Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

PENGOLAHAN KOTORAN MANUSIA

Kelompok 3

Kelas : 2 DIV-A

1. Alfanda Dwi Khoirunnisa (P23133117003)


2. Ananda Putri Andrina (P23133117005)
3. Erwin Arizki (P23133117012)
4. Fikahanifah Purwakusumaningrum (P23133117013)
5. Julfyany Matta Sari (P23133117021)
6. Tania Tirtaning Hasanah (P23133117037)

Dosen Pembimbing :

Syarifuddin, SKM., M.Kes.

Aris Budianto, ST., M.KM.

Abi Wiwoho Hantoro, M.Sc.

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jakarta, Oktober 2018


BAB I PENDAHULUAN
 Pengertian Feases
Kotoran Manusia (feases) adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi
oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari
dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari
proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia didalam tulisan ini dimaksudkan hanya
tempat pembuangan tinja dan urin, yang pada umumnya disebut latrine (jamban atau
kakus). Karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai
macam jalan atau cara.
 Pengertian Jamban
Secara umum, jamban didefinisikan sebagai suatu bangunan yang digunakan
untuk membuang kotoran manusia. Kotoran manusia ditampung pada suatu tempat
penampungan kotoran yang selanjutnya diresapkan ke dalam tanah atau diolah dengan
cara tertentu, sehingga tidak menimbulkan bau dan mencemari sumber air di sekitarnya.
Jamban leher angsa adalah jamban leher lubang closet berbentuk lengkungan,
dengan demikian air akan terisi gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau
busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model ini adalah model terbaik
yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan (Warsito, 1996).
 Syarat Pembuatan Jamban
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sabagai berikut:
1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan
tanah yang ada disekitar jamban.
2. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan
tanah.
3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak
menyedapkan.
5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah.
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat.
BAB II PEMBAHASAN
A. JAMBAN LEHER ANGSA TANPA TANGKI SEPTIK DAN SEPTIK
1. Jamban Leher angsa tanpa tangki septic (Sistem Cubluk)
Sistem cubluk biasanya dilengkapi dengan kloset leher angsa, bahkan ada yang
menggunakan kloset duduk. Dengan adanya kloset tersebut, memungkinkan bau
tidak menyebar dan mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lainnya di
dalam perpipaan atau ruang cubluk itu sendiri.

Sistem cubluk dapat dibangun dibawah kloset jika lokasi untuk penempatan
cubluk tersebut sangat terbatas atau penempatan kloset dengan cubluk dilakukan
pada lokasi yang terpisah. Jarak maksimum letak cubluk terhadap kloset adalah 8,0
m. Diameter pipa penyalur sekurang-kurangnnya 90 mm dengan kemiringan
sekurang-kurangnnya 1:40. Gambar di bawah bisa memperjelas model ini.

Gambar 1. Ilustrasi cubluk

Konstruksi tersebut mempersatukan sistem pengolahan dan resapan. Air limbah


langsung meresap ke dalam tanah. Sebab hanya dindingnya saja yang kedap air.
Maka, sistem ini harus memperhatikan jarak dengan sumber air. Umumnya, jarak
aman adalah 10 meter ke semua sumber air (baik punya sendiri maupun punya
tetangga). Kalau tidak sepanjang itu, ada kemungkinan sumber air akan tercemar dan
ini berbahaya bagi kesehatan.

 Pembuatan Jamban Leher angsa tanpa tangki septic (Sistem Cubluk)


a. Bahan dan Peralatan:
- Bambu
- Kayu
- Bahan atap atau genteng
- Bahan dinding/penutup
- Paku
- Cangkul/alat penggali tanah
- Gergaji
- Golok
- Palu Alat pertukangan lain
b. Pembuatan :
- Gali tanah selebar 1-1,5 m, dalam 3 m atau lebih, tergantung
kebutuhan.
- Paku bronjong (anyaman bambu) tau bahan penguat lainnya pada
dinding lobang untuk menahan longsor.
- Tutup lubang dengan lantai yang berlubang dan bangunan penutup
seperti pada Gambar.
- Lubang khusus pembuangan kotoran perlu ditutup dengan penutup
yang dapat diangkat.
- Untuk menghindari bau yang tidak sedap, lubang septik tank perlu
dilengkapi dengan saluran pembuangan gas.
- Bangunan jambang perlu diusahakan agar cukup ventilasi udara dan
sinar masuk.
- Bangunan diusahakan dari bahan yang ringan agar mudah
dipindahkan.
- Lokasi dianjurkan agak jauh dari tempat kediaman atau perumahan.
 Penggunaan
Pemakai langsung membuang kotorannya dari atas lubang yang telah disediakan
pada banguan penutup dengan tata cara :
a. Tutup lubang dibuka
b. Jongkok tepat diatas lubang
c. Diusahakan kotoran tidak menyentuh dinding lubang Setelah selesai lubang
ditutup kembali
 Pemeliharaan
a. Untuk mencegah penyebaran penyakit atau bau, lantai perlu dibersihkan
secara teratur.
b. Untuk menjaga agar bangunan tahan lama, bahan-bahan harus diresidu atau
dikapur lebih dahulu sebelum dipasang.
 Keuntungan
Kontruksi bangunan cukup sederhana dan mudah dilaksanakan sendiri tanpa
memerlukan persyaratan khusus
1.1 Sistem Septic Tank (Tangki Septik)
Sistem septic tank merupakan tangki berbentuk empat persegi panjang atau bulat.
Konstruksi dibangun di bawah tanah sehingga air bekas dari kakus, kamar mandi,
kamar cuci, dapur dan air bekas bisa dialirkan ke dalam tangki tersebut. Tangki ini
berfungsi mengolah air limbah tersebut agar tidak berbahaya bagi lingkungan.
Tangki septik harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi, rapat air dan
tahan lama, misalnya: pasangan batu bata, batu kali, beton atau fiber gelas.
Konstruksi harus cukup kuat menahan gaya-gaya yang timbul akibat tekanan air dan
tanah maupun beban lainya.
Bahan yang dapat dipergunakan untuk bangunan septic tank berupa: batu, bata
merah dan beton, sedangkan bahan untuk plesteran dapat dipergunakan mortar dari
semen dan pasir. Plat penutup tangki:dapat berupa beton bertulang atau plat besi. Jadi
seluruh dinding, termasuk dasar septik kedap air.
Jika pada cubluk air langsung meresap ke dalam tanah, air septik tank dibuang
melalui saluran pembuangan. Saluran ini bisa dibuat dari pipa tanah liat, pipa beton,
pipa asbes semen, dan pipa PVC.
Perbandingan panjang dan lebar untuk tangki septik bertulang empat persegi panjang
adalah 2 : 1 sampai dengan 3 : 1.

Septik tank skala kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat berbentuk bulat
dengan diameter sekurang-kurangnya 1,20 m dan dalam sekurang-kurangnya 1,20 m.
Tinggi air dalam tangki sekurang-kurangnya 1,20 m dan kedalaman maksimum, 2,10
m.

Tinggi tangki septik adalah tinggi air dalam tangki, ditambah dengan ruang bebas
air (free boar) sebesar 20 – 40 cm dan ruang penyimpanan lumpur. Lebar tangki
sekurang-kurangnyaa 0,75 m dan panjang tangki sekurang-kurangnya 1,50 m. Dasar
tangki dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan
pengurasan lumpur.

Tangki septik harus diletakkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan


lancarnya pengaliran air buangan dari bangunan dan lancarnya pengaliran efluen ke
bidang resapan. Biasanya, tangki septik dilengkapi pula dengan tangki resapan.
Bangunannya bisa seperti cubluk. Jarak bidang resapan ke sumber air juga sama
dengan cubluk yakni 10 meter.

Untuk membuat tangki septik yang baik sehingga tidak mencemari air dan tanah di
sekitarnya, maka beberapa hal perlu diperhatikan antara lain:

1. Dinding tangki septik hendaknya dibuat dari bahan yang rapat air.

2. Untuk membuang air keluaran (effluent) dari tangki septik perlu dibuatkan daerah
peresapan.

3. Tangki septik ini direncanakan untuk membuang kotoran rumah tangga dengan
jumlah air limbah antara 70 – 90 % dari volume penggunaan air bersih.

4. Waktu tinggal air limbah di dalam tangki diperkirakan minimal selama 24 jam.

5. Besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk menampung lumpur yang dihasilkan


dari proses pengolahan dengan banyaknya lumpur sebesar 30 – 45
liter/orang/tahun, sedangkan waktu pengambilan lumpur diperhitungkan minimal
selama 2 – 4 tahun.

6. Lantai dasar tangki septik harus dibuat miring ke arah ruang lujmpur.

7. Pipa air masuk ke dalam tangki septik hendaknya selalu lebih tinggi lebih kurang
2,5 cm dari pipa air keluar.

8. Tangki septik hendaknya dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang


penghawaan untuk membuang gas hasil penguraian.

9. Untuk menjamin terpakainya bidang peresapan, maka diperlukan pipa udara dan
pelepas tekanan agar pengaliran ke bidang resapan dapat mengalir secara terus-
menerus.

1.2 Jenis Septik tank


Septic tank pada umumnya memiliki beberapa jenis, namun janis yang dianjurkan,
aman dan sering digunakan ada dua jenis, yaitu:
a. Septic tank terbuka pada bagian atas ruang resapan atau limbah cair tidak
ditutup dengan cor beton dan dibiarkan terbuka kecuali limbah padat. Septic
tank jenis ini biasanya digunakan di kampung-kampung yang masih memiliki
lahan yang luas di sekitar rumah.
b. Septic tank jenis tertutup, yaitu seluruh bagian atas ditutup dengan cor beton
bertulang dan lantainya juga dilapisi dengan adukan semen, kecuali pada
bagian ruang peresapan. Septic tank tertutup sangat cocok digunakan pada
rumah dengan lahan yang sempit, misalnya di lokasi perumahan.
1.3 Cara Kerja Sistem Tangki Septik
a. Pipa dari rumah. Semua air limbah rumah tangga terutama yang berasal dari ja
mban akan keluar dari rumah melalui suatu pipa ke tangki septik.
b. Tangki Septik. Tangki septik ditanam, bak yang kedap air umumnya dibuat dari
beton, fiberglass, atau plastik. Bak tersebut menampung air limbah dalam waktu
cukup lama guna memberikan waktu pengendapan pada bagian padatan (yang ak
an membentuk lumpur) sedangkan minyak dan lemak akan mengapung ke perm
ukaan (sebagai buih). Di dalam bak tersebut juga terjadi proses dekomposisi pars
ial pada bagian padatan (terutaam zat ogranik), sehingga dapat terjadi pembentu
kan gas, air dan sisa padatan.
Kompartemen dan outlet berbentuk T dalam tangki septik mencegah lumpur dan
buih untuk keluar dari tangki dan menuju ke bidang resapan. Saringan juga dianj
urkan dipasang untuk mencegah bagian padatan masuk ke bidang resapan. Desai
n tangki septik yang benar harus mempunyai pipa pembuangan udara dan lubang
pemeliharaan.
c. Bidang Resapan. Air limbah yang keluar tangki septik akan dialirkan ke bidang
resapan guna pengolahan lebih lanjut oleh tanah. Air limbah yang diolah secara
parsial diarahkan ke bidang resapan guna pengolahan lebih lanjut setiap kali air l
imbah baru masuk ke tangki septik. Jika bidang resapan dibebani dengan cairan
secara berlebihan, maka akan terjadi banjir, yang menyebabkan air limbah meng
alir ke permukaan tanah atau menyebabkan air limbah berbalik ke jamban dan m
enghambat pengolahan.
d. Tanah. Air limbah tangki septik mengalir ke bidang resapan. Air limbah
tersebut berperkolasi (masuk tersaring) ke dalam tanah, yang memberikan
pengolahan akhir dengan cara menghilangkan bakteri, virus-virus yang
berbahaya serta nutrinnya. Tanah yang cocok diperlukan untuk pengolahan air
limbah yang baik.

B. JAMBAN TANGKI SEPTIC DENGAN RESAPAN

1. Tanki Septik dan Sumur Resapan


Penggunaan tangki septik paling banyak digunakan untuk pengolahan air
buangan rumah tangga dan sistem ini cocok untuk sistem on-site sanitation
walaupun kualitas bakteriologinya masih jelek.
Tangki septik yang sudah umum di Indonesia adalah toilet tuang siram
atau istilah lain kakus leher angsa. Sistem ini mempunyai unit air perapat (water
seal) yang dipasang di bawah pelat jongkok atau tumpuan tempat duduk sehingga
dapat mencegah gangguan lalat dan masuknya bau ke toilet.
Air buangan dapur dan kamar mandi sebaiknya tidak dimasukkan ke
dalam tangki septik kecuali bila tanki tersebut direncanakan mampu menampung
debit air buangan yang besar. Tangki septik paling banyak digunakan penduduk
sebagai penampung sementara air buangan toilet karena biayanya yang relatif
murah. Tangki septik harus diletakkan pada lokasi yang tepat agar tidak
mencemari sumber air tanah.
Jamban ini sama dengan jamban sistem resapan. Perbedaanya terletak
pada jumlah septik tank dan cara pembuangannya. Jumlah septik tank ganda
mempunyai dua atau lebih lubang penampung kotoran. Cara pemakaian dilakukan
bergilir setelah salah satu bak penampung terisi penuh. Bak penampung yang
telah penuh ditutup dan didiamkan beberapa lama supaya kotoran dapat dijadikan
kompos atau pupuk.
Saluran pembuangan dapat dipindahkan dengan menutup/membuka lubang
saluran yang dikehendaki pada bak pengontrol. Ukuran lubang dan bangunan
jamban tergantung pada kebutuhan dan persediaan lahan. Kotoran yang telah
berubah menjadi kompos dapat diambil dan dimanfaatkan sebagai pupuk. Bak
penampung yang telah dikosongkan dapat dimanfaatkan kembali.
 Proses Kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-
70 %) zat-zat padat akan mengendap didalam tangki sebagai sludge. Zat-
zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan
mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam
tanki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan
suasana anaerob dari cairan dibawahnya, yang memungkinkan bakteri-
bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan
berfungsi pada proses berikutnya.
 Proses Biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri
anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam,
sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuk gas dan zat cair lainnya,
adalah juga mengurangi volume sludge sehingga memungkinkan septic
tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak
mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif
rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan
masuk ke dalam tempat perembesan.

a. Bahan dan Peralatan :


- Batako/batu bata
- Kayu/bamboo
- Papan atau bahan dinding
- Pasir
- Bahan atap (seng, genteng)
- Semen
- Pipa plastik/ pralon besar dan kecil
- Batu kali dan kerikil
- Kawat
- Tali
- Kloset atau mangkokan leher angsa
- Cangkul/alat penggali
- Alat pertukangan kayu dan batu
b. Pembuatan :
- Pilih satu model bak penampung
- Tentukan jarak dari sumber air menurut kondisi tanah
- Bangunlah konstruksi
- Isilah sekeliling bak dengan bahan porous (kerikil, ijuk, batu, dll)
- Buat penutup bak dan letakkan di atas bak
- Jamban siap dipakai, apabila sudah penuh arah pembuangan kotoran
diubah melalui bak kontrol
- Kotoran yang sudah menjadi kompos dimanfaatkan menjadi pupuk
 Penggunaan :
a. Tutup lubang pembuangan dibuka\
b. Jongkok/duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat besar
c. Setelah selesai membuang kotoran diguyur dengan air secukupnya.
 Pemeliharaan :
a. Jangan menggunakan benda keras pada waktu membongkar pupuk (untuk
menghindari dinding bak).
b. Selalu diperbaiki apabila ada konstruksi yang rusak.\
c. Lubang-lubang kotoran perlu ditutup rapat guna menghindari serangga dan
bau.
 Keuntungan :
a. Tak perlu membuat bak penampung berpindah-pindah
b. Kotoran dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk kompos (setelah 2tahun)
tanpa efek kesehatan.
c. Tanah di sekitar bak penampung menjadi subur.
d. Lebih rapi, aman bila dibandingkan kakus cemplung (gangguan,
serangga,bau).
 Kerugian :
a. Kurang sesuai untuk daerah yang sumber airnya dangkal.
b. Relatif lebih mahal biaya konstruksinya.
DAFTAR PUSTAKA

https://harimawan.wordpress.com/2008/07/10/antara-cubluk-dan-septic-tank/
http://kalana-jaya.blogspot.com/2012/10/jamban.html

https://konservasi45.wordpress.com/2013/10/02/jamban-sehat/

Anda mungkin juga menyukai