Anda di halaman 1dari 58

BAB V

TEKNIK PENERANGAN

5.1 Pengantar

Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu objek secara

visual. Organ tubuh yang mempengaruhi penglihatan, yaitu mata, syaraf dan pusat syarat

penglihatan di otak. Pada banyak industri, penerangan mempunyai pengaruh terhadap

kualitas produk. Kuat penerangan baik yang tinggi,rendah, maupun yang menyilaukan

berpengaruh terhadap kelelahan mata maupun ketegangan syaraf. Untuk memperoleh

kualitas penerangan yang optimal IES (Illumination Engineering Society) menetapkan

standar kuat penerangan untuk ruangan.

Silau disebabkan cahaya berlebihan baik yang langsung dari sumber cahaya atau

hasil pantulan kearah mata pengamat. Silau berpengaruh terhadap mata, yaitu

ketidakmampuan mata merespon cahaya dengan baik (disability glare), atau

menyebabkan perasaan tidak nyaman (discomfort glare) karena manik mata harus

memicing disebabkan kontras yang berlebihan. Ketidakmampuan sesaat mata merespon

cahaya dapat terjadi pada perubahan luminansi menyolok, misalnya: dari keadaan gelap

kemudian mendadak terang, sorot lampu mobil yang sedang melaju. Perubahan

mendadak kuat penerangan semacam ini memerlukan adaptasi mata beberapa waktu

dinamakan silau adaptif (adaptive glare).

5.2 Sifat Alami Cahaya

Cahaya adalah suatu gejala fisis. Suatu sumber cahaya memancarkan energi.

Sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak.


IES mendefinisikan cahaya sebagai pancaran energi yang dapat dievaluasi secara

visual. Secara sederhana, cahaya adalah bentuk energi yang memungkinkan makhluk

hidup dapat mengenali sekelilingnya dengan mata.

Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang-gelombang

elektromagnetik. Jadi cahaya itu suatu gejala getaran.

Gejala-gejala getaran yang sejenis dengan cahaya ialah gelombang-gelombang

panas, radio, televisi, radar dan sebagainya. Gelombang-gelombang ini hanya berbeda

frekuensinya saja.

Kecepatan rambat v gelombang-gelombang elektromagnetik di ruang bebas sama

dengan 3. 105 km per detik. Kalau frekuensinya sama dengan f dan panjang

gelombangnya (lambda), maka berlaku:

 = V/f

Karena sangat kecil, panjang gelombang cahya dinyatakan dalam satuan micron

atau milimikron.

Panjang gelombang cahaya tampak berkisar antara 380- 780 milimikron. Ini

dibagi lagi atas beberapa daerah panjang gelombang. Setiap daerah memiliki suatu warna

tertentu.

Tabel 1. Spektrum Warna

No Jenis Warna Panjang Gelombang


(Mili Mikro)
1 Ungu 380 – 420
2 Biru 420 – 495
3 Hijau 495 – 566
4 Kuning 566 – 589
5 Jingga 589 – 627
6 Merah 627 – 780
Cahaya putih dapat diuraikan dengan menggunakan prisma kaca (lihat gambar

5.1) sinar –sinarnya dibiaskan demikian rupa sehingga terjadi suatu spectrum. Warna-

warna spectrum ini dinamakan cahaya satu warna atau cahaya monokrom. Warna- warna

tersebut juga tampak pada pelangi, yang terjadi karena pembiasan cahaya..

Gambar 5.1 Warna-warna spectrum.

Selain memiliki warna tertentu setiap panjang gelombang juga memberi kesan

intensitas tertentu. Mata manusia paling peka akan cahaya dengan panjang gelombang

555 milimikro. Yaitu cahaya warna kuning- hijau. Warna-warna lainnya tampak kurang

terang, seperti dapat dilihat dari grafik kepekaan mata gambar 5.2

Gambar 5.2 Grafik kepekaan mata


Kalau intensitas suatu energi radiasi tertentu dengan panjang gelombang 555

milimikro, dinilai 100, maka energi radiasi yang sama tetapi dengan panjang gelombang

600 milimikro, akan memberi kesan intensitas 63. Jadi factor kepekaan mata untuk 600

milimkiro sama dengan 0,63. Mata manusia seolah-olah disetel pada panjang gelombang

555 milimikro.

Karena kepekaan mata orang tidak sama, maka ditentukan suatu ukuran standar.

Jika suatu sumber cahaya memancarkan energi 1 W dengan panjang gelombang 555

milimikro, maka sumber cahaya dinilai sama dengan satu wattcahaya. Berarti energi 1

watt dengan panjang gelombang 600 milimikro akan memberi 0,63 wattcahaya.

Dalam praktek, flux cahaya dinyatakan dalam satuan lumen, disingkat lm.

Satu wattcahaya kira-kira sama dengan 680 lumen. Angka perbandingan ini

dinamakan ekivalen pancaran fotometris.

Jumlah lumen per watt (lm/watt) disebut flux cahaya spesifik. Jadi flux cahaya

spesifik sebuah lampu 100 Watt dengan 1530 lumen adalah 1530/100 atau sama dengan

15,3 lm/Watt.

5.3 Satuan – satuan Penerangan

Pembahasan lebih jauh tentang perhitungan penerangan diperlukan pemahaman

terhadap defenisi-defenisi yang relevan meliputi sudut ruang ( ), energi cahaya (Q ),

arus cahaya (Ф), intensitas cahaya (I), kuat penerangan (E), Luminansi (L), dan

beberapa faktor.

Konsep dasar besaran pokok penerangan dapat diamati pada gambar 5.3 (gambar

konsep dasar penerangan) .


Gambar 5.3 Konsep dasar besaran penerangan

Satuan-satuan penting yang digunakan dalam teknik penerangan ialah:

 Satuan untuk intensitas cahaya : candela (cd)

 Satuan untuk fluks cahaya : lumen (lm)

 Satuan untuk intensitas penerangan atau iluminansi : lux (lx)

 Satuan untuk sudut ruang : steradian (sr)

5.3.1 Sudut Ruang

Karena pancaran cahaya di udara bebas sifatnya meruang seperti bola, maka

walaupun sudut ruang bukan termasuk besaran penerangan perlu dibahas.

Sudut bidang adalah sebuah titik potong 2 buah garis lurus. Besar sudut bidang

dinyatakan dengan derajad (o) atau radian (rad).

Karena keliling lingkaran sama dengan 2  x jari-jarinya, maka:

1 radian = 360o/2 = 57,3 o.

Sudut Ruang adalah sudut pada ruang yang dibatasi oleh permukaan bola dengan

titik sudutnya. Besarnya sudut ruang dinyatakan dengan steradian (sr).


Defenisi: 1 steradian adalah besarnya sudut yang terpancang pada titik pusat bola

oleh permukaan bola seluas kuadrat jari-jari bola.

Berdasrkan defenisi di atas maka suatu bola jika dilihat dengan sudut ruang

adalah:

Luas Kulit bola = 4.  .R2


KuadratJari-jari R2

 = 4.  Steradian

Gambar 5. 4 Sudut Ruang steradian

5.3.2 Arus Cahaya / Fluks Cahaya

Aliran rata-rata energi cahaya adalah arus cahaya atau fluks cahaya (F).

Arus cahaya didefenisikan sebagai jumlah total cahaya yang dipancarkan oleh sumber

cahaya setiap detik. Besarnya arus cahaya dengan satuan lumen (lm) dinyatakan dengan

persamaan berikut ini.


Ф = Q/t (lm)

Dengan : Q = energi cahaya (lm.dt)


t = waktu (detik)

Setiap lampu listrik memiliki efikesi yaitu besarnya lumen yang dihasilkan suatu

lampu setiap watt (lm/W). Sebuah lampu pijar 40 W yang mempunyai efikesi 14 lm/ watt

memancarkan arus cahaya sebesar 560 lm.

Beberapa contoh besarnya arus cahaya yang dihasilkan suatu sumber cahaya dapat dilihat

pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Arus Cahaya Beberapa Sumber (*)

No Sumber Cahaya Arus Cahaya


(lm)
1 Lampu sepeda 3 W 30
2 Lampu pijar 60 W 730
3 Lampu fluoresen 18 W 900
4 Lampu merkuri tekanan tinggi 50 W 1800
5 Lampu Natrium tekanan tinggi 50 W 3500
6 Lampu Natrium tekanan rendah 55 W 8000
7 Lampu Metal Halida 2000 W 190000
(*) Besarnya arus cahaya tergantung kualitas sumber cahaya

Energi cahaya atau kuantitas cahaya (Q ) merupakan produk radiasi visual (arus

cahaya) pada selang waktu tertentu, dinyatakan dengan lumen. Detik (lm.dt)

Q = Ф.(t) dt

Energi cahaya ini penting dinyatakan untuk menentukan banyaknya energi

listrik yang digunakan pada suatu instalasi penerangan.


5.3.3 Intensitas Cahaya

Intensitas Cahaya(I) dengan satuan candela (cd) adalah arus cahaya/flux cahaya

dalam lumen yang diemisikan/dipancarkan ke setiap sudut ruang (pada arah tertentu) oleh

sebuah sumber cahaya.

Kata candela berasal dari candle (lilin) merupakan satuan tertua pada teknik

penerangan dan diukur berdasarkan intensitas cahaya standar.

Intensitas cahaya dalam bentuk rumus:

I = Ф/ (cd).

Dimana: I = Intensitas cahaya (cd)

Ф = flux cahaya (lumen)

 = Steradian (sr)

Sumber cahaya yang ditempatkan dalam bola gambar 5.5 memancarkan 1 cd

kesetiap jurusan. Jadi permukaan bolanya akan mendapat penerangan merata.

Gambar 5.5 Bola lampu

Suatu sumber cahaya yang memancar sama kuat ke setiap jurusan, dinamakan

sumber cahaya seragam.

Kalau intensitas cahayanya 1 cd, melalui sudut ruang 1 sr akan mengalir fluks

cahaya 1/m.
5.3.4 Intesitas Penerangan/Kuat Penerangan/Iluminansi

Intensitas Penerangan/iluminansi di suatu bidang ialah flux cahaya yang jatuh

pada 1 m2 dari bidang itu. Satuan untuk intensitas penerangan ialah lux (lx) dan

lambangnya E. Jadi

1 lux = 1 lumen per m2 .

Kalau suatu bidang yang luasnya A m2, diterangi dengan Ф lumen, maka intensitas

penerangan rata-rata dibidang itu sama dengan:

Erata-rata = Ф/A lux.

Kalau 10 m2 diterangi dengan 1000 lumen, didapat :

Erata-rata = Ф/A = 1000/10 = 100 lux.

Kuat penerangan /tingkat penerangan/intensitas penerangan meruapakan

perbandingan antara intensitas cahaya (I) dengan luas permukaan (A) yang mendapat

penerangan.

E= I/A lx

Karena arus cahaya Ф =  .I dank arena penyebaran cahaya meruang sehingga luas

daerah penerangan (merupakan kulit bola ) A= . R2.

Dengan menganggap sumber penerangan sebagai titik yang jaraknya (h) dari

bidang penerangan ma Kuat penerangan (E) dalam lux(lx) pada suatu titik pada bidang

penerangan adalah:

2
E= I/h lx.

Persamaan diatas lazim disebut Hukum Kuadrat terbalik (Inverse Square Law).
Kalau pada skema di bawah ini X sebagai sumber cahaya, maka besarnya E pada

titik P dan Q :

2
Kuat Peneranga pada titik P (Ep): Ep = I/h

Kuat Penerangan pada titik Q (EQ): EQ = (I/h ) x sin 


2
EQ = I/(h + l2)

Tinjauan lainnya dengan membuat acuan sudut seperti pada skema berikut ini:

Sumber penerangan

E1 adalah kuat penerangan pada bidang yang tegak lurus PQ, sesuai dengan

hokum kuadrat terbalik, E1 = I/r2


Kuat penerangan pada bidang horizontal (melalui garis PQ) adalah E:

E = E1 Cos 

Sehingga E = (I/r2) x cos  lx…

Hukum Cosinus

Cos  = h/r atau I/r = Cos /h

Subsitusi pada dua persamaan diatas didapat

E=I/h. Cos  lx.

5.3.5 Luminansi

Luminansi (L) merupakan besaran penerangan yang kaitannya erat dengan kuat

penerangan (E).

Luminansi adalah pernyataan kuantitatif jumlah cahaya yang dipantulkan oleh

permukaan pada suatu arah. Luminansi merupakan suatu ukuran untuk terang suatu

benda.

Luminansi suatu permukaan ditentukan oleh kuat penerangan dan kemampuan

memantulkan cahaya oleh permukaan. Kemampuan memantulkan cahaya oleh

permukaan disebut factor refleksi atau reflektasi().

Luminansi didefenisikan sebagai intensitas cahaya dibagi dengan luas permukaan

semu (As) bidang yang mendapatkan cahaya (cd/m2).

L = I/As

Untuk membandingkan antara kuat penerangan dengan luminansi dapat

diperhatikan gambar 5.6 sedangkan untuk memahami luas semu ditunjukkan pada

gambar 5.7.
Luas Semu adalah proyeksi suatu permukaan (tegak lurus dengan pengamat), sebagai

contoh: Luas semu bola dari segala arah pandang adalah sama yaitu lingkaran.

Pengertian luminansi dapat dijelaskan sebagai berikut: Jika terdapat buku yang

terbuka di atas meja. Arus cahaya yang sampai pada buku maupun meja adalah sama

demikian pula kuat penerangannya. Namun Luminansi (cahaya yang ditangkap mata)

untuk buku lebih besar daripada luminansi meja karena reflektasi buku lebih besar

dibanding reflektasi meja.

Disamping luas dan intensitas cahaya (I) luminansi dipengaruhi pula reflektasi ()

objek yang mendapat cahaya.

Gambar 5.6 Ilustrasi E dan L pada meja dan buku diatasnya.

Gambar 5.7 Luas semu pada pitamida sesuai arah pandang pengamat
5.4 Kurva Polar Intensitas Cahaya

Perancangan penerangan perlu mengetahui bagaimana efek pencahayaan yang

dihasilkan suatu sumber cahaya. Karakteristik fotometrik dari suatu kombinasi sumber

cahaya dapat dikuantifikasi berdasarkan suatu pengukuran yang dinyatakan dengan suatu

kurva yaitu kurva polar.

Kurva polar sering pula disebut Kurva distribusi Kandela (KDK) adalah suatu

kurva yang menunjukkan intensitas cahaya (I), distribusi intensitas cahaya, atau kuat

penerangan suatu sumber cahaya pada semua kedudukan terhadap sumber cahaya.

Produsen lampu selalu menerbitkan KDK setiap produknya untuk dijadikan acuan

perancangan penerangan. Umumnya produsen lampu membuat KDK berdasarkan arus

cahaya 1000 lm (cd/1000 lm) sehingga pada setiap KDK dicantumkan keterangan

candela serta arus cahaya yang dijadikan acuan. Jika kemudian diperlukan untuk

perhitungan lampu produk yang sama dengan arus cahaya 1500 lm, maka nilai yang

tertera pada KDK dikalikan 1,5.

Berdasarkan bentuknya KDK sesuai dengan sumber cahayanya dapat

dikategorikan menjadi 2 yaitu: simetri dan asimetri seperti ditunjukkan pada gambar 5.8

(perhatikan kontur armaturnya). Arus cahaya yang dijadikan acuan pada KDK gb 5.8

adalah 1000 lm. Gambar 5.8a jarak dari lampu sejauh 1 m menyudut 0 o,30o,90o arus

cahayanya sebesar 225 cd, 325 cd, 0 cd dengan menggunakan hukum kuadrat terbalik

didapat kuat penerangan masing-masing pengamatan 225 lx, 325 lx dan 0 lx.

Gambar 5.8b dengan jarak pengukuran yang sama menyudut 30o ke arah kiri

lampu arus cahayanya sebesar 275 cd sedangkan kearah kanan lampu arus cahayanya

sebesar 360 cd.


Gambar 5.8 KDK suatu lampu

Contoh lain, jika misalnya armature gambar 5.9 diberi lampu 1500 lumen, maka

pada sudut 30o intensitas cahayanya akan sama dengan: 1,5 x 194 = 291 cd.

Gambar 5.9 Diagram/kurva polar intensitas cahaya (1000 lm) dan armature.
Namun bila diperlukan KDK suatu sumber cahaya dapat dibuat sendiri dengan

cara mengukur intensitas cahaya, atau kuat penerangan pada setiap titik seperti

ditunjukkan pada gambar 5.10 Goniofotometer merupakan alat dilaboratorium yang

digunakan untuk memetakan KDK suatu sumber penerangan.

Terdapat 4 metode teknik pengukuran yang dapat dilakukan untuk mendapatkan KDK

suatu sumber penerangan, yaitu:

1. sumber cahaya diputar sumbu vertical dan horizontal sedangkan alat ukurnya

dipasang pada posisi dan kedudukan yang tetap.

2. sumber cahaya pada posisi dan kedudukan tetap sedangkan alat ukurnya diubah-

ubah kedudukannya (dengan jarak tetap dari sumber cahaya)

3. sumber cahaya diputar pada sumbu tegak sedangkan alat ukur digerakkan

setengah lingkaran vertical

4. sumber cahaya bergerak bebas tetapi setiap kedudukan (dengan menggunakan

sebuah kaca) cahaya jatuh pada alat ukur.

Gambar 5.10 berbagai metode mendapatkan KDK suatu sumber cahaya


Jika yang terbaca pada alat ukur adalah kuat penerangan, maka selanjutnya

menggunakan hokum kuadrat terbalik hasil pengukuran dikonversikan dari lux menjadi

candela. Hasil yang diperoleh dari konversi tersebut digambarkan pada kertas grafik dan

jika kemudian jika titik nilai hasil konversi tersebut dihubungkan satu sama lain maka

didapatlah KDK lampu.

Untuk sumber cahaya simetris misalnya: lampu pijar, hanya diperlukan satu

kumpulan titik-titik hasil pengukuran. Tetapi jika sumber cahayanya asimetris, misalnya:

TL, kurva yang diperoleh dari beberapa bidang pengukuran yaitu bidang melintang dan

sejajar lampu seperti ditunjukkan pada gambar 5.11

Gambar 5.11 cara mendapatkan KDK sumber cahaya asimetris


Hasil pengukuran merupakan kumpulan nilai yang selanjutnya karena dilakukan

pengukuran pada 3 bidang maka terdapat 3 kumpulan titik-titik. Selanjutnya nilai-nilai

hasil pengukuran ditentukan nilai rata-ratanya sehingga ketika digambarkan diperoleh

hanya satu kurva saja.

5.5 Armatur dan Sistem Penerangan

Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi sumber

cahaya itu sendiri dan pada konstruksi armature yang digunakan. Konstruksi armaturnya

antara lain ditentukan oleh:

a. Cara pemasangannya pada dinding atau langit-langit

b. Cara pemasangan fiting atau fiting-fiting di dalam armature

c. Perlindungan sumber cahayanya

d. Penyesuaian bentuknya dengan lingkungan

e. Penyebaran cahayanya.

Sebagian besar dari cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak langsung dating dari

sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan.

Karena besarnya luminansi sumber-sumber cahaya modern, cahaya langsung dari

sumber cahaya biasanya akan menyilaukan mata. Karena itu bahan-bahan armature harus

dipilih sedemikian rupa sehingga sumber cahayanya terlindung dan cahayanya terbagi

secara tepat

5.5.1 Absorbsi

Sebagian dari cahaya yang mengenai suatu permukaan akan diserap oleh

permukaan itu. Bagian yang diserap ini menimbulkan panas pada permukaan tersebut.

Permukaan yang gelap dan buram menyerap banyak cahaya.


Bagian flux cahaya yang diserap oleh suatu permukaan ditentukan oleh factor

absorbsi (a) permukaan itu:

a = flux cahaya yang diserap .


flux cahaya yang mengenai permukaan

5.5.2 Refleksi

Sebagian dari cahaya yang mengenai suatu permukaan akan dipantulkan oleh

permukaan itu.

Jumlah cahaya yang dipantulkan tidak ditentukan oleh mengkilatnya suatu

permukaan, tetapi oleh sifat-sifat dan permukaan bahannya. Permukaan difus kadang-

kadang dapat memantulkan lebih banyak cahaya daripada suatu permukaan yang

mengkilat.

Bagian flux cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh factor refleksi ( r) suatu

permukaan:

r= flux cahaya yang dipantulkan .


flux cahaya yang mengenai permukaan

Faktor refleksi 0,6 atau 60 % berarti, bahwa 60% dari flux cahaya yang mengenai

permukaan, dipantulkan.

Ditinjau dari hasil refleksinya refleksi dapat dibagi menjadi:

1. Refleksi cermin/refleksi teratur

Jika sinar-sinar cahaya sejajar yang mengenai suatu permukaan, dipantulkan tetap

sejaja, maka terjadi refleksi cermin atau refleksi teratur (gambar 5.12). Refleksi demikian

terjadi pada cermin dan pada permukaan logam yang dipoles.


Gambar 5.12 Refleksi cermin atau refleksi teratur

2. refleksi baur/refleksi difus

Jika sinar-sinarnya dipantulkan tersebar ke semua jurusan, maka terjadi refleksi

baur atau refleksi difus (gambar 5.13), seperti yang terjadi pada suatu permukaan kasar,

misalnya pada langit-langit yang dikapur.

Gambar 5.13 refleksi baur/difus


3. refleksi campuran

Antara dua bentuk diatas masih dijumpai beberapa bentuk refleksi lain, misalnya

refleksi campuran (gambar 5.14), yang dapat dikenali dari permukaan yang berkilat,

misalnya jalan yang basah, linoleum yang baru digosok dan sebagainya.

Gambar 5.14 refleksi campuran

4. refleksi terpencar

Kalau bentuk berkas cahaya yang dipantulkan agak lebih teratur, dikatakan

bahwa terjadi refleksi terpencar. (gambar 5.15)

Gambar 5.15 refleksi terpencar


Ditinjau dari perubahan warna cahaya hasil refleksi, maka refleksi dibagi menjadi:

1. Refleksi netral dan selektif

Kalau cahaya yang mengenai suatu permukaan dipantulkan tanpa perubahan

warna, maka terjadi refleksi netral

Kalau disinari dengan cahaya merah, permukaan itu akan memantulkan cahaya

merah juga. Kalau disinari dengan cahaya putih, akan dipantulkan cahaya putih. Jadi

warna suatu permukaan ikut ditentukan oleh warna cahaya yang menyinarinya.

Warna suatu permukaan juga ditentukan oleh intensitas cahaya yang

menyinarinya.

Permukaan hitam yang diberi penerangan kuat akan tampak kelabu. Sebagai

contoh misalkan papan tulis hitam dalam ruangan yang gorden-gordennya ditutup.

Melalui celah gorden, seberkas cahaya matahari jatuh diatas papan tulis itu. Kalau berkas

cahayanya cukup terang, ada kemungkinan papan tulis yang diterangi itu akan tampak

lebih muda warnanya daripada warna suatu garis yang dibuat dengan kapur tulis putih di

atas papan tersebut.

Kesan cahaya putih hanya relative. Cahaya putih bisa juga memberi kesan kelabu,

bahkan hitam. Hal ini tergantung pada factor refleksi r permukaan yang disinari. Jika

factor refleksinya melebihi 75%, permukaannya dikatakan putih. Jika r di antara 5% dan

75%, permukaannya dikatakan berwarna kelabu. Jika kurang dari 5%, permukaannya

dikatakan hitam gambar 5.16


Gambar 5.16 refleksi netral

2. refleksi selektif

Jika permukaan berwarna disinari dengan cahaya putih, maka cahaya yang

dipantulkan akan juga berwarna.dikatakan bahwa terjadi refleksi selektif (gambar 5.17)

permukaan merah akan memantulkan terutama cahaya merah; warna-warna lainnya akan

diserap, warna yang satu diserap lebih banyak daripada yang lain.

Gambar 5.17 refleksi selektif

Jadi factor refleksi suatu permukaan tidak hanya ditentukan oleh bahannya, tetapi

juga oleh warna cahaya yang menyinarinya. Jika permukaan merah disinari cahaya

merah, maka hamper tidak terjadi absorbsi. Jadi dalam hal ini factor refleksinya akan

sangat besar jika dibandingkan dengan factor refleksi permukaan itu untuk cahaya putih.

Karena itu, tabel-tabel factor refleksi selalu mencantumkan nilai-nilai kira-kira

(lihat tabel berikut)


Tabel 5.3 Tabel factor refleksi beberapa permukaan untuk cahaya putih

No Permukaan bidang Factor refleksi


(1) (2) (3)
1 Plesteran putih (baru,kering) 0,70 – 0,80
2 Plesteran putih (lama) 0,30 – 0,60
3 Cat air putih 0,65 – 0,75
4 Cat minyak putih 0,75 – 0,85
5 Cat aluminium 0,60 – 0,75
6 Beton (baru) 0,40 – 0,50
7 Beton (lama) 0,05 – 0,15
8 Batu bata (baru) 0,10 – 0,30
9 Batu bata (lama) 0,05 – 0,15
10 Papan serat kayu (kuning gading, baru) 0,50 – 0,60
11 Papan serat kayu (kuning gading, lama) 0,30 – 0,40
12 Kayu berk dan esdoorn, warna muda 0,55 – 0,65
13 Kayu eik, diberi lak warna muda 0,40 – 0,50
14 Kayu eik, diberi lak warna gelap 0,15 – 0,40
15 Kayu mahoni 0,15 – 0,40
16 Gorden kuning 0,30 – 0,45
17 Gorden merah 0,10 – 0,20
18 Gorden biru 0,10 – 0,20
19 Gorden perak-kelabu 0,15 – 0,25
20 Gorden coklat tua 0,10 – 0,20
21 Beledru hitam 0,005 – 0,01
22 Reflectal 0,95 – 0,98
23 Perak (dipoles) 0,88 – 0,93
24 Email (putih) 0,65 – 0,75
25 Nikel (dipoles) 0,53 – 0,63
26 Nikel (buram) 0,48 – 0,52
27 Aluminium (dipoles) 0,65 – 0,75
28 Aluminium (buram) 0,55 – 0,60
29 Aluminium (“alzac”) 0,80 – 0,85
30 Tembaga 0,48 – 0,50
31 Krom (dipoles) 0,60 – 0,70
32 Krom (buram) 0,52 – 0,55
33 Kaleng 0,68 – 0,70

Warna suatu permukaan juga tergantung pada warna cahaya yang meneranginya.

Jika warna suatu permukaan dalam cahaya buatan berbeda dengan warnanya pada siang

hari, dikatakan bahwa cahaya itu palsu. Perubahan warna ini dapat dilihat dengan jelas di
jalan-jalan dengan penerangan lampu natrium. Dalam cahaya kuning lampu natrium ini,

suatu benda putih akn tampak kuning, yang dipantulkan hanya cahaya kuning saja. Benda

ungu akan tampak hampir hitam. Sebab cahaya kuning dari lampu akan diserap benda itu

dan hampir tidak ada refleksi. Juga di toko-toko dengan penerangan lampu TL terjadi

perubahan warna.

Kalau dua benda, yang satu berwarna gelap dan yang lain berwarna muda,

diletakkan di bawah sinar matahari selama jangka waktu yang sama, maka benda yang

berwarna gelap akan menjadi lebih panas, Karena lebih banyak menyerap cahaya. Karena

itu, di daerah-daerah tropis banyak dikenakan pakaian berwarna muda atau putih,

karenawarna-warna ini tidak banyak menyerap cahaya matahari.

5.5.3 Transmisi

Bahan – bahan tembus cahaya, seperti berbagai jenis kaca, seluloida dan

sebagainya, akan memamantulkan atau menyerap hanya sebagian saja dari cahaya yang

mengenainya. Sebagian besar dari cahayaitu dapat menembus bahan-bahan tersebut.

Bagian flux cahya yang dapat menembus ditentukan oleh factor transmis t suatu bahan:

t= flux cahaya yang dapat menembus


Flux cahaya yang mengenai permukaan

Dari hasil atau bentuk transmisi pada suatu bidang, transmisi dapat dibagi

menjadi:

1. transmisi teratur

Transmisi teratur terjadi jika sinar-sinar cahaya yang masuk sejajar, keluar tetap

sejajar.
Gambar 5.18 memperlihatkan transmisi teratur.

2. transmisi difus sempurna

Transmisi difus sempurna terjadi jika sinar- sinar yang masuk sejajar, keluar

tersebar, seperti misalnya pada kaca opal. Karena itu kaca ini banyak digunakan untuk

penerangan, antaralain untuk lampu argenta.

Gambar 5.19 memperlihatkan transmisi difus sempurna


3. transmisi campuran

Transmisi campuran dapat dilihat pada gambar 5.20, seperti yang terjadi pada

kaca buram dan pada lampu-lampu pijar yang kacanya diburamkan.

Gambar 5.20 memperlihatkan transmisi campuran,

Ditinjau dari perubahan warna hasil transmisi cahaya, transmisi dapat dibagi menjadi

1. Transmisi netral

Transmisi netral dapat disamakan dengan refleksi netral. Kalau suatu bahan dapat

ditembus cahaya, dan warna cahayanya tidak atau hampir tidak berubah, maka dikatakan

bahwa terjadi transmisi netral. Cahaya merah juga keluar sebagai cahaya merah ( gambar

5.20). Cahaya putih dapat memberi kesan putih, kelabu atau hampir hitam, tergantung

pada factor transmisinya.

Transmisi netral dapat terjadi antara lain pada kaca jendela.


Gambar 5.20 transmisi netral

2. Transmisi selektif

Seperti juga diketahui pada refleksi, dikatakan terjadi transmisi selektif kalau

semua warna diserap kecuali satu warna tertentu. Kaca merah misalnya akan menyerap

hampir semua warna kecuali warna merah. Kalau cahaya putih mengenai kaca merah,

maka pada satu sisi hanya dipantulkan cahaya merah, jadi sisi kaca itu akan tampak

merah. Sisi lainnya hanya dapat ditembus oleh cahaya merah, jadi juga sisi ini akan

tampak merah (gambar 5.21).

Gambar 5.21 transmisi selektif

Bahan dengan transmisi selektif dinamakan filter atau tapis. Kalau cahaya merah

mengenai filter biru tua, maka cahaya merah itu akan diserap, sehingga tidak dapat
menembus filter tersebut. Karena juga tidak ada cahaya yang dipantulkan, maka kedua

sisi filter itu akan tampak hitam (gambar 5.22)

Gambar 5.22 transmisi pada filter

Apa yang terjadi pada cahaya tampak, juga terjadi pada sinar infra merah dan

sinar ultra ungu. Lampu infraphil memiliki kaca tembus sinar inframerah, dan lampu

sinar matahari buatan memilii kaca tembus sinar ultra ungu.

Untuk suatu permukaan biasanya terjadi penyerapan (absorbsi), pemantulan (refleksi)

juga transmisi maka berlaku:

a +r+t=1

5.5.4 Armatur

Armatur-armatur lampu dapat dibagi menurut beberapa cara, yaitu:

1. berdasarkan sifat penerangannya, atas armature untuk penerangan langsung,

sebagian besar langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan tak langsung;

2. berdasarkan konstruksinya, atas armature biasa, kedap tetesan air, kedap air,

kedap letupan debu dan kedap letupan gas;


3. berdasarkan penggunaannya, atas armature untuk penerangan dalam, penerangan

luar, penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armature yang ditanam di

dinding atau langit-langit yang tidak ditanam;

4. berdasarkan bentuknya, atas armature balon, pinggan, “rok”, gelang, armature

pancaran lebar dan pancaran terbatas; kemudian armature kandil, palung dan

armature-armatur jenis lain untuk lampu-lampu bentuk tabung;

5. berdasarkan cara pemasangannya, atas armature langit-langit, dinding, gantung,

berdiri, armature gantung memakai pipa dan armature gantung memakai kabel.

Bentuk sumber cahaya dan armature harus demikian rupa sehingga tidak

menyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebab bayang-bayang ini diperlukan untuk

dapat melihat benda-benda sewajarnya. Akan tetapi bayang-bayang itu tidak boleh terlalu

tajam.

Selain itu konstruksi armature harus demikian rupa sehingga ada cukup sirkulasi

udara untuk menyingkirkan panas yang ditimbulkan oleh sumber cahaya. Karena itu

harus ada cukup banyak lubang di bagian bawah dan bagian atas armature. Suhu armature

sekali-kali tidak boleh menjadi sedemikian tinggi hingga dapat menimbulkan kebakaran

atau merusak lantai.

5.5.5 Sistem penerangan

Tidak selalu cahaya dari suatu sumber cahaya dipancarkan langsung ke suatu

objek penerangan atau bidang kerja. Menurut IES terdapat 5 klasifikasi system pancaran

cahaya dari sumber cahaya, yaitu: penerangan langsung, penerangan setengah langsung,

penerangan menyebar (difus), penerangan setengah tak langsung, dan penerangan tak

langsung.
5.5.5.1 Penerangan langsung

Pada penerangan langsung 90 hingga 100 % cahaya dipancarkan ke bidang kerja. Pada

penerangan langsung terjadi efek terowongan (tunneling effect) pada langit-langit yaitu

tepat di atas lampu terdapat bagian yang gelap. Penerangan langsung dapat dirancang

menyebar atau terpusat, tergantung reflector yang digunakan seperti ditunjukkan pada

gambar 5.23

Gambar 5.23 penerangan langsung

Kelebihan pada penerangan langsung: efisiensi penerangan tinggi, memerlukan

sedikit lampu untuk bidang kerja yang luas.

Kelemahannya: bayangannya gelap atau bayang-bayangnya tajam tapi hal ini

dapat dikurangi dengan menggunakan sumber-sumber cahaya bentuk tabung (TL), karena

jumlah lampunya sedikit maka jika terjadi gangguan sangat berpengaruh.

Pada beberapa industri yang lembab atau berdebu lampu penerangan perlu

perlindungan. Perlindungan terhadap kelembaban dapat menggunakan plastik atau bahan

fiberglass yang diperkuat dengan polyester. Disamping tahan terhadap kelembaban,

plastic juga tahan terhadap uap beberapa bahan kimia sehingga tepat digunakan pada:

pabrik kertas, ruang elektro plating, atau industri kimia lainnya.


Penerangan langsung terutama digunakan diruangan- ruangan yang tinggi,

misalnya dibengkel dan pabrik dan untuk penerangan luar. Contoh armatur-armatur yang

digunakan untuk penerangan langsung ialah:

 armatur pancaran lebar (gambar 5.24) diguanakan untuk penerangan umum dalam

bengkel-bengkel.

Gambar 5.24 armatur pancaran lebar

 armatur pancaran terbatas. (gambar 5.25) digunakan untuk penerangan setempat

misalnya diatas mesin-mesin perkakas.

Gambar 5.25 armature pancaran terbatas


 armature palung (gambar 5.26) digunakan untuk penerangan industri dengan lampu

bentuk tabung

Gambar 5.26 armatur palung

 Armature rok (gambar 5.27) digunakan untuk penerangan luar

Gambar 5.27 armature rok


 Armatur kedap air (gambar 5.28) digunakan untuk penerangan jalan

Gambar 5.28 armature kedap air

 Armature dinding (gambar 5.29) digunakan atau dipasang pada dinding, armature ini

cocok untuk digunakan pada penerangan etalas, untuk keperluan ini dapat juga

digunakan lampu-lampu cermin

Gamabr 5.29 armatur dinding

 Armatur langit-langit yang ditanam (gambar 5.30) digunakan dengan cara ditanam

pada langit-langit. Arah cahayanya dapt diatur dan dapat ditujukan ke suatu titik

tertentu. Jadi aksen penerangan dapat diletakkan pada tempat-tempat yang

dikehendaki.
Gambar 5.30 armatur langit-langit (ditanam)

5.5.5.2 Penerangan setengah langsung

Penerangan setengah langsung 60 hingga 90 % cahayanya di arahkan ke bidang

kerja selebihnya di arahkan ke langit-langit.

Efisiensi penerangan yang sebagian besar langsung ini cukup baik. Dibandingkan

dengan penerangan langsung, pembentukan bayang-bayang dan kilaunya agak kurang.

Sejumlah kecil cahayanya dipancarkan keatas, karena itu kesan mengenai ukuran

ruangannya menjadi lebih baik. Seolah-olah langitnya lebih tinggi

System penerangan ini digunakan di gedung-gedung kantor dan ibadat, untuk tangga

rumah, gang kelas, toko dan sebagainya.

Gambar 5.31 penerangan setengah langsung.


Gambar 5.32 memperlihatkan pelindung dari kawat baja berlapis seng untuk

ornament, misalnya untuk ruangan-ruangan olaharaga

5.5.5.3 Penerangan menyebar (difus)

Pada penerangan difus distribusi cahaya ke atas dan bawah relative merata yaitu

berkisar 40 hingga 60%. Perbandingan ini tidak tepat masing-masing 50%, karena

armature yang berbentuk bola yang digunakan ada kalanya ada terbuka pada bagian

bawah atau atas. Armature terbuat dari bahan yang tembus cahaya, antara lain: kaca

embun, fiberglass, plastic. Penerangan difus menghasilkan cahaya teduh dibanding yang

dihasilkan 2 penerangan yang dijelaskan sebelumnya.

Gambar 5.33 penerangan difus

Efisiensi penerangan difus lebih rendah daripada efisiensi kedua system yang

telah dibahas sebelumnya. Sebagian dari cahaya sumber-sumber cahaya sekarang


diarahkan ke dinding dan langit-langit. Pembentukan bayang-bayang dan kilaunya

banyak berkurang.

Penerangan difus banyak digunakan di tempat ibadat, ruangan sekolah, ruangan

kantor dan tempat-tempat kerja.

Armature untuk penerangan difus ialah armature-armatur balon, misalnya

armature gantung memakai pipa (gambar 5.34). aramatur ini memiliki balon dari kaca

opal tripleks. Kaca ini tidak menyerap banyak cahaya, jadi efisiensinya tinggi. Kaca opal

tripleks terdiri dari dua lapis kaca bening dengan satu lapis tipis kaca opal diantaranya.

Gambar 5.34 armatur gantung pakai pipa

5.5.5.4 Penerangan setengah tak langsung

Pada penerangan setengah tak langsung distribusi cahaya 60 hingga 90%

diarahkan ke langit-langit, karena itu langit-langit dan dinding-dinding ruangan harus

diberi warna terang. Distribusi cahaya pada penerangan ini mirip dengan distribusi

penerangan tak langsung tetapi lebih efisien dan kuat penerangannya lebih tinggi.
Perbandingan kebeningan antara sumber cahaya dengan sekelilingnya tetap memenuhi

syarat tetapi pada penerangan ini timbul bayangan walaupun tidak jelas.

Gambar 5.35 penerangan setengah tak langsung

Penerangan setengah tak langsung digunaakan pada ruangan yang memerlukan

modeling shadow. Penggunaan penerangan setengah tak langsung pada: toko buku, ruang

baca, ruang tamu dan rumah-rumah sakit.

Gambar 5.36a memperlihatkan sebuah armature dinding untuk penerangan

sebagian besar tak langsung. Gambar 5.36b memperlihatkan sebuah armature gantung

bentuk gelang. Kedua armature tersebut antara lain digunakan di rumah-rumah sakit.

a.armatur dinding b. armature gantung bentuk gelang

Gambar5.36 armatur setengah tak langsung


5.5.5.5 Penerangan tak langsung

Pada penerangan tak langsung 90 hingga 100% cahaya dipancarkan ke langit-langit

ruangan sehingga yang dimanfaatkan padda bidang kerja adalah cahaya pantulan.

Pancaran cahaya pada penerangan tak langsung dapat pula dipantulkan pada dinding

sehingga cahaya yang sampai pada permukaan bidang kerja adalah cahaya pantulan dari

dinding.

Kalau bidang pantulnya langit-langit, maka kuat penerangan pada bidang kerja

dipengaruhi oleh factor refleksi langit-langit seperti ditunjukkan pada gambar 6.1. oleh

karena itu warna langit-langit dan dinding harus terang. Bayang-bayang hampir tidak ada

lagi. Untuk keperluan itu lampu umunya digantung.

Gambar 5.37 penerangan tak langsung

Sumber cahaya digantungkan atau dipasang setidak-tidaknya 45,7 cm dibawah

langit-langit tinggi ruangan minimal 2,25 m. selain itu sumber cahaya dapat dipasang

pada bagian tembol dekat langitt-langit yang cahayanya diarahkan ke langit-langit.

Pada penerangan tak langsung langit-langit merupakan sumber cahaya semu dan

cahaya yang dipantulkan menyebar serta tidak menyebabkan bayangan. Agar memenuhi
persyaratan ini, maka perbandingan terang sumber cahaya dengan sekelilingnya lebih

besar dari 20 :1.

Peneranagn tak langsung menjadi tidak efisien jika cahaya yang sampai ke langit-

langit merupakan cahaya pantulan dari bidang lain. Penerangan jenis ini diperlukan untuk

membaca, menulis dan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan halus lainnya seperti ruang

gambar, perkantoran, rumah sakit, hotel.

5.6 Cara menghitung penerangan dalam

Aspek pencahayaan menentukan kebutuhan lampu demikian pula teknik instalasi

penerangan dan perawatannya. Rekayasa penerangan dan factor pemakai perlu

diperhatikan agar didapat kualitas penerangan yang memadai. Faktor yang menentukan

kualitas penerangan adalah: kuat penerangan (lux), distribusi cahaya, silau seminimal

mungkin, arah pencahayaan dan tata letak lampu, warna cahaya dan efek pencahayaan.

Untuk menentukan kebutuhan daya maupun jumlah lampu di dalam ruangan, yang perlu

ditentukan kuat penerangan yang diperlukan.

Akhir-akhir ini makin terbukti bahwa penerangan yang baik memegang peranan

penting, terutama untuk industri.

Untuk suatu perusahaan produksi, penerangan yang baik antara lain memberi

keuntungan-keuntungan berikut ini:

a. peningkatan produksi;

b. peningkatan kecermatan;

c. kesehatan yang lebih baik;

d. suasana kerja yang lebih nyaman;

e. keselamatan kerja yang lebih baik


Pilihan mengenai system penerangan yang sebaiknya digunakan dipengaruhi oleh

banyak factor, antara lain:

a. intensitas penerangannya di bidang kerja;

b. intensitas penerangan umumnya dalam ruangan;

c. Biaya instalasinya;

d. Biaya pemakaian energinya;

e. Biaya pemeliharaan instalasinya, antara lain Biaya untuk penggantian lampu-

lampu.

Penerangan suatu ruangan kerja pertama-tama harus tidak melelahkan mata tanpa

guna. Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja

dan sekelilingnya, harus dihindari, karena akan memerlukan daya penyesuaian mata yang

terlalu besar sehingga melelahkan.

Perbandingan antara intensitas penerangan minimum dan maksimum di bidang

kerja harus sekurang-kurangnya 0,7. Perbandingan dengan sekelilingnya harus sekurang-

kurangnya 0,3.

Di samping itu, harus juga diperhitungkan usia orang-orang yang kan bekerja di

ruangan yang akan diberi penerangan atau yang akan menempati ruangan itu. Untuk

dapat bekerja sama nyamannya, seorang berusia 60 tahun memerlukan kira-kira 15 kali

lebih banyak cahaya daripada yang diperlukan seorang anak berusia 10 Tahun.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung penerangan dalam adalah:

 intensitas penerangan (E);

 efisiensi penerangan ( );

 factor penyusutan atau factor depresiasi (d).


5.6.1 Intensitas penerangan

Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat di mana pekerjaannya akan

dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80 cm di atas lantai. Bidang kerja ini mungkin

sebuah meja atau bangku kerja, atau juga suatu bidang horizontal khayalan, 80 cm diatas

lantai.

Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh sifat pekerjaan yang

harus dilakukan. Suatu bagian mekanik halus misalnya, akan memerlukan intensitas

penerangan yang jauh lebih besar daripada yang diperlukan suatu galangan kapal.

Juga panjangnya waktu kerja mempengaruhi intensitas penerangan yang

diperlukan. Pekerjaan yang lama dengan penerangan buatan, juga memerlukan intensitas

penerangan yang lebih besar.

Tabel 1 mencantumkan intensitas penerangan yang diperlukan untuk penerangan

yang baik.

Intensitas penerangan E dinyatakan dalam satuan lux, sama dengan jumlah

lm/m2. Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk suatu bidang kerja seluas A m2 ialah:

Ф = E x A lm.

5.6.2 Efisiensi penerangan ( )

Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang

kerja. Sebagian dari flux cahaya itu akan dipancarkan ke dinding dan langit-langit (lihat

gambar 5.38). Karena itu untuk menentukan flux cahaya yang diperlukan harus

diperhitungkan efisiensi atau rendemennya:


 = Фg/Фo

dimana:

Фo = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada dalam

ruangan;

Фg = flux cahaya yang berguna yang mencapai bidang kerja, langsung atau tak

langsung setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit,

Bagian flux cahaya yang hilang menerangi ruangan atau diserap oleh dinding,

langit-langit, gorden dan sebagainya.

a b

Gambar 5.38 efisiensi penerangan

a. Pembagian flux cahaya dalam ruangan

Dalam hal ini flux cahayanya sebagian besar menuju langsung ke bidang kerja

b. Dalam ruangan tinggi ini hanya sebagian kecil dari flux cahayanya menuju

langsung ke bidang kerja.


Dari:

 = Фg/Фo

dan

Фg = E x A didapat rumus flux cahaya:

Фo = E x A lm

Di mana:

A= luas bidang kerja dalam m2;

E= intensitas penerangan yang diperlukan di bidang kerja.

Efisiensi atau rendemen penerangannya ditentukan dari tabel-tabel (lihat misalnya

tabel 2 sampai dengan tabel 6). Setiap tabel hanya berlaku untuk suatu armature tertentu

dengan jenis lampu tertentu dalam ruangan tertentu pula.

Untuk menentukan efisiensi penerangannya harus diperhitungkan:

a) efisiensi atau rendemen armaturnya (v);

b) factor refleksi dindingnya (rw), factor refleksi langit-langitnya (rp) dan factor

refleksi bidang pengukurannya (rm);

c) indeks ruangannya.

5.6.2.1 Efisiensi armatur

Efisiensi atau rendemen armature v ialah:

V= flux cahaya yang dipancarkan oleh armature


Flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya

Efisiensi ini dibagi atas bagian flux cahaya di atas dan di bawah bidang horizontal,

misalnya dalam tabel 3 masing-masing 22% dan 65%.


Efisiensi sebuah armature ditentukan oleh konstruksinya dan oleh bahan yang digunakan.

Dalam efisiensi penerangan selalu sudah diperhitungkan efisiensi armaturnya.

5.6.2.2 Faktor-faktor refleksi

Faktor-faktor refleksi rw dan rp masing-masing menyatakan bagian yang

dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit, dan kemudian

mencapai bidang kerja.

Factor refleksi semu bidang pengukuran atau bidang kerja rm, ditentukan oleh

refleksi lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan lantai. Umumnya untuk

rm ini diambil 0,1.

Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-70%, dan yang

berwarna gelap 10-20%.

Pengaruh dinding dan langit-langit pada system penerangan langsung jauh lebih

kecil daripada pengaruhnya pada system-sistem penerangan lainnya. Sebab cahaya yang

jatuh di langit-langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux cahaya.

Dalam tabel-tabel 2 sampai dengan 6 efisiensi penerngannnya diberikan untuk

tiga nilai rp yang berbeda. Pada setiap nilai rp terdapat tiga nilai rw.

Untuk factor refleksi dinding rw ini dipilih suatu nilai rata-rata, sebab pengaruh

gorden dan sebagainya sangat besar.

Silau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan cara-cara berikut

ini:

a) menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja;

b) menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannnya luas dan

luminansinya rendah;
c) penempatan sumber cahaya yang tepat.

5.6.2.3 Indeks ruangan atau indeks bentuk

Indeks ruangan atau indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara ukuran-

ukuran utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar:

k= pxl
h(p+l)

dimana:

p = panjang ruangan dalam m

l = lebar ruangan dalam m

h = tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja, dinyatakan dalam m.

Bidang kerja ialah suatu bidang horisontal khayalan, umumnya 0,80 m di atas

lantai.

Kalau nilai k yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efisiensi penerangannya

dapat ditentukan dengan interpolasi. Kalau misalnya k =4,5, maka untuk  diambil nilai

tengah antara nilai-nilai k =4 dan k= 5.

Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai untuk k = 5, sebab untuk k di atas 5,

efisiensi penerangannya hampir tidak berubah lagi.

5.6.3 Faktor penyusutan atau factor depresiasi

Faktor penyusutan atau factor depresiasi d ialah:

d= E dalam keadaan dipakai


E keadaan baru

Intensitas penerangan E dalam keadaan dipakai ialah intensitas penerangan rata-

rata suatu instalasi dengan lampu-lampu dan armature-armatur, yang daya gunanya telah

berkurang karena kotor, sudah lama dipakai atau karena sebab-sebab lain.
Efisiensi penerangan yang diberikan dalam tabel-tabel 2 sampai dengan 6 berlaku

untuk suatu instalasi dalam keadaan dipakai, nilai rendemen yang didapat dari tabel

masih harus dikalikan dengan factor depresiasinya. Factor depresiasi ini dibagi atas tiga

golongan utama, yaitu untuk:

a) pengotoran ringan;

b) pengotoran biasa;

c) pengotoran berat.

Masing-masing golongan utama ini dibagi lagi atas tiga kelompok , tergantung

pada masa pemeliharaan lampu-lampu dan armature-armaturnya, yaitu setelah 1,2 atau 3

tahun.

Pengotoran ringan, terajdi di took-toko, kantor-kantor dan gedung-gedung

sekolah yang berada di daerah-daerah yang hampir tidak berdebu.

Pengotoran berat, akan terjadi di ruangan-ruangan dengan banyak debu atau

pengotoran lain, misalnya di perusahaan-perusahaan cor, pertambangan, pemintalan dan

sebagainya.

Pengotoran biasa terjadi diperusahaan-perusahaan lainnya.

Kalau tingkat pengotoraannya tidak diketahui, digunakan factor depresiasi 0,8.

Selanjutnya efisiensi penerangannya juga dipengaruhi oleh cara penempatan

sumber-sumber cahayanya dalam ruangan. Jarak a antar sumber cahaya sedapat mungkin

harus sama untuk kedua arah. Jarak antara sumber cahaya yang paling luar dan dinding

harus 0,5 a. Sedapat mungkin a harus sama dengan tinggi h sumber cahaya di atas bidang

kerja.
Kalau ketentuan-ketentuan di atas mengenai penempatan sumber cahaya dipenuhi,

untuk efisiensi penerangannya dapat digunakan nilai-nilai yang diberikan dalam tabel 2

sampai dengan tabel 6.

Kalau a lebih kecil daripada h, misalnya kalau ruangannya kecil, maka untuk

penerangan umum yang baik biasanya digunakan empat armature.

Disamping pengarug pengotoran, dalam factor depresiasi telah juga

diperhitungkan pengaruh usia lampu-lampunya. Pengaruh ini tergantung pada jumlah jam

nyalanya. Untuk lampu-lampu TL diperhitungkan 1500 jam nyala per tahun, dan untuk

lampu pijar 500 jam nyala per tahun. Angka-angka ini sesuai dengan angka rata-rata di

perusahaan-perusahaan.

Kalau intensitas penerangannya menurun sampai 20% di bawah yang seharusnya,

lampu-lampunya harus diganti atau dibersihkan. Penggantian lampu-lampu ini sebaiknya

dilakukan kelompok demi kelompok, supaya tidak terlalu mengganggu kegiatan

perusahaan.
Tabel 1. Intensitas penerangan pada ruangan-ruangan

No Sifat pekerjaan Penerangan Peneran


sangat baik gan baik
(lux) (lux)
1 Kantor
Ruangan gambar

Ruangan kantor (untuk pekerjaan kantor biasa, 2000 1000


pembukuan,magnetic,suratmenyurat,membaca,menulis,
melayani mesin-mesin kantor) 1000 500
Ruangan yang tidak digunakan terus-menerus untuk 1
pekerjaan (ruangan arsip. Tangga, gang, ruangan tunggu). 250 50
2 Ruangan Sekolah

Ruangan kelas 500 250


Ruangan gambar 1000 500
Ruangan untuk pelajaran jahit-menjahit 1000 500
3 Industri
Pekerjaan sangat halus (pembuatan jam tangan, instrumen
kecil dan halus, mengukir) 5000 2500
Pekerjaan halus (pekerjaan pemasangan halus, menyetel
mesin bubut otomatis, pekerjaan bubut halus, kempa halus, 2000 1000
poles)
Pekerjaan biasa (pekerjaan bor, bubut kasar, pemasangan 1000 500
biasa)
Pekerjaan kasar (menempa dan menggiling) 500 250
4 Toko
Ruangan jual dan pamer:
Toko-toko besar 1000 500
Toko- toko lain 500 250
Etalase:
Toko-toko besar 2000 1000
Toko-toko lain 1000 500
5 Mesjid, gereja dan sebagainya 250 125
6 Rumah tinggal
Kamar tamu
Penerangan setempat (bidang kerja) 1000 500
Penerangan umum, suasana 100 50
Dapur
Penerangan setempat 500 250
Penerangan umum 250 125
Ruangan-ruangan lain
Kamar tidur, kamar mandi, kamr rias (penerangan setempat) 500 250
Gang,tangga,gudang,garasi 250 125
Penerangan setempat untuk pekerjaan-pekerjaan ringan
(hobby dan sebagainya) 500 250
Penerangan umum 250 125
Contoh Cara menghitung penerangan

Suatu ruangan gambar ukuran 8 x 16 m dan tinggi 3,20 m, harus diberi penerangan.

Jumlah lampu yang diperlukan ditentukan sebagai berikut.

a) Pertama-tama ditentukan jenis lampu dan armature yang akan digunakan.

Untuk contoh ini dipilih armature 4 x TL 40 W menurut tabel 2.

Flux cahayanya 4 x 3000 lumen per armature.

b) Kemudian ditentukan factor-faktor refleksinya berdasarkan warna dinding dan

langit-langit ruangan, yaitu untuk:

Warna putih dan warna sangat muda: 0,7

Warna muda : 0,5

Warna sedang : 0,3

Warna gelap : 0,1

Untuk menentukan factor refleksi suatu warna, dalam praktek digunakan kipas

warna dengan factor-faktor refleksinya.

Untuk contoh ini ditentukan:

rp= 0,5 rw = 0,3 dan rm = 0,1

c) Selanjutnya ditentukan indeks bentuknya.

Karena lampu-lampunya dipasang pada langit-langit, dan bidang kerjanya berada

kira-kira 0,9 m diatas lantai, maka h = 2,30 m.

Jadi:

k= pxl = 16 x 8 = 2,3
h(p + l) 2,3 (16 + 8)

d) Kemudian ditentukan efisiensi penerangannya dari tabel 2 dengan nilai-nilai k,

rp,rw dan rm seperti tersebut diatas.


Dari tabel 2 dapat dibaca:

Untuk k1 = 2 : 1= 0,57 dan

Untuk k2 = 2,5 : 2= 0,60.

Efisiensi penerangannya untuk k =2,3 ditentukan dengan interpolasi:

 = 1 + k-k1 x (2-1)
k2-k1

= 0,57 + 2,3 - 2 x (0,60-0,57)


2,5 – 2

 = 0,59

dalam tabel 2, efisiensi armaturnya sama dengan 72%. Nilai ini juga berlaku

untuk armature yang digunakan untuk contoh ini. Jadi efisiensi penerangannya tetap 0,59.

Kalau armature yang digunakan memiliki efisiensi lain, misalnya 55 %, efisiensi

penerangannya akn menjadi:

55 x 0,59 = 0,45
72

e) Intensitas penerangan yang diperlukan ditentukan berdasarkan tabel 1. untuk

contoh ini digunakan 1250 lux.

f) Flux cahaya yang diperlukan dapat dihitung dari:

Фo = E x A untuk keadaan baru.



Atau

Фo = E x A untuk keadaan dipakai.


xd

jumlah lampu atau armature n yang diperlukan dapat juga ditentukan langsung

dari:

n= Фo = ExA
Ф lampu Ф lampu x  x d
Atau

n= Фo = ExA
Ф armatur Ф aramtur x  x d

Flux cahaya lampu atau armature dapat dilihat dari buku catalog. Untuk contoh

berikut ini berlaku:

Ф armatur = 4 x 3000 = 12000 lumen

Jumlah armature yang diperlukan dapat dihitung setealh ditentukan factor

depresiasinya. Untuk contoh ini dapat diperkirakan, bahwa hanaya akan terjadi

pengotoran ringan. Kalau lampu-lampunya diperbaharui setiap 2 tahun, maka d = 0,8

(lihat tabel 2).

Jadi:

E= 1250 lux

A= 8 x 16 =128 m2

D= 0,8

Ф armatur = 12000 lumen

 = 0,59

sehingga:

n = 1250 x 128 = 28,2


12000 x 0,59 x 0,8

Jumlah ini dapat diabagi atas 4 deret, masing-masing dengan 7 armatur, atau 3

deret dari 9 armatur.

Cara penempatan armature-armaturnya juga tergantung pada konstruksi langit-

langit ruangan. Selain itu juga penempatan meja-meja gambarnya ikut menentukan.

Diatas meja gambar tidak boleh ada baying-bayang yang mengganggu.


Luas A selalu dihitung dari ukuran bujursangkar. Juga kalau sebagian dari ruangan

digunakan untuk keperluan lain, misalnya untuk serambi depan, luas A tetap dihitung dari

panjang dan lebar bujursangkar. Kalau kemudian ternyata bahwa di tempat serambi itu

tidak mungkin dipasang armature, maka armature di tempat ini ditiadakan.

Pada waktu instalasinya diserahkan, jadi dalam keadaan baru, intensitas

penerangannya akan jauh lebih tinggi, yaitu sama dengan:

1250 = 1562,5 lux


0,8

Ini berlaku kalau setiap tabung TL menghasilakn 3000 lumen. Sesungguhnya flux

cahaya yang dihasilkan sebuah tabung TL 40 W selama 100 jam nyala pertama, lebih

banyak daripada 3000 lumen.


Soal Latihan 3

1. Suatu ruangan dengan luas lantai 48 m2 diberi penerangan dengan 24 lampu TL

40 W, yang masing-masing menghasilkan 2800 lm. Efisiensi penerangannya

40%, dan factor depresiasinya d= 0,7. tentukanalah intensitas penerangan dalam

ruangan tersebut?

2. Suatu ruangan kelas harus diberi penerangan dengan intensitas peneranagn 250

lux. Panjang ruangan 9 m, lebarnya 8 m dan tingginya 3,5 m. Untuk

penerangannya digunakan armature lampu TL 2 x 40 W dengan flux cahaya

spesifik 65 lm/W. efisiensi penerangannya 50% dan factor depresiasinya 0,7.

tentukanlah jumlah armature yang diperlukan. Gambarkanlah denahnya dengan

penempatan armature-armaturnya serta jarak antara masing-masing armature.

3. suatu bangsal pabrik dengan ukuran lantai 40x 10 m harus diberi penerangan

dengan menggunakan armature lampu TL 2 x 40 W yang dipasang pada langit-

langit. Masing-masing tabung Tl memberi 2800 lumen. Intensitas penerangannya

harus 300 lux.

Tinggi ruangan 4,50 m. factor depresiasinya 0,6. untuk menentukan efisiensi

penerangannya berlaku tabel di bawah ini;

Indeks bentuk k Efisiensi penerangan dalam keadaan dipakai


1 0,21
1,5 0,27
2 0,32
2,5 0,36
3 0,40
4 0,43
5 0,46
Tentukanlah jumlah armature yang diperlukan untuk instalasi ini (diperhitungkan

juga kemungkinan pelaksanaannya). Berapakah intensitas penerangannya di

bidang kerja dalam keadaan baru?

4. Suatu bangsal ukuran 150 x 10 m harus diberi penerangan dengan menggunakan

lampu-lampu TL 65 W, 4400 lm. Intensitas penerangannya harus 60 lux. Factor

depresiasinya setelah 2 tahun sama dengan 0,6. efisiensi penerangannya 0,5.

a) Tentukanlah jumlah tabung TL yang harus dipasang dalam ruangan

tersebut.

b) Berapakah intensitas penerangannya setealh 2 tahun, kalau pada waktu

penyerahan iluminansinya dibuat 15% lebih tinggi daripada yang

diharuskan?

5. Suatu ruangan kerja dengan ukuran lantai 12 x 8 m harus diberi penerangan

dengan intesitas penerangan rata-rata 350 lux (d= 0,8).

Kalau efisiensi penerangannya sama dengan 0,4, tentukanlah;

a) jumlah lampu pijar 150 W, 16 lm/W, yang diperlukan;

b) jumlah lampu TL 40 W, 70 lm/W, yang diperlukan (balas 16 W)

c) biaya pemakaian listriknya per tahun untuk a dan untuk b.

Dimisalkan bahwa lampu-lampunya digunakan 10 jam sehari selama 250

hari per tahun. Harga 1 kWh sama dengan Rp. 35,-

d) kesimpulan apa yang dapat diambil dari jawaban pertanyaan c?

6. Buatlah rencana penerangan untuk suatu ruangan took dengan ketentuan-

ketentuan sebagai berikut.


Ukuran-ukuran ruangan: panjang 12 m, lebar 6 m dan tinggi 3,50 m. tinggi meja-

meja pajangnya 0,85 m. intensitas penerangan rata-rata di meja pajang harus 250

lux. Untuk penerangannya dapat digunakan lampu-lampu pijar dengan difusor

(armature bola), atau lampu-lampu TL dengan data sebagai berikut.

a) penerangan dengan lampu pijar:

Tinggi lampu di atas lantai 2,65 m. dalam setiap difusor dipasang sebuah

lampu pijar 300 W yang memberi 4800 lm.

b) penerangan dengan lampu TL:

Tinggi lampu diatas lantai 3,25 m. setiap armature terdiri dari 2 tabung TL

40 W; masing-masing tabung memberi 2500 lm. Daya balastnya 20 W per

armature.

Karena refleksi dinding dan langit-langit, armature yang digunakan dan

ukuran ruangannya, efisiensi penerangannya seperti dibawah ini:

a) untuk penerangan dengan lampu pijar :  = 37,5%;

b) untuk penerangan dengan lampu TL :  = 36,5%

untuk kedua cara penerangan, factor depresiasinya sama dengan d =0,8.

Untuk kedua cara penerangan tersebut diatas, tentukanlah:

a) indeks ruangannnya k;

b) jumlah armature yang diperlukan;

c) fluks cahaya spesifiknya dalam satuan lm/W;

d) daya terpasang yang diperlukan;

e) daya terpasang yang diperlukan, dinyatakan dalam W per m2 luas lantai.


7. Bnagsal suatu pabrik tekstil haurs diberi penerangan dengan menggunakan

armature TL 2 x 40 W duo untuk penerangan langsung. Intensitas penerangan

rata-ratanya harus 250 lux.

Berhubung dengan jenis pekerjaan yang harus dilakkukan dalm bangsal tersebut,

digunakan tabung-tabung TL dengan warna cahaya tertentu dan fluks cahaya 2800

lm per tabung.

Ukuran bangsal 42 x 8 m.

Jarak vertical antara lampu dan bidang ialah 3,70 m.

Efisiensi penerangannnya dapat ditentukan dari tabel di bawah ini.

Flux cahaya spesifiknya (untuk lampu dengan balast) sama dengan 56 lm/W.

Factor depresiasinya d= 0,7 .

Indeks bentuk k Efisiensi penerangan dalam keadaan dipakai


1 0,20
1,5 0,26
2 0,30
2,5 0,35
3 0,39
4 0,42
5 0,45

a) tentukanlah jumlah armature yang diperlukan untuk penerangan ini.

Hasilnya harus dibulatkan ke bilangan genap yang terdekat.

b) Tentukanlah daya terpasang yang diperlukan

c) Berapakah penunjukkan rata-rata sebuah luxmeter, jika diukur segera

setelah instalsinya diserahkan.


8. Suatu kantin ukuran 10 x 20 m harus diberi penerangan. Tinggi ruangannnya 5,35

m. intensitas penerangan rata-ratanya harus E= 225 lux.

Warna dinding-dindingnnya kuning muda, langit-langitnya putih.

Armature yang digunakan ialah NB 64 (lihat tabel 5), dengan lampu 300 W (fluks

cahaya spesifiknya 15 lm/W). pengotoran dalam ruangan hanya sedikit, dan

lampu-lampunya dibersihkan setiap tahun.

Armature-armaturnya digantung 1,5 m dibawah langit-langit.

Tentukanlah:

a) rp dan rw;

b) k;

c) efisiensi penerangannya;

d) flux cahaya Фo;

e) jumlah armature yang diperlukan.

f) gambarlah denahnya dengan penempatan aramtur-armaturnya serta jarak

antara masing-masing armatur dan antara armature dan dinding-dinding.

9. Suatu kantinukuran 8 x 50 m dan tinggi 5 m harus diberi penerangan dengan

menggunakan aramtur TL 2 x 65 W duo (lihat tabel 3). Flux cahayanya 3100 lm

per tabung. Warna langit-langitnya putih (rp=0,7), dan dinding-dingdingnya

kuning (rw=0,5); d=0,8.

Tentukanlah jumlah armature yang diperlukan supaya E = 250 lux.

Kalau harga 1 kwh sama dengan rp 35,- tentukanlah Biaya pemakaian listrik

instalasi uni setiap tahunnya. Berapakah daya terpasang yang diperlukan?


Penerangannnya digunakan rata-rata 6 jam per hari dan 300 hari per tahun. Daya

balastnya 20 W per armature.

10. suatu bangsal pabrik harus diberi penerangan dengan lampu-lampu TL, intensitas

penerangannnya harus kira-kira 300 lux.

Armature yang digunakan ialah TL 2 x 40 W, 2800 lm per tabung (tabel 4).

Ukuran bangsal: panjang 24 m, lebar 8 m dan tinggi 5 m. Tinggi bidang kerjanya

0,80 m.

Langit-langit dan dindingnya diberi warna muda. Pengotorannya hanya sedikit.

Factor depresiasinya d= 0,8.

a) Tentukanlah jumlah armature yang diperlukan

b) Buatlah gambar denahnya menurut skala di atas kertas ukuran A4 dengan

penempatan armature-armaturnya (dinding-dindingnya digambar dengan

garis tunggal).

Anda mungkin juga menyukai