DEMAM (FEBRIS)
A. DEFINISI
F. PENATALAKSANAAN
1. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6
jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau.Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau
apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu
lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu
mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-
sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa
rusaknya fungsi intelektual tertentu.
a. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknyaMinuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau
air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu
tubuh memperoleh gantinya.
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru
akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
g. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa
hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas.
Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya
tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar
yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau
mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga
akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi
panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:
A. Intervensi
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi
Tujuan :
Suhu tubuh dalam batas normal (36.5 º ).
Kriteria hasil:
a. Suhu dalam batas normal
b. Bebas dari kedinginan
c. Tidak mengalami komplikasi
Intervensi :
a. Pantau suhu pasien (derajad dan pola),perhatian menggigil/ diaforesis
b. Berikan kompres air hangat untuk merangsang penurunan panas atau demam
c. Kolaborasi memberikan antipiretik
2. Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan intake tidak adekuat
dan diaporesis (Doenges, 2000).
Tujuan :
Defisit volume cairan dapat diatasi.
Kriteria hasil :
Mempertahankan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Intervensi :
a. kaji masukan dan haluaran cairan,
b. kaji tanda- tanda vital pasien,
c. ajarkan pasien pentingnya mempertahankan masukan yang adekuat
(sedikitnya 2000 ml / hari, kecualiterdapat kontra indikasi penyakit jantung
atau ginjal),
d. kaji tanda dan gejala dini defisit volume cairan (mukosa bibir kering,
penurunan berat badan).
e. Timbang berat badan setiap hari.
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia (Carpenito, 1999).
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Berat badan normal, nafsu makan ada / bertambah.
Intervensi :
a. timbang berat badan pasien setiap hari
b. jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat beri diet lunak,
c. ajarkan pasien untuk makan sedikit tapi sering,
d. pertahankam kebersihan mulut dengan baik,
e. sajikan makanan dalam bentuk yang menarik
4. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
Tujuan :
cemas hilang
Kriteria hasil :
a. klien dapat mengidentifikasi hal-hal yang dapat meningkatkan dan
menurunkan suhu tubuh
b. klien mau berpartisipasi dalam setiap tidakan yang dilakukan
c. klien mengungkapkan penurunan cemas yang berhubungan dengan
hipertermi, proses penyakit
Intervensi :
a. Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi yang dimiliki klien mengenai
hipertermi
b. Berikan informasi yang akurat tentang penyebab hipertermi
c. Validasi perasaan klien dan yakinkan klien bahwa kecemasam merupakan
respon yang normal
d. Diskusikan rencana tindakan yang dilakukan berhubungan dengan hipertermi
dan keadaan penyakit
DAFTAR PPUSTAKA
A. Definisi
Demam (Febris) adalah meningkatnya suhu tubuh yang tidak normal yang merupakan
tanda klinis terjadinya gangguan fisiologi tubuh (Buku Saku Prosedur Kep. Medical Bedah :
Dra. Elly Nur Achmah DNSc, Ratna S. Sudarsono. Skp. MAPPSc)
B. Tipe-Tipe Demam
1. Demam septik
Suhu tubuh berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ke tingkat diatas normal pada pagi hari disertai keluhan menggigil dan berkeringat
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun tiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
3. Demam intermitten
Suhu badan turun tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajad.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam
untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula (IPD Jilid 1 th
1999 Arjatmo Tjokronegoro Prof. Dr. Ph D dan Hendra Utama)
C. Etiologi
Yang sering; infeksi saluran nafas atas, otitis media, sinusitis, bronchiolitis, pneumonia,
pharingitis, abces gigi, gingivostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kenih, reaksi imun,
neoplasma, osteomilitis.
Suatu tipe demam (febris) kadang-kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit
tertentu, seperti misalnya tipe demam intermitten untuk malaria. Seorang pasien dengan
keluhan utama demam mungkin dapat dihilangkan dengan suatu penyebab yang jelas, seperti
misalnya abses pneumonia, infeksi saluran kencing atau malaria, tetapi terkadang sama sekali
tidak dapat dihubungkan dengan suatu sebab yang tidak jelas. (IPD Jilid 1 th 1999 : Prof. Dr.
Ph D dan Hendra Utama)
D. Patofisiologi
Demam terjadi karena pengelepasan pisogen dari leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pisogen oksogen yang dapat dari mikroorganisme atau merupakan hasil
reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. (IPD Jilid 1 th 1999 Arjatmo
Tjokronegoro Prof. Dr. Ph D dan Hendra Utama)
- Rasa lemas.
- Batuk.
- Tenggorokan sakit
F. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan fisik
- Lumbal fungsi.
G. Penatalaksanaan Terapeotik
- Antipiretik
H. Komplikasi
- Kejang.
- Resiko meningitis.
ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang menderita observasi febris
meliputi beberapa tahap :
I. Pengkajian
A. Pengumpulan Data
1. Identitas penderita
Meliputi : mana, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, status perkawinan, suku
bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Orang yang menderita observasi febris biasanya mengeluh suhu badannya naik (panas),
keluar banyak keringat, batuk-batuk dan tidak nafsu makan.
3. Riwayat Kesehatan
Umumnya pada pola ini penderita penyakit febris mengalami perubahan dalam perawat dirinya
yang diakibatkan oleh penyakitnya
c. Pola eliminasi
Pada pola ini bisa terjadi perubahan karena asupan yang kurang sehingg klien tidak bisa BAB
/ BAK secara normal.
Pada pola ini tidur kx biasanya mengalami gangguan karena adanya rasa tidak nyaman
dengan meningkatnya suhu
Aktivitas kx bergantung karena biasanya klien lemah karena kurangnya asupan serta
meningkatnya suhu.
Kx merasa cemas dengan keadaan suhu tubuhnya yang meningkat dan ketakutan sehingga
mengalami perubahan metabolisme (ex : mencret)
Tidak terjadi gangguan pada pola ini dan biasanya hanya sebagian kx yang dapat
mengetahuinya.
Bisa terjadi hubungan yang baik atau kekeluargaan dan tidak mengalami gangguan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, apatis / koma), badan lemahm frekuensi pernafasan tinggi, suhu
badan meningkat dan nadi meningkat
d. Mata
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan bising usus.
g. Sistem respirasi
h. Sistem kardiovaskuler
i. Sistem muskuloskeletal
Terjadi gangguan apa tidak.
j. Sistem pernafasan
Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan nafas dan biasanya
kesadarannya gelisah, apatis atau koma
B. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dikelompokkan meliputi data subyektif dan obyektif
untuk menentukan masalah data yang telah dikelompokkan, ditentukan masalah
keperawatannya. Kemudian ditentukan penyebabnya serta dirumuskan ke dalam diagnosa
keperawatan (Lismidar, 1990)
III. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan I
Rencana tindakan :
1. Jelaskan pada kx dan keluarga tentang terjadinya peningkatan suhu tubuh akibat-akibat dari
suhu tubuh yang tinggi.
3. Anjurkan kx untuk menggunakan baju yang tipis dan longgar serta menyerap keringat.
Rasional :
1. Dengan penjelasan maka kx dan keluarga dapat diajak untuk bekerja sama dalam mengatasi
masalah tersebut.
2. Daerah axila banyak terdapat pembuluh darah dan saraf yang dapat mempengaruhi
hipotalamus.
3. Pakaian longgar dan tipis menimbulkan proses penguapan panas akan lebih cepat.
5. Minum air yang cukup dapat mengganti cairan yang hilang akibat penguapan yang meningkat.
Diagnosa Keperawatan II
Rencana tindakan :
1. Jelaskan pada klien tentang penyakit dan gejala-gejala dan perawatan yang akan dilakukan.
Rasional
1. Diharapkan kx dapat mengerti tentang penyakitnya dan juga dapat melakukan perawatan serta
bersifat kooperatif.
2. Diharapkan dapat mengurangi beban perasaan dan untuk mengetahui tingkat kecemasan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi, dapat menstabilkan berat badan secara bertahap.
- BB meningkat.
Rencana tindakan :
1. Jelaskan pada kx tentang pentingnya nutrisi dan akibat bila kekurangan nutrisi.
3. Anjurkan pada kx untuk mengkonsumsi makanan tambahan tetapi yang tidak bertentangan
dengan diet.
Rasional :
1. Diharapkan kx dapat mengerti dan mau bekerja sama dalam pemberian askep.
4. Mengatur makanan yang dimakan oleh kx dalam sehari, sehingga mempermudah dideteksi
dini pemasukan yang adekuat.
IV. Implementasi
Pelaksanaan m,erupakan pengelolaan dari perwujudan rencna tindakan yang meliputi
beberapa kegiatan yaitu velidasai rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana
tindak keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan mengumpulkan data. (Lismidar,
1990 : 60).
V. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap atau langkah dalam proses keperawatan yang dilaksanakan
dengan sengaja dan terus menerus yang dilakukan oleh perawat dan anggota tim kesehatan
lainnya dengan tujuan untuk memenuhi apakah tujuan dan rencana keperawatan terapi atau
tidak serta untuk melakukan pengkajian ulang.
1. tujuan tercapai : Kx mampu melakukan / menunjukkan prilaku pada waktu yang telah
ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan.
2. tujuan tercapai sebagian : Kx mampu menunjukkan prilaku tetapi hanya sebagian dari tujuan
yang diharapkan.
3. tujuan tidak tercapai : Bila kx tidak mampu atau tidak sama sekali menunjukkan prilaku yang
digarapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. (H. Lismidar, 1989).
DAFTAR PUSTAKA
3. Arjatmo Tjokronegoro Prof. Dr, Ph D dan Hendra Utama dr. Buku Ilmu Penyakit dalam jilid I
tahun 1999.
4. Dra. Elly Nurachmach, DNSc, Ratna S. Sudarsono, Skp, MAppSc, Buku Saku Prosedur
Keperawatan Medikal Bedah.
Banyak bayi atau anak balita yang menderita penyakit demam terutama pada pergantian
musim dan penyakit ini memerlukan intervensi yang mantap dan penanganan yang baik
guna penyembuhan yang cepat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memberikan asuhan
kebidanan pada Bayi “R” dengan Febris dan membuat asuhan kebidanan yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada By. R Usia 11 Bulan Dengan Febris Di Ruang KIA Puskesmas
Turen”.
1.2 Tujuan
Mampu melakukan pengkajian dengan pengumpulan data pada By. O Usia 36 Bulan Dengan
Febris.
1.3 Metode Penulisan
Dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini penulis menggunakan beberapa metode, antara
lain sebagai berikut.
1.3.1 Wawancara
Mewawancarai pasien secara langsung melalui lisan.
1.3.2 Dokumentasi
Tehnik pencatatan dari data yang sudah dikumpulkan untuk dijadikan bahan pendukung
dalam menganalisa data.
1.3.3 Observasi
Pengamatan langsung terhadap objek penelitian dengan pemeriksaan fisik yang meliputi
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Febris merupakan suatu keadaan dimana bayi mengalami peningkatan suhu tubuh > 38oC.
Febris merupakan respon yang sangat berguna dan menolong tubuh dalam memerangi
infeksi.
(Ilmu Kesehatan Anak, 1999)
2.1.2 Etiologi
Demam umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada hipotalamus atau sebaliknya dapat
disebabkna oleh setiap gangguan berikut.
a. Penyebab umum demam pada bayi antara lain infeksi
saluran pernapasan atas dan bawah, faringitis, otitis media dan infeksi virus umum dan
enterik. Rekasi vaksinasi dan pakaian yang terlalu tebal juga sering menjadi penyebab
demam pada bayi.
b. Penyebab demam yang lebih serius antara lain infeksi
saluran kemih, pneumonia, bakteremia, meningitis, osteomielitis, artritis septik, kanker,
gangguan imunologis, keracunan atau overdosis obat dan dehidrasi.
(Muscari. 2005: 184)
2.1.4 Patofisiologi
Tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi
dan peningkatan suhu tubuh memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem
pertahanan tubuh. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme
atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Pirogen
adalah suatu protein yang identik dengan interkulin-1. Di dalhipotalamus zat ini merangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2
yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia. Pengaruh pengaturan autonom akan
mengakibatkan terjadinya vasokontriksi perifer sehingga pengeluaran panas menurun dan
pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi karena meningkatnya aktivitas
metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena kurang
adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah.
2.1.5 Komplikasi
a. Dapat terjadi kejang
b. Resiko ke arah keseriusan penyakit
c. Takikardi
d. Insufisiensi jantung
e. Insufisiensi pulmonal
2.1.6 Penatalaksanaan
a. Temukan penyebab demam dan berikan pengobatan yang sesuai indikasi
b. Berikan selimut tipis yang dapat menyerap keringat
c. Berikan anak banyak minum
d. Pertahankan suhu tubuh yang stabil
e. Ajarkan orangtua cara mengukur suhu anak dan implementasikan tindakan pengendalian
demam (Muscari. 2005: 184)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Demam merupakan penyakit yang sering diderita bayi atau anak akibat ketahanan tubuh
yang rendah sehingga memudahkan virus dan bakteri masuk ke dalam tubuh dan
mengakibatkan sistem imun dalam tubuh bayi atau anak bekerja keras untuk melawannya.
Apabila daya tahan tubuh cukup kuat maka bayi atau anak tidak akan jatuh sakit tetapi
sebaliknya jika daya tahan tubuhnya rendah. Pada penyakit ini apabila tidak ditangani secara
cepat dan tepat akan berakibat buruk seperti timbulnya kejang. Oleh karena itu sebelum
timbul gejala yang tidak diinginkan orang tua harus segera memeriksakan bayi atau anaknya
ke petugas kesehatan.
4.2 Saran
a. Tenaga Kesehatan
Dalam asuhan kebidanan pada anak yang terkena panas atau demam hendaknya
dikumpulkan data yang lengkap, agar kita sebagai bidan dapat memberikan asuhan secara
optimal baik pada intervensi maupun
b. Masyarakat
Untuk setiap orang tua, jika bayinya mengalami panas atau demam agar segera
memeriksakan bayinya ke petugas kesehatan sebelum terjadi komplikasi lebih lanjut dari
penyakit yang diderita bayi.
DAFTAR PUSTAKA