeda.
Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara
kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka
dari sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai
kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal, lingkungan
rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas,
perubahan kebutuhan peralatan mandi. Untuk menangani masalah eliminasi
klien, perawat harus mengerti proses eliminasi yang normal dan factor-faktor
yang mempengaruhi eliminasi.
1. Definisi Eliminasi Bowel
Eliminasi bowel adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami disfungsi usus yang dapat
mengakibatkan konstipasi, diare, inkontinesia. (Carpenito,1997)
2. Fisiologi Sistem Pencernaan
Saluran gastrointestinal adalah sebuah rentetan saluran membrane
mukosa. Tujuan organ ini adalah untuk mengabsorpsi cairan dan nutrisi,
menyiapkan makanan untuk absorpsi dan digunakan oleh sel-sel tubuh dan
merpakan tempat feses sementara. Volume dari cairan yang diabsorpsi oleh
gastrointestinal banyak membuat keseimbangan cairan sebagai fungsi utama
dari system gastrointestinal. Pada pencernaan cairan dan makanan saluran
gastrointestinal juga banyak mendapat sekresi dari organ-organ seperti
kandung empedu dan pancreas. Penyakit yang serius dapat mengganggu
absorpsi dan sekresi yang normal dari saluran gastrointestinal, disebabkan
karena ketidakseimbangan cairan.
Secara normal,makanan dan cairan masuk kedalam mulut, dikunyah
(jika padat) didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks
otomatis, dari esophagus kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut
dan berakhir di usus kecil walaupun cairan akan melanjutkannya sampai
direabsorpsi di kolon.
Dalam buku Anatomi dan Fisiologi modern yang dikarang oleh
Gibson ( 1995 ) saluran pencernaan terdiri dari :
a. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses
pencernaan. Menguyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut
pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong
gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke
esophagus bagian atas dan kemudian kebawah kedalam lambung.
b. Esophagus
Esophagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas
adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin.
Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan secret mukoid
yang berguna untuk perlindungan.
c. Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung dengan bagian porsi terbesar
dari saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus
dimungkinkan dengan adanya peristaltic, yaitu gerakan otot konstraksi dan
relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan
dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak kea rah
spingter pylorus pada ujung distal lambung, gelombang peristaltic
meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang
disebut chime. Chime ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam
duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali
lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam.

d. Usus kecil
Usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum yang
panjangnya 6 meter dengan diameter 2.5 cm. Usus besar terdiri dari rectum,
colon dan sekum kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar
1.5 meter dengan diameter 6 cm. Usus menerima makanan yang sudah
berbentuk chyme (setengah padat) untuk mengabsorpsi air, nutrisi dan
elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat dan enzim.
Fungsi usus adalah untuk menyekresi cauran usus, menerima getah empedu
dan getah pankreas, mencerna makanan, mengabsorpsi air, garam dan
mineral, serta menggerakan isi usus melalui kontraksi segmen pendek dan
peristaltik rush (gelombang peristaltik usus yang kuat) yang menggerakan
isi usus lebih cepat.
Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul
menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rectum
normalnya diperlukan waktu 12 jam. Makanan yang sudah melewati usus
halus : chyme akan tiba di rektum 4 jam setelah ditelan. Jumlah chyme yang
diabsorpsi kurang lebih 350ml.
e. Usus besar (kolon)
1) Kolon orang dewasa panjangnya 125-150 cm atau 50-60 inchi, terdiri dari:
2) Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil
3) Kolon, terdiri dari kolon asenden, transvesum, desenden dan sigmoid
4) Apendiks
5) Rectum, 10-15 cm/ 4-6 inchi
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam
pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sectum, maka
semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme).
Selama perjalanan didalam kolon (16-20 jam) isinya menjadi makin padat
karena air diabsorpsi dan sampai di rectum feses bersifat padat-lunak.
Gerakan kolon dibagi menjadi tiga bagian yaitu, pertama haustral
shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu mengabsorpsi
air, kedua kontraksi haustral yaitu gerakan untuk mendorong materi air dan
semi padat sepanjang kolon, ketiga gerakan peristaltik yaitu gerakan maju
ke anus yang berupa gelombang. Fungsi utama usus besar (kolon) adalah:
1) Absorpsi air dan nutrisi
2) Proteksi/perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan
melindungi dinding usus trauma oleh feses dan aktivitas bakteri.
3) Menghantarkan isi makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi.
f. Anus/ anal/ orifisium eksternal
Panjangnya 2.5-5 cm atau 1-2 inchi, mempunyai dua spinkter yaitu
internal (involunter) da eksternal (volunteer). Panjangnya rectum
bervariasi,sesuai dengan usia:
Bayi : 2.5 - 3,8 cm
Toddler : 4 cm
Pra sekolah : 10 cm
Sekolah : 10 cm
Dewasa : 10 - 15 cm
3. Proses Defekasi
Di dalam buku kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan,
Akademi keperawatan Depkes RI,1996 menyebutkan: Defekasi adalah
proses pembuangan atau pengeluaran isi metabolisme berupa feses dan
flatus berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Di dalam proses
defekasi terjadi 2 macam reflek yaitu:
a. Refleksi defekasi instrinsik
Reflek ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga
terjadi distensi rectum yang kemudian menyebabkan rangsangan pada
fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba
di anus, secara sistematis spinkter interna relaksasi maka terjadilah
defekasi. Fisiologinya:
Feses masuk rectum

Distensi/ ketegangan rectum

Rangsangan plektus mesentrikus

Terjadi peristaltik di kolon ascenden, sigmoid, rectum

Feses terdorong ke anus

Sfinger internal tidak menutup, sfinger eksternal relaksasi


b. Refleks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf yang
kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian
dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rectum yang
menyebabkan intesitasnya peristaltic, relaksasi spinter internal, maka
terjadilah defekasi. Fisiologisnya:
Feses masuk rektum

Rangsangan saraf rektum

Dibawa ke spinal cord

Kembali ke kolon descenden, sigmoid dan rektum

Intensifkan peristaltic relaksasi sfinger internal, intensifkan reflek intrinsic

Rangsang defekasi/BAB
Kontraksi otot abdominal dan diafragma

Tekanan intra abdomen naik

Otot levantur anus kontraksi

Menggerakan feses untuk melalui konal anal

Defekasi
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen,
tekanan diafragma dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh
fleksi otot femur dan posisis jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses
pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah
CO2, metana. H2s, O2 dan Nitrogen. Feses terdiri 75% air dan 25% materi
padat. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin
dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme.
Konsistensi lembek namun berbentuk.
Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang
meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan
tekanan kebawah kearah rectum. Jika reflex defekasi diabaikan atau jika
defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontrasikan muskulus
spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat
menghasilkan rectum meluas untuk menampung kumpilan feses.
Susunan feses terdiri dari :
1) Bakteri yag umumnya sudah mati
2) Lepaskan epithelium dari usus
3) Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)
4) Garam terutama kalsium fosfat
5) Sedikit zat besi dari selulosa
6) Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Defekasi
a. Usia
Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
manula control defekasi menurun
b. Diet
Bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Contohnya, makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya
makanan yang masuk kedalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
c. Intake cairan
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih
keras, disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat.
d. Aktivas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak
sepanjang kolon.
e. Fisiologis
Keadaan cemas, takut, marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga
menyebabkan diare.
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
Laksatik dan katarik dapat melunakkan feses dan mengakibatkan peristaltic.
Tetapi bila digunakan waktu lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan
tonus otot sehingga usus menjadi kurang responsive terhadap stimulus
insaktif. Obat-obatan yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain:
narkotik, opiate, dan antikolinergik.
g. Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur,
fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar,
h. Prosedur diagnostik
Pemeriksaan diagnostik tertentu, khususnya yang ditujukan untuk melihat
struktur saluran pencernaan, mengharuskan dilakukan pengosongan
lambung (mis, dengan enema atau katartik). Tindakan ini dapat mengganggu
pola eliminasi sampai klien dapat makan dengan normal. Selain itu,
prosedur pemeriksaan dengan barium dapat menambah masalah. Sisa
barium yang tertinggal dalam saluran pencernaan akan mengeras dan
menyebabkan impaksi usus.
i.Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
j.Anestesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi implus parasimpatis sehingga
kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini berlangsung 24-
48 jam yang disebut dengan ileus paralitik.

k. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti hemoroid, fraktur
ospubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB.
l. Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensorik untuk defekasi.
m. Posisi saat defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi
ini memungkinkan individu mengerahkan tekanan intraabdomen dan
mengerutkan otot pahanya sehinnga memudahkan proses defekasi
(Tarwoto,2004).

5. Karakteristik Gangguan Eliminasi Bowel


Mayor(harus terdapat) (Carpenito,1997) :
a. Feses keras, berbentuk
b. Kebiasaan menggunakan laksatif/enema
c. Buang air besar kurang dari 3 kali seminggu
d. Feses cair atau lunak
e. Frekuensi meningkat (lebih dari 3 kali sehari)
Minor (Mungkin Terdapat) :
a. Rasa tidak enak pada abdomen
b. Rasa penuh pada rectum
c. Sakit kepala
d. Anoreksia
e. Dorongan
f. Kram abdomen
g. Bising usus menurun atau meningkat
6. Masalah umum Pada Eliminasi Bowel
Untuk eliminasi bowel terdapat beberapa masalah, seperti yang
disebutkan dalam buku Tarwoto, 2004 antara lain:
a. Konstipasi : gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses
yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan pola
defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress
psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia.
b. Fecal imfaction : Masa feses keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya
disebabkan oleh konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas ,diet
rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
c. Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar
akibat cepatnya chime melewati usus besar, sehingga usus besar tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan
karena stress fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal.
d. Inkontinensia Usus : hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi
spinter atau persarafan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakit-
penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spinter anus eksterna.
e. Kembung : flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehinggan
menyebabkan distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi,
penggunaan obat-obatan (barbiturate, penurunan ansietas, penurunan
aktivitas intestinal), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas
dapat berefek anestesi.
f. Hemmoroid : pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat pengikatan
tekanan di daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis,
peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.

B. Konsep Keperawatan
Konsep asuhan keperawatan pada laporan ini mengacu pada teori Tarwoto-
Wartonah, 2004.
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah
2) Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan
pola.
3) Deskripsi feses : JWBK (jumlah, warna, bau, konsistensi)
4) Diet : makanan yang mempengaruhi defekasi,
makanan yang biasa dimakan, makanan yang dihindari, dan pola
msksn ysng teratur/tidak.
5) Cairan : jumlah dan jenis minuman/hari
6) Aktivitas : kegiatan sehari-hari
7) Kegiatan yang spesifik
8) Penggunaan medikasi : obat-obat yang mempengaruhi defekasi
9) Stress : stress berkepanjangan atau pendek, koping
untk menghadapi atau bagaimana menerima
10) Pembedahan/ penyakit menetap
b. Pemeriksaan fisik
1) Abdomen : distensi, simetri, gerakan peristaltic, adanya
masa pada perut, tenderness.
2) Rectum dan anus : tanda-tanda inflamasi, perubahan warna,
lesi, fistula, hemorrhoid, adanya masa, tenderness
c. Keadaan feses
Konsistensi, bentuk, warna, jumlah, unsure abnormal dalam fese: lender
d. Pemeriksaan Diagnosis
1) Anuskopi
2) Proktosigmoidoskopi
3) Rontgen dengan kontras

2. Diagnosa keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC


Dx keperawatan
1. Konstipasi (0501) Eliminasi usus : Manajemen saluran cerna
Kriteria hasil yang diharapkan atau
(00011) (0430):
Definisi: skala target outcome : 1. Monitor BAB
Penurunan dipertahankan pada...ditingkatkan (frekuensi ,konsistensi)
2. Monitor bising usus
frekuensi ke...
3. Catat tanggal BAB
Skala 1-5 (sangat terganggu,
normal
terakhir
banyak terganggu, cukup
defekasi yang 4. Catat masalah BAB yang
disertai terganggu, sedikit terganggu, tidak sudah ada sebelumnya,
kesulitan atau terganggu) BAB rutin dan
 (050101) pola eliminasi
pengeluaran penggunaan laksatif
 (050103) warna feses 5. Ajarkan pasien mengenai
feses tidak  (050112) kemudahan BAB
 (050129) suara bising usus makanan tertentu yang
tuntas dan/atau
 (050128) nyeri pada saat membantu keteraturan
feses yang
BAB aktivitas usus
keras, kering (1615) Perawatan Ostomi sendiri
6. Instruksikan pasien
dan banyak. Kriteria hasil yang diharapkan atau
mengenai makanan tinggi
skala target outcome :
serat
dipertahankan pada... ditingkatkan 7. Berikan cairan hangat
ke... setelah makan
Skala 1-5 (tidak pernah 8. Kolaborasi pemberian
menunjukkan, jarang, kadang- supositorial rektal sesuai
kadang, sering, secara konsisten) kebutuhan
 (161509) monitor Manajemen konstipasi/impaksi
komplikasi yang (0450):
berhubungan denan stoma 1. Monitor tanda dan gejala
 (161510) monitor jumlah konstipasi
2. Monitor tanda dan gejala
dan konsistensi feses
 (161511) mengikuti jadwal terjadinya ruptur
untuk mengganti kantong usus/peritonitis
3. Identifikasi faktor-faktor
ostomi
 (161503) terlihat nyaman yang menyebabkan
dengan adanya stoma terjadinya konstipasi
 (161520) menjaga 4. Dukung peningkatan
perawatan kulit di sekitar asupan cairan jika tidak
ostomi ada kontra indikasi
 (161507) mengosongkan 5. Evaluasi jenis pengobatan
kantong ostomi yang memiliki efek
 (161508) mengganti samping pada
kantung ostomi gastrointestinal
 (161513) menghindari 6. Instruksikan
makanan dan cairan yang pasien/keluarga pada diit
bisa menyebabkan flatus tinggi serat
 (161514) menjaga asupan 7. Instruksikan
cairan yang adekuat pasien/keluarga mengenai
 (161515) mengikuti diit
hubungan antara latihan,
yang dianjurkan diit dan asupan cairan
 (161516) menghindari 8. Lakukan enema/irigasi
makanan yang bisa dengan tepat
menimbulkan bau 9. Kolaborasi pemberian
 (161519) mengungkapkan laksatif
penerimaan terhadap 10. Sarankan penggunaan
ostomi laksatif dengan cara yang
 (161523) memperoleh tepat
bantuan dari profesional
kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 1997. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC

Tarwoto – Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Gibson, J. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Departemen Kesehatan RI. 1996. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta

http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-cholina.pdf

Anda mungkin juga menyukai