Anda di halaman 1dari 3

RENCANA MUSLIM DI AWAL TAHUN

Gema Jumat 21 September 2018

Dr. Samsul Bahri, M. Ag. (Khatib Tenaga Pengajar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry
Banda Aceh)

Hari ini meupakan hari jum’at kedua dalam bulan Muharram tahun 1440 H. Ini berarti
keberadaan kita masih di awal tahun. Mengawali tahun ini ada baiknya kita berupaya untuk
merancang sejumlah program yang kita harapkan dapat bermanfaat bagi diri kita, keluarga,
orang-orang terdekat dengan kita. Lebih-lebih lagi kita berharap, keberadaan kita di tahun ini
berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Salah satu hal yang penting sekali kita cermati sehubungan dengan pergantian tahun hijriyah
adalah pemilihan peristiwa hijrah sebagai titik permulaan penghitungan tahun. Hijrah adalah
peristiwa perpindahan Rasulullah dan para sahabat dari Mekah menuju Madinah. Kita ketahui
bahwa ketika masih menetap di Mekah, Rasulullah dan para sahabat nyaris tidak berdaya. Kaum
muslimin ketika itu belum memiliki kekuatan dan pengaruh apapun dalam segala bidang. Secara
politik dan keamanan, kaum muslimin secara umum mengalami penindasan dan kesemena-
menaan sepanjang 13 tahun periode Mekah. Dalam bidang ekonomi, keadaan kaum muslimin
juga sangat memprihatinkan. Mereka diboikot dan diembargo sehingga nyaris tidak bisa
melakukan transaksi apa-apa dengan masyarakat luas.

Berbeda keadaannya setelah kaum muslimin menetap di Madinah. Di kota yang disebut namanya
terakhir ini, umat Islam mendapatkan peran dalam berbagai proses penyelenggaraan kehidupan
kemasyarakatan. Kedatangan Rasulullah dan para sahabat sudah ditunggu-tunggu oleh warga
Madinah sejak lama. Pertikaian dua suku Aus dan Kahzraj telah berlangsung cukup lama. Kedua
pihak yang bertikai ini sepakat menunjuk Rasulullah sebagai penengah sekaligus memimpin
peneyelenggaraan kekuasaan dan politik. Secara serta merta, kaum muslimin memasuki era baru;
dari keadaan tidak berdaya menjadi masyarakat yang berkuasa.

Ada tiga hal yang dilakukan oleh Rasulullah setelah hijrah ke Madinah. Pertama, beliau
membangun masjid sebagai pusat peribadatan sekaligus sentral informasi dan pendidikan.
Masjid saat itu digunakan untuk berbagai keperluan keummatan. Di antara waktu-waktu shalat,
di masjid tersebut Rasulullah menyelenggarakan kegiatan pendidikan mulai dari mengajar al-
Qur’an dan praktek keagamaan lainnya, sampai dengan berlatih menggunakan pedang untuk
keperluan peperangan. Masjid juga digunakan sebagai tempat Rasulullah menerima delegasi dari
berbagai Negara sekitarnya. Tidak jarang, berbagai keputusan ditetapkan di dalam masjid, baik
yang mengatur internal kaum muslimin Madinah maupun warga asing.

Hal kedua yang dilakukan Rasulullah sesampai di Madinah adalah merangkai ukhuwah antara
kaum muhajirin dengan anshar. Muhajirin adalah orang-orang Mekah sebagai pendatang baru di
kota Madinah. Akan halnya anshar merupakan warga asli tempatan yang sudah menjadi
penganut Islam. Kedua kelompok masyarakat ini dipersatukan oleh ikatan aqidah. Mereka
menjadi umat yang bersatu dan saling menjaga serta melindungi antara satu sama lain. Hal ini
tercermin dalam firman Allah Surah al-Hasyr ayat 9 yang artinya;

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada
mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap
apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung

Dalam sebuah hadis, Rasulullah membuat tamsilan persaudaraan antara orang-orang muhajirin
dengan orang-orang anshar ibarat satu tubuh yang apabila ada bagian yang terluka maka bagian
yang lain tentu ikut merasakan perihnya.

Hal ketiga yang dilakukan oleh Rasulullah setibanya di Madinah adalah membangun pasar
sebagai pusat perbelanjaan. Pasar adalah lambang perputaran ekonomi umat. Di pasar, seluruh
lapisan masyarakat bertransaksi menukar benda atau barang yang mereka miliki. Tempat
pertukaran ini mesti dibangun serta dikuasai oleh kaum muslimin agar kekayaan umat tidak jatuh
ke tangan pihak lain.

Penguasaan pasar tak hanya difungsikan untuk menguasai perekonomian dan perdagangan, tetapi
juga untuk menerapkan prinsip-prinsip perdagangan yang etik, berkeadaban dan sekaligus sesuai
dengan tuntunan ilahi. Prilaku eksploitasi, monopoli, ribawi, manipulasi dan berbagai praktek
kecurangan lainnya dapat dihindari jika pasar dikuasai oleh kaum muslimin.

Inilah tiga pilar Negara Madinah yang inspiratif bagi kita dewasa ini. Silakan berjalan di muka
bumi, mengelilingi nusantara dan dunia. Lihatlah jumlah umat Islam yang begitu besar di negeri
ini. Dan cobalah bertanya, berapa banyak mall, supermarket, mart, pabrik, perusahaan,
perbankan, hotel berbintang, serta ladang bisnis lainnya yang dikuasai oleh kaum muslimin? Kita
baru saja memasuki tahun baru, tahun yang dimulai penghitungannya dengan peristiwa
hijrah..tetapi peristiwa hijrah seakan tak menginspirasi kita. Ayolah wahai pemuka umat, para
pemimpin dan pengusaha. Jangan bersedia dininabobokkan dengan parcel lebaran lalu secara
serta merta kita berikan kesempatan kepada warga asing dan non muslim untuk berdagang serta
menguasai segala kekayaan kita.

Sebelum menutup taushiyah ini, izinkan saya membacakan penggalan atsar yang termaktub
dalam sumber-sumber turats islami untuk mengingatkan diri saya dan kita semua tentang
pentingnya merancang masa depan; man kana yaumuhu khairan min amsihi fa huwa rabihun.
Wa man kana yaummuhu mitsla amsihi fa huwa maghbunun. Wa man kana yaummuhu syarran
min amsihi fa huwa mal’unun. Barang siapa yang keadaannya di hari ini lebih baik dariapada
kemaren, ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa yang keadaannya di hari ini seperti hari-
hari kemarin, ia termasuk orang yang terkecoh. Dan barang siapa yang keadaan hari ini lebih
buruk daripada hari-hari yang lalu, maka ia merupakan orang yang terkutuk. Nauzubillahi
minha kaza

Anda mungkin juga menyukai