Anda di halaman 1dari 30

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

TINGGI
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

1. Nur Juninda Dewi (N1A117084)


Nama Mahasiswa 2. Satria Danur Wenda (N1A117101)
3. Sefrida Aini (N1A117110)

Nama Mata Kuliah /


Dasar Kependudukan / 2C
Kelas

Nama Dosen RUMITA ENA SARI SKM., MKM

Tanggal Pengumpulan Tulis tanggal pengumpulan terakhir sesuai


Terakhir kesepakatan

Jumlah Kata Minimal 5000 kata

i
Keterangan:
Tugas dapat dikumpulkan apabila mahasiswa/i bersedia menanda-tangani
pernyataan di bawah ini, dan mencantumkan tanggal.

Saya menyatakan bahwa tugas yang saya susun adalah hasil kerja sendiri.
Materi yang digunakan untuk pembuatan tugas ini dirangkum dari berbagai
sumber dan telah dicantumkan sumber bacaannya.

___________________________________ Tanggal ___/___/2018


(Tanda tangan Ketua Kelompok)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jambi, Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................... ............................................................. i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Gambaran umum .................................................................................... 1
B. Teori tentang mortalitas ......................... ................................................. 1

BAB II. PEMBAHASAN

A. Ukuran angka kematian......................... .................................................. .8


B. Faktor yang mempengaruhi mortalitas .................................................... 11
C. Manfaat komunikasi kesehatan....................... ........................................ 13

BAB IV. PENUTUP

1. Kesimpulan .............................................................................................. 16
2. Saran 17

DAFTAR RUJUKAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum

Untuk jangka waktu yang sangat lama di masa lampau, fenomena mortalitas
seperti halnya fertilitas pada umunya dipandang sebagai sesuatu yang sama sekali
berada di luar kontrol manusia. Walaupun dalam bagian kedua abad ke-17 telah ada
suatu studi yang sistematis mengenai kematian oleh John Graunt, sebenarnya sampai
abad ke-18 masih sedikit sekali orang di berbagai bagian Eropa mempertanyakan
angka-angka kematian. Baru kemudia suatu langkah kemajuan yang berarti dicapai
ketika Jenner pada tahun1789 mengemukakan keefektifan inokulasi cowpox bagi
imunisasi terhadap smallpox (penyakit cacar). Telah berabad-abad sebelumnya pada
waktu-waktu tertentu penyakit cacar berjangkit dan banyak merenggut jiwa penduduk
dunia. Sejak meluasnya revolusi industri berkembang pula usaha-usaha pengendalian
diberbagai penyakit yang kesemuanya mempengaruji angka-angka kematian.
Diberbagai tempat angka dan sebab kematian dipertanyakan. Sejalan dengan gejala
ini berkembang pula ukuran-ukuran tingkat kematian.
Kasus kematian yang sering terjadi adalah kematian ibu dan bayi. Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat
kesehatan perempuan. World Health Organization (WHO) pada tahun 2005
menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang Angka
Kematian Ibu (AKI) terbesar di dunia dan Asia Tenggara dengan AKI sebesar 307
per 100.000 kelahiran hidup. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007 melaporkan AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan
laporan WHO yang dikutip oleh Depkes RI pada tahun 2008 Aki di Indonesia
mencapai 420 per 100.000 kehidupan.
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama kehamilan periode pospartum
langsung, dengan penyebab utama akibat komplikasi obstetric seperti pendarahan,
sepsis, partus lama dan gangguan pada saat melahirkan, gangguan hipertensi dan
komplikasi aborsi. Di Indonesia sekitar 28 persen kematian ibu disebabkan karena
pendarahan, 13 persen ekslampsi atau akibat gangguan tekanan darah tinggi saat

1
kehamilan, 9 persen partus lama, 11 persen komplikasi aborsi dan 10 persen akibat
infeksi (UNDP, 2005; Depkes, 2010).
Tingginya kasus kematian ibu diidentifikasikan pula sebagai akibat tidak
langsung dari kondisi tiga terlambat. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
dengan kompetensi kebidanan di fasilitas kesehatan, persalinan dibantu tenaga
kesehata terbukti mengurangi risiko kematian ibu.

B. Teori Mortalitas
a. Kerangka Pikir Mortalitas oleh Mosley dan Chen (1984)
Faktor sosial-ekonomi bekerja pada tiga level, yaitu:
1. Level Individu
Pemeriksaan kehamilan, kondisi kelahiran, dan status nutrisi
memiliki dampa yang besar terhadap tahap kehidupa berikutnya. Urutan
kelahiran dan jarak kelahiran juga berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup anak. Salah satu penduga yang kuat terhadap status kesehatan adalah
apakah bayi diberi ASI dan lama pemberian ASI.
2. Level Rumah Tangga
Sumber daya orang tua memiliki immplikasi penting terhadap
kelangsungan hidup anak. Pendidikan ayah dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup anak melalui produktivitasnya, yaitu upah yang lebih
besar dan tingkat konsumsi keluarga yang lebih besar. Pendidikan ibu dapat
meningkatkan produktivitasnya dalam hal perawatan kesehatan yang efektif
(pencegahan dan pengoobatan), kualitas rumah (jenis lantai, dinding,
listrik), akses terhadap air bersih, dan sanitasi
3. Level Komunitas/Masyarakat
Perbedaaan level komunitas terhadap akses, misalnya pelayanan
kesehatan, mempengaruhi kemampuan orangtua untuk menyediakan
perawatan kesehatan bagi anaknya.
b. Teori Transisi Epidemiologi oleh Omran (2005)
Secara konseptual, teori transisi epidemiologi fokus pada perubahan
kompleks kesehatan dan penyakit dan terhadap interaaksi antara pola ini dengan
determinan dan dampak secara demografi, ekonomi dan sosiologi. Model transisi

2
ini berdasarkan data longitudinal beberapa negara. Model klasik atau barat
diwakili oleh negara Inggris, Wales dan Swedia; model trasnsisi akselerasi
diwakili oleh Jepang; model kontemporer atau terlambat diwakili Chili dan
Sri Langka.
Omran (2005) menghasilkan lima dalil berkaitan dengan mortalitas dan
dinamika penduduk, yaitu:
1. Teori transisi epidemiologi dimulai dengan premis mayor bahwa mortalitas
merupakan faktor fundamental dalam dinamika penduduk.
2. Selama masa transisi, pergeseran jangka panjang terjadi pada pola mortalitas
dan penyakit diamana pandemi penyakit infeksi secara perlahan digantikan
dengan penyakit degeneratif dan penyakit buatan manusia (man-made)
sebagai bentuk utama penyebab morbiditas dan kematian. Pola mortalitas
dapat dibedakan menjadi tiga tahapan transisi demografi, yaitu:
a. Tahap I: Masa Penyakit sampar dan kelaparan
Pada tahap ini, tingkat mortalitas tinggig dan berfluktuasi sehingga
menghalangi pertumbuhan penduduk berkelanjutan. Pada tahap ini rata-rata
harapan hidup saat lair adalah rendah anatara 20 dan 40 tahun.
b. Tahap II: Masa pandemi menurun
Pada tahap ini, tingkat mortalitas menurun secara bertahap dan tingkat
penurunannya semakin cepat seiring dengan menurunnya atau
menghilangnya puncak endemi. Rata-rata angka harapan hidup saat lahir
meningkat terus dari 30 sampai 50 tahun. Pertumbuhan penduduk
berkelanjutan dan mulai menggambarkan kurva eksponensial.
c. Tahap III: Masa penyakit degeneratif dan buatan manusia
Tahap ini ditandai dengan tingkat mortalitas yang terus menurun dan
akhirnya mendekati stabilitas pada tingkat yang relait rendah. Rata-rata angka
harapan hidup saat lahir meningkat secara bertahap sampai melebihi 50 tahun.
Pada tahap ini fertilitas merupakan faktor penting dalam pertumbuhan
penduduk.
3. Selama masa transisi epidemiologi perubahan medalam dalam pola kesehatan
dan penyakit terjadi pada anak-anak dan wanita muda.

3
4. Pergeseran pola kesehatan dan penyakit yang encirikan transisi epidemiologi
berkaitan erat dengan transisi demografi dan sosial-ekonomi yang mencakup
modernisasi.
5. Variasi ganjil dalam pola, kecepatan, deteriminan, dan dampak perubahan
penduduk membedakan 3 model transisi epidemiologi, yaitu model klasik atau
barat, model akselerasi, dan model kontemporer atau terlamabat.
a. Model Transisi Epidemiologi Kalsik (Barat)
Model klasik menggambarkan transisi dari tingkat mortalitas tinggi (diatas
30 per 1000 penduduk) dan fertilitas tinggi (diatas 40 per 1000) ke tingkat
mortalitas rendah (kurang dari 10 per 1000) dan fertilitass rendah (kurang dari 20
per 1000) seiring dengan proses modernisasi di kebanyakan masyarakt Eropa
Barat.
b. Model Transisi Epidemiologi Akselaerasi
Model transisi epidemiologi transisi mortalitas yang terjadi terutama di
Jepang. Perbedaaan utama model akselerasi dengan model klasik adalah bahwa
periode yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat mortalitas 10 per 1000 adalah
jauh lebih pendek.
c. Model Transisi Epidemiologi Kontemporer (Modern atau Terlambat)
Model kontemporer menggambarkan transisi relatif baru dan belum
selesai pada beberapa negara berkembang. Meskispun penurunan mortalitas
lambat di beberapa negara setelah pergantian abad, penurunan tingkat mortalitas
yang cepat dan seubstansial hanya tercatat sejak Perang Dunia II.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ukuran Angka Kematian (Mortalitas)

Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda


kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Still
birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan jumlah
kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai
macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat merupakan
petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di
suatu wilayah.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Mortalitas

Faktor yang mempengaruhi mortalitas dibedakan menjadi 2 kategori yaitu :

a. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia, antara lain
:
1. Umur
2. Kelamin
3. Penyakit
4. Kecelakaan
5. Kekerasan
6. Bunuh Diri
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang bersumber dari luar diri manusia, antara
lain :
1. Tekanan Psikis Maupun Fisik
2. Kedudukan Dalam Perkawinan
3. Kedudukan Sosial Ekonomi
4. Tingkat Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Beban Anak Yang Dilahirkan
7. Tempat Tinggal Dan Lingkungan
8. Tingkat Pencemaran Lingkungan

5
9. Fasilitas Kesehatan
10. Kemampuan Mencegah Penyakit
11. Politik Dan Bencana Alam
Selain faktor yang mendukung, terdapat faktor penghambat mortalitas, antara lain
:
a. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai
b. Lingkungan yang bersih dan sehat
c. Ajaran agama yang melarang bunuh diri
d. Tingkar kesadaran masyarakat yang tinggi akan pentingnya kesehatan
sehingga penduduk tidak mudah terserang penyakit

C. Macam-macam Ukuran Angka Kematian


Macam – macam / Jenis Angka Kematian (Mortality Rate/Mortality Ratio)
dalam antara lain:
a. Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate )
b. Angka Kematian Perinatal ( Perinatal Mortality Rate )
c. Angka Kematian Bayi Baru Lahir ( Neonatal Mortality Rate )
d. Angka Kematian Bayi ( Infant Mortalaity Rate )
e. Angka Kematian Balita ( Under Five Mortalaty Rate )
f. Angka Kematian Pasca-Neonatal (Postneonatal Mortality Rate)
g. Angka Lahir Mati / Angka Kematian Janin(Fetal Death Rate )
h. Angka Kematian Ibu ( Maternal Mortality Rate )
i. Angka Kematian Spesifik Menurut Umur (Age Specific Death Rate)
j. Cause Spesific Mortality Rate ( CSMR )
k. Case Fatality rate ( CFR )

Berikut adalah pembahasan mengenai macam – macam angka kematian (mortalitas) :

a. Crude Death Rate CDR atau Angka Kematian Kasar (AKK)

Angka kematian kasar adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu
jangka waktu ( umumnya 1 tahun ) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada
pertengahan waktu yang bersangkutan. Istilah Crude = Kasar digunakan karena setiap
aspek kematian tidak memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau variable lain. Atau

6
dengan kata lain, angka kematian kasar atau Crude Death Rate (CDR) menunjukkan
banyaknya jumlah penduduk yang meninggal dunia setiap seribu penduduk.

Rumus :

𝐃
𝐂𝐫𝐮𝐝𝐞 𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐑𝐚𝐭𝐞 (𝐂𝐃𝐑) = 𝐱𝐊
𝐏
Keterangan

D = Jumlah kematian pada periode tertentu

P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu

K = Konstanta

Contoh:
Pada 2013, jumlah penduduk di Sleman adalah 200.000 jiwa. Dalam periode 1 tahun telah
terjadi kematian sebanyak 600 orang. Tentukan angka kematian kasarnya di daerah
tersebut.

Jawab:
CDR = (600/200.000) x 1000 = 3 orang tiap seribu penduduk

Jadi dalam setiap seribu penduduk di daerah Sleman pada tahun 2013 telah terjadi
kematian sebanyak 3 orang.

b. Perinatal Mortality Rate (PMR) atau Angka Kematian Perinatal (AKP)

Periode yang paling besar resiko kematiannya bagi umat manusia adalah periode
perinatal dan periode setelah usia 60 tahun. Di dalam kedokteran klinis, evaluasi terhadap
kematian anak dalam beberapa hari atau beberapa jam bahkan beberapa menit setelah
lahir merupakan hal yang penting agar kematian dan kesakitan yang seharusnya tidak
perlu terjadi dalam periode tersebut bisa dicegah.
PMR Adalah : Jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28
minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 7
hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. ( WHO,
1981 ) Manfaat PMR : Untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat terutama
kesehatan ibu hamil dan bayi. Atau dengan kata lain, Kematian perinatal adalah kematian

7
bayi sejak berumur 28 minggu dalam uterus, kematian baru lahir dan sampai kematian
yang berumur 7 hari di luar kandungan. Jumlah atau tinggi rendahnya kematian perinatal
dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian kemampuan suatu Negara untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, khususnya dalam bidang obstetric (Manuaba,
2007).

Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya PMR adalah :

a. Umur Ibu
b. Paritas (jumlah persalinan yang dialami oleh ibu)
c. Jarak Antar Kelahiran
d. Umur Kehamilan (Maturitas)
e. Riwayat Kesehatan Ibu
f. Riwayat Kehamilan
g. Penyakit atau Kelainan Bawaan pada Janin
h. Penyakit Infeksi
i. Banyaknya Bayi BBLR (berat badan lahir rendah)
j. Keadaan social ekonomi
k. Pertolongan persalinan

Rumus :

𝐊𝐞𝐡𝐚𝐦𝐢𝐥𝐚𝐧 𝐉𝐚𝐧𝐢𝐧
(𝐔𝐬𝐢𝐚 𝐊𝐞𝐡𝐚𝐦𝐢𝐥𝐚𝐧 𝟐𝟖 𝐦𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 +
𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐲𝐢 𝐮𝐬𝐢𝐚 𝟏 𝐦𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮)
Angka Kematian Perinatal = x Konstanta
𝐊𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐉𝐚𝐧𝐢𝐧 + 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩
𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐨𝐩𝐮𝐥𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚

c. Nonatal Mortalitas Rate (NMR) atau Angka Kematian Neonatal (AKN)

Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28
hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Angka kematian bayi endogen atau kematian neonatal adalah banyaknya kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama (dinyatakan dengan per seribu

8
kelahiran hidup) setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh factor-faktor
yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan. Oleh karena kematian neo-natal disebabkan
oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka angka ini dapat
dimanfaatkan untuk menyusun program-program untuk mengurangi angka kematian neo-
natal yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya
program pemberian tablet Fe dan suntikan anti tetanus.

Manfaat NMR adalah untuk mengetahui :

a) Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal

b) Program imunisasi

c) Pertolongan persalinan

d) Penyakit infeksi, terutama Saluran Napas Bagian Atas.

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐲𝐢 𝐮𝐦𝐮𝐫 𝟐𝟖 𝐡𝐚𝐫𝐢


𝐬𝐚𝐦𝐩𝐚𝐢 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝟏 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧
Postneonatal MR = x 𝐊𝐨𝐧𝐬𝐭𝐚𝐧𝐭𝐚
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚

d. Infant Mortality Rate (IMR) atau Angka Kematian Bayi

IMR adalah angka kematian bayi menunjukkan jumlah bayi yang meninggal
dunia dari setiap seribu bayi yang lahir hidup pada periode tahun tertentu. Atau dengan
kata lain, jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun yang dicatat selama
1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Manfaat ukuran angka kematian IMR adalah : Sebagai indikator yang sensitif terhadap
derajat kesehatan masyarakat.

Rumus :

D
Infant Mortality Rate (IMR) = xK
B
Keterangan

D = Jumlah kematian bayi (umur 0-1 tahun)

B = Jumlah bayi yang dilahirkan

9
Contoh:
Tahun 2013 di Daerah Bantul telah terjadi kelahiran bayi berjumlah
3.000 jiwa. Dari proses kelahiran tersebut 42 bayi meninggal sebelum
mencapai usia 1 tahun. Tentukan nilai infant mortality daerah X.

Jawab:
IMR = (42/3.000) x 1000 = 14 bayi tiap seribu penduduk

Jadi disetiap seribu penduduk di daerah Bantul pada tahun 2013 telah terjadi kematian
bayi sebanyak 14 bayi.

e. Under Five Mortality Rate (UFMR) atau Angka Kematian Balita

Angka kematian balita adalah Jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun
per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama. Atau dengan kata lain, angka kematian
balita adalah Jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000
anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). Berdasarkan
pengertiannya angka kematian balita sendiri memiliki arti bahwa suatu kejadian atau
kematian anak yang berusia antara 0-4 tahun.

Kematian yang terjadi pada balita sendiri sebenarnya memiliki banyak faktor
penyebab, diantaranya :

1. kurangnya gizi
2. sanitasi yang tidak sehat
3. penyakit menular
4. kecelakaan dll

Manfaat ukuran angka kematian balita adalah : Untuk mengukur status kesehatan
bayi. Selain itu, Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal
termasuk pemeliharaan kesehatannya. Angka Kematian Balita kerap dipakai untuk
mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk.

M
UFMR = x Konstanta
R
Keterangan : M = Jumlah kematian balita dalam 1 tahun

10
R = Penduduk balita pada tahun yang sama

K = Konstanta

f. Angka Kematian Pasca Neonatal (Post Neonatal Mortality Rate)

Angka kematian pascaneonatal diperlukan untuk menelusuri kematian di Negara


belum berkembang , terutama pada wilayah tempat bayi meninggal pada tahun pertama
kehidupannya akibat malnutrisi, defisiensi nutrisi, dan penyakit infeksi. Postneonatal
Mortality Rate adalah : kematian yang terjadi pada bayi usia 28 hari sampai 1 tahun per
1000 kelahiran hidup dalam satu tahun.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑢𝑚𝑢𝑟 28 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


𝑃𝑜𝑠𝑡𝑛𝑒𝑜𝑛𝑎𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑅 = x Konstanta
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎

g. Angka Kematian Janin atau Angka Lahir Mati (Fetal Death Rate)

Istilah kematian janin penggunaannya sama dengan istilah lahir mati. Kematian
janin adalah kematian yang terjadi akibat keluar atau dikeluarkannya janin dari rahim,
terlepas dari durasi kehamilannya. Jika bayi tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda
– tanda kehidupan saat lahir, bayi dinyatakan meninggal. Tanda – tanda kehidupan
biasanya ditentukan dari Pernapasan, Detak Jantung, Detak Tali Pusat atau Gerakan Otot
Volunter.

Angka Kematian Janin adalah Proporsi jumlah kematian janin yang dikaitkan
dengan jumlah kelahiran pada periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Lahir mati adalah
kelahiran bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari rahim tanpa ada tanda-tanda
kehidupan. Kelahiran mati terjadi ketika bayi meninggal setelah 20 minggu kehamilan.
Hal ini terkait dengan keguguran, yang merupakan kematian janin sebelum 20 minggu
kehamilan.

Juga dikenal sebagai kematian janin, lahir mati dapat terjadi dalam rahim
(intrauterine kematian) atau di dalam jalan lahir, selama persalinan dan persalinan (intra-
partum kematian). Kelahiran mati sering terjadi tanpa diduga dan dapat terjadi di kedua
kehamilan sehat dan kehamilan yang rumit dengan masalah kesehatan
lainnya.Kemungkinan penyebab dapat termasuk:

1. Masalah plasenta

2. Lahir Cacat

11
3. Infeksi

4. Lahir Trauma

Rumus :

Jumlah kematian janin dalam


periode tertentu
Angka Kematian Janin (Fetal Death Rate) = x Konstanta
Total kematian + janin lahir
hidup pada periode yang sama

h. Maternal Mortality Rate (MMR) atau Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka kematian ibu adalah : jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi
kehamilan, persalinan dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Atau dengan kata lain, angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) adalah
Jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan paska persalinan per
100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu.Angka pengukuran risiko kematian wanita
yang berkaitan dengan peristiwa kehamilan.
Kematian ibu adalah kematian wanita dalam masa kehamilan, persalinan dan
dalam masa 42 hari (6 minggu) setelah berakhirnya kehamilan tanpa memandang usia
kehamilan maupun tempat melekatnya janin, oleh sebab apa pun yang berkaitan dengan
atau diperberat oleh kehamilan atau pengelolaannya, bukan akibat kecelakaan.

Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan :


1. Social ekonomi
2. Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin dan nifas
3. Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
4. Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas.

Kematian ibu dikelompokkan menjadi dua (2), yaitu


 kematian sebagai akibat langsung kasus kebidanan dan
 kematian sebagai akibat tidak langsung kasus kebidanan yang disebabkan penyakit
yang sudah ada sebelumnya, atau penyakit yang timbul selama kehamilan dan bukan

12
akibat langsung kasus kebidanan, tetapi diperberat oleh pengaruh fisiologi
kehamilan.

Rumus :
Jumlah kematian karena kehamilan,
persalinan, masa nifas atau komplikasi
selama satu periode
Maternal Mortality Rate (MMR) = x Konstanta
Jumlah kelahiran hidup pada
periode yang sama

i. Age Spesific Mortality Rate (ASMR/ASDR) atau Angka Kematian Menurut


Golongan Umur
ASDR adalah Angka kematian menurut usia menunjukkan jumlah penduduk yang
meninggal dunia dari seribu penduduk pada kelompok usia tertentu. Atau dengan kata
lain, perbandingan jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada penduduk golongan
umur x dengan jumlah penduduk golongan umur x pada pertengahan air.

Manfaat ASMR/ASDR adalah :


a) Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat dengan
melihat kematian tertinggi pada golongan umur.
b) Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah.
c) Untuk menghitung rata – rata harapan hidup.

Rumus :
Dx
Age Spesific Mortality Rate (ASMR) atau ASDR = xK
Px
Keterangan

X = umur dalam kelompok umur 5 tahunan (15-19, 20-24 , dan seterusnya)

Dx = Jumlah kelahiran dari kelompok umur tertentu

Px = Jumlah penduduk pada kelompok umur tertentu

K = Konstanta

Contoh:
Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kota Jogja sebanyak 2.000.000 jiwa. Dari jumlah

13
tersebut persentase kelompok penduduk yang berusia 55–59 tahun adalah 5%. Dalam
kelompok usia tersebut telah terjadi kematian sebanyak 400 orang. Tentukan ASDR kota
jogja!

Jawab:
ASDR (55-59) = {400/(2.000.000 x 5%)} x 1.000
ASDR(55-59) = {400/100.000} x 1.000
ASDR (55-59) = 4 orang

Jadi pada tahun 2014, jumlah penduduk Jogja yang meninggal dunia pada kelompok usia
55–59 tahun adalah 4 orang setiap 1.000 penduduk.

j. Cause Spesific Mortality Rate (CSMR)

CSMR yaitu : Jumlah seluruh kematian karena satu sebab penyakit dalam satu
jangka waktu tertentu ( 1 tahun ) dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit tersebut.

Jumlah seluruh kematian


karena penyakit tertentu
Cause Spesefic Mortality Rate (CSMR) = xK
Jumlah seluruh penderita beresiko

k. Case Fatality Rate (CFR)


CFR yaitu perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu penyebab
penyakit tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit tersebut pada tahun
yang sama. Digunakan untuk mengetahui penyakit – penyakit dengan tingkat kematian
yang tinggi.
Rumus :
Jumlah seluruh kematian karena
penyakit tertentu
Case Fatality Rate (CFR) = xK
Jumlah seluruh penderita
pada tahun yang sama

D. Sumber Kesalahan Pengukuran

14
Dalam mengukur frekwensi masalah kesehatan dapat terjadi kesalahan –
kesalahan yang berasal dari 2 sumber yaitu :

a. Kesalahan akibat penggunaan data yang tidak sesuai :


1. Menggunakan sumber data yang tidak representatif :
2. Hanya data dari pelayanan kesehatan saja, padahal diketahui bahwa cakupan
pelayanan kesehatan sangat terbatas dan tidak semua masyarakat datang berobat
ke fasilitas pelayanan tersebut.
3. Memanfaatkan data dari hasil survey khusus yang pengambilan respondennya
tidak secara acak. ( tidak memenuhi syarat Randomisasi )
4. Memanfaatkan data dari hasil survey khusus yang sebagian respondenya tidak
memberikan jawaban ( drop out )

b. Kesalahan karena adanya factor BIAS :


BIAS adalah : adanya perbedaan antara hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya.
Sumber BIAS :
c. Dari Pengumpul Data :
1. Menggunakan alat ukur yang berbeda – beda / tidak standar
2. Menggunakan teknik pengukuran yang berbeda
d. Dari Masyarakat :
1. Adanya perbedaan persepsi masyarakat terhadap penyakit yang ditanyakan
2. Adanya perbedaan respon terhadap alat / test yang dipergunakan.

E. Penyebab Kematian Ibu dan Bayi


a. Penyebab Kematian Ibu
1. Sosial dan Ekonomi

Masalah kemiskinan merupakan tantangan di dalam upaya


melaksanakan pembangunan di Negara berkembang termasuk Indonesia.
Kemiskinan disertai dengan pengangguran, kekurangan gizi, kebodohan,
status wanita yang rendah, rendahnya akses ke pelayanan sosial dan
kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Faktor-
faktor ini memberikan pengaruh terhadap mortalitas, morbiditas, fertilitas,

15
serta rendahnya produktivitas. Kemiskinan memiliki hubungan yang erat
dengan distribusi penduduk yang tidak merata. Kemiskinan mengakibatkan
rendahnya akses masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

Stasus ekonomi umumnya tidak miskin, hal ini sebenarnya sangat


mendukung untuk peningkatan derajat kesehatan. Tapi status ekonomi yang
tinggi harus sejalan dengan tingkat pemahaman akan pentingnya kesehatan
dalam artian adanya uang yang dialokasikan untuk biaya kesehatan. Sebagai
bentuk antisipasi atas keadaan yang tidak diingkan misalnya terjadinya
komplikasi dalam kehamilan.

2. Pendarahan Saat Melahirkan

Proses melahirkan tidak selamanya merupakan faktor alamiah, karena


bantuan manusia (khususnya dokter) turut membantu sebuah persalinan. Dan
jika terdapat faktor pemicu, pendarahan pada saat melahirkan atau usai
melahirkan menjadi pemicu utama kematian saat proses melahirkan.

Salah satu faktor utama pemicu pendarahan adalah terjadinya placenta


previa dimana plasenta menutup jalan lahir. Dalam hal ini, dibutuhkan
ketepatan tim dokter untuk melakukan penanganan agar tidak mmebahayakan
nyawa sang ibu.

3. Pre-eklampsia Dalam Kehamilan

Meskipun tampak sepele, tekanan darah tinggi saat hamil menjadi


salah satu penyebab kematian ibu hamil. Tekanan darah tinggi ini disertai
dengan urin yang positif sehingga pre-eklampsia pun terjadi. Jika ibu hamil
terbukti terkena pre-eklampsia dalam kehamilan, maka sangat
membahayakan ibu hamil dan janin yang berada dalam kandungan.

4. Infeksi Berat

Ibu hamil yang terkena infeksi berat pada saat kehamilan beresiko
tinggi terkena dampak dari infeksi tersebut. Dan yang paling parah, infeksi

16
ini bisa juga menyebabkan kematian ibu hamil, kematian janin, persalinan
prematur, dan lain sebagainya.

5. Sepsis

Sepsis merupakan infeksi bakteri yang terjadi akibat kebersihan ibu


hamil yang kurang terjaga selama persalinan. Biasanya kematian akibat sepsis
ini terjadi pada ibu hamil yang melahirkan melalui dukun beranak. Gejala awal
munculnya sepsis adalah ibu hamil merasa menggigil, keputihan berbau
busuk, hingga pendarahan dari vagina. Namun semua ini dapat dicegah dengan
pemeriksaan laboratorium yang akurat serta pemberian antibiotik sebelum dan
sesudah persalinan.

Ibu yang menderita infeksi ketika hamil dapat menyebabkan dampak


yang besar terhadap ibu, sendiri maupun janin dan bayi neonatal seperti cacat
congenital (infeksi rubella, aborsi spontan atau fetal death (infeksi sifilis),
infeksi neonatal (gonorrhoea atau infeksi streptococcus group, berat bayi Iahir
rendah (malaria) ).

6. Gagal Napas Akut

Setelah persalinan, ibu hamil juga beresiko mengalami kegagalan


napas akut yang menjadi salah satu penyebab kematian ibu hamil. Gagal
napas ditandai dengan sesak napas secara tiba tiba akibat embolisme paru atau
pembekuan darah yang terjadi secara mendadak. Jika tidak ditanggulangi
dengan baik oleh tim medis, gagal napas ini bisa membahayakan nyawa ibu
hamil.

Istilah 3 terlambat dan 4 terlalu merupakan fenomena yang paling


sering terjadi dan merupakan faktor pendukung penyebab AKI.

Istilah 3 terlambat yaitu terlambat mengenali tanda bahaya dan harus


mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan, terlambat mencapai fasilitas

17
kesehatan yang memadai, dan terlambat dalam menerima pelayanan
kesehatan yang cukup memadai pada setiap tingkatan. Istilah 4 terlalu yaitu
terlalu muda untuk menikah, terlalu sering hamil dan terlalu banyak
melahirkan dan terlalu tua untuk hamil.

b. Penyebab Kematian Bayi

Kematian bayi setiap tahunnya diperkirakan delapan juta bayi meninggal


pada bulan pertama kehidupannya, dimana sebagia besar dari kematian bayi
terjadi dinegra berkembang termasuk Indonesia.
Usia kematian bayi yang terbanyak terjadi pada usia kurang dari tujuh hari,
dimana memang pada usia ini bayi maupun sang ibu masih sangat rentan dan masih pada
masa penyembuhan. Oleh karenanya di pandang perlu untuk terus meningkatkan
pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan fasilitas kesehatan yang
adekuat sehingga melahirkan pelayanan yang lebih prima. Mengingat status gizi janin di
dalam kandungan tidak dapat di pastikan selalu dalam keadaan sehat dan baik hal ini
sangat tergantung dari keadaan asupan makanan bergizi oleh sang ibu disamping
istirahat yang cukup serta mengontrol aktifitas yang terlalu berat.
Kematian bayi baru lahir disebabkan karena berbagai hal yang saling berkaitan
antara sebab medis, faktor sosial, dan kegagalan berbagai sistem yang banyak
dipengaruhi oleh budaya. Dalam banyak hal, kesehatan bayi baru lahir berkaitan erat
dengan kesehatan ibu. Pada dasarnya, kematian ibu, janin, dan neonatal di negara
berkembang biasanya sering terjadi di rumah, pada saat persalinan, atau pada awal masa
neonatal, tanpa pertolongan dari tenaga kesehatan/terlatih, keterlambatan akses untuk
menerima perawatan yang berkualitas, dan sebagainya.

Ada dua jenis penyebab kematian bayi yaitu penyebab endogen dan
eksogen. Kematian bayi atau neonatal endogen adalah kematian bayi yang terjadi
pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-
faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orangtuanya pada saat
konsepsi atau di dapat selama kehamilan. Sementara penyebab kematian bayi
eksogen atau kematian post neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah
usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang dipengaruhi oleh
lingkungan luar.

1. Penyebab Eksogen

18
Kematian bayi atau neonatal endogen adalah kematian bayi yang terjadi
pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-
faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orangtuanya pada saat
konsepsi atau di dapat selama kehamilan.

a. Karena Ibu Bayi Meninggal

Bayi meninggal pada bulan pertama kehidupannya dapat disebabkan


karena ibunya meninggal. Kematian maternal mempunyai implikasi yang luas
kepada seluruh keluarga dan dampaknya melambung melampaui generasi. Yang
paling terasa dan cepat dari komplikasi yang menyebabkan kematian dan
disabilitas pada ibu adalah bayi yang mereka lahirkan. Dari kerangka konsep
menurut Lawn, penyebab yang mendasari kematian (underlying causes)
neonatal yang berhubungan dengan masyarakat dan sistem pemeliharaan
kesehatan adalah kesehatan ibu selama kehamilan dan perawatan ketika hamil,
bersalin, dan postpartum yang tidak adekuat.

b. Status Sosio-ekonomi yang rendah


Seseorang yang pendapatannya rendah akan menyebabkan kebutuhan
rumah tangga sulit terpenuhi sehingga kebutuhan akan gizi yang dikonsumsi juga
sangat terbatas bahkan tidak mampu tercukupi. Pendapatan keluarga sangat
berperan penting, bahkan dapat menentukan keadaan ekonomi seseorang, karena
dalam suatu rumah tangga, kesejahteraan keluarga sangat tergantung dari besar
kecilnya pendapatan keluarga. Umumnya keluarga yang pendapatannya rendah
cenderung membelanjakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya
seperti makan dan minum. Mereka tidak akan menyisihkan uang untuk biaya
perawatan kesehatan.
Hal ini sesuai dengan teori Mosley dan Chen (dalam Purbangkoro,
1994:46) yang menyatakan bahwa variabel yang sangat berpengaruh terhadap
mortalitas bayi adalah variabel tingkat keluarga berupa sumber-sumber ekonomi,
dapat berupa lapangan usaha atau pekerjaan kepala keluarga dan anggota
keluarganya dimana hal ini akan menentukan besar kecilnya pendapatan keluarga.
Pendidikan biasanya menentukan jenis pekerjaan yang dipilih sehingga
pendapatannya cukup untuk memenuhi biaya kebutuhan hidup. Pendidikan

19
berkolerasi positif dengan pendapatan keluarga, semakin tinggi pendidikan orang
tua semakin tinggi pola pendapatan keluarga. Orang tua dengan pendidikan tinggi
akan mampu memanfaatkan waktu seefisien mungkin agar pendapatan naik,
sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah biasanya bekerja yang sifatnya
turun temurun tanpa adanya usaha untuk memperbaiki kehidupannya. Oleh karena
itu pendapatan keluarga tetap rendah dan sulit untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga.
c. Pemdidikan dan Pengetahuan
Pendidikan akan mempengaruhi pandangan hidup seseorang khususnya
seorang ibu, dengan pendidikan yang tinggi atau cukup seseorang akan mampu
menerima saran atau petunjuk yang berkaitan dengan kesehatan termasuk cara
perawatan anak ketika sakit. Karena semakin tinggi pendidikan seorang ibu maka
akan mempengaruhi pengambilan keputusan saat anaknya sakit dan mampu
menggunakan pelayanan kesehatan yang ada disekitarnya dengan sebaik mungkin.
Meskipun pendidikan ibu tinggi tidak mempengaruhi pengambilan keputusan saat
anaknya sakit, tidak mengerti tata cara perawatan anak yang baik dan tidak
mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena pengaruh
dari kondisi lingkungan disekitar baik lingkungan keluarga maupun lingkungan
keadaan rumah yang kotor.
Pengetahuan ibu tentang kesehatan terlihat dari frekuensi kedatangan ibu
ke tempat pelayanan kesehatan seperti mendatangi posyandu setiap bulannya pada
saat hamil dan sesudah melahirkan. Ibu bisa mendapat pengetahuan dengan
bergaul dengan tenaga kesehatan, mengunjungi fasilitas kesehatan, dan
sebagainya. Rendahnya pendidikan tidak menutup kemngkinan bagi ibu untuk
mendapatkan pengetahuan mengenai kesehatan, setelah mendapatkan
pengetahuan, ibu diharapkan dapat mempraktekan pengetahuan yang didapatnya
agar kesehatan anak terjaga.
Tetapi masih banyak ibu yang selalu mengiyakan apa yang dikatakan oleh
tenaga kesehatan, namun sebenarnya ibu tidak paham dengan apa yang dikatakan
oleh tenaga kesehatan tersebut dan ibu enggan untuk bertanya kembali; apabila
hasil pemeriksaan dirasa sudah cukup bagus/apa saja yang dikatakan tenaga
kesehatan bahwa ibu dan anak sehatsehat saja, maka ibu dengan segera

20
meninggalkan pelayanan kesehatan tersebut; jika ibu tidak menanyakan atau lebih
aktif bertanya seputar kehamilan, maka tenaga kesehatan tersebut tidak
memberikan informasi apapun.
d. Status Gizi
Kekurangan gizi merupakan penyakit utama yang menyebabkan mortalitas
bayi. Makanan bergizi yang di konsumsi oleh ibu hamil dan ibu menyusui sangat
dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh kembangnya. Berawal dari asupan makanan
yang bergizi, bayi akan mendapatkan gizi yang diperlukan selain itu makanan
pendamping ASI juga ikut menentukan tumbuh kembang bayi. Status gizi yang
baik diperlukan untuk anak dibawah lima tahun terutama bayi karena pada usia ini
pertumbuhan dan perkembangan otak sedang terbentuk, fase-fase pertumbuhan
akan terlewati jika gizi penunjangnya tidak terpenuhi.

e. Pekerjaan Ibu

Di negara berkembang, banyak ibu bekerja keras untuk membantu


menopang kehidupan keluarganya disamping tugas utama mengelola rumah
tangga, menyiapkan makanan, mengasuh dan merawat anak. Salah satu studi
menunjukkan bahwa 25% dari rumah tangga sangat bergantung pada pendapatan
kaum perempuan20) Jika ibu hamil bekerja terlalu keras dan intake kalori kurang
selama hamil ia lebih mudah melahirkan bayi dengan berat Iahir rendah, yang
beresiko lebih mudah terkena penyakit dan meninggal.

f. Penolong persalinan
Masih adanya masyarakat yang mempercayai dan melaukan persalinan
dengan dukun dengan beralasan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan
melahirkan dengan bidan atau di faskes, umumnya dukun tidak menarik pungutan
jadi secara sukarela saja, faktor faskes yang jauh, karena dilakukan turun-temurun,
juga ada yang beranggapan jika melahirkan dengan bidan pasti dijahit sementara
masyarakat takut denga jahitan. Selain itu dukun belum tentu memiliki
kemampuan untuk membantu persalinan, jika terjadi salah penanganan maka ibu
bisa saja meninggal.

21
g. Paritas
Ibu dengan paritas 1 atau primipara terkait secara psikologis yang masih
belum stabil dalam menjaga kehamilan dan menerima kehadiran janin, serta
ketrampilan ibu yang belum siap untuk melaksanakan perawatan diri dan bayinya,
akan mempengaruhi kondisinya saat hamil (Rochyati, 2003).
Sedangkan ibu yang pernah melahirkan anak 4 kali atau lebih karena paritas
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal
fungsi pembuluh darah. Kehamilan berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan
pada dinding pembuluh darah uterus, yang akan mempengaruhi nutrisi ke janin
pada kehamilan selanjutnya sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan BBLR (Wiknjosastro, 2002).

h. Imunisasi TT
Tetanus merupakan penyakit yang umum terjadi di negara berkembang,
dapat terjadi pada bayi yang lahir dengan kondisi persalinan tidak higienis atau
ibunya tidak mendapat vaksinasi tetanus. Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir
ini disebut tetanus neonatal. Upaya pencegahan tetanus ini penting karena infeksi
tetanus dapat memengaruhi sistem saraf dan bisa berakibat fatal jika tidak diobati.
Pada kehamilan pertama, dokter akan merekomendasikan Bunda untuk
menjalani setidaknya dua kali suntik vaksin TT. Untuk waktu pemberiannya
sendiri bisa berbeda-beda, namun yang terpenting adalah prinsip bahwa vaksin ini
aman diberikan selama kehamilan. Masih adanya ibu hamil yang tidak melakukan
imunisasi TT, sehingga meningkatkan risiko kematian.

i. Anemia
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Tingginya angka kematian ibu
berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan
jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita
hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan
angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan
postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering
berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.

22
Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari
keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan
(abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia,
partus lama, perdarahan atoni), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya
tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada
janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain)
j. Pemeriksaan Nifas (kontak dengan nakes)
Kasus komplikasi baik pada saat kehamilan maupun persalinan berperan
dalam kejadian kematian bayi menunjukkan kesesuaian hasil dengan teori Mosley
dan Chen selama ini bahwa faktor ibu berperan dalam kelangsungan hidup anak.22
Demikian pula halnya dengan kontak ibu dengan nakes (pada masa hamil maupun
masa nifas) yang menunjukkan adanya peran pelayanan kesehatan ibu dalam
terhadap kelangsungan hidup anak. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari kontak
ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mengetahui status kesehatan ibu hamil,
melakukan deteksi dini terhadap kasus-kasus komplikasi baik kasus
kegawatdaruratan maternal maupun janin, serta melakukan pemantauan terhadap
pertumbuhan janin dalam kandungan.
Demikian pula pada ibu bersalin yang kontak dengan tenaga kesehatan
akan memungkinkan penanganan kasus kegawatdaruratan atau komplikasi pada
ibu bersalin. Adanya kontak dengan tenaga kesehatan melalui ANC dan persalinan
oleh tenaga kesehatan akan dapat meningkatkan kelangsungan hidup anaknya.
Setiap ANC (Antenatal Care) diharapkan dapat mendeteksi kehamilan
berisiko sehingga mengurangi kejadian komplikasi atau bila terjadi komplikasi
maka dengan kontak dengan nakes akan bisa segera menangani kasus komplikasi
dan anak juga menjadi selamat.

2. Penyebab Endogen
Kematian bayi yang disebabkan karena kondisi bayi sendiri, ternyata tidak
lepas dari kondisi ibu saat hamil sehingga menyebabkan bayi prematur. Mayoritas
aktivitas ibu saat hamil adalah bekerja berat dan informasi yang didapat saat
pelayanan antenatal tidak jelas dan kurang lengkap. Disisi lain kondisi fisik ibu
yang menyertai terjadinya kematian bayi prematur karena ibu mengkonsumsi

23
obat, kandungan lemah, kehamilan ganda, dan nutrisi yang kurang mencukupi.
Karakteristik demografi ibu yang menyertainya antara lain umur ibu saat hamil,
paritas dan jarak kelahiran yang memang berisiko terhadap kehamilan.
Kematian bayi dan anak di bawah usia lima tahun yang teridentifikasi
yaitu BBLR, asfiksia, BBLSR, diare, Kejang demam, Bronchopneumonia,
GEDB, Polionefritis, dan infeksi paru-paru. Dari kondisi tersebut, mayoritas bayi
maupun anak dirujuk sudah dalam keadaan jelek sehingga terlambat dalam
mendapatkan penanganan medis. Adapun kondisi bayi sendiri ada yang memiliki
kelainan jantung sejak lahir,disertai sanitasi lingkungan rumah yang tidak sehat.
Faktor bayi (letak janin) diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008). Malpresentasi janin adalah
prestensi janin berbeda dalam posisi selain kepala yaitu letak sungsang dan letak
lintang. Letak lintang adalah suatu keadaan dimasa janin melintang didalam
uterus dengan kepala pada posisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi
yang lain. Sebab terpenting adalah multipara, kehamilan prematur, hidramnion
dan kehamilan kembar (Prawiroharjo, 1998). Letak sungsang terjadi apabila
bokong atau tungkai janin berpresentasi ke dalam pelvis ibu. Faktor predisposisi
utama adalah prematuritas anomali janin, kehamilan ganda, plasenta previa,
hidramnion dan panggul ibu yang kecil (Hacker Moore, 1996).

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda


kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Still
birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan jumlah
kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai
macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat merupakan
petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di
suatu wilayah.

25
Terdapat beberapa macam ukuran angka kematian diantaranya, angka
kematian kasar (crude death rate ), angka kematian perinatal ( perinatal mortality
rate), angka kematian bayi baru lahir (perinatal mortality rate), angka kematian bayi
(infant mortality rate), angka kematian balita (under five mortality rate), angka
kematia pasca neonatal (postneonatal mortality rate), angka kematian janin (fetal
death rate), angka kematian ibu (maternal mortality rate), angka kematian sepesifik
menurut umur (age spesific death rate), cause spesific mortality rate, dan case fatality
rate.

Angka kematian ibu dan bayi bisanya digunakan untuk indikator keberhasilan
pembangunan. Kematian ibu dapat disebabkan oleh faktor sosial ekonomi,
pendarahan saat melahirkan, pre-eklampsia dalam kehamilan, infeksi berat, sepsis,
gagal napas akut, dan sebagainya. Kematian bayi dapat disebabkan oleh penyebab
eksogen diantaranya, karena ibu bayi mennggal, status sosial ekonomi yang rendah,
pendidikan dan pengetahuan yang rendah, status gizi, pekerjaan ibu, penolong
persalinan, paritas, tidak melakukan imunisai TT, anemia, pemeriksaan nifas (kontak
dengan nakes). Selain itu ada penyebab endogen, kematian bayi yang disebabkan
karena kondisi bayi sendiri, ternyata tidak lepas dari kondisi ibu saat hamil sehingga
menyebabkan bayi prematur.

B. Saran

26

Anda mungkin juga menyukai