Dokter Pembimbing :
dr. Herry Kristianto
dr. Nur Kartika Sari
Disusun oleh :
dr. R.A Risa Noviana K.
2. Riwayat pengobatan :
- Pasien mengkonsumsi antibiotik dan obat maag dari dokter keluarga
3. Riwayat penyakit dahulu :
-
4. Riwayat Keluarga :
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa
5. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien tinggal dengan suami dan anaknya. Biaya pengobatan menggunakan KIS.
Kesan : sosial ekonomi menengah.
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS 15
Tekanan Darah : 110/60mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 37,4˚ C
Pemeriksaan Sistemik
Kulit : Warna sawo matang, Sianosis (-), Ikterik (-), turgor kembali cepat,
oedem (-)
Kuku : Sianosis (-), Capillary refill < 2 detik
Kepala : Bentuk – Ukuran simetris kiri = kanan
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil bulat, isokor, diameter 3 mm refleks cahaya +/+
THT : NCH (-)
Mulut : Sianosis (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan napas simetris kiri = kanan
Retraksi (-) Jejas (-) Deformitas (-)
Palpasi : Pergerakan simetris kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V 1 cm lateral linea midclavicularis kiri
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis kiri
Batas kanan : ICS IV garis sternalis kanan
Batas atas : ICS II garis parasternal kiri
Auskultasi : Bunyi Jantung Murni, reguler, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, tidak tampak bekas luka
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (-), ruangTraubekosong, nyeri ketok CVA
-/-
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium(+)
Anggota Gerak : edema (-), sianosis (-), deformitas (-)
akral hangat,tonus otot baik
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 1.1. Pemeriksaan Laboratorium darah tanggal 20 Maret 2018
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Gastroenteritis et causa amoeba
2. Tata Laksana
SOAP
1. SUBJEKTIF :
Pasien mengeluh BAB cair sejak 2 hari SMRS.BAB cair sebanyak kurang lebih
8x pada hari pertama dan 10x sebelum masuk IGD, lebih banyak air dibandingkan
ampas, darah (+), lendir (+), perut melilit (+) setiap kali BAB.
Pasien juga mengeluhkan muntah sejak 1 hari SMRS. Muntah sebanyak 3x,
muntah berisi makanan dan cairan, muntah setiap kali makan sehingga pasien hanya
makan bubur dan sedikit-sedikit, pasien masih bisa minum, tidak dimuntahkan. juga
mengeluhkan, pusing (+), demam (+), dan lemas (+) karena setiap makan selalu
dimuntahkan. Pasien sudah mengkonsumsi antibiotik dan obat maag dari dokter keluarga
tetapi belum ada perbaikan
2. OBJEKTIF : hasil diagnosis pada kasus ini ditemukan berdasarkan :
Pada palpasi abdomen terdapat nyeri tekan epigastrium.
Leukosit 12.400 dan pada pemeriksaan feses didapatkan amoeba positif.
3. “ Plan” :
Assessment : Gastroenteritis et causa amoeba
IP Dx : S:-
O:-
IP Tx :
IVFD RL 20tpm
Sucralfat 3x1 C
curcuma 3x 1 tab
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
AMEBIASIS
II.1.1 Definisi
Suatu keadaan terdapatnya Entamoeba histolytica dengan atau tanpa
manifestasi klinik, dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan (Food Borne
Disease) . 4
II.1.2 Etiologi
Amebiasis disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Protozoa ini termasuk
dalam kelas rhizopoda. Dalam daur hidupnya Entamoeba histolytica mempunyai
tiga stadium yaitu : 4,9
(1) Bentuk histolitika
ukuran 20-40 µm.
ektoplasma bening homogen pada tepi sel dan terlihat nyata.
endoplasma berbutir halus dan tidak mengandung bakteri/sisa makanan,
mengandung sel eritrosit dan inti entamoeba.
berkembang biak dengan pembelahan biner di jaringan dan merusak
jaringan tersebut sesuai dengan nama spesiesnya Entamoeba histolytica
(histo = jaringan, lisis = hancur).
patogen pada usus besar, hati paru-paru, otak, kulit dan vagina
II.1.3 Epidemiologi
Transmisi penyakit ini secara fekal-oral, baik secara langsung melalui tangan
maupun tidak langsung melalui air minum atau makanan yang tercemar. Sebagai
sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista amuba yang berasal dari
carrier (cyst passer). Carrier biasanya orang sehat. Laju infeksi yang tinggi
didapatkan di tempat-tempat penampungan anak cacat atau pengungsi dan di negara-
negara sedang berkembang dengan sanitasi lingkungan hidup yang jelek, tercemar
oleh carrier, tidak terdapatnya jamban sehingga kista dapat di bawa oleh lalat atau
kecoa, penggunaan kotoran manusia sebagai pupk, dan kurang baiknya kebersihan.
Di negara beriklim tropis banyak didapatkan strain patogen dibandingkan di negara
maju yang beriklim sedang. Oleh karena itu di negara yang sudah maju dijumpai
penderita asimtomatik. Akan tetapi di negara yang sedang berkembang banyak
dijumpai penderita simtomatik. 9
II.1.4 Patogenesis
E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai komensal
(apatogen) di usus besar manusia. Jadi protozoa ini tidak selalu menimbulkan
penyakit. Bila tidak menyebabkan penyakit, amoeba ini hidup sebagai trofozoit
bentuk minuta yang bersifat komensal di lumen usus besar, berkembang biak secara
belah pasang. Apabila kondisi mendukung, dapat berubah menjadi patogen
(membentuk koloni di dinding usus, menembus mukosa usus, kemudian
menimbulkan ulserasi). Bentuk minuta dapat membentuk dinding dan berubah
menjadi bentuk kista. Kista dikeluarkan bersama tinja, dengan adanya dinding
tersebut bentuk kista dapat bertahan terhadap pengaruh buruk di luar badan manusia.
Kista dapat hidup lama dalam air (10-14 hari), di lingkungan lembab (12 hari). Kista
mati pada suhu 50ºC atau dalam keadaan kering. Bentuk trofozoitnya terdiri dari 2
macam, trofozoit komensal (<10 µm) dan trofozoit patogen (>10 µm). 6
Faktor yang menyebabkan perubahan sifat trofozoit tersebut sampai saat ini
masih belum diketahui dengan pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh penderita,
sifat keganasan (virulensi) amoeba maupun lingkungannya mempunyai peran. Sifat
keganasan amoeba ditentukan oleh strainnya. Strain amoeba di daerah tropis
ternyata lebih ganas daripada strain di daerah sedang. Akan tetapi sifat
keganasannya tersebut tidak stabil, dapat berubah apabila keadaan lingkungan
mengizinkan. Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.
Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi di
lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya terjadi ulkus
di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yang minimal.
Ulkus yang terjadi dapat menimbulkan perdarahan dan apabila menembus lapisan
muskular akan terjadi perforasi dan peritonitis. 6
Kista matang tertelan
II.1.6 Diagnosis
Amoebiasis intestinal kadang-kadang sukar dibedakan dari irritable bowel
syndrom, divertikulitis, enteritis regional dan hemorroid interna, sedang disentri
amoeba sukar dibedakan dengan disentri basilar (Shigellosis) atau Salmonellosis,
kolitis ulserosa dan skistosomiasis. Pemeriksaan tinja sangat penting. Tinja penderita
amebiasis tidak banyak mengandung leukosit, tetapi banyak mengandung bakteri.
Diagnosis pasti baru dapat ditegakkan apabila ditemukan amoeba (trofozoit). Akan
tetapi dengan diketemukan ameba tersebut tidak berarti menyingkirkan
kemungkinan diagnosis penyakit lain, karena amoebiasis dapat terjadi bersamaan
dengan penyakit lain pada seorang penderita. Sering amoebiasis terdapat bersamaan
dengan karsinoma usus besar. Oleh karena itu apabila penderita amebiasis yang telah
mendapat pengobatan spesifik masih tetap mengelus perutnya sakit, perlu dilakukan
pemeriksaan lain, seperti endoskopi, foto kolon dengan barium enema atau biakan
tinja. 3
Amoebiasis Shigella
b. Mikroskopik
Amoebiasis Shigella
Sel darah merah Menggumpal Terpisah
Makrofag Sedikit Banyak
Eosinofil Banyak Jarang
Kristal charcot leyden Ada Tidak ada
Parasit E. histolytica Tidak ada
II.1.8 Komplikasi
Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri ameba, baik berat maupun
ringan. Berdasarkan lokasinya, penyulit tersebut dapat dibagi menjadi : 7
1) Komplikasi Intestinal
a) Perdarahan usus
b) Perforasi usus
c) Ameboma
d) Intususepsi
2) Komplikasi Ektra Intestinal
a) Amebiasis hati
b) Amebiasis pleuropulmonal
c) Abses otak, limpa, dan organ lain
d) Amoebiasis kulit
II.1.9 Diagnosis Banding
• Disentri basiler : diare di sertai darah, demam , tenesmus, frekuensi >10x/hari,
bau amis, warna tinja merah segar dan lendir mengumpul di dasar feses.
• Kolitis Ulserativa : diare di sertai darah dan lendir, demam tinggi, nyeri perut
bawah, penurunan berat badan, nafsu makan menurun, peritonitis
• Escherichia coli enteroinvasive (EIEC): : diare di sertai darah dan lendir,
tenesmus, kram perut, tidak berbau, warna tinja merah-ijo,konsistensi lembek
• EHEC: diare berdarah, kram perut, muntah, demam
• Instususepsi : feses bercampur darah dan lendir, awalnya keadaan sehat tiba-
tiba menangis kesakitan jika sedang serangan, serangan berulang dengan jarak
15-20 menit, muntah, pada pemeriksaan colok dubur didapatkan Tonus
sphincter melemah 11
II.1.10 Penatalaksanaan
1) Terapi diare : cairan sesuai derajat dehidrasi, nutrisi, zink, probiotik 10
2) Carrier (cyst passer)
Carrier atau cyst passer, walaupun tanpa keluhan dan gejala klinis,
sebaiknya diobati. Hal ini disebabkan karena ameba yang hidup sebagai
komensal di dalam lumen usus besar, sewaktu-waktu dapat berubah menjadi
patogen. Di samping itu carrier merupakan sumber infeksi utama. Trofozoit
banyak dijumpai di lumen usus besar tanpa atau sedikit sekali menimbulkan
kelainan mukosa usus. Kelainan tersebut tidak menimbulkan gangguan
peristaltik usus, sehingga tidak menimbulkan keluhan dan gejala klinis. Obat
yang diberikan adalah amebisid luminal, misalnya 11:
Diloksanit furoat (Diloxanite furoate)
Dosis 7-10 mb/kg/hari, di bagi menjadi 3 dosis. Di berikan selama 7-
10 hari
3) Amebiasis intestinal ringan – sedang
Metronidazol 15 mg/kg/hari dalam 3 dosis, selama 10 hari
4) Disentri amoeba berat
Metronidazol 50 mg/kg/hari dalam 3 dosis, selama 10 hari
II.1.10 Prognosis
Prognosis ditentukan oleh berat ringannya penyakit, diagnosis dan pengobatan
dini yang tepat, serta kepekaan amoeba terhadap obat yang diberikan. Pada
umumnya prognosis amoebiasis adalah baik terutama yang tanpa komplikasi. Pada
abses hati amoeba kadang-kadang diperlukan tindakan pungsi untuk mengeluarkan
nanah. Demikian pula pada amoebiasis yang disertai penyulit efusi pleura. Prognosis
yang kurang baik adalah abses otak amoeba. 12, 8
II.1.11 Pencegahan
Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang memenuhi syarat
kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit yang sangat penting. Air minum
sebaiknya dimasak dulu, karena kista akan binasa bila air dipanaskan 400C selama 5
menit. Pemberian klor dalam jumlah yang biasa digunakan dalam proses pembuatan
air bersih, ternyata tidak bisa membinasakan nkista. Penting sekali adanya jamban
keluarga, isolasi dan pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja sebagai juru
masak atau segala pekerjaan yang berhubungan dengan makanan. 1,2,3,12
DAFTAR PUSTAKA