Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINGGI
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
i
Keterangan:
Tugas dapat dikumpulkan apabila mahasiswa/i bersedia menanda-tangani
pernyataan di bawah ini, dan mencantumkan tanggal.
Saya menyatakan bahwa tugas yang saya susun adalah hasil kerja sendiri.
Materi yang digunakan untuk pembuatan tugas ini dirangkum dari berbagai
sumber dan telah dicantumkan sumber bacaannya.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................... ............................................................. i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Gambaran umum .................................................................................... 1
B. Teori tentang mortalitas ......................... ................................................. 1
1. Kesimpulan .............................................................................................. 16
2. Saran 17
DAFTAR RUJUKAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum
Untuk jangka waktu yang sangat lama di masa lampau, fenomena mortalitas
seperti halnya fertilitas pada umunya dipandang sebagai sesuatu yang sama sekali
berada di luar kontrol manusia. Walaupun dalam bagian kedua abad ke-17 telah ada
suatu studi yang sistematis mengenai kematian oleh John Graunt, sebenarnya sampai
abad ke-18 masih sedikit sekali orang di berbagai bagian Eropa mempertanyakan
angka-angka kematian. Baru kemudia suatu langkah kemajuan yang berarti dicapai
ketika Jenner pada tahun1789 mengemukakan keefektifan inokulasi cowpox bagi
imunisasi terhadap smallpox (penyakit cacar). Telah berabad-abad sebelumnya pada
waktu-waktu tertentu penyakit cacar berjangkit dan banyak merenggut jiwa penduduk
dunia. Sejak meluasnya revolusi industri berkembang pula usaha-usaha pengendalian
diberbagai penyakit yang kesemuanya mempengaruji angka-angka kematian.
Diberbagai tempat angka dan sebab kematian dipertanyakan. Sejalan dengan gejala
ini berkembang pula ukuran-ukuran tingkat kematian.
Kasus kematian yang sering terjadi adalah kematian ibu dan bayi. Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat
kesehatan perempuan. World Health Organization (WHO) pada tahun 2005
menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang Angka
Kematian Ibu (AKI) terbesar di dunia dan Asia Tenggara dengan AKI sebesar 307
per 100.000 kelahiran hidup. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007 melaporkan AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan
laporan WHO yang dikutip oleh Depkes RI pada tahun 2008 Aki di Indonesia
mencapai 420 per 100.000 kehidupan.
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama kehamilan periode pospartum
langsung, dengan penyebab utama akibat komplikasi obstetric seperti pendarahan,
sepsis, partus lama dan gangguan pada saat melahirkan, gangguan hipertensi dan
komplikasi aborsi. Di Indonesia sekitar 28 persen kematian ibu disebabkan karena
pendarahan, 13 persen ekslampsi atau akibat gangguan tekanan darah tinggi saat
1
kehamilan, 9 persen partus lama, 11 persen komplikasi aborsi dan 10 persen akibat
infeksi (UNDP, 2005; Depkes, 2010).
Tingginya kasus kematian ibu diidentifikasikan pula sebagai akibat tidak
langsung dari kondisi tiga terlambat. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
dengan kompetensi kebidanan di fasilitas kesehatan, persalinan dibantu tenaga
kesehata terbukti mengurangi risiko kematian ibu.
B. Teori Mortalitas
a. Kerangka Pikir Mortalitas oleh Mosley dan Chen (1984)
Faktor sosial-ekonomi bekerja pada tiga level, yaitu:
1. Level Individu
Pemeriksaan kehamilan, kondisi kelahiran, dan status nutrisi
memiliki dampa yang besar terhadap tahap kehidupa berikutnya. Urutan
kelahiran dan jarak kelahiran juga berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup anak. Salah satu penduga yang kuat terhadap status kesehatan adalah
apakah bayi diberi ASI dan lama pemberian ASI.
2. Level Rumah Tangga
Sumber daya orang tua memiliki immplikasi penting terhadap
kelangsungan hidup anak. Pendidikan ayah dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup anak melalui produktivitasnya, yaitu upah yang lebih
besar dan tingkat konsumsi keluarga yang lebih besar. Pendidikan ibu dapat
meningkatkan produktivitasnya dalam hal perawatan kesehatan yang efektif
(pencegahan dan pengoobatan), kualitas rumah (jenis lantai, dinding,
listrik), akses terhadap air bersih, dan sanitasi
3. Level Komunitas/Masyarakat
Perbedaaan level komunitas terhadap akses, misalnya pelayanan
kesehatan, mempengaruhi kemampuan orangtua untuk menyediakan
perawatan kesehatan bagi anaknya.
b. Teori Transisi Epidemiologi oleh Omran (2005)
Secara konseptual, teori transisi epidemiologi fokus pada perubahan
kompleks kesehatan dan penyakit dan terhadap interaaksi antara pola ini dengan
determinan dan dampak secara demografi, ekonomi dan sosiologi. Model transisi
2
ini berdasarkan data longitudinal beberapa negara. Model klasik atau barat
diwakili oleh negara Inggris, Wales dan Swedia; model trasnsisi akselerasi
diwakili oleh Jepang; model kontemporer atau terlambat diwakili Chili dan
Sri Langka.
Omran (2005) menghasilkan lima dalil berkaitan dengan mortalitas dan
dinamika penduduk, yaitu:
1. Teori transisi epidemiologi dimulai dengan premis mayor bahwa mortalitas
merupakan faktor fundamental dalam dinamika penduduk.
2. Selama masa transisi, pergeseran jangka panjang terjadi pada pola mortalitas
dan penyakit diamana pandemi penyakit infeksi secara perlahan digantikan
dengan penyakit degeneratif dan penyakit buatan manusia (man-made)
sebagai bentuk utama penyebab morbiditas dan kematian. Pola mortalitas
dapat dibedakan menjadi tiga tahapan transisi demografi, yaitu:
a. Tahap I: Masa Penyakit sampar dan kelaparan
Pada tahap ini, tingkat mortalitas tinggig dan berfluktuasi sehingga
menghalangi pertumbuhan penduduk berkelanjutan. Pada tahap ini rata-rata
harapan hidup saat lair adalah rendah anatara 20 dan 40 tahun.
b. Tahap II: Masa pandemi menurun
Pada tahap ini, tingkat mortalitas menurun secara bertahap dan tingkat
penurunannya semakin cepat seiring dengan menurunnya atau
menghilangnya puncak endemi. Rata-rata angka harapan hidup saat lahir
meningkat terus dari 30 sampai 50 tahun. Pertumbuhan penduduk
berkelanjutan dan mulai menggambarkan kurva eksponensial.
c. Tahap III: Masa penyakit degeneratif dan buatan manusia
Tahap ini ditandai dengan tingkat mortalitas yang terus menurun dan
akhirnya mendekati stabilitas pada tingkat yang relait rendah. Rata-rata angka
harapan hidup saat lahir meningkat secara bertahap sampai melebihi 50 tahun.
Pada tahap ini fertilitas merupakan faktor penting dalam pertumbuhan
penduduk.
3. Selama masa transisi epidemiologi perubahan medalam dalam pola kesehatan
dan penyakit terjadi pada anak-anak dan wanita muda.
3
4. Pergeseran pola kesehatan dan penyakit yang encirikan transisi epidemiologi
berkaitan erat dengan transisi demografi dan sosial-ekonomi yang mencakup
modernisasi.
5. Variasi ganjil dalam pola, kecepatan, deteriminan, dan dampak perubahan
penduduk membedakan 3 model transisi epidemiologi, yaitu model klasik atau
barat, model akselerasi, dan model kontemporer atau terlamabat.
a. Model Transisi Epidemiologi Kalsik (Barat)
Model klasik menggambarkan transisi dari tingkat mortalitas tinggi (diatas
30 per 1000 penduduk) dan fertilitas tinggi (diatas 40 per 1000) ke tingkat
mortalitas rendah (kurang dari 10 per 1000) dan fertilitass rendah (kurang dari 20
per 1000) seiring dengan proses modernisasi di kebanyakan masyarakt Eropa
Barat.
b. Model Transisi Epidemiologi Akselaerasi
Model transisi epidemiologi transisi mortalitas yang terjadi terutama di
Jepang. Perbedaaan utama model akselerasi dengan model klasik adalah bahwa
periode yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat mortalitas 10 per 1000 adalah
jauh lebih pendek.
c. Model Transisi Epidemiologi Kontemporer (Modern atau Terlambat)
Model kontemporer menggambarkan transisi relatif baru dan belum
selesai pada beberapa negara berkembang. Meskispun penurunan mortalitas
lambat di beberapa negara setelah pergantian abad, penurunan tingkat mortalitas
yang cepat dan seubstansial hanya tercatat sejak Perang Dunia II.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ukuran Angka Kematian (Mortalitas)
a. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia, antara lain
:
1. Umur
2. Kelamin
3. Penyakit
4. Kecelakaan
5. Kekerasan
6. Bunuh Diri
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang bersumber dari luar diri manusia, antara
lain :
1. Tekanan Psikis Maupun Fisik
2. Kedudukan Dalam Perkawinan
3. Kedudukan Sosial Ekonomi
4. Tingkat Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Beban Anak Yang Dilahirkan
7. Tempat Tinggal Dan Lingkungan
8. Tingkat Pencemaran Lingkungan
5
9. Fasilitas Kesehatan
10. Kemampuan Mencegah Penyakit
11. Politik Dan Bencana Alam
Selain faktor yang mendukung, terdapat faktor penghambat mortalitas, antara lain
:
a. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai
b. Lingkungan yang bersih dan sehat
c. Ajaran agama yang melarang bunuh diri
d. Tingkar kesadaran masyarakat yang tinggi akan pentingnya kesehatan
sehingga penduduk tidak mudah terserang penyakit
Angka kematian kasar adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu
jangka waktu ( umumnya 1 tahun ) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada
pertengahan waktu yang bersangkutan. Istilah Crude = Kasar digunakan karena setiap
aspek kematian tidak memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau variable lain. Atau
6
dengan kata lain, angka kematian kasar atau Crude Death Rate (CDR) menunjukkan
banyaknya jumlah penduduk yang meninggal dunia setiap seribu penduduk.
Rumus :
𝐃
𝐂𝐫𝐮𝐝𝐞 𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐑𝐚𝐭𝐞 (𝐂𝐃𝐑) = 𝐱𝐊
𝐏
Keterangan
K = Konstanta
Contoh:
Pada 2013, jumlah penduduk di Sleman adalah 200.000 jiwa. Dalam periode 1 tahun telah
terjadi kematian sebanyak 600 orang. Tentukan angka kematian kasarnya di daerah
tersebut.
Jawab:
CDR = (600/200.000) x 1000 = 3 orang tiap seribu penduduk
Jadi dalam setiap seribu penduduk di daerah Sleman pada tahun 2013 telah terjadi
kematian sebanyak 3 orang.
Periode yang paling besar resiko kematiannya bagi umat manusia adalah periode
perinatal dan periode setelah usia 60 tahun. Di dalam kedokteran klinis, evaluasi terhadap
kematian anak dalam beberapa hari atau beberapa jam bahkan beberapa menit setelah
lahir merupakan hal yang penting agar kematian dan kesakitan yang seharusnya tidak
perlu terjadi dalam periode tersebut bisa dicegah.
PMR Adalah : Jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28
minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 7
hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. ( WHO,
1981 ) Manfaat PMR : Untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat terutama
kesehatan ibu hamil dan bayi. Atau dengan kata lain, Kematian perinatal adalah kematian
7
bayi sejak berumur 28 minggu dalam uterus, kematian baru lahir dan sampai kematian
yang berumur 7 hari di luar kandungan. Jumlah atau tinggi rendahnya kematian perinatal
dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian kemampuan suatu Negara untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, khususnya dalam bidang obstetric (Manuaba,
2007).
a. Umur Ibu
b. Paritas (jumlah persalinan yang dialami oleh ibu)
c. Jarak Antar Kelahiran
d. Umur Kehamilan (Maturitas)
e. Riwayat Kesehatan Ibu
f. Riwayat Kehamilan
g. Penyakit atau Kelainan Bawaan pada Janin
h. Penyakit Infeksi
i. Banyaknya Bayi BBLR (berat badan lahir rendah)
j. Keadaan social ekonomi
k. Pertolongan persalinan
Rumus :
𝐊𝐞𝐡𝐚𝐦𝐢𝐥𝐚𝐧 𝐉𝐚𝐧𝐢𝐧
(𝐔𝐬𝐢𝐚 𝐊𝐞𝐡𝐚𝐦𝐢𝐥𝐚𝐧 𝟐𝟖 𝐦𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 +
𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐲𝐢 𝐮𝐬𝐢𝐚 𝟏 𝐦𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮)
Angka Kematian Perinatal = x Konstanta
𝐊𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐉𝐚𝐧𝐢𝐧 + 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩
𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐨𝐩𝐮𝐥𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚
Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28
hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Angka kematian bayi endogen atau kematian neonatal adalah banyaknya kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama (dinyatakan dengan per seribu
8
kelahiran hidup) setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh factor-faktor
yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan. Oleh karena kematian neo-natal disebabkan
oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka angka ini dapat
dimanfaatkan untuk menyusun program-program untuk mengurangi angka kematian neo-
natal yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya
program pemberian tablet Fe dan suntikan anti tetanus.
b) Program imunisasi
c) Pertolongan persalinan
IMR adalah angka kematian bayi menunjukkan jumlah bayi yang meninggal
dunia dari setiap seribu bayi yang lahir hidup pada periode tahun tertentu. Atau dengan
kata lain, jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun yang dicatat selama
1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Manfaat ukuran angka kematian IMR adalah : Sebagai indikator yang sensitif terhadap
derajat kesehatan masyarakat.
Rumus :
D
Infant Mortality Rate (IMR) = xK
B
Keterangan
9
Contoh:
Tahun 2013 di Daerah Bantul telah terjadi kelahiran bayi berjumlah
3.000 jiwa. Dari proses kelahiran tersebut 42 bayi meninggal sebelum
mencapai usia 1 tahun. Tentukan nilai infant mortality daerah X.
Jawab:
IMR = (42/3.000) x 1000 = 14 bayi tiap seribu penduduk
Jadi disetiap seribu penduduk di daerah Bantul pada tahun 2013 telah terjadi kematian
bayi sebanyak 14 bayi.
Angka kematian balita adalah Jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun
per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama. Atau dengan kata lain, angka kematian
balita adalah Jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000
anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). Berdasarkan
pengertiannya angka kematian balita sendiri memiliki arti bahwa suatu kejadian atau
kematian anak yang berusia antara 0-4 tahun.
Kematian yang terjadi pada balita sendiri sebenarnya memiliki banyak faktor
penyebab, diantaranya :
1. kurangnya gizi
2. sanitasi yang tidak sehat
3. penyakit menular
4. kecelakaan dll
Manfaat ukuran angka kematian balita adalah : Untuk mengukur status kesehatan
bayi. Selain itu, Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal
termasuk pemeliharaan kesehatannya. Angka Kematian Balita kerap dipakai untuk
mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk.
M
UFMR = x Konstanta
R
Keterangan : M = Jumlah kematian balita dalam 1 tahun
10
R = Penduduk balita pada tahun yang sama
K = Konstanta
g. Angka Kematian Janin atau Angka Lahir Mati (Fetal Death Rate)
Istilah kematian janin penggunaannya sama dengan istilah lahir mati. Kematian
janin adalah kematian yang terjadi akibat keluar atau dikeluarkannya janin dari rahim,
terlepas dari durasi kehamilannya. Jika bayi tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda
– tanda kehidupan saat lahir, bayi dinyatakan meninggal. Tanda – tanda kehidupan
biasanya ditentukan dari Pernapasan, Detak Jantung, Detak Tali Pusat atau Gerakan Otot
Volunter.
Angka Kematian Janin adalah Proporsi jumlah kematian janin yang dikaitkan
dengan jumlah kelahiran pada periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Lahir mati adalah
kelahiran bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari rahim tanpa ada tanda-tanda
kehidupan. Kelahiran mati terjadi ketika bayi meninggal setelah 20 minggu kehamilan.
Hal ini terkait dengan keguguran, yang merupakan kematian janin sebelum 20 minggu
kehamilan.
Juga dikenal sebagai kematian janin, lahir mati dapat terjadi dalam rahim
(intrauterine kematian) atau di dalam jalan lahir, selama persalinan dan persalinan (intra-
partum kematian). Kelahiran mati sering terjadi tanpa diduga dan dapat terjadi di kedua
kehamilan sehat dan kehamilan yang rumit dengan masalah kesehatan
lainnya.Kemungkinan penyebab dapat termasuk:
1. Masalah plasenta
2. Lahir Cacat
11
3. Infeksi
4. Lahir Trauma
Rumus :
Angka kematian ibu adalah : jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi
kehamilan, persalinan dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Atau dengan kata lain, angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) adalah
Jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan paska persalinan per
100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu.Angka pengukuran risiko kematian wanita
yang berkaitan dengan peristiwa kehamilan.
Kematian ibu adalah kematian wanita dalam masa kehamilan, persalinan dan
dalam masa 42 hari (6 minggu) setelah berakhirnya kehamilan tanpa memandang usia
kehamilan maupun tempat melekatnya janin, oleh sebab apa pun yang berkaitan dengan
atau diperberat oleh kehamilan atau pengelolaannya, bukan akibat kecelakaan.
12
akibat langsung kasus kebidanan, tetapi diperberat oleh pengaruh fisiologi
kehamilan.
Rumus :
Jumlah kematian karena kehamilan,
persalinan, masa nifas atau komplikasi
selama satu periode
Maternal Mortality Rate (MMR) = x Konstanta
Jumlah kelahiran hidup pada
periode yang sama
Rumus :
Dx
Age Spesific Mortality Rate (ASMR) atau ASDR = xK
Px
Keterangan
K = Konstanta
Contoh:
Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kota Jogja sebanyak 2.000.000 jiwa. Dari jumlah
13
tersebut persentase kelompok penduduk yang berusia 55–59 tahun adalah 5%. Dalam
kelompok usia tersebut telah terjadi kematian sebanyak 400 orang. Tentukan ASDR kota
jogja!
Jawab:
ASDR (55-59) = {400/(2.000.000 x 5%)} x 1.000
ASDR(55-59) = {400/100.000} x 1.000
ASDR (55-59) = 4 orang
Jadi pada tahun 2014, jumlah penduduk Jogja yang meninggal dunia pada kelompok usia
55–59 tahun adalah 4 orang setiap 1.000 penduduk.
CSMR yaitu : Jumlah seluruh kematian karena satu sebab penyakit dalam satu
jangka waktu tertentu ( 1 tahun ) dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit tersebut.
14
Dalam mengukur frekwensi masalah kesehatan dapat terjadi kesalahan –
kesalahan yang berasal dari 2 sumber yaitu :
15
serta rendahnya produktivitas. Kemiskinan memiliki hubungan yang erat
dengan distribusi penduduk yang tidak merata. Kemiskinan mengakibatkan
rendahnya akses masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
4. Infeksi Berat
Ibu hamil yang terkena infeksi berat pada saat kehamilan beresiko
tinggi terkena dampak dari infeksi tersebut. Dan yang paling parah, infeksi
16
ini bisa juga menyebabkan kematian ibu hamil, kematian janin, persalinan
prematur, dan lain sebagainya.
5. Sepsis
17
kesehatan yang memadai, dan terlambat dalam menerima pelayanan
kesehatan yang cukup memadai pada setiap tingkatan. Istilah 4 terlalu yaitu
terlalu muda untuk menikah, terlalu sering hamil dan terlalu banyak
melahirkan dan terlalu tua untuk hamil.
Ada dua jenis penyebab kematian bayi yaitu penyebab endogen dan
eksogen. Kematian bayi atau neonatal endogen adalah kematian bayi yang terjadi
pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-
faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orangtuanya pada saat
konsepsi atau di dapat selama kehamilan. Sementara penyebab kematian bayi
eksogen atau kematian post neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah
usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang dipengaruhi oleh
lingkungan luar.
1. Penyebab Eksogen
18
Kematian bayi atau neonatal endogen adalah kematian bayi yang terjadi
pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-
faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orangtuanya pada saat
konsepsi atau di dapat selama kehamilan.
19
berkolerasi positif dengan pendapatan keluarga, semakin tinggi pendidikan orang
tua semakin tinggi pola pendapatan keluarga. Orang tua dengan pendidikan tinggi
akan mampu memanfaatkan waktu seefisien mungkin agar pendapatan naik,
sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah biasanya bekerja yang sifatnya
turun temurun tanpa adanya usaha untuk memperbaiki kehidupannya. Oleh karena
itu pendapatan keluarga tetap rendah dan sulit untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga.
c. Pemdidikan dan Pengetahuan
Pendidikan akan mempengaruhi pandangan hidup seseorang khususnya
seorang ibu, dengan pendidikan yang tinggi atau cukup seseorang akan mampu
menerima saran atau petunjuk yang berkaitan dengan kesehatan termasuk cara
perawatan anak ketika sakit. Karena semakin tinggi pendidikan seorang ibu maka
akan mempengaruhi pengambilan keputusan saat anaknya sakit dan mampu
menggunakan pelayanan kesehatan yang ada disekitarnya dengan sebaik mungkin.
Meskipun pendidikan ibu tinggi tidak mempengaruhi pengambilan keputusan saat
anaknya sakit, tidak mengerti tata cara perawatan anak yang baik dan tidak
mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena pengaruh
dari kondisi lingkungan disekitar baik lingkungan keluarga maupun lingkungan
keadaan rumah yang kotor.
Pengetahuan ibu tentang kesehatan terlihat dari frekuensi kedatangan ibu
ke tempat pelayanan kesehatan seperti mendatangi posyandu setiap bulannya pada
saat hamil dan sesudah melahirkan. Ibu bisa mendapat pengetahuan dengan
bergaul dengan tenaga kesehatan, mengunjungi fasilitas kesehatan, dan
sebagainya. Rendahnya pendidikan tidak menutup kemngkinan bagi ibu untuk
mendapatkan pengetahuan mengenai kesehatan, setelah mendapatkan
pengetahuan, ibu diharapkan dapat mempraktekan pengetahuan yang didapatnya
agar kesehatan anak terjaga.
Tetapi masih banyak ibu yang selalu mengiyakan apa yang dikatakan oleh
tenaga kesehatan, namun sebenarnya ibu tidak paham dengan apa yang dikatakan
oleh tenaga kesehatan tersebut dan ibu enggan untuk bertanya kembali; apabila
hasil pemeriksaan dirasa sudah cukup bagus/apa saja yang dikatakan tenaga
kesehatan bahwa ibu dan anak sehatsehat saja, maka ibu dengan segera
20
meninggalkan pelayanan kesehatan tersebut; jika ibu tidak menanyakan atau lebih
aktif bertanya seputar kehamilan, maka tenaga kesehatan tersebut tidak
memberikan informasi apapun.
d. Status Gizi
Kekurangan gizi merupakan penyakit utama yang menyebabkan mortalitas
bayi. Makanan bergizi yang di konsumsi oleh ibu hamil dan ibu menyusui sangat
dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh kembangnya. Berawal dari asupan makanan
yang bergizi, bayi akan mendapatkan gizi yang diperlukan selain itu makanan
pendamping ASI juga ikut menentukan tumbuh kembang bayi. Status gizi yang
baik diperlukan untuk anak dibawah lima tahun terutama bayi karena pada usia ini
pertumbuhan dan perkembangan otak sedang terbentuk, fase-fase pertumbuhan
akan terlewati jika gizi penunjangnya tidak terpenuhi.
e. Pekerjaan Ibu
f. Penolong persalinan
Masih adanya masyarakat yang mempercayai dan melaukan persalinan
dengan dukun dengan beralasan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan
melahirkan dengan bidan atau di faskes, umumnya dukun tidak menarik pungutan
jadi secara sukarela saja, faktor faskes yang jauh, karena dilakukan turun-temurun,
juga ada yang beranggapan jika melahirkan dengan bidan pasti dijahit sementara
masyarakat takut denga jahitan. Selain itu dukun belum tentu memiliki
kemampuan untuk membantu persalinan, jika terjadi salah penanganan maka ibu
bisa saja meninggal.
21
g. Paritas
Ibu dengan paritas 1 atau primipara terkait secara psikologis yang masih
belum stabil dalam menjaga kehamilan dan menerima kehadiran janin, serta
ketrampilan ibu yang belum siap untuk melaksanakan perawatan diri dan bayinya,
akan mempengaruhi kondisinya saat hamil (Rochyati, 2003).
Sedangkan ibu yang pernah melahirkan anak 4 kali atau lebih karena paritas
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal
fungsi pembuluh darah. Kehamilan berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan
pada dinding pembuluh darah uterus, yang akan mempengaruhi nutrisi ke janin
pada kehamilan selanjutnya sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan BBLR (Wiknjosastro, 2002).
h. Imunisasi TT
Tetanus merupakan penyakit yang umum terjadi di negara berkembang,
dapat terjadi pada bayi yang lahir dengan kondisi persalinan tidak higienis atau
ibunya tidak mendapat vaksinasi tetanus. Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir
ini disebut tetanus neonatal. Upaya pencegahan tetanus ini penting karena infeksi
tetanus dapat memengaruhi sistem saraf dan bisa berakibat fatal jika tidak diobati.
Pada kehamilan pertama, dokter akan merekomendasikan Bunda untuk
menjalani setidaknya dua kali suntik vaksin TT. Untuk waktu pemberiannya
sendiri bisa berbeda-beda, namun yang terpenting adalah prinsip bahwa vaksin ini
aman diberikan selama kehamilan. Masih adanya ibu hamil yang tidak melakukan
imunisasi TT, sehingga meningkatkan risiko kematian.
i. Anemia
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Tingginya angka kematian ibu
berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan
jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita
hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan
angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan
postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering
berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
22
Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari
keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan
(abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia,
partus lama, perdarahan atoni), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya
tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada
janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain)
j. Pemeriksaan Nifas (kontak dengan nakes)
Kasus komplikasi baik pada saat kehamilan maupun persalinan berperan
dalam kejadian kematian bayi menunjukkan kesesuaian hasil dengan teori Mosley
dan Chen selama ini bahwa faktor ibu berperan dalam kelangsungan hidup anak.22
Demikian pula halnya dengan kontak ibu dengan nakes (pada masa hamil maupun
masa nifas) yang menunjukkan adanya peran pelayanan kesehatan ibu dalam
terhadap kelangsungan hidup anak. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari kontak
ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mengetahui status kesehatan ibu hamil,
melakukan deteksi dini terhadap kasus-kasus komplikasi baik kasus
kegawatdaruratan maternal maupun janin, serta melakukan pemantauan terhadap
pertumbuhan janin dalam kandungan.
Demikian pula pada ibu bersalin yang kontak dengan tenaga kesehatan
akan memungkinkan penanganan kasus kegawatdaruratan atau komplikasi pada
ibu bersalin. Adanya kontak dengan tenaga kesehatan melalui ANC dan persalinan
oleh tenaga kesehatan akan dapat meningkatkan kelangsungan hidup anaknya.
Setiap ANC (Antenatal Care) diharapkan dapat mendeteksi kehamilan
berisiko sehingga mengurangi kejadian komplikasi atau bila terjadi komplikasi
maka dengan kontak dengan nakes akan bisa segera menangani kasus komplikasi
dan anak juga menjadi selamat.
2. Penyebab Endogen
Kematian bayi yang disebabkan karena kondisi bayi sendiri, ternyata tidak
lepas dari kondisi ibu saat hamil sehingga menyebabkan bayi prematur. Mayoritas
aktivitas ibu saat hamil adalah bekerja berat dan informasi yang didapat saat
pelayanan antenatal tidak jelas dan kurang lengkap. Disisi lain kondisi fisik ibu
yang menyertai terjadinya kematian bayi prematur karena ibu mengkonsumsi
23
obat, kandungan lemah, kehamilan ganda, dan nutrisi yang kurang mencukupi.
Karakteristik demografi ibu yang menyertainya antara lain umur ibu saat hamil,
paritas dan jarak kelahiran yang memang berisiko terhadap kehamilan.
Kematian bayi dan anak di bawah usia lima tahun yang teridentifikasi
yaitu BBLR, asfiksia, BBLSR, diare, Kejang demam, Bronchopneumonia,
GEDB, Polionefritis, dan infeksi paru-paru. Dari kondisi tersebut, mayoritas bayi
maupun anak dirujuk sudah dalam keadaan jelek sehingga terlambat dalam
mendapatkan penanganan medis. Adapun kondisi bayi sendiri ada yang memiliki
kelainan jantung sejak lahir,disertai sanitasi lingkungan rumah yang tidak sehat.
Faktor bayi (letak janin) diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008). Malpresentasi janin adalah
prestensi janin berbeda dalam posisi selain kepala yaitu letak sungsang dan letak
lintang. Letak lintang adalah suatu keadaan dimasa janin melintang didalam
uterus dengan kepala pada posisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi
yang lain. Sebab terpenting adalah multipara, kehamilan prematur, hidramnion
dan kehamilan kembar (Prawiroharjo, 1998). Letak sungsang terjadi apabila
bokong atau tungkai janin berpresentasi ke dalam pelvis ibu. Faktor predisposisi
utama adalah prematuritas anomali janin, kehamilan ganda, plasenta previa,
hidramnion dan panggul ibu yang kecil (Hacker Moore, 1996).
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
25
Terdapat beberapa macam ukuran angka kematian diantaranya, angka
kematian kasar (crude death rate ), angka kematian perinatal ( perinatal mortality
rate), angka kematian bayi baru lahir (perinatal mortality rate), angka kematian bayi
(infant mortality rate), angka kematian balita (under five mortality rate), angka
kematia pasca neonatal (postneonatal mortality rate), angka kematian janin (fetal
death rate), angka kematian ibu (maternal mortality rate), angka kematian sepesifik
menurut umur (age spesific death rate), cause spesific mortality rate, dan case fatality
rate.
Angka kematian ibu dan bayi bisanya digunakan untuk indikator keberhasilan
pembangunan. Kematian ibu dapat disebabkan oleh faktor sosial ekonomi,
pendarahan saat melahirkan, pre-eklampsia dalam kehamilan, infeksi berat, sepsis,
gagal napas akut, dan sebagainya. Kematian bayi dapat disebabkan oleh penyebab
eksogen diantaranya, karena ibu bayi mennggal, status sosial ekonomi yang rendah,
pendidikan dan pengetahuan yang rendah, status gizi, pekerjaan ibu, penolong
persalinan, paritas, tidak melakukan imunisai TT, anemia, pemeriksaan nifas (kontak
dengan nakes). Selain itu ada penyebab endogen, kematian bayi yang disebabkan
karena kondisi bayi sendiri, ternyata tidak lepas dari kondisi ibu saat hamil sehingga
menyebabkan bayi prematur.
B. Saran
26