Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM BIOPROSES

KINETIKA PERTUMBUHAN JAMUR


Dosen Pembimbing: Dian Ratna Suminar, ST., MT

Kelompok / Kelas : II / 2A TKPB


Nama : 1. Dewi Lutfi Juliana NIM. 171424006
2. Defina Rizkita N NIM. 171424007
3. Devita Utami Mardiani NIM. 171424008
4. Dhiya Nadhifah NIM. 171424009

Tanggal Praktikum : 13 September 2018

Tanggal Pengumpulan Laporan : 4 Oktober 2018

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI


BERSIH
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2018
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme yang ditumbuhkan dalam media yang mengandung nutrient essensial


kemudia di tempatkan pada kondisi lingkungan seperti suhu dan PH yang tepat akan segera
berkembang biak. Pertumbuhan mikroba dapat diamati dari kenaikan konsentrasi mikroba.
Melalui serangkaian proses enzimatis, mikroba melakukan biosintesis molekul-molekul
penyusun sel dan menggandakan selnya. Kecepatan pertumbuhan mikroba merupakan respon
terhadap substrat (media pertumbuhan) yang disediakan dan kondisi lingkungannya.

1.2 Tujuan Percobaan

 Menguasai tahapan-tahapan pengembangbiakan jamur.


 Menguasai dan terampil membuat media padat, inokulum/starter, dan media
pertumbuhan jamur.
 Menguasai dan terampil memilih metode yang tepat untuk menetukan konsentrasi
biomassa jamur.
 Memahai pola pertumbuhan jamur melalui grafik konsentrasi mikroba (X) terhadap
waktu (t).
 Menguasai dan dapat menetukan fasa-fasa pertumbuhan jamur.
 Dapat menghitung dan mengevaluasi nilai laju pertumbuhan spesifik (µ) jamur.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kinetika Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu makhluk hidup. Pada
dasarnya pertumbuhan yaitu penambahan massa, ukuran, dan jumlah sel. Pada
mikroorganisme pertumbuhan sel dapat berubah langsung menjadi pertumbuhan populasi,
jumlah sel bertambah sangat cepat dengan waktu yang cepat pula. Mikroorganisme dapat
tumbuh dibawah pengaruh fisik, kimia, dan kondisi nutrient. Pada nutrient yang cocok
mikroorganisme menguraikan nutrient dari media dan mengubahnya dalam komposisi-
komposisi biologi. Sebagian dari nutrient-nutrient digunakan untuk memproduksi energi dan
sebagian lagi digunakan untuk biosintesis dan pembentukkan produk. Pertambahan massa sel
seiring dengan waktu dapat digambarkan sebagai berikut:

Substrat + Sel/mikroorganisme  Mikroorganisme + Produk

Pertumbuhan mikroorganisme merupakan contoh yang baik pada suatu reaksi


autokatalis. Pertumbuan mikrobial biasanya dicirikan dengan waktu yang dibutuhkan untuk
menggandakan massa atau jumlah sel. Waktu ganda massa dapat berbeda dengan waktu
ganda sel, karena massa sel dapat meningkat tanpa peningkatan jumlah sel. Laju
pertumbuhan ditunjukkan langsung oleh konsentrasi sel dan penambahan jumlah sel
(biomassa) yang merupakan keluaran yang normal dari reaksi tersebut. Namun demikian, bila
pada suatu lingkungan tertentu interval antara massa sel atau penggandaan jumlah konstan
dengan waktu, maka organisme itu tumbuh pada kecepatan eksponensial. Laju pertumbuhan
mikroorganisme dicirikan dengan laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate)
dinyatakan sebagai berikut: dCx/dT = µ Cx
dimana: Cx = Konsentrasi sel dalam gram/liter
`t = waktu
µ = laju pertumbuhan spesifik dalam jam-1

Dengan membuat grafik In Cx terhadap t, maka didapat tg α = µ


Metode-metode yang digunakan untuk evaluasi populasi mikroorganisme yaitu:
a. Metode langsung : (menggunakan mikroskop) perhitungan jumlah sel, dan counting
chamber, selain itu dengan penetapan bahan kering seluler.
b. Metode tidak langsung : turbidimetri, spektrofotometri, dan pengenceran.
Metode-metode tersebut digunakan untuk memantau dan mengkaji fenomena
pertumbuhan mikroorganisme. Untuk lebih jelasnya dapat diamati dengan kurva
pertumbuhan yaitu sebagai berikut :

Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme

Aspergillus adalah suatu mikroba ang ditemukan hampir di seluruh dunia. Aspergillus
pertama kali ditemukan pada tahun 1729 oleh ilmuwan biologi bernama Pietro Antonio
Micheli. Aspergillus merupakan jenis mikroba yang bersifat aerob dan ditemukan hampir
disemua lingkungan yang kaya akan oksigen, dimana biasanya mereka tumbuh membentuk
suatu permukaan di suatu subtrat sebagai hasil dari pada tekanan oksigen yang tinggi. Banyak
jenis Aspergillus mempertunjukan olygotropi dimana ada suatu ketidaklengkapan baik gizi
ataupun nutriennya.
Beberapa jenis Aspergillus ada yang bersifat merusak yaitu menyebabkan peradangan
ataupun infeksi baik pada manusia maupun pada hewan sekalipun. Jenis dari pada aspergillus
yang dapat menyebabkan penyakit serius adalah Aspergillus Fumigatusdan Aspergillus
Flavus. Aspergillus Fumigatus dapat membentuk aflatoksin yang dapat menyebabkan
kanker dan dapat mencemari makanan, sedangkan Aspergillus Fumigatusdapat
menyebabkan alergi umum Sedangkan ada pula Aspergillus yang menguntungkan bagi dunia
industry bioproses seperti pembuatan sake yang dikembangkan oleh Negara
Jepang. Aspergillus Oryzae digunakan untuk mengkonversi tajin dalam beras (glukosa)
menjadi gula sederhana yang difermentasikan oleh
Jasad renik lain, seperti ragi dan asam laktat. Sedangkan Aspergillus Niger digunakan
dalam pembuatan cuka dari jeruk.
Gambar 2. Jenis-jenis Aspergilus

2.2 Fasa-fasa pada Kinetika Pertumbuhan


2.2.1 Fase Lag
Fase awal adalah fase sejak inokulasi sel pada medium dan merupakan suatu periode
adaptasi. Pada fasa ini sebagian besar mikroba menyesuaikan diri (adaptasi) dengan
lingkungan barunya dan belum mengadakan perbanyakan sel, bahkan sebagian selnya mati,
hanya sel yang kuat saja yang bertahan hidup. Dan sintesis enzim sudah terjadi. Selama fase
ini massa sel dapat berubah tanpa adanya suatu perubahan jumlah sel. Dapat juga terjadi fase
awal yang palsu bilamana inokulum yang diberikan terlalu sedikit atau mempunyai viabilitas
yang rendah. Suatu saat bila perubahan-perubahan telah terjadi, maka sel-sel bergerak kearah
fase tumbuh. Fase ini biasanya merupakan fase eksponensial atau fase logaritmik. Ciri
daripada fasa ini adalah Tidak ada pertumbuhan populasi karena sel mengalami perubahan
komposisi kimiawi dan ukuran serta bertambahnya substansi intraseluler sehingga siap untuk
membelah diri.
Faktor penentu fase lag:
 Medium dan lingkungan pertumbuhan; jika medium sama dengan medium sebelumnya,
waktu adaptasi pendek atau tidak ada, jika sangat berbeda pelu waktu untuk sintesis enzim
yang dibutuhkan untuk metabolisme (pembentukan enzim induktif).
 Kondisi starter/inoculum
- Jumlah inokulum; jumlah sel awal yang semakin tinggi mempercepat fase adaptasi
- Germinasi spora; bila mikroba yang ditanam pada medium ada dalam bentuk spora dan
bukan sel vegetatif maka bila ia ditanam dalam medium dengan kondisi lingkngan yang
baik , ia akan berubah menjadi bentuk sel vegetatif dan ini memerlukan sedikit waktu
- Mutan yag baru terbentuk perlu waktu untuk adaptasi dengan lingkngan yang baru.
2.2.2 Fase Petumbuhan Dipercepat (Decelerated Growth Phase)
Pada fase ini mikroba telah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sel mulai
membelah diri dengan kecepatan rendah, ukuran sel dapat mencapai maksimum serta mulai
adanya aktivitas metabolisme.

2.2.3 Fase Eksponensial (Exponential/ Logarithmic Growth Phase )


Pada fasa ini pembelahan mikroba sangat cepat dan konstan mengikuti kurva
logaritmik. Dalam kondisi kultur yang optimum, sel mikroba mengalami reaksi metabolisme
yang maksimum. Selama fase logaritma, konsentrasi nutrient esensial ada dalam keadaan
cukup jenuh untuk menunjang reaksi-reaksi metabolisme utama dari pertumbuhan. Pada saat
ini paling sensitif terhadap lingkungan.
Fase logaritmik dicirikan oleh suatu garis lurus pada plot semilog antara In x melawan
waktu. Periode ini adalah keadaan pertumbuhan yang seimbang atau mantap, dengan laju
pertumbuhan spesifik. µ konstan dan selnya membelah diri dengan laju yang konstan, massa
menjadi dua kali lipat, keadaan pertumbuhan seimbang.
Kekhususan fase logaritmik
a. Bila populasi sel yang sedang mengalami fasa ini dipindahkan ke dalam medium baru
dengan komposisi nutrient dan kondisi lingkungan yang sama maka di dalam medium baru
populasi sel ini akan langsung mengalami fasa logaritma tanpa mengawali pertumbuhan
dengan fasa pertumbuhan awal/pertumbuhan diercepat.
b. Ditinjau dari sel bakteri secara individual, pada fase ini ukuran sel minimum dengan
dinding sel yang tipis, karena sel membelah diri dengan sangat aktif, sintesa makrmolekul
dari komponen sel berlomba dengan waktu.

2.2.4 Fase Pertumbuhan Diperlambat (Negative Decelerated Growth Phase)


Pada fase ini laju pertumbuhan diperlambat, karena nutrisi dalam medium sudah
sangat berkurang, dan adanya hasil-hasil metabolisme yan mungkin beracun atau menhambat
pertumbuhan mikroba. Pada fase ini pertumbuhan sel tidak stabil, api jumlah populasi masih
naik karena jumla sel yang tumbuh masih lebih banyak daripada jumlah sel yang mati.

2.2.5 Fase Stationer (Stationary Phase)


Pada fase ini kecepatan pertumbuhan adalah nol. Jumlah sel baru sebagai hasil
reproduksi, seimbang dengan jumlah sel yang mati. Ini menyebabkan grafiknya linier dan
sejajar dengan absisnya. Reproduksi sel masih terjadi selama fasa ini menggunakan cadangan
makanan yang ada dalam protoplast sebagai building blocks pembangun sel yang baru.
Karena kekurangan nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel
yang tumbuh pada fasa logaritmik. Pada fasa ini lebih tahan terhadap keadaan ekstrim, seperti
panas, dingin, radiasi, dan bahan kimia. Muncul modifikasi struktur biokimiawi sel.
Bila dilanjutkan, beberapa kejadian masih mungkin timbul meskipun pertumbuhan
telah terhenti, metabolisme dan akumulasi produk masih terjadi di dalam sel atau di dalam
cairan. Massa sel total dapat tetap konstan, tetapi jumlah sel hidup cenderung menurun. Pada
saat ketahanan hidup menurun, lisis sel mungkin terjadi dan massa sel akan menurun
Lisis sel akan menyebabkan terjadinya suatu medium yang kompleks dari produk-
produk hasil lisis, oleh karena itu suatu pertumbuhan yang sekunder, disebut pertumuhan
kriptik akan erjadi. Sering juga terjadi metabolik sekunder yang kurang penting terbentuk
oleh enzim-enzim yang sebelumnya tidak terdapat atau tidak berfungsi dalam sel. Selain itu
terjadinya penumpukan racun akibat metabolisme sel dan kandungan nutrien mulai habis,
akibatnya terjadi kompetisi nutrisi sehingga beberapa sel mati dan lainnya tetap tumbuh
sehingga jumlah sel menjadi konstan.

2.2.6 Fase Kematian Dipercepat


Pada fasa ini jumlah kematian sel mulai dipercepat.

2.2.7 Fase Kematian (Death Pahse)


Pada fasa ini jumlah sel yang hidup makin lama makin menurun, sedangkan jumlah
kematian (mortalitas) sel semakin banyak. Kematian ini desebabkan oleh kondisi lingkungan
yang makin memburuk, terutama oleh makin banyaknya akumulasi hasil metabolisme yang
toksik terhadap sel (metabolit sekunder). Pada fase ini nutrisi dalam medium sudah habis,
energi cadangan dalam sel habis. Sel menjadi mati akibat penumpukan racun dan habisnya
nutrisi, menyebabkan jumlah sel yang mati lebih banyak sehingga mengalami penurunan
jumlah sel secara eksponensial. Lamanya fasa ini tergantung pada species dari mikrobanya
dan kondisi lingkungannya sendiri.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba


Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal
yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam mengendalikan mikroba. Berikut ini faktor-
faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba:
2.3.1 Suplai Nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai
sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen,
hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau
kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih dan higinis pada
lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba
sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu,
prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.

2.3.2 Suhu/Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan pertumbuhan
mikroorganisme.Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang berlawanan:
1) Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat.
Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolism akan menurun dan
pertumbuhan diperlambat.
2) Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti, kompenen
sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati.
Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme
digolongkan menjadi tiga,yaitu:

a) Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka pertumbuhan
terhenti.
b) Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan
optimum (disebut juga suhu inkubasi)
c) Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada diatasnya maka pertumbuhan tidak
terjadi. Sehubungan dengan penggolongan suhu di atas, maka mikroba digolongkan
menjadi:
Tabel 1. Penggolongan Bakteri Menurut Suhu

Kelompok Suhu Minimum Suhu Optimum Suhu Maksimum


Psikrofil - 15o C. 10o C. 20o C.
Psikrotrof - 1o C. 25o C. 35o C.
Mesofil 5 – 10o C. 30 – 37o C. 40o C.
Thermofil 40o C. 45 – 55o C. 60 – 80o C.
Thermotrof 15o C. 42 – 46o C. 50o C.

Berdasarkan ketahanan panas, mikroba dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu


a. Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu 60 oC
selama 10-20 menit.
b. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC selama 10 menit untuk
mematikan sel.
c. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60oC selama 10-20 menit tapi kurang
dari 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.

2.3.4 Keasaman atau Kebasaan (pH)


Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH optimum
yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran ph 8,0 – 8,0 dan
nilai pH di luar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat merusak.

2.3.5 Ketersediaan Oksigen


Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan
oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi:
Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.

2.3.6 Kadar Air


Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba, air tidak hanya
komponen utama dari pada plasma sel mikroba, namun air penting bagi pelarutan makanan
sebelum makanan tersebut dapat diserap oleh sel. Selain itu juga kekurangan air dapat
menyebabkan kekeringan sel sehingga dapat mematikan mikroba

2.3.7 Cahaya
Kebanyakan mikroba dapat dirusak oleh cahaya tak langsung dari matahari dan dalam
waktu beberapa jam saja dapat dapat dimatikan oleh cahaya yang langsung mengenainya.
Sinar violet, ultraviolet, dan biru sangat kuat untuk mematikan pertumbuhan mikroba.

2.3.8 Tekanan Osmosa


Sel-sel mikroba dibalut oleh suatu membran yang semifermiabel. Membran ini dapat
melewatkan air masuk ke dalam sel begitu pula sebaliknya membrane ini mampu menahan
zat-zat yang larut di dalam cairan dimana sel-sel itu berada. Untuk tidak masuk ke dalam sel
atau menahan zat terlarut dalam sitoplasma untuk keluar dari sel. Sel-sel merupakan suatu
unit osmosis yang kecil yang responsive terhadap perubahan-perubahan pada cairan dalam
lingkungan.

2. 4 Aspergillus niger

Gambar 2. Aspergillus niger

Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah
diidentifikasi dari genus Aspergillus, famili Moniliaceae, ordo Monolialesdan kelas Fungi
imperfecti. Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, diantaranya digunakan secara
komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat dan pembuatan berapa enzim seperti
amilase, pektinase, amiloglukosidase dan sellulase. Aspergillus niger dapat tumbuh pada
suhu 35ºC-37ºC (optimum), 6ºC-8ºC (minimum), 45ºC-47ºC (maksimum) dan memerlukan
oksigen yang cukup (aerobik). Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau
kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala
konidia berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih
longgar dengan bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus, hialin tetapi
juga berwarna coklat.

Aspergillus niger memerlukan mineral (NH4)2SO4, KH2PO4, MgSO4, urea,


CaCl2.7H2O, FeSO4, MnSO4.H2O untuk menghasilkan enzim sellulase. Sedangkan untuk
enzim amilase khususnya amiglukosa diperlukan (NH4)2SO4, KH2PO4 .7H2O, Zn SO4, 7H2O.
Bahan organik dengan kandungan nitrogen tinggi dapat dikomposisi lebih cepat dari pada
bahan organik yang rendah kandungan nitrogennya pada tahap awal dekomposisi. Tahap
selanjutnya bahan organik yang rendah kandungan nitrogennya dapat dikomposisi lebih cepat
daripada bahan organik dengan kandungan nitrogen tinggi. Penurunan bahan organik sebagai
sumber karbon dan nitrogen disebabkan oleh Aspergillus niger sebagai sumber energinya
untuk bahan penunjang pertumbuhan atau Growth factor. Aspergillus niger dalam
pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam substrat,
molekul sederhana yang terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap sedangkan molekul
yang lebih kompleks harus dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam sel, dengan
menghasilkan beberapa enzim ekstra seluler. Bahan organik dari substrat digunakan
oleh Aspergillus niger untuk aktivitas transport molekul, pemeliharaan struktur sel dan
mobilitas sel
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Pertumbuhan Jamur Aspergilus niger
3.1.1 Bahan yang digunakan:

a. Kultur murni jamur Aspergilus niger dalam agar miring PDA (Potatoes Dextrose Agar)
menggunakan kentang 200 g.
b. 400 ml media cair steril untuk starter/inokulum.
c. 520 mL media pertumbuhan. Komposisi 600 mL media pertumbuhan (60 mL untuk
inokulum, 20 mL untuk blanko, 520 mL untuk media petumbuhan ) :
Nutrient Konsentrasi (gr/400ml)

Glukosa 10

Pepton 2

Yeast Ekstrak 2

KH2PO4 0,08

MgSO4.7H2O 0,08

Nutrient Konsentrasi (gr/400ml)

3.1.2 Alat yang digunakan:

1. 2 buah erlenmeyer 250 mL


2. 13 buah erlenmeyer 100 mL untuk tempat inokulum dan blanko
3. Corong gelas
4. 14 buah pipet steril 10 mL
5. Oven
6. Neraca Analitik

3.1.3 Langkah Kerja

a. Pesiapan
b. Pembuatan inokulum dan media pertumbuhan

Memipet 5 mL media cair dari media untuk inoculum, memasukan dalam


tabung yang berisi kultur murni jaringan. Dengan menggunakan jarum ose
melepaskan spora yang ada dalam koloni jamur hingga terlarut semua.

Menuangkan ke dalam erlenmeyer yang berisi media untuk inoculum.

Incubasi dalam incubator shaker selama 16 jam pada suhu 37oC, 150 rpm.
Incubasi

Memipet 7mL inokulum dan memasukan ke dalam erlenmeyer 100mL yang


berisi mediad pertumbuhan 50mL. Dilakukan pada semua erlenmeyer yanjg
berisi media pertumbuhan. Incubasi dalam incubator shaker selama 5 hari pada
suhu 37oC, 150 rpm.
c. Penentuan kurva pertumbuhan dengan penentuan absorbansi sampel

Memberi nomor setiap kertas saring atau tabujng senrifuge kosong, dari to – t11

Mengeringkan pada oven dengan suhu 80oC selama 20 menit kemudian


menimbang beratnya sampai konstan.

Jika menggunakan kertas saring tuangkan 50mL sampel hingga semua miselia
tersaring. Jika menggunakan tangki sentrifuge, sentrifuge pada kecepatan
2000rpm selama 5 menit.

Mengeringkan dalam oven dalam suhu 80oC selama 20 menit kemudian


menimbang.

Mengeringkan kembali kemudian menimbang sampai berat konstan.


3.2 Keselamatan Kerja
a. Selama praktikum, mahasiswa harus menggunakan sepatu tertutup, jas lab, masker,
dan penutup kepala.
b. Jangan tinggalkan pemanas (hot plate atau water bath) tanpa pengawasan.
c. Hindari ceceran atau tumpahan cairan mengenai peralatan listrik untuk mencegah
terjadinya hubungan arus pendek listrik.
d. Hati-hati dengan penggunaan pembakar spiritus.
e. Lakukan pengerjaan aseptis dengan benar agar tidak terjadi kontaminasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tabel waktu pengambilan sampel dan berat sel kering

Waktu Berat Berat Kertas berat sel Volume Konsentrasi


(menit) Kertas Saring (g) + Kering (g) Media Sel (g/ml)
Saring (g) berat sel Pertumbuhan
Kering (g) (ml)
T0 0.00 1.4558 1.5486 0.0928 40 0.00232
T1 238 1.4548 1.5668 0.112 40 0.00280
T2 1192 1.4523 2.9039 1.4516 40 0.03629
T3 1554 1.4530 3.1710 1.7180 40 0.04295
T4 2557 1.4507 3.9355 2.4848 40 0.06212
T5 2994 1.4500 4.1132 2.6632 40 0.06658
T6 3884 1.4532 4.4312 2,9780 40 0.07115
T7 4610 1.4547 4.4379 2,9832 40 0.07458

konsentrasi
0.1
0.09 y = 2E-05x + 0.0093
0.08 R² = 0.9051
0.07
Konsentrasi

0.06
0.05
0.04 konsentrasi
0.03 Linear (konsentrasi)
0.02
0.01
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
Waktu
B. Tabel Kurva Ln X terhadap waktu (menit)

Waktu
(menit) Ln X
t0 0 -6,066188093
t1 238 -5.878135862
t2 1192 -3.316213058
t3 1554 -3.147718631
t4 2557 -2.778687281
t5 2994 -2.709351047
t6 3884 -2.642964954
t7 4610 -2.595882904

Ln X terhadap Waktu (Menit)


0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
-1

-2

-3
Ln X

-4

-5

-6

-7
Waktu (Menit)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Laju pertumbuhan Spesifik (µ) dari bakteri Escherichia coli dengan
menggunakan metode spektronik 20 yaitu 0,160 jam-1
2. Fase eksponensial yaitu pada t2 – t5.
3. t5 – t8 merupakan fasa stasioner, dimana nilai absorbansinya tidak berbeda
jauh satu sama lain, dan fase kematian pada t9.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu ;

a) Nutrisi
b) Suhu / temperature
c) Keasaman atau kebasaan (pH)
d) Ketersediaan Oksigen
e) Air
f) Cahaya
g) Tekanan Osmosa
h) Faktor-faktor kimia

DAFTAR PUSTAKA
M, Djumali dan Ani Suryani. 1994. Teknologi Bioproses.Penebar Swadaya.
Manfaati, Rintis. 2011. Jobsheet Praktikum Bioproses. Bandung : Teknik Kimia POLBAN
MW, Emmanuela, dkk. Buku Petunjuk Praktikum Dasar Bioproses. Bandung : Jurusan
Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Sa’id, E. Gumbira. 1987. Bioindustri Penerapan Teknologi Fermentasi. Bogor : PAU
Bioteknologi IPB.
Stanbury, P.F. dan A. Whitaker. 1984. Principles of Fermentation technology. Pergamon
Press.
LAMPIRAN
A. Gambar Berat Kertas Saring
B. Gambar Berat Kertas Saring dengan Sel Kering
C. Proses

Anda mungkin juga menyukai