Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

CONFINED SPACE
(RUANG TERBATAS)

Di Susun Oleh:
Raisal A.
Dodik B.
Fauziah L.
Raka D.
M. Aswar

PROGRAM STUDI
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BALUKPAPAN
2018

0
Daftar Isi

Daftar Isi......................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 2
1.1 Latar Belakang................................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.3 Tujuan............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 4
2.1 Pengertian confined space............................................................... 4
2.2 Persyaratan K3 Memasuki Ruang Terbatas.................................... 5
2.3 Contoh-contoh Confined Space...................................................... 6
2.4 Bahaya Bekerja Di Ruang Terbatas (Confined Space) .................. 6
2.5 Bahaya Atmosferik dan Non Atmosferik........................................ 8
2.6 Dasar hukum confined space.......................................................... 21
2.7 Persyaratan Kesehatan Untuk Orang yang Bekerja di Ruang
Terbatas........................................................................................... 22
2.8 Sistem Perijinan.............................................................................. 23
2.9 Persiapan dan Prosedur Penyelamatan di Ruang Terbatas ............. 24
BAB III PENUTUP........................................................................................ 28
SOAL-SOAL.................................................................................................. 29
Daftar Pustaka................................................................................................ 32

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalah hal yang terpenting dalam
melakukan setiap pekerjaan, agar tidak terjadi keadaan yang berbahaya yang dapat
mencelakai atau menciderai orang yang bekerja tersebut. Salah satunya ketika bekerja
di dalam ruang terbatas (confined place) yang dapat membahayakan seseorang ketika
berada di dalam ruang tersebut. Bekerja di dalam ruang terbatas (confined spaces)
mempunyai resiko terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja di dalamnya. Oleh
karenanya diperlukan aturan dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap
pekerja dan aset lainnya, baik melalui peraturan perundang-undangan, program
memasuki ruang terbatas dan persyaratan ataupun prosedur untuk memasuki dan
bekerja di dalam ruang terbatas.

Banyaknya kecelakaan fatal yang terjadi pada ruang tertabatas (confined space),
karena tidak mengetahui dan memahami prosedur K3. sehingga perlu dikeluarkan
peraturan/pedoman yang dapat mengatur dengan lebih jelas dan lengkap. Ruang
terbatas (confined spaces) mengandung beberapa sumber bahaya baik yang berasal dari
bahan kimia yang mengandung racun dan mudah terbakar dalam bentuk gas, uap, asap,
debu dan sebagainya. Kecelakaan yang terjadi di lapangan seperti terjadinya oksigen
defisiensi atau sebaliknya kadar oksigen yang berlebihan, suhu yang ekstrem, terjebak
atau terliputi (engulfment), maupun resiko fisik lainnya yang timbul seperti kebisingan,
permukaan yang basah/licin dan kejatuhan benda keras yang terdapat di dalam ruang
terbatas tersebut yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja sampai dengan kematian
tenaga kerja yang bekerja di dalamnya.

Makalah ini dibuat sebagai pedoman untuk K3 karena sering kali terjadi bahaya
dan kecelakaan yang terjadi akibat bekerja di dalam ruang terbatas. Sebagai calon ahli
K3 kami harus mengetahui dan memahami prosedur dan bahaya apa yang akan timbul
apabila bekerja di dalam ruang terbatas serta bagaimana cara tindakan pengendalian
agar tidak terjadi kecelakaan akibat bekerja di dalam ruang terbatas.

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun hal-hal yang akan dibahas pada materi confined space (ruang terbatas)
adalah sebagai berikut:
1. Memahami pengertian confined space (ruang terbatas)
2. Memahami persyaratan K3 dalam ruang ruang terbatas (confined space)
3. Mengetahui contoh-contoh ruang terbatas (confined space)
4. Memahami bahaya yang ada pada ruang terbatas (confined space)
5. Memahami bahaya atmosferik dan non atmosferik
6. Memahami dasar-dasar hukum tentang confined space (ruang terbatas)
7. Memahami persyaratan seorang petugas yang akan bekerja di confined space
(ruang terbatas)
8. Mengetahui sistem perijinan ruang terbatas (confined space)
9. Memahami prosedur penyelamatan di ruang terbatas (confined space)

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Pembaca dapat memahami pengertian confined space (ruang terbatas)
2. Pembaca dapat memahami persyaratan K3 dalam ruang terbatas (confined space)
3. Pembaca dapat mengetahui apa saja contoh ruang terbatas (confined space)
4. Pembaca memahami bahaya yang ada pada ruang terbatas (confined space)
5. Pembaca memahami bagaimana bahaya atmosferik dan non atmosferik
6. Pembaca memahami dasar-dasar hukum tentang ruang terbatas (confined space)
7. Pembaca dapat memahami seorang petugas yang akan bekerja di ruang terbatas
(confined space)
8. Pembaca dapat mengetahui sistem perijinan ruang terbatas (confined space)
9. Pembaca dapat memahami prosedur penyelamatan di ruang terbatas (confied
space)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Confined Space (Ruang Terbatas)


Ruang tertutup (confined space) merupakan ruang yang tidak cukup besar yang
kecil kemungkinannya orang untuk masuk ke dalamnya untuk melakukan pekerjaan

3
dan memiliki keterbatasan untuk keluar atau masuk. Menurut OSHA (lembaga K3
Amerika), Confined space adalah sebuah ruangan yang mempunyai tiga karakteristik,
yaitu mempunyai luas yang terbatas dan dikonfigurasi agar tubuh pekerja dapat masuk
dan melakukan tugasnya, mempunyai keterbatasan pintu untuk masuk dan keluar dan
tidak didisain untuk pekerjaan yang terus menerus.

Ruang terbatas (confined space) tidak dirancang sebagai tempat kerja yang
dilakukan terus menerus seperti tangki, pipa, dan bejana lainnya. Di dalam ruang
terbatas tidak ada ventilasi, sirkulasi udara terbatas dan minim sekali oksigen.
Terjadinya kecelakaan fatal yang dapat mengakibatkan seorang petugas meninggal
dunia di dalam ruang terbatas tersebut dikarenakan tidak memahami dan mengindahkan
prosedur K3 tentang ruang terbatas.

Gambar 2.1 Ruang terbatas atau confined space

Ciri-ciri dari confined space adalah memiliki bukaan yang terbatas baik untuk
masuk maupun keluar, Ada ruang untuk masuk yang cukup besar atau setidaknya
sebagian terbuka, berpontensi mengandung gas beracun dan ventilasi yang tidak
memadai. Kecelakaan kerja pada ruang terbatas sebagian besar terjadi pada mereka
yang berusaha untuk menyelamatkan seorang dalam ruang terbatas. Kecelakaan ini
dapat terjadi karena beberapa bahaya yang ada dalam ruang tertutup seperti potensi
kekurangan oksigen, gas/uap mudah terbakar atau meledak, gas/uap beracun, serta
bahayabahaya fisik dan mekanik lainnya. Semua potensi bahaya ini harus dikenali oleh
petugas lalu dievaluasi resikonya untuk selanjutnya ditentukan tindakan pencegahan
dan pengendalian yang harus dilakukan agar dapat bekerja dengan selamat dalam ruang
terbatas tersebut.

4
2.2 Persyaratan K3 Memasuki Ruang Terbatas
Terdapat persyaratan K3 untuk memasuki ruang terbatas (confined space)
sebagai berikut:
1. Jika penutup akses/pintu masuk dibuka, pada jalur tersebut harus dipasang selusur,
penutup sementara atau penghalang sementara lainnya untuk mencegah masuknya
pekerja tanpa disengaja dan untuk melindungi pekerja di dalam ruang terbatas
tersebut dari masuknya benda asing ke dalam ruangan.
2. Sebelum pekerja memasuki ruangan, udara di dalam ruangan harus diuji terlebih
dahulu, berturut- turut untuk kadar oksigen, gas dan uap yang mudah terbakar dan
kontaminan udara yang berpotensi berbahaya, dengan peralatan yang telah
dikalibrasi. Setiap pekerja yang memasuki ruangan atau perwakilan pekerja tersebut,
wajib diberi kesempatan untuk mengawasi pengujian tersebut.
3. Tidak boleh ada udara berbahaya dalam ruangan tersebut jika terdapat pekerja di
dalamnya
4. Wajib menyediakan sistem aliran udara secara kontinyu, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Pekerja tidak boleh memasuki ruangan sebelum udara berbahaya di dalamnya
dibersihkan terlebih dahulu
b. Aliran udara tersebut diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai area
dimana pekerja akan berada dan harus berlangsung terus menerus selama pekerja
berada di dalam.
c. Pengaturan aliran udara tersebut harus diperoleh dari sumber yang bersih dan tidak
boleh meningkatkan bahaya dalam ruangan.
5. Udara dalam ruangan harus diuji secara berkala sesering mungkin untuk memastikan
bahwa pengaturan aliran udara dapat mencegah akumulasi udara yang berbahaya
dalam ruangan.
6. Jika terdeteksi udara berbahaya selama kegiatan berlangsung:
a. Setiap pekerja harus meninggalkan ruangan terbatas tersebut secepatnya
b. Ruangan harus dievaluasi untuk menentukan bagaimana udara berbahaya tersebut
dapat terjadi
c. Harus dilakukan pemeriksaan untuk melindungi pekerja dari udara berbahaya
tersebut sebelum kegiatan berikutnya berlangsung

5
2.3 Contoh-contoh Ruang Terbatas (Confined Space)
Beberapa contoh dari confined space atau ruang terbatas antara lain:
1. Tangki penyimpanan, bejana transpor, boiler, dapur/tanur, silo dan jenis tangki
lainnya.
2. Ruang terbuka di bagian atas yang melebihi kedalaman 1,5 meter seperti lubang
lalu orang yang tidak mendapat aliran udara yang cukup.
3. Jaringan perpipaan, terowongan bawah tanah dan struktur lainnya yang serupa.
4. Ruangan lainnya di atas kapal yang dapat dimasuki melalui lubang yang kecil
seperti tangki kargo, tangki minyak dan sebagainya.

Gambar 2.2 Contoh ruang terbatas atau confined space

2.4 Bahaya Bekerja Di Ruang Terbatas (Confined Space)


Bekerja di ruang terbatas memiliki kemungkinan yang lebih besar menyebabkan
kecelakaan kerja. Banyak kecelakaan confined space terjadi karena pekerja tidak
menyadari akan bahaya atau potensi bahaya di dalam atau dekat ruang terbatas tersebut,
atau menyepelekan bahaya baru dan kondisi lain yang terjadi ketika bekerja dalam
ruang terbatas. Bahaya-bahaya yang berkaitan dengan ruang terbatas (confined space)
adalah :
1. Resiko serius peledakan
2. Kehilangan kesadaran akibat sesak nafas yang disebabkan adanya gas, asap, uap,
atau minimnya oksigen.
3. Tenggelam, karena naiknya permukaan air
4. Kehilangan kesadaran karena kenaikan suhu tubuh

6
5. Sesak nafas/mati lemas karena tidak dapat mencapai udara atau tempat yang
terdapat udara karena terjebak di dalam

Surveyor akan secara rutin memasuki ruang terbatas yang sulit dimasuki karena
akses yang sempit atau kecil. Terdapat kemungkinan keterbatasan pergerakan di dalam
ruang yang menjadi perhatian, dan ruangan itu sendiri dapat saja dijejali permit hanya
pergerakan tertentu saja. Dengan tertutup dan gelapnya suatu ruangan terbatas,
pekerjaan ini idealnya tidak dilakukan oleh orang yang memiliki fobia (misalnya fobia
ruang tertutup) atau mereka yang mudah terserang panic atau gelisah

1. Kekurangan oksigen. Hal ini terjadi karena reaksi antara tanah dengan oksigen
didalam atmosfir. Tanah yang mengandung kapur menghasilkan karbon dioksida
dan menggantikan udara normal. Kekurangan oksigen juga dapat terjadi akibat
karat di ruang terbatas yang terbuat dari logam
2. Gas beracun, asap atau uap yang terdapat dalam :
a. Penumpukan materi di saluran air
b. Manholes
c. dalam lubang terhubung ke sistem;
d. bagian dalam tank
e. lubang di tanah yang terkontaminasi
f. Instalasi gas yang tidak terpakai / tua
3. Cairan, gas atau materi padat yang tiba-tiba mengisi ruang/ runtuh atau menyumbat
saluran udara karena terganggu oleh suatu aktifitas
4. Kebakaran dan ledakan (misalnya dari uap mudah terbakar, dll kelebihan oksigen).
5. Residu yang tersisa di dalam ruangan terbatas yang dapat mengeluarkan gas, asap
atau uap.
6. Debu mungkin hadir dalam konsentrasi tinggi, misalnya di silo tepung.
7. Kondisi panas menyebabkan peningkatan suhu tubuh yang berbahaya.

Beberapa kondisi di atas mungkin sudah terdapat di ruang terbatas sebelumnya.


Namun beberapa kondisi mungkin timbul akibat pekerjaan yang sedang dilakukan, atau
karena isolasi tidak efektif tanaman di dekatnya, misalnya kebocoran dari pipa yang
terhubung dengan ruang terbatas, misalnya:

a. Mesin yang digunakan mungkin memerlukan tindakan khusus, seperti penyediaan


ekstraksi debu untuk penggiling portabel, atau pencegahan khusus terhadap kejut
listrik.
b. gas, asap atau uap dapat timbul dari las, atau dengan menggunakan pelarut yang
mudah menguap dan sering mudah terbakar, perekat dan sebagainya.

7
c. jika akses ke ruang tersebut adalah melalui pintu masuk dibatasi, seperti melarikan
diri, lubang atau penyelamatan dalam keadaan darurat akan lebih sulit (lihat
prosedur Darurat).
.
2.5 Bahaya Atmosferik dan Non Atmosferik
Bahaya atmosferik (Cal-OSHA, 1998) adalah udara yang dapat menimbulkan
gangguan dalam melakukan sesuatu dengan normal, cedera, melemahkan pertahanan
diri pekerja hingga menyebabkan penyakit akut atau meninggal. Beberapa contoh
bahaya ini adalah gas yang mudah menyala atau meledak, uap atau mist (kabut) pada
konsentrasi lebih dari 10 persen dari LFL (lower flammable limit) atau LEL (Lower
Explosive Limit). Selain itu debu yang mudah terbakar di udara yang dapat
mengganggu pandangan pada jarak lima kaki atau kurang. Berikut ini adalah contoh
dari bahaya atmosfer:
1. Mudah terbakar atau meledakkan gas, uap, atau kabut di konsentrasi lebih besar dari
10 persen dari batas mudah terbakar yang (LFL) atau Batas ledakan bawah (LEL).
2. Debu yang mudah terbakar di udara, yang mengaburkan jarak pandang sampai lima
meter atau kurang.
3. Tingkat konsentrasi oksigen atmosfer di bawah 19,5 persen atau di atas 23,5 persen.
4. Konsentrasi atmosfer dari zat dengan akut efek toksik atas.

Tingkat kontaminan udara berbahaya bagi mudah terbakar atmosfer didefinisikan


sebagai lebih besar dari 20 persen dari LEL. Tingkat partikel yang mudah terbakar
Berbahaya didefinisikan sebagai lebih besar dari 20 persen dari konsentrasi peledak
minimum partikulat tersebut. Yang perlu diperhatikan berikutnya adalah tingkat
konsentrasi oksigen di bawah 19.5 persen atau di atas 23,5 persen serta konsentrasi
atmosfer dari beberapa substan yang secara ekstrem memiliki efek beracun akut diatas
permissible exposure limits (PEL) atau kondisi atmosfer lainnya seperti Immediately
Dangerous to Life or Health (IDLH).

Normalnya udara terdiri dari 21 persen oksigen, kekurangan oksigen dapat


terjadi bila tingkat oksigen jatuh di bawah 19,5 persen. Nah, kekurangan oksigen ini
dapat terjadi karena pembakaran (api, pengelasan dan mesin yang melakukan
pembakaran di dalam sehingga mengonsumsi semua oksigen), formasi karat
(mengonsumsi oksigen), dekomposisi dari bahan organik (mengonsumsi oksigen dan

8
menghasilkan gas mudah nyala). Confined space seringkali mengandung tiga gas
berbahaya, yaitu gas Carbon monoxide (CO), Hydrogen Sulfida (H2S), dan Methane
(CH4). Apabila bahaya atmosferik tidak terlihat, bahaya fisik lebih terlihat. Bahaya
yang masuk dalam kategori ini yaitu bahaya mekanikal. Peralatan bergerak dan sistem
bertekanan dan bertenaga listrik dapat menjadi berbahaya, misalnya shaft (batang),
kopling, gir, belt, konveyor, mixer, rotor, dan perlengkapan compressing.

Tabel 2.1 Kategori Potensi Resiko Bahaya Atmosfir

9
Beberapa kandungan gas yang terkandung pada atmosfer:

a. Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi
bumi. Komposisi udara tersebut mengandung uap air yang jumlahnya tergantung dari
cuaca dan suhu. Komposisi udara kering, dimana semua uap airnya telah dikeringkan,
relatif konstan. Komposisi udara kering yang bersih yang dikumpulkan di sekitar laut
dapat dilihat pada Tabel. Konsentrasi gas dinyatakan dalam persen atau per sejuta (ppm
= part per million), tetapi untuk gas yang konsentrasinya sangat kecil biasanya
dinyatakan dalam ppm.
Tabel 1. Komposisi Udara Kering dan Bersih
Komponen Formula Persen Volume Ppm
Nitrogen N2 78,08 780 800
Oksigen O2 20,95 209 500
Argon Ar 0,935 9 340
Karbon CO2 0,0314 314
dioksida Ne 0,00182 18
Neon He 0,000524 5
Helium CH4 0,002 2
Metana Kr 0,000114 1
Kripton
Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Polusi Air dan Polusi Udara, Srikandi Fardiaz 1992
Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa kontaminan sama sekali.
Untuk itu dibutuhkan selalu udara segar untuk ”mencuci” gas tersebut. Kebutuhan
udara tersebut dilakukan dengan membuat sistem ventilasi yang baik dengan aliran
udara yang mengandung tidak kurang 19,5% volume oksigen dengan kuantitas yang
mampu mencuci gas yang berbahaya, debu, dan membawanya keluar daerah kerja.
Kontaminan udara primer, yaitu kontaminan yang mencakup 90% dari jumlah
kontaminan udara seluruhnya, dapat dibedakan menjadi lima kelompok sebagai berikut:
1. Karbon monoksida (CO)
2. Nitrogen oksida (NOx)
3. Hidrokarbon (HC)
4. Sulfur oksida (SOx)
5. Partikel

10
b. Oksigen (O2)
Toksisitas kelima kelompok kontaminan tersebut berbeda-beda. Dari hasil
penelitian, ternyata kontaminan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel-
partikel, diikuti berturut-turut oleh NOx, SOx, hidrokarbon, dan yang paling rendah
toksisitasnya adalah karbon monoksida.
Gas oksigen sangat penting bagi kita karena ia dibutuhkan untuk menunjang
kehidupan kita. Gas ini tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa; dan sedikit lebih
berat dibandingkan dengan udara (specific gravity = 1,1054). Oksigen tidak bersifat
eksplosif tetapi membantu pembakaran. Oksigen yang ideal untuk bernapas ialah
dengan konsentrasi lebih kurang 21%. Pada kandungan oksigen di bawah 16% pada
tekanan 1 atmosfer, kebanyakan orang akan mengalami kesukaran bernapas. Pada
tingkat 10%, orang akan menjadi tidak sadarkan diri (pingsan) dan menjadi fatal jika
berkurang menjadi kurang lebih 6%. Ada beberapa sebab mengapa terjadi kekurangan
oksigen di daerah kerja:
 Tidak cukup atau kurang sempurnanya sistem ventilasi yang
membawa udara segar ke daerah kerja
 Penggantian oksigen di udara oleh gas lain
 Kebakaran atau terjadinya peledakan yang memerlukan oksigen
 Konsumsi oksigen oleh pekerja
Untuk mendeteksi kekurangan oksigen di udara, dapat digunakan detektor
oksigen (oxygen detector) atau lampu keselamatan yang menyala (flame safety lamp).

Gambar 2.3 detektor oksigen (oxygen detector) dan Lampu keselamatan


(flame safety lamp)

11
Gambar 2.4. Kandungan Oksigen dalam Udara dan Efeknya

c. Karbon Monoksida (CO)


Gas ini tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan sedikit lebih ringan
dibandingkan dengan udara (1:0,9672). Gas CO bersifat eksplosif dan dapat terbakar.
Kisaran sifat eksplosifnya adalah 12,5-74,2%.
Gas CO terbentuk karena salah satu proses di bawah ini:
• Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon
• Reaksi antara karbon dinoksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu
tinggi
• Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan O.
CO bersifat sangat toksik., pada konsentrasi hanya 0,15 sampai 0,20% saja gas ini
sangat membahayakan karena sifatnya yang mengikat (afinitas) sangat cepat terhadap
sel darah merah (Hb) dibandingkan sel ini mengikat oksigen yang diperlukan sel tubuh.
Tanpa oksigen sel akan mati, oleh karena itu, mengapa orang bisa pingsan, yaitu karena
sel otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup. Gas CO dengan konsentrasi tinggi
dapat mengakibatkan tidak sadar diri dan kematian tanpa seseorang mengalami gejala
yang menyolok terlebih dahulu (gejala yang timbul hanya merasa sakit kepala).
Berlangsungnya keterpaparan CO menyebabkan semakin meningkatnya keracunan di
dalam tubuh. Pada konsentrasi 500 ppm (0,05%) dapat berakibat fatal hanya dalam
waktu 3 jam.
d. Nitrogen Dioksida (NO2)
Gas nitrogen dioksida merupakan gas tidak berwarna pada suhu rendah,
sedangkan pada suhu tinggi akan berwarna coklat kemerahan dan berbau seperti asap
peledakan. Gas ini dihasilkan pada suhu tinggi karena proses pembakaran pada mesin

12
bensin dan diesel yang dikeluarkan dari knalpotnya, perpindahan arus listrik yang
menyebabkan bunga api, dan operasi peledakan. Specific gravity gas ini adalah 1,5894.
Gas ini tidak eksplosif dan tidak dapat terbakar. Bahaya kesehatan dari gas nitrogen
dioksida adalah sifatnya yang dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan
dapat bercampur dengan uap air dan cairan tubuh di saluran pernapasan tersebut dan
paru-paru yang membentuk senyawa asam. Senyawa ini bersifat korosif terhadap sel
tubuh. Keterpaparan singkat pada tingkat 0,01 sampai 0,015% gas ini berbahaya, dan
pada tingkat 0,02 sampai 0,07% dapat berakibat fatal.

e. Sulfur Dioksida (SO2)


Gas sulfur dioksida merupakan gas tidak berwarna, berasa asam, dan berbau
sulfur yang sangat kuat, serta lebih berat dibandingkan udara (specific gravity =
2,2638). Gas ini tidak dapat meledak atau terbakar. Karena tingginya specific gravity,
gas ini sulit menyebar dengan ventilasi. Bahaya kesehatan dari gas sulfur dioksida
adalah sifatnya yang sangat toksik yang menyebabkan iritasi pada mata dan saluran
pernapasan. Konsentrasi yang lebih besar dapat menyebabkan kerusakan paru-paru;
ketidakmampuan bernapas dan kelumpuhan pada sistem pernapasan. Namun demikian,
karen gas ini sangat iritan, menjadi sangat mudah terdeteksi sehingga seseorang dapat
segera menghindar dari daerah yang mengandung sulfur dioksida. Gas ini terbentuk
akibat peledakan di daerah batuan yang mengandung sulfur atau pembakaran besi (iron
pyrite). Gas ini juga dapat terbentuk dari proses pembakaran mesin dengan bahan bakar
diesel.

f. Hidrogen Sulfida (H2S)


Gas ini merupakan gas yang tidak berwarna, bersifat racun dan memiliki bau
yang khas seperti telur busuk pada konsentrasi rendah. Gas ini juga irritan dan lebih
berat daripada udara (specific gravity = 1,1906). Gas hitrogen sulfida bersifat eksplosif
dan dapat terbakar pada konsentrasi 4,3 sampai 45,5% di dalam kondisi udara normal.
Pada konsentrasi 14,2%, H2S sangat eksplosif. Bahaya kesehatan dari gas ini adalah
sifatnya yang sangat beracun. Pada konsentrasi 0,005 – 0,010% menyebabkan
peradangan pada mata dan sistem pernapasan; 0,02-0,07% menyebabkan bronchitis
atau pneumonia, 0,07%-10% menyebabkan pingsan seketika, napas berhenti dan
kematian; 0,10-20% atau lebih dapat menyebabkan kematian seketika. Terpapar gas
hidrogen sulfida secara terus menerus dapat mengurangi daya penciuman, oleh karena

13
itu jangan menggantungkan hanya pada hidung anda untuk mendeteksi adanya H 2S,
selain dapat menyebabkan iritasi pada mata. Gas ini dihasilkan dari proses dekomposisi
senyawa sulfur. Kebanyakan terdapat di lapangan minyak dan gas. Gas H 2S juga dapat
dihasilkan dari air tambang yang mengandung larutan H 2S atau juga peledakan pada
tambang dengan batuan mengandung sulfida.

Tabel 2.2 di bawah ini mengidentifikasi umum bahaya atmosfer dan akibat
serta dampaknya sebagai berikut:

Tabel 2.2 Identifikasi Bahaya Atmosfir

BAHAYA ATMOSFER
Bahaya Akibat dan dampaknya
Kekurangan oksigen (kurang Atmosfer yang menyebabkan kekurangan
dari 19,5 persen oksigen) oksigen mempengaruhi detak jantung, otot
Pengayaan oksigen (lebih
koordinasi, dan pernapasan. Akhirnya,
dari 23.6 persen)
menyebabkan kematian. Atmosfer yang kaya
oksigen meningkatkan risiko kebakaran atau
ledakan.
Atmosfer yang mudah Gas yang mudah terbakar seperti acetylene,
terbakar butana, propana, hidrogen, dan metana yang
umum di ruang terbatas. Grain, pupuk nitrat,
dan
kimia tanah dapat menghasilkan debu mudah
terbakar.
Atmosfer yang beracun banyak manufaktur proses, bahan yang
ditempatkan, dan tugas pekerjaan menghasilkan
racun gas, uap, atau debu.
Atmosfer yang korosif Zat korosif menghancurkan jaringan hidup.
Beberapa penyebab kerusakan langsung
pada kulit dan mata, beberapa memiliki
tidak ada efek langsung, tetapi penyebab
kanker dengan kontak yang terlalu lama.
Sumber: OR-OSHA
Tabel 2.3 di bawah ini mengidentifikasi bahaya umum non-atmosfer,
menjelaskan bahaya yang terjadi dan dampaknya, sebagai berikut:

14
Tabel 2.2 Identifikasi Bahaya Atmosfir

BAHAYA NON ATMOSFER


Bahaya Akibat dan dampaknya
Terperosok Bahan cair atau material yang longgar dapat
menjadi perangkap atau mengubur seorang
pekerja dalam hitungan detik.
Teknik dan hidrolik energi Peserta yang melayani mekanik dan peralatan
hidrolik dapat terluka parah atau terbunuh jika
energi tidak dikontrol dengan baik.
Kebisingan Kebisingan mengganggu komunikasi antara
pendatang dan petugas.
Kejatuhan benda Benda yang jatuh menimpa karena bukaan
topside yang tidak benar dijaga.
Suhu yang ekstrim Lingkungan yang panas dapat membuat
pekerja mengalami risiko stres panas, terutama
jika mereka melakukan pekerjaan berat atau
mengenakan pakaian pelindung membuat
tugas-tugas lebih sulit untuk dicapai.
Permukaan yang licin Permukaan basah biasanya licin, dapat
meningkatkan risiko jatuh.
Bahan kimia yang korosif Bahan kimia korosif dapat menyebabkan
mata parah atau iritasi kulit jika pekerja yang
terpapar tidak mengenakan pakaian pelindung.
Masalah pada jalur keluar- Dalam keadaan darurat, penyelamat atau
masuk pekerja mungkin tidak dapat keluar dengan
cepat.
Masalah pencahayaan Cahaya yang redup membuat sulit bagi pekerja
untuk masuk, keluar, dan bekerja di ruang
terbatas.
Sumber: OR-OSHA
2.5.1 Pengendalian Bahaya Atmosfer
Indera kita tidak dapat digunakan sebagai alat yang terpercaya untuk
menentukan apakah kandungan gas atau kontaminan di udara tersebut aman atau tidak.
Banyak gas beracun, seperti karbon monoksida, tidak dapat dilihat atau dicium baunya,
demikian juga tingkat kandungan oksigennya. Seperti misalnya untuk pekerjaan

15
confined space, kita harus melakukan pengujian kualitas udara di dalam ruang tertutup
tersebut. Pengujian dilakukan terhadap:
• kandungan oksigen
• kandungan kontaminan yang mudah terbakar
• kandungan kontaminan lainnya yang memiliki potensial bahaya
Pengujian atau analisis haruslah dilakukan dengan menggunakan peralatan dan
teknis yang sesuai oleh orang yang terlatih untuk mendapatkan hasil yang dapat
dipercaya. Terdapat banyak macam peralatan pendeteksi gas yang masing-masing
memiliki spesifikasi dan perawatan tersendiri. Peralatan deteksi gas menggunakan
tabung misalnya, pengecekan kebocoran pada pompa harus selalu dilakukan untuk
menghindari pembacaan hasil yang lebih rendah. Tabung deteksi yang digunakan
memiliki masa pakai yang terbatas. Penggunaan detektor multigas harus dikalibrasi
terlebih dahulu dengan gas standar yang telah diketahui kadarnya, sehingga kita yakin
akan keakuratan hasil pembacaannya.
Pengujian harus dilakukan dari luar dengan memasukkan sample probe melalui
celah atau lubang bukaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan selang atau
pipa yang dapat dipanjangkan, sehingga dapat menjangkau bagian dalam dari ruangan.
Beberapa gas atau uap lebih berat dari udara (contohnya hydrogen sulfida) dan di dalam
area yang tidak berventilasi gas tersebut akan berada di bagian bawah dari ruangan.
Demikian pula gas yang lebih ringan dari udara (contoh gas metan) akan dijumpai di
sekitar bagian atas dari ruangan. Oleh karena ada kemungkinan gas berada pada level
yang berbeda, maka pengujian atau test harus dilakukan pada bagian atas, tengah
maupun bawah daripada ruangan. Pengujian pad bagan horizontal juga harus dilakukan
dengan interval jarak tertentu, sehingga kita mendapatkan sejumlah titik pengukuran
yang mewakili kondisi seluruh ruangan. Jika diperlukan kita harus masuk untuk
mengukur di dalam suatu ruangan tertutup maka:
• Alat pelindung diri berupa respirator dengan suplai oksigen perlu dipakai
• Peraturan mengenai perijinan bekerja di ruangan tertutup harus diikuti.

16
Gambar 2.5 Carbon Monoxide Gambar 2.6 Hydrogen Sulfide (H2S)
Lebih ringan dari udara Lebih berat dari udara

Gambar 2.7 Methane Combustible Gas (CH4)


Lebih ringan dari udara

Pengujian harus dilakukan sebelum masuk ke ruangan tertutup atau sebelum


melakukan pekerjaan yang kemungkinan ada bahaya peledakan gas. Jika pengujian
menunjukkan adanya kekurangan oksigen atau gas beracun, maka diperlukan ventilasi
atau pengaliran udara sebelum pekerjaan dilakukan dan lakukan pengujian lagi sebelum
pekerja masuk ke dalam ruangan. Pengujian sebelum masuk menunjukkan apakah
ruangan tertutup sudah aman untuk dimasuki. Oleh karena kondisi udara selalu
berubah, maka pengujian harus dilakukan selama pekerjaan berlangsung, baik menurut
interval waktu maupun secara terus menerus.
Setelah mengetahui kandungan gas di dalam confined space maka langkah
selanjutnya adalah meminimalisir atau menetralkan kanungan gas berbahaya pada area
tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan ventilasi
yang bertujuan untuk:
a) Menyediakan oksigen di dalam ruangan
b) Mengontrol kontaminasi atmosfer
c) Mencegah bahaya kebakaran atau ledakan
d) Mengendalikan panas yang timbul akibat pekerjaan
Ventilasi harus selalu dijaga selama pekerjaan berlangsung. Pemilihan cara
bagaimana mengalirkan udara dengan peralatan ventilasi tergantung dari beberapa
faktor seperti luas bukaan, gas yang hendak dibuang (apakah mudah terbakar atau
tidak) dan sumber udara bersih yang digunakan. Apabila ruang tertutup memiliki
bukaan yang cukup, maka ventilasi natural mungkin telah memadai. Namun, biasanya
diperlukan ventilasi mekanis untuk membantu mensuplai udara bersih atau menarik

17
gas-gas toksik yang ada. Contoh, ventilasi mekanis adalah blower fan atau exhaust fan.
Pertimbangan perlu diambil mengenai udara bersih sebagai sumber dan kemana
pembuangannya. Beberapa contoh perlengkapan ventilasi dan cara pemasangannya
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.8 Slang Ventilasi Gambar 2.9 Skema Proses


Ventilasi

Gambar 2.10 Blower Gambar 2.11 Pemasangan Ventilasi

Pekerjaan pengelasan, pemotongan, dan penyolderan menghasilkan uap


berbahaya dan debu yang dapat dipindahkan dari confined space menggunakan teknik
ventilasi.

2.5.2 Pengendalian Bahaya Fisik


Pengontrolan bahaya fisik dapat dilakukan dengan teknik isolasi, teknik ini
meliputi:
a) Identifikasi potensi bahaya mekanis
b) Menerapkan prosedur Lock Out dan Tag Out
(LOTO)pada katup dan sirkuit elektrik

18
c) Mengamankan peralatan yang menyimpan
energi
d) Memberi pengaman peralatan atau
memindahkan peralatan dari area
e) Memastikan bahwa prosedur isolasi benar-
benar diterapkan

Untuk mencegah potensi bahaya elektrik dapat dilakukan cara:


a) Memeriksa klasifikasi peralatan elektronik dengan benar
b) Menggunakan sistem Ground Fault Circuit Interupter (GFCI)
c) Mengimplementasikan LOTO
d) Memastikan semua peralatan elektrik dibungkus dengan benar, terlindungi, dan
terawat

Untuk mencegah potensi bahaya terpeleset dan jatuh dapat dilakukan cara:
a) Membersihkan area dengan benar, membuang sampah yang tidak diperlukan,
membersihkan oili, air dari lantai
b) Memastikan bahwa pengaman peralatan sudah terpasang dengan benar

2.5.3 Alat Pelindung Diri


Pekerja harus bisa memilih dan menggunakan alat pelindung diri dengan benar
sebelum mereka memasuki confined space. Alat pelindung diri yang digunakan pada
confined space antara lain:
Tabel 2.4 Contoh APD dan Kegunaannya
Nama APD Gambar Kegunaan
Pelindung Digunakan untuk
pernafasan menghindari terhirupnya udara
(respirator/masker) kotor, untuk melindungi dari
debu, asap dan kabut, alat ini
harus dilengkapi dengan filter,
sedangkan untuk melindungi
dari uap dan bahan kimia dan
gas tertentu maka alat
pernafasan ini harus dilengkapi

19
dengan cartridge
Body Harness Digunakan untuk
memindahkan pekerja apabila
terjadi kondisi darurat

Life Line Untuk mengaitkan body


harness ke tripot atau pengait
lainnya

Tripot Untuk mengaitkan life line


yang digunakan untuk menarik
pekerja apabila terjadi kondisi
darurat

Safety Glasses Sebagai alat pelindung mata


dari bahaya percikan atau debu

Safety Shoes Sebagai alat pelindung kaki


dari kejatuhan benda, logam
tajam dan panas

20
Safety Helmet Untuk melindungi kepala
dari benturan atau kejatuhan
benda

2.5.4 Sistem Komunikasi


Komunikasi sangat penting pada saat bekerja di confined space, karena
komunikasi memiliki fungsi:
a. Memastikan bahwa pekerjaan berjalan lancar dan situasinya normal
b. Memungkinkan pelaksanaan evakuasi dengan cepat apabila terjadi
kondisi darurat yang mendadak
Komunikasi yang digunakan meliputi berbagai cara antara lain:
a. Verbal
b. Hand Signals
c. Two-way radios
d. Light signals
e. Pengkodean
Dengan adanya komunikasi yang intens maka diharapkan dapat meminimalisir
potensi bahaya yang terdapat dalam confined space.

2.6 Dasar Hukum


Menurut PT. JASAMARGA (2010) Hukum-hukum yang mendasari K3 ruang
terbatas atau confined space sebagai berikut:
1. Undang Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor
2. Undang Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. Undang Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 187/Men/1999 tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
5. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1997 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Kimia di udara Lingkungan Kerja
6. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
SE.117/Men/PPKPKK/III/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat, dan
Tempat-Tempat Publik Lainnya.

21
2.7 Persyaratan Kesehatan Untuk Orang yang Bekerja di Ruang Terbatas
Bekerja di ruang terbatas dapat memberikan tekanan fisik dan psikologis. Hal
ini dikarenakan kualitas penerangan yang buruk dan ruangan yang sempit, dapat
menyebabkan gangguan penglihatan dan keseimbangan karena menurunnya fungsi
koordinasi dan peredaran darah yang tidak normal.
Pengurus wajib memastikan petugas yang bekerja di ruang terbatas dalam
keadaan sehat secara fisik dan dinyatakan oleh dokter pemeriksa kesehatan kerja bahwa
petugas tersebut tidak mempunyai riwayat (Direktorat Pengawasan Norma
Keselamatan Kesehatan Kerja, 2006) :
1. Sakit sawan atau epilepsi
2. Penyakit jantung atau gangguan jantung
3. Asma, bronchitis atau sesak napas apabila kelelahan
4. Gangguan pendengaran
5. Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat menyebabkan disorientasi
6. Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya
7. Gangguan atau sakit tulang belakang
8. Kecacatan penglihatan permanen
9. Penyakit lainnya yang dapat membahayakan keselamatan selama bekerja di ruang
terbatas
Menurut Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja (2006)
tips Aman Bekerja di Ruang Tertutup (Confined Space) Sebenarnya ada beberapa tips
aman mengenahi bekerja pada ruang terbatas antara lain:
a. Lakukan identifikasi bahaya sebelum melakukan pekerjaan di ruang tertutup.
b. Untuk pengendalian bahaya lakukan ijin kerja sebelum memasuki. Karena dengan
ijin kerja petugas safety akan membantu Anda dalam memverifikasi bahaya di ruang
tertutup yang kemungkinan akan kontak dengan Anda
c. Sebelum memasuki ruang tertutup Anda didampingi petugas safety wajib melakukan
pengukuran kadar gas berbahaya, seperti Phospin atau PH3 (gas racun dari
fumigasi), Karbon monoksida atau CO (Gas racun dari pembakaran tidak sempurna
Methana atau CH4 (gas yang mudah sekali terbakar atau meledak) dan kandungan
O2 di dalam ruang tertutup
d. Setelah diverifikasi kondisi lingkungan dalam kondisi aman, lakukan penguncian
sumber energi dengan metode lockout tagout (LOTO)
e. Penuhi dan pakai alat pelindung diri sesuai bahaya dan risiko yang diterima seperti:
masker, helm, sepatu, dan sarung tangan.

22
f. Untuk memperlancar ventilasi udara di ruang tertutup maka sediakan vetilasi
dengan blower, jika diperlukan.
g. Operator atau Supervisor atau section head harus mengetahui dan mempersiapkan
P3K atau tanggap darurat jika ada kondisi yang darurat.
h. Berikan pencahayaan yang cukup di dalam ruang tertutup. Karena ada beberapa
orang yang takut gelap (claustrophobia)

2.8 Sistem Perijinan


Ijin kerja ruang terbatas adalah suatu dokumen penting yang berisi uraian
pekerjaan yang akan dilakukan dan tindakan–tindakan pencegahan terhadap bahaya
yang mungkin timbul selama melakukan pekerjaan sebagai berikut:
1. Izin hanya berlaku untuk periode atau batas waktu tertentu.
2. Izin harus disiapkan oleh seorang yang berwenang (biasanya supervisor atau orang
yang ditunjuknya)
3. Izin harus ditempelkan secara jelas di pintu masuk ruang terbatas.
4. Semua izin yang dikeluarkan harus dicatat.

Sistem perijinan dalam ruang terbatas (confined place) sebagai berikut:


1. Sebelum kegiatan dilangsungkan, pengurus wajib mendokumentasikan kelengkapan
langkah-langkah pencegahan seperti yang telah diatur.
2. Sebelum kegiatan dimulai, ahli K3 yang dicantumkan dalam surat ijin wajib
menandatangani ijin tersebut untuk mensahkan kegiatan
3. Ijin yang telah lengkap harus diberikan pada saat dimulai kegiatan kepada seluruh
petugas utama yang berwenang atau perwakilannya, dengan memasangnya pada pos
kegiatan atau dengan cara lain yang sama efektifnya, agar petugas utama dapat
memastikan bahwa persiapan awal sebelum memulai kegiatan telah selesai
dilaksanakan

Ijin kegiatan seperti yang dimaksud berguna untuk mensahkan kegiatan dalam
ruang dengan ijin khusus wajib memuat (PT. JASAMARGA, 2010):
1. Ruang terbatas dengan ijin khusus yang akan dimasuki
2. Kegiatan yang dilangsungkan di dalamnya
3. Tanggal dan durasi kegiatan yang telah disahkan dalam ijin kegiatan
4. Nama pekerja yang bertugas sebagai petugas madya
5. Bahaya dari ruangan yang akan dimasuki

23
6. Langkah-langkah yang diambil untuk mengisolasi ruangan dan untuk menghilangkan
atau mengendalikan bahaya dari ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut sebelum
dimulai kegiatan
7. Kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan
8. Tim penyelamat dan tim tanggap darurat yang dapat dipanggil dan cara untuk
memanggilnya (seperti peralatan yang digunakan dan nomor yang dapat dihubungi)
9. Peralatan, seperti APD, peralatan pengujian, alat komunikasi, system alarm, alat-alat
penyelamatan yang harus disediakan seperti yang diatur dalam pedoman ini

2.9 Persiapan dan Prosedur Penyelamatan di Ruang Terbatas


Dalam persiapan dan prosedur penyelamatan di ruang terbatas ( confined place)
perencanaan penyelamatan harus dimengerti oleh semua petugas, beberapa peralatan
yang dibutuhkan untuk persiapan dan penyelamatan di ruang terbatas yaitu:
1. Peralatan
2. penugasan personil
3. aba - aba yang disepakati
4. safe area
Beberapa prosedur yang diikuti ketika persiapan dan penyelamatan di ruang
terbatas seperti :
a. Jika memasuki area galian, pastikan dinding galian telah mengikuti prosedur
keselamatan untuk pencegahan longsoran atau pemasangan dinding pengaman
(retaining wall) sehingga dinding galian dibuat 45 derajat.
b. Jika memasuki ke dalam vessel atau manhole, pastikan sistem LOTO telah berjalan
dan terpasang, sehingga karyawan yang lain tahu bahwa dalam sistem itu sedang ada
proses perbaikan atau pekerjaan sehingga proses tersebut tidak bisa di running untuk
sementara, pastikan juga fluida yang didalam jalur pipa, vessel atau boiler tersebut
telah dikosongkan atau di drainage
c. Identifikasi peralatan: nomor dan letak peralatan atau vessel, diagram bagian -
bagian dalamnya, daftar jalur yang di blind, produk atau material yang berkaitan
dengan peralatan yang akan dimasuki Material Safety Data Sheet (MSDS), misal
fluida nya condensate maka harus tahu MSDS dari material tersebut, kemudian
safety pracautions nya juga harus disiapkan.

24
Gambar 2.12 Pengujian terhadap atmosfir dalam ruang tertutup

Bila pekerja akan memasuki ruang terbatas atau tertutup untuk melakukan suatu
pekerjaan diperlukan alat-alat keselamatan APD (alat pelindung diri) sebagai berikut :
a. Respirator (alat bantu pernafasan) seperti: Gas masker atau Air supply system
b. Tali penyelamat
c. Sarung tangan
d. Sepatu karet
e. Topi keselamatan
f. Pelindung kepala dengan tali dagu.
g. Kacamata atau pelindung mata.
h. Pelindung telinga.
i. Senter yang aman secara intrinsik.
j. Baju Pelindung (pakaian pelindung)
k. ELSA, EEDB atau alat bantu bernafas lainnya.
l. Oksigen portable atau indikator gas.

25
Gambar 2.13 Perlengkapan ELSA yang digunakan

Pelaksanaan pekerjaan di ruang terbatas antara lain:


a. (pre-use inspection) pemeriksaan peralatan, equipment, APD, gas tester, alat-alat
emergency, dll.
b. (pre-job meeting) pemeriksaan prosedur, hazards dan emergency plant.
c. Penempatan alat baik peralatan kerja atau peralatan emergency yang benar dan
tepat.
d. (confined space checklist) memeriksa isolasi telah terpasang pada tempatnya
dengan menggunakan isolation sheet.
e. (LOTO procedure) setelah semua dilakukan baru dikeluarkan work permit atau
izin kerja dan selanjutnya diadakan first entry.

Inspeksi akhir diperlukan untuk menyakinkan bahwa semuanya sudah kembali


seperti semula dengan mengadakan pemeriksaan:
a. Periksa tidak ada peralatan yang tertinggal.
b. Semua orang sudah keluar.
c. Semua isolasi sudah dibuka dan posisinya benar.
d. Semua permit sudah dikembalikan.
Prosedur penyelamatan jika personil yang ada dalam ruang tertutup mengalami
kesulitan dan harus diselamatkan, penyelamatan harus dilakukan secepat mungkin.
Waktu bertahan hidup dalam keadaan kekurangan oksigen atau atmosfir gas sangat
terbatas.Secara khusus, pada kapal tangker dan kapal-kapal lainnya yang mengangkut
produk-produk yang mudah terbakar, seluruh peralatan haruslah tipe yang disetujui
(dan harus tahan terhadap percikan saat dibutuhkan) dan untuk mempercepat proses
penyelamatan, merupakan tindakan yang bagus untuk meletakan peralatan keselamatan
pada pintu masuk menuju ruangan. Peralatan-peralatan tersebut termasuk:
a. SCBA (alat bantu pernafasan) dengan silinder cadangan yang terisi penuh.
b. Menggunakan jaring pengaman dan penyelamatan. Jaring pengaman harus memiliki
panjang dan kekuatan yang sesuai dan dapat dilepaskan bila terjadi belitan.
c. Senter penerangan.
d. Tandu
e. Penganalisa gas, meteran oksigen.
f. Peralatan resusitasi

26
g. Sarana untuk mengangkat orang yang membutuhkan pertolongan, misalnya tandu

Gambar 2.14 tindakan penyelamatan yang dilakukan pada pekerja confined space

27
BAB III
PENUTUP

c.1 Kesimpulan
Ruang tertutup (confined space) merupakan ruang yang tidak cukup besar yang
kecil kemungkinannya orang untuk masuk ke dalamnya untuk melakukan pekerjaan
dan memiliki keterbatasan untuk keluar atau masuk. Ruang terbatas mempunyai tiga
karakteristik, yaitu mempunyai luas yang terbatas dan dikonfigurasi agar tubuh pekerja
dapat masuk dan melakukan tugasnya, mempunyai keterbatasan pintu untuk masuk dan
keluar dan tidak didisain untuk pekerjaan yang terus menerus. Contoh dari ruang
terbatas (confined place) seperti confined space atau ruang terbatas seperti tangki
penyimpanan, bejana transpor, boiler, dapur/tanur, silo dan jenis tangki lainnya.
Bahaya-bahaya yang berkaitan dengan ruang terbatas (confined space) adalah
Persyaratan kesehatan untuk orang yang bekerja di ruang terbatas adalah resiko serius
peledakan, kehilangan kesadaran yang disebabkan adanya gas, asap, uap, atau
minimnya oksigen, tenggelam karena naiknya permukaan air, sesak nafas/mati lemas
karena tidak dapat mencapai udara.
Persyaratan kesehatan untuk orang yang bekerja di ruang terbatas adalah
seseorang yang memiliki kesehatan jasmani dan rohani. Dalam melakukan
penyelamatan atau bekerja pada ruang terbatas dibutuhkan sistem perijinan agar
nantinya dapat melakukan prosedur K3 dengan baik. Persiapan dan prosedur
penyelamatan di ruang terbatas memerlukan peralatan yang dibutuhkan serta teknik
penyelamatan yang baik. Maka diperlukan pengetahuan mengenai K3 dalam ruang
terbatas atau confined space agar terciptanya keselamatan pekerja dari bahaya yang
ada.

Daftar Pustaka

28
California Department of Education. 1998. Is It Safe To Enter a Confined Space.
California: Cal/OSHA Consultation Service.
Department of Consumer Business and Services. Tanpa Tahun. How to work safely
in a permitrequired confined space. OR-OSHA
http://wfbaskoro2011.blogspot.com/2012/06/mengenal-confined-space-
pengendalian.html diakses terakhir pada tanggal 8 September 2014
http://ergonomi-fit.blogspot.com/2012/11/penyelamatan-di-tempat-kerja-ruang.html
diakses terakhir pada tanggal 9 September 2014
http://riautrust.com/read-3407--safety-tak-standar-penyebab-kecelakaan-kerja-pt-
rapp.html diakses terakhir pada tanggal 9 September 2014
http://img.docstoccdn.com/thumb/orig/54222356.png diakses terakhir pada tanggal 9
September 2014
http://danarpradhipta.blogspot.com/2012/01/confined-space.html diakses terakhir pada
tanggal 10 September 2014
http://healthsafetyprotection.com/bahaya-confined-space/ diakses terakhir pada tanggan
10 September 2014
http://hr-interanekalestarikimia.blogspot.com/2012/09/pelatihan-confined-spaces.html
diakses terakhir pada tanggal 10 September 2014
OHSAS 18001:2007
PT Jasa Marga. 2010. Buku Saku Pedoman untuk Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi. Jakarta: PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

29

Anda mungkin juga menyukai