Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM (FEBRIS)
A. DEFINISI

Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh


secara abnormal.
Febris/ demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yang
normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak
dalam hipotalamus anterior (Isselbacher, 1999).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C
atau lebih.Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C.Sedangkan
bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia,
2000).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat
termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam bila
suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal (Donna L.
Wong, 2003).
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas
seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama
sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada
dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap infeksi bakterial.
B. ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain. (Julia, 2000).Menurut Guyton (1990) demam dapat
disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat
regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk
mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain:
ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan
fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang
menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3
derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti
selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium
dan penunjang medis lainnya.
C. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak
disertai peningkatan set point(Julia, 2000).Demam adalah sebagai mekanisme
pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang
masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan
merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen
adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen
endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non
infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)
yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ).
Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat.
Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaran panas.Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang
tinggi ini akanmerangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel
limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan
proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan
antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003).
Sedangkan sifat-sifat demam dapatberupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil.Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat
normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan
jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa
jam untuk mencapai suhu baru.Krisis/flush.Bila faktor yang menyebabkan suhu
tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak
berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal.(Guyton,
1999).
D. MANIFESTASI KLINIS
tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
37,5 ºC-40ºC, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor
yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan,
menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik
atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat
(Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).

F. PENATALAKSANAAN
1. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6
jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau.Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau
apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu
lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu
mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-
sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa
rusaknya fungsi intelektual tertentu.
a. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknyaMinuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau
air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu
tubuh memperoleh gantinya.
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru
akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
g. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa
hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas.
Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya
tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar
yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau
mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga
akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi
panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:

a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol


b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan
pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda
dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek
pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui
pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol yang
bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan
saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5
kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d
itoleransi dengan baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi
dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun
rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja meneka n
pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik, analgetik
dan antiinflamasi.Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung dan
perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.Efek samping hematologis
yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.Efek terhadap ginjal
berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan
asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8
jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan
prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek
samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara
han saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak
dianjurkan unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral,
intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan
fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan
sebagai antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan
anemia hemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6
bulan.
G. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam
dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayan otak
H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan : kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integumen
g. Sistem perkemihan
3. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. foto rontgent
c. USG
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi
2. Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan intake tidak adekuat
dan diaporesis
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan keinginan untuk makan (anoreksia).
4. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
(Carpenito, 2000 & Doengoes, 2000)

A. Intervensi
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi
Tujuan :
Suhu tubuh dalam batas normal (36.5 º ).
Kriteria hasil:
a. Suhu dalam batas normal
b. Bebas dari kedinginan
c. Tidak mengalami komplikasi
Intervensi :
a. Pantau suhu pasien (derajad dan pola),perhatian menggigil/ diaforesis
b. Berikan kompres air hangat untuk merangsang penurunan panas atau demam
c. Kolaborasi memberikan antipiretik
2. Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan intake tidak adekuat
dan diaporesis (Doenges, 2000).
Tujuan :
Defisit volume cairan dapat diatasi.
Kriteria hasil :
Mempertahankan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Intervensi :
a. kaji masukan dan haluaran cairan,
b. kaji tanda- tanda vital pasien,
c. ajarkan pasien pentingnya mempertahankan masukan yang adekuat
(sedikitnya 2000 ml / hari, kecualiterdapat kontra indikasi penyakit jantung
atau ginjal),
d. kaji tanda dan gejala dini defisit volume cairan (mukosa bibir kering,
penurunan berat badan).
e. Timbang berat badan setiap hari.
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia (Carpenito, 1999).
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Berat badan normal, nafsu makan ada / bertambah.
Intervensi :
a. timbang berat badan pasien setiap hari
b. jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat beri diet lunak,
c. ajarkan pasien untuk makan sedikit tapi sering,
d. pertahankam kebersihan mulut dengan baik,
e. sajikan makanan dalam bentuk yang menarik
4. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
Tujuan :
cemas hilang
Kriteria hasil :
a. klien dapat mengidentifikasi hal-hal yang dapat meningkatkan dan
menurunkan suhu tubuh
b. klien mau berpartisipasi dalam setiap tidakan yang dilakukan
c. klien mengungkapkan penurunan cemas yang berhubungan dengan
hipertermi, proses penyakit
Intervensi :
a. Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi yang dimiliki klien mengenai
hipertermi
b. Berikan informasi yang akurat tentang penyebab hipertermi
c. Validasi perasaan klien dan yakinkan klien bahwa kecemasam merupakan
respon yang normal
d. Diskusikan rencana tindakan yang dilakukan berhubungan dengan hipertermi
dan keadaan penyakit

DAFTAR PPUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta


Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim
Terjadi Pada Anak.PERKANI : Surabaya
Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc.
Lynda juall, Carpenito, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda juall
Carpenito, Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8), Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika
Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP FEBRIS

A. Definisi
Demam (Febris) adalah meningkatnya suhu tubuh yang tidak normal yang merupakan
tanda klinis terjadinya gangguan fisiologi tubuh (Buku Saku Prosedur Kep. Medical Bedah :
Dra. Elly Nur Achmah DNSc, Ratna S. Sudarsono. Skp. MAPPSc)

B. Tipe-Tipe Demam
1. Demam septik
Suhu tubuh berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ke tingkat diatas normal pada pagi hari disertai keluhan menggigil dan berkeringat

2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun tiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.

3. Demam intermitten
Suhu badan turun tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.

4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajad.

5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam
untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula (IPD Jilid 1 th
1999 Arjatmo Tjokronegoro Prof. Dr. Ph D dan Hendra Utama)

C. Etiologi
Yang sering; infeksi saluran nafas atas, otitis media, sinusitis, bronchiolitis, pneumonia,
pharingitis, abces gigi, gingivostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kenih, reaksi imun,
neoplasma, osteomilitis.

Suatu tipe demam (febris) kadang-kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit
tertentu, seperti misalnya tipe demam intermitten untuk malaria. Seorang pasien dengan
keluhan utama demam mungkin dapat dihilangkan dengan suatu penyebab yang jelas, seperti
misalnya abses pneumonia, infeksi saluran kencing atau malaria, tetapi terkadang sama sekali
tidak dapat dihubungkan dengan suatu sebab yang tidak jelas. (IPD Jilid 1 th 1999 : Prof. Dr.
Ph D dan Hendra Utama)
D. Patofisiologi
Demam terjadi karena pengelepasan pisogen dari leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pisogen oksogen yang dapat dari mikroorganisme atau merupakan hasil
reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. (IPD Jilid 1 th 1999 Arjatmo
Tjokronegoro Prof. Dr. Ph D dan Hendra Utama)

E. Tanda Dan Gejala


- Demam diartikan suhu tubuh di atas 37,5 C (normal 36,5 – 37,5 C).

- Pasien banyak berkeringat dan menggigil.

- Gelisah atau lethargy.

- Rasa lemas.

- Tidak nafsu makan.

- Nadi dan pernafasan cepat.

- Batuk.

- Tenggorokan sakit

F. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan fisik

- Laboratorium : pemeriksaan darah rutin, kultur urin dan kultur darah

- Hemato : CRP (C. reaktif protein) : meningkat

SGOT/SGPT : memberi petunjuk mengenai fungsi sel hati.

- Lumbal fungsi.

G. Penatalaksanaan Terapeotik
- Antipiretik

- Antibiotik intravena sesuai program.


- Hindari kompres alkohol dan air es.

- Hindari penggunaan aspirin karena potensial reye’s synrome

- Kloramfesikol untuk demam lifoid obat anti tuberkulosis

- Aspirin untuk demam theumatik.

- Antikagulasi untuk emboli paru.

H. Komplikasi
- Kejang.

- Resiko persisten bakteremia.

- Resiko meningitis.

- Resiko ke arah keseriusan penyakit.

ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang menderita observasi febris
meliputi beberapa tahap :

I. Pengkajian
A. Pengumpulan Data
1. Identitas penderita
Meliputi : mana, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, status perkawinan, suku
bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

2. Keluhan Utama

Orang yang menderita observasi febris biasanya mengeluh suhu badannya naik (panas),
keluar banyak keringat, batuk-batuk dan tidak nafsu makan.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang


Pada umumnya didapatkan peningkatan suhu tubuh di atas 37,50C (N 36,5 – 37,5 C) atau
ada masalah psikologis ( rasa takut dan cemas terhadap penyakitnya)

b. Riwayat penyakit dahulu


Umumnya dikaitkan dengan riwayat medis yang berhubungan dengan penyakit febris.

c. Riwayat penyakit keluarga


Dalam susunan keluarga adalah riwayat penyakit febris yang pernah diderita atau penyakit
turunan dan menular yang pernag diderita atau anggota keluarga.

4. Pola-Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola persepsi dan tata laksan hidup sehat

Umumnya pada pola ini penderita penyakit febris mengalami perubahan dalam perawat dirinya
yang diakibatkan oleh penyakitnya

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Umumnya terjadi penurunan nafsu makan atau tidak.

c. Pola eliminasi

Pada pola ini bisa terjadi perubahan karena asupan yang kurang sehingg klien tidak bisa BAB
/ BAK secara normal.

d. Pola istirahat tidur

Pada pola ini tidur kx biasanya mengalami gangguan karena adanya rasa tidak nyaman
dengan meningkatnya suhu

e. Pola aktifitas dan latihan

Aktivitas kx bergantung karena biasanya klien lemah karena kurangnya asupan serta
meningkatnya suhu.

f. Pola persepsi dan konsep diri

Kx merasa cemas dengan keadaan suhu tubuhnya yang meningkat dan ketakutan sehingga
mengalami perubahan metabolisme (ex : mencret)

g. Pola sensori dan kognitif

Tidak terjadi gangguan pada pola ini dan biasanya hanya sebagian kx yang dapat
mengetahuinya.

h. Pola reproduksi dan sexual

Pada pola ini biasanya kx tidak mengalami gangguan.


i. Pola hubungan peran

Bisa terjadi hubungan yang baik atau kekeluargaan dan tidak mengalami gangguan.

j. Pola penanggulangan stres

Dukungan keluarga sangat berarti untuk kesembuhan klien.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Adanya perubahan dalam melaksanakan ibadah sebagai dampak dari penyakitnya.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum

Kesadaran (baik, gelisah, apatis / koma), badan lemahm frekuensi pernafasan tinggi, suhu
badan meningkat dan nadi meningkat

b. Kepala dan leher

Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak

c. Kulit, rambut, kuku

Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.

d. Mata

Umumnya mulai terlihat cowong atau tidak.

e. Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut

Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau tidak.

f. Thorak dan abdomen

Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan bising usus.

g. Sistem respirasi

Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam.

h. Sistem kardiovaskuler

Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat

i. Sistem muskuloskeletal
Terjadi gangguan apa tidak.

j. Sistem pernafasan

Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan nafas dan biasanya
kesadarannya gelisah, apatis atau koma

B. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dikelompokkan meliputi data subyektif dan obyektif
untuk menentukan masalah data yang telah dikelompokkan, ditentukan masalah
keperawatannya. Kemudian ditentukan penyebabnya serta dirumuskan ke dalam diagnosa
keperawatan (Lismidar, 1990)

II. Diagnosa Keperawatan


1. Peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi.

2. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya b/d kurang informasi.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan.

III. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan I

Peningkatan suhu tubuh b/d proses penyakitnya.

Tujuan : kenaikan suhu tubuh dapat teratasi.

KH : suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5 C).

tidak terjadi tanda-tanda hypertensi.

Rencana tindakan :

1. Jelaskan pada kx dan keluarga tentang terjadinya peningkatan suhu tubuh akibat-akibat dari
suhu tubuh yang tinggi.

2. Berikan kompres kompres dingin pada daerah axila.

3. Anjurkan kx untuk menggunakan baju yang tipis dan longgar serta menyerap keringat.

4. Obs. gejala kordinal tiap 2 jam atau bilamana diperlukan.

5. Anjurkan pada klien minum 2-3 liter/hari.

6. Berikan kesempatan pada kx untuk beristirahat.


7. Ciptakan suasana yang aman dan nyaman.

8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.

Rasional :

1. Dengan penjelasan maka kx dan keluarga dapat diajak untuk bekerja sama dalam mengatasi
masalah tersebut.

2. Daerah axila banyak terdapat pembuluh darah dan saraf yang dapat mempengaruhi
hipotalamus.

3. Pakaian longgar dan tipis menimbulkan proses penguapan panas akan lebih cepat.

4. Dapat diketahui perkembangan kondisi dan adanya kelainan secara dini.

5. Minum air yang cukup dapat mengganti cairan yang hilang akibat penguapan yang meningkat.

6. Istirahat dapat menurunkan metabolisme tubuh bekerja karena dengan peningkatan


metabolisme dapat menimbulkan panas.

7. Ketegangan dan kecemasan menimbulkan peningkatan metabolisme tubuh yang


mempengaruhi hipotalamus yang berhubungan dengan stres adaptasi.

8. Membantu mempercepat penurunan suhu tubuh.

Diagnosa Keperawatan II

Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya b/d kurang informasi.

Tujuan : rasa cemas berkurang atau hilang.

KH : Kx mampu mengungkapkan tentang proses penyakit dan perawatannya.


Kx mampu mengidentifikasi faktor penyebab penyakit.

Rencana tindakan :

1. Jelaskan pada klien tentang penyakit dan gejala-gejala dan perawatan yang akan dilakukan.

2. Bantu kx untuk mengungkapkan perasaannya dan identifikasikan kecemasan.

3. Alihkan perhatian kx dan melakukan aktifitas yang diperbolehkan.

4. Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman.

Rasional
1. Diharapkan kx dapat mengerti tentang penyakitnya dan juga dapat melakukan perawatan serta
bersifat kooperatif.

2. Diharapkan dapat mengurangi beban perasaan dan untuk mengetahui tingkat kecemasan.

3. Dengan melakukan aktivitas dapat melupakan masalah yang dihadapi.

4. Diharapkan dapat memberikan ketenangan perasaan yang dapat mendukung proses


kesembuhan.

Diagnosa Keperawatan III

Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d nafsu makan menurun.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi, dapat menstabilkan berat badan secara bertahap.

KH : - Kx dapat menghabiskan porsi yang disediakan.

- BB meningkat.

Rencana tindakan :

1. Jelaskan pada kx tentang pentingnya nutrisi dan akibat bila kekurangan nutrisi.

2. Sajikan makanan dalam porsi kecil dan sering.

3. Anjurkan pada kx untuk mengkonsumsi makanan tambahan tetapi yang tidak bertentangan
dengan diet.

4. Obs. Intake dan output dalam 24 jam.

5. Hidangkan menu dalam keadaan hangat.

6. Kolaborasi dengan tim dokter.

Rasional :

1. Diharapkan kx dapat mengerti dan mau bekerja sama dalam pemberian askep.

2. Rasa mual dan muntah dapat berkurang.

3. Dapat menambah kebutuhan zat makanan.

4. Mengatur makanan yang dimakan oleh kx dalam sehari, sehingga mempermudah dideteksi
dini pemasukan yang adekuat.

5. Diharapkan mampu merangsang nafsu makan kx.


6. Dapat memberikan diet yang sesuai dengan penyakit dan kondisi kx.

IV. Implementasi
Pelaksanaan m,erupakan pengelolaan dari perwujudan rencna tindakan yang meliputi
beberapa kegiatan yaitu velidasai rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana
tindak keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan mengumpulkan data. (Lismidar,
1990 : 60).

V. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap atau langkah dalam proses keperawatan yang dilaksanakan
dengan sengaja dan terus menerus yang dilakukan oleh perawat dan anggota tim kesehatan
lainnya dengan tujuan untuk memenuhi apakah tujuan dan rencana keperawatan terapi atau
tidak serta untuk melakukan pengkajian ulang.

Sehingga dapat penilaian sebagai berikut :

1. tujuan tercapai : Kx mampu melakukan / menunjukkan prilaku pada waktu yang telah
ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan.

2. tujuan tercapai sebagian : Kx mampu menunjukkan prilaku tetapi hanya sebagian dari tujuan
yang diharapkan.

3. tujuan tidak tercapai : Bila kx tidak mampu atau tidak sama sekali menunjukkan prilaku yang
digarapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. (H. Lismidar, 1989).

DAFTAR PUSTAKA

1. Lynda Jual Carpenito, buku saku Diagnosa Keperawatan edisi 8.


2. Lismidar dkk, 1990, Proses Keperawatan. Jakarta, Universitas Jakarta.

3. Arjatmo Tjokronegoro Prof. Dr, Ph D dan Hendra Utama dr. Buku Ilmu Penyakit dalam jilid I
tahun 1999.

4. Dra. Elly Nurachmach, DNSc, Ratna S. Sudarsono, Skp, MAppSc, Buku Saku Prosedur
Keperawatan Medikal Bedah.

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Panas tinggi atau demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi daripada
biasanya atau diatas suhu normal.
Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan. Suhu badan normal
berkisar antara 36-37 ºC. Jadi, seseorang yang mengalami demam, suhu badannya diatas
37 ºC. Sebenarnya suhu badan yang mencapai 37,5 ºC masih berada di ambang batas suhu
normal. Tentu saja sepanjang suhu tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk meningkat.
Dengan kata lain, ketika kondisi suhu badan mencapai ambang batas, sudah selayaknya hal
tersebut mendapatkan perhatian yang lebih serius sehingga kemungkinan melampaui batas
ambang dapat dihindarkan.

Banyak bayi atau anak balita yang menderita penyakit demam terutama pada pergantian
musim dan penyakit ini memerlukan intervensi yang mantap dan penanganan yang baik
guna penyembuhan yang cepat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memberikan asuhan
kebidanan pada Bayi “R” dengan Febris dan membuat asuhan kebidanan yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada By. R Usia 11 Bulan Dengan Febris Di Ruang KIA Puskesmas
Turen”.

1.2 Tujuan
Mampu melakukan pengkajian dengan pengumpulan data pada By. O Usia 36 Bulan Dengan
Febris.
1.3 Metode Penulisan
Dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini penulis menggunakan beberapa metode, antara
lain sebagai berikut.
1.3.1 Wawancara
Mewawancarai pasien secara langsung melalui lisan.
1.3.2 Dokumentasi
Tehnik pencatatan dari data yang sudah dikumpulkan untuk dijadikan bahan pendukung
dalam menganalisa data.
1.3.3 Observasi
Pengamatan langsung terhadap objek penelitian dengan pemeriksaan fisik yang meliputi
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Febris


2.1.1 Pengertian
Demam adalah peningkatan abnormal suhu badan rektal minimal 38 ºC. Demam merupakan
tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, bukan suatu penyakit dan tidak terjadi
dengan sendirinya.
(Muscari. 2005: 184)

Febris atau demam merupakan meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal.


(Asuhan Keperawatan Kepada Anak. 2001)

Febris merupakan suatu keadaan dimana bayi mengalami peningkatan suhu tubuh > 38oC.
Febris merupakan respon yang sangat berguna dan menolong tubuh dalam memerangi
infeksi.
(Ilmu Kesehatan Anak, 1999)

2.1.2 Etiologi
Demam umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada hipotalamus atau sebaliknya dapat
disebabkna oleh setiap gangguan berikut.
a. Penyebab umum demam pada bayi antara lain infeksi
saluran pernapasan atas dan bawah, faringitis, otitis media dan infeksi virus umum dan
enterik. Rekasi vaksinasi dan pakaian yang terlalu tebal juga sering menjadi penyebab
demam pada bayi.
b. Penyebab demam yang lebih serius antara lain infeksi
saluran kemih, pneumonia, bakteremia, meningitis, osteomielitis, artritis septik, kanker,
gangguan imunologis, keracunan atau overdosis obat dan dehidrasi.
(Muscari. 2005: 184)

2.1.3 Tanda dan Gejala


a. Suhu diatas 38oC, biasanya 38,9-40,6º C yang diukur melalui aksila
b. Kulit kemerahan, diaforesis dan menggigil
c. Gelisah atau letargi
d. Menurunnya gairah bermain dan lesu
e. Pandangan mata meredup
f. Rewel, cengeng atau menangis
g. Cenderung bermalas-malasan (Widjaja. 2012: 3)

2.1.4 Patofisiologi
Tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi
dan peningkatan suhu tubuh memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem
pertahanan tubuh. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme
atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Pirogen
adalah suatu protein yang identik dengan interkulin-1. Di dalhipotalamus zat ini merangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2
yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia. Pengaruh pengaturan autonom akan
mengakibatkan terjadinya vasokontriksi perifer sehingga pengeluaran panas menurun dan
pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi karena meningkatnya aktivitas
metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena kurang
adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah.

2.1.5 Komplikasi
a. Dapat terjadi kejang
b. Resiko ke arah keseriusan penyakit
c. Takikardi
d. Insufisiensi jantung
e. Insufisiensi pulmonal

2.1.6 Penatalaksanaan
a. Temukan penyebab demam dan berikan pengobatan yang sesuai indikasi
b. Berikan selimut tipis yang dapat menyerap keringat
c. Berikan anak banyak minum
d. Pertahankan suhu tubuh yang stabil
e. Ajarkan orangtua cara mengukur suhu anak dan implementasikan tindakan pengendalian
demam (Muscari. 2005: 184)
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Demam merupakan penyakit yang sering diderita bayi atau anak akibat ketahanan tubuh
yang rendah sehingga memudahkan virus dan bakteri masuk ke dalam tubuh dan
mengakibatkan sistem imun dalam tubuh bayi atau anak bekerja keras untuk melawannya.
Apabila daya tahan tubuh cukup kuat maka bayi atau anak tidak akan jatuh sakit tetapi
sebaliknya jika daya tahan tubuhnya rendah. Pada penyakit ini apabila tidak ditangani secara
cepat dan tepat akan berakibat buruk seperti timbulnya kejang. Oleh karena itu sebelum
timbul gejala yang tidak diinginkan orang tua harus segera memeriksakan bayi atau anaknya
ke petugas kesehatan.

4.2 Saran
a. Tenaga Kesehatan
Dalam asuhan kebidanan pada anak yang terkena panas atau demam hendaknya
dikumpulkan data yang lengkap, agar kita sebagai bidan dapat memberikan asuhan secara
optimal baik pada intervensi maupun
b. Masyarakat
Untuk setiap orang tua, jika bayinya mengalami panas atau demam agar segera
memeriksakan bayinya ke petugas kesehatan sebelum terjadi komplikasi lebih lanjut dari
penyakit yang diderita bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Haryati, dkk. 2004. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.


Harrison. 1999. Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Matonday, dkk. 2002. Diagnosis Fisik Pada Anak. Jakarta: Sanjung Seto.
Muda, Ahmad. 2002. Kamus Lengkap Kedokteran. Jakarta: Gita Media.
Muscary, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Edisi III Cetakan I. Jakarta:
EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Fajar Interpratama.
Widjaja, M C. 2012. Mencegah dan Mengatasi Demam Pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai