Disusun oleh:
dr. Jessica
dr. Tia Syalita
dr. Adam Fathony
dr. Eko Saputra Purba
dr. Fariz Rahmat
dr. Alvin Marthin
Pembimbing:
dr.Erna Mayasanti
DOKTER INTERNSIP
PUSKESMAS GUNUNG LINGKAS
NOVEMBER 2017 – MARET 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan atau janinnya mempunyai outcome yang
buruk apabila dilakukan tata laksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan produksi, rendahnya status sosial ekonomi dan
Pendidikan yang rendah merupakan sebagian faktor penyebab kematian ibu dan bayi.
Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera
setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%),
dan infeksi (11%). Sedangkan penyebab kematian tidak langsung adalah Kurang Energi Kronik
(KEK) pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%)
Berdasarkan data dari Puskesmas Gunung Lingkas tahun 2017, kasus kehamilan yang
berkomplikasi di Kelurahan Lingkas Ujung sebanyak 39 kasus. Dengan rincian kasus
perdarahan sebanyak 6 kasus (15%), Pre/eklamsia 9 kasus ( 23%), Infeksi 13 kasus (33%),
Partus lama 5 kasus (13%) dan Abortus 6 kasus (15%). Sedangkan di Kelurahan Pamusian
kasus perdarahan sebanyak 1 kasus (4%), Pre/eklamsia 5 kasus (19%), Infeksi 11 kasus (42%),
Partus lama 6 kasus ( 23%) dan Abortus 3 kasus (12%).
Penyebab tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal
care) yang memadai. Antenatal Care ( ANC) sebagai salah satu upaya penapisan awal dari
faktor resiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama
kehamilan untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan
juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Pada tahun 2017
angka cakupan K1 sekitar 78% dan K4 72%,jadi terdapat defisit 6% dari kunjungan ibu hamil
yang tidak diketahui penyebabnya. Oleh karena itu perlu ditingkatkan kepedulian ibu hamil
untuk memeriksakan kesehatannya dan janin sehingga resiko dalam kehamilan dapat dihindari.
Bagaimana tingkat pengetahuan ibu kader dan ibu hamil mengenai kehamilan resiko
tinggi di wilayah kelurahan Lingkas Ujung dan Kampung Satu?
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kesadaran ibu kader dan ibu hamil
mengenai kehamilan resiko tinggi di wilayah kelurahan Lingkas Ujung dan Kampung Satu
2. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi di kelurahan Lingkas Ujung dan Kampung
Satu.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mendeteksi ibu hamil yang masuk dalam golongan kehamilan resiko tinggi
di wilayah kelurahan Lingkas Ujung dan Kampung Satu
2. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan kader dan ibu hamil mengenai
kehamilan resiko tinggi di wilayah kelurahan Lingkas Ujung dan Kampung Satu
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang tingkat
pengetahuan kader dan ibu hamil mengenai kehamilan resiko tinggi
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan
komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya
selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan
persalinan dan nifas normal.
Alat screening / deteksi dini risiko ibu hamil salah satunya berupa Kartu Skor Poedji
Rochjati. Format kartu skor disusun dengan format kombinasi antara daftar tilik dan sistem
skor. Tenaga kesehatan maupun non kesehatan PKK (termasuk ibu hamil, suami dan
keluarganya) mendapat pelatihan agar dapat menggunakan dan mengisi daftar tilik dari faktor
risiko tersebut .
Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini kehamilan yang memiliki
risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun janin) akan terjadinya penyakit atau
kematian sebelum maupun sesudah persalinan. Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk
angka yang disebut skor. Skor merupakan bobot prakiraan dari berat atau ringannya risiko atau
bahaya. Jumlah skor memberikan pengertian tingkat risiko yang dihadapi oleh ibu hamil.
Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok:
Primi muda
Pada Ibu hamil pertama yang berumur ≤ 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa sehingga keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan
diiragukan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa.
Primi tua
2. Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa:
a. Selama hamil dapat timbul masalah lain oleh karena kehamilannya, misalnya pre-
eklamsia.
a) Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit
pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah kaku. Terdapat resiko ibu
hamil melahirkan anak yang cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.
b. Pre-eklamsia
d. Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi tidak dapat
lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.
f. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).
b) Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara lain:
awal atau akhir usia subur relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita
berusia lebih dari 45 tahun.
b. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka yang
usianya lebih dari 45 tahun
c. Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin
mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai 24 tahun
d. Risiko non disfungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam
midprofase dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan merusak
kiasma yang menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu. Apabila miosis
dilanjutkan sampai selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu
gamet anak mendapat dua salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga
terbentuk trisomi, anak lahir dengan cacat bawaan sindrom down. (F. Garry C, add all,
2001)
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Kesehatan
fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain
itu anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang dapat terjadi:
c) Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr. (Poedji Rochjati,2003).
Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan persalinan
ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. Kehamilan ini bisa terjadi pada:
c. Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain lain. (Poedji
Rochjati, 2003).
Grande multi
Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan maka
kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
c. Persalinan lama
a. Solusio plasenta
Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada
jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan
didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi:
a) Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan
besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang
terjadi:
a. Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin /kepala tidak
besar.
b) Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam
waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang.
c) Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat
badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan tidak
lancar, bayi sukar lahir, dalam bahaya.Kebutuhan pertolongan medik : persalinan
operasi sesar. (Poedji Rochjati, 2003).
Riwayat obstetrik jelek (ROJ), Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:
a. Keguguran
c. Lahir mati
b) Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran ≥ 2
kali
c) Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan
a) Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau
pervaginam:
c) Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan
menggunakan tangan. Bahaya yang dapat terjadi:
c. Perdarahan
d) Ibu diberi infus / tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu
mengalami perdarahan pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga
ibu menjadi syok dan membutuhkan infus, serta transfuse darah. (Poedji
Rochjati, 2003).
Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada
dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim : kematian
janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi. (Poedji Rochjati, 2003).
B. Ada Gawat Obstetri / AGO (tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas)
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11 g%
pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5g% pada trimester 2. Hipoksia akibat anemia dapat
menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan.
Bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik, seperti:
- Kematian mudigah
- Kematian perinatal
- Prematuritas
- Mata berkunang-kunang
- Jantung berdebar
-Persalinan premature
Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%):
- Persalinan lama
b) Malaria
- Panas tinggi
- Sakit kepala
- Muntah-muntah
Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan mengganggu
ibu hamil dan kehamilannya.
- Abortus
- IUFD
c) Tuberculosa paru
- Batuk darah
- Keguguran
- Bayi lahir belum cukup umur
d) Payah jantung
- Sesak napas
- Jantung berdebar
- Nadi cepat
- Kaki bengkak
- Kelahiran premature
- Dalam persalinan:
BBLR dan Bayi dapat lahir mati. (Poedji Rochjati, 2003). Penyakit jantung memberi pengaruh
tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan
sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang kemudian disusul oleh
abortus.(Abdul Bari S., 2002)
e) Diabetes mellitus
- Persalinan premature
- Hydramnion
- Kelainan bawaan
- Makrosomia
- Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36
- Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). (Poedji Rochjati,
2003).
- Pre-eklamsia
- Insufisiensi plasenta
menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka
- Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah
terkena infeksi
- Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI. (Poedji
Rochjati, 2003).
g) Toksoplasmosis
a) Tanda-tanda:
jaringan tubuh
- Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan ke
3) Hamil kembar
Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan
Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau lebih dalam
rahim. Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan
keluhan-keluhan
a. Sesak napas
c. Varises
d. Hemorrhoid
a. Keracunan kehamilan
b. Hidramnion
c. Anemia
d. Persalinan premature
e. Kelainan letak
f. Persalinan sukar
d. Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta
kehamilan kembar : 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75% pada
b. Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka
c. Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka
Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak
dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter. Walau etiologi belum jelas, namun
a. Penyakit jantung
b. Nefritis
Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak
a. Sesak napas
b. Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2 liter
a. Keracunan kehamilan
c. Kelainan letak
d. Persalinan premature
c. Payudara mengecil
Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur
kehamilan 4-5 bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak
c) Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:
Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari
jaringan uri dan pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin:
a) Janin mengecil
7) Letak sungsang
Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim
8) Letak lintang
(hamil 8-9 bulan): kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi
letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin
melintang terhadap sumbu tubuh ibu.
Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat
dilahirkan dengan alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan
sudah beberapa waktu mati masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa.
Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan
yang tidak di tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan
akibatnya:
b. Infeksi
Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO (Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)
terjadi sebelum kelahiran bayi). Tiap perdarahan keluar dari liang senggama
yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat
keluar:
b) Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan
darah menurun.
kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut ibu diantara kedua rahang,
1. Keguguran
Keguguran dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena terkejut,
cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non
profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti
tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.
2. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim
yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga
dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat hamil dan juga umur ibu yang belum 20 tahun.
Cacat bawaan dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan,
pengetahuan akan asupan gizi sangat rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) yang
kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga di sebabkan
karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan
minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya
sendiri. Pengetahuan ibu hamil akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat
kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan
mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat
bawaan.
3. Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
A. GAMBARAN UMUM
1. Letak Geografis dan Administratif dan Batas Wilayah
Puskesmas Gunung Lingkas mencakup 4 (empat) kelurahan sebagai wilayah
kerjanya yaitu: Kelurahan Gunung Lingkas, Kelurahan Lingkas Ujung, Pamusian dan
Kampung I / SKIP. Secara administratif wilayah kerja Puskesmas Gunung Lingkas
termasuk dalam wilayah Kecamatan Tarakan Timur.
Luas wilayah yang menjadi wilayah cakupan Puskesmas Gunung Lingkas yaitu
Kelurahan Gunung Lingkas dengan luas 3,19 km² dengan jumlah RT 18, Kelurahan
Lingkas Ujung dengan luas 1,16 km² dengan jumlah RT 16 , Kelurahan Pamusian
dengan luas 2, 54 km² dengan jumlah RT 31 dan Kelurahan Kampung I / SKIP dengan
luas 4,35 km² dengan jumlah RT 21.
Secara rinci gambaran umum wilayah kerja Puskesmas Gunung Lingkas dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah
Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2016
Rata-rata
Luas Jumlah
Jumlah Jiwa/
No Kelurahan Wilayah Kepala
Penduduk Rumah
(km²) Keluarga
Tangga
Lingkas
2. 14339 1,16 km 2 2372 4
Ujung
3. Pamusian 17090 2,54 km 13766 4
Kampung I /
4. 10750 50,61 km 6085 4
SKIP
Total 52188 57,5 km2 24127 4
Sumber : BPS Kota Tarakan
2. Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Gunung Lingkas tahun 2016
menurut data BPS yaitu 52.188 jiwa dengan distribusi 10009 jiwa di Kelurahan Gunung
Lingkas, 14339 jiwa bermukim di Kelurahan Lingkas Ujung, 17090 Jiwa bermukim di
kelurahan Pamusian dan 10750 bermukim di SKIP / Kampung Satu. Secara rinci
gambaran jumlah penduduk menurut kelompok wilayah kerja Puskesmas Gunung
Lingkas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Puskesmas Gunung
Lingkas Tahun 2016
10- 15- 20- 25- 30- 35- 40- 45- 50- 55- 60- 65- 70-
0-4 5-9
No Kelurahan 14 19 24 29 34 39 44 49 54 59 64 69 74
th th
th th th th th th th th th th th th th
Gunung
1. 517 465 392 413 465 552 494 438 303 262 189 132 75 37
Lingkas 330
Lingkas
2. 471 750 683 594 647 723 743 829 584 504 318 225 152 127 74
Ujung
3. Pamusian 542 809 755 675 763 793 860 858 650 559 426 346 259 179 82
Kampung
3. 381 593 541 505 471 488 484 523 492 411 293 206 151 90 39
Satu
Total 1724 2669 2444 2166 2294 2469 2639 2704 2164 1777 1299 966 694 471 232
C. UPAYA KESEHATAN
1. Pelayanan Kesehatan
a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil
Tabel 16. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga
Kesehatan, dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Puskesmas Gunung Lingkas
Tahun 2016
Tabel 17. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas (KF 3), Cakupan Kunjungan
Neonatal (KN I), dan Cakupan Pelayanan Neonatal (KN Lengkap)
Puskesmas Gunung Lingkas Tahun 2016
No Indikator Target Pencapaian
Cakupan Pelayanan Ibu Nifas (KF 3) 77% 61,0%
1.
Cakupan Kunjungan Neonatal (KN 78% 72,5%
2.
1)
Cakupan Pelayanan Neonatal (KN 78% 61,0%
3. Lengkap)
Sumber : Program KIA Puskesmas Gunung Lingkas
Cakupan Ibu hamil mendapat 90 tablet (Fe) tambah darah belum mencapai target hal ini
dikarenakan Terdapat beberapa wilayah RT yang cukup jauh dari Lokasi pelayanan kesehatan,
Sasaran yang tinggi, tidak sesuai dengan data yang rill, masih kurang kerjasam lintas sector.
Kasus BBLR Masuk dalam Indikator Negatif Yaitu dimana Pencapain harus
lebih rendah dari target. Untuk Puskesmas Gunung Lingkas capaian program BBLR
sudah baik. Hal ini dikarenakan petugas melakukan beberapa upaya yaitu :
1. Penyuluhat kepada ibu Hamil
2. Memberikan KIE kepada Bumil
3. Rujuk Ke poli Gizi yang memiliki HB rendah
c. Cakupan Kunjungan Bayi dan Neonatus
d. Cakupan Pemberian A
e. SI Eksklusif
Tabel 20. Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif
Puskesmas Gunung Lingkas Tahun 2015
No Indikator Target Pencapaian
1. Bayi ASI Eksklusif 39 % 66,8 %
Sumber : Program Gizi Puskesmas Gunung Lingkas
Indicator Pencapaian Asi Ekslusif sebesar 66,8% sudah mencapai target
39% hal ini dikarenakan pemegang program dengan giat melakukan upaya – upaya
untuk meningkatkan capaian program diantaranya yaitu melakukan penyuluhan
akan pentingnya ASi Eksklusif
Dari target sebanyak 60% hanya mencapai 46 % indikator kunjungan bayi belum mencapai
target karena kriteria perhitungan yang tidak lengkap dan sebagian besar ibu tidak membawa
bayi untuk menimbang di Posyandu, sedangkan Cakupan Pelayanan Balita sudah mencapai
target yaitu 97,21% dari target 60%. Petugas melakukan upaya – upaya dalam menaikkan
cakupan pelayanan balita yaitu Melakukan Sweeping dan memberikan KIE kepada ibu nifas
untuk melakukan kunjungan ke Posyandu atau ke Puskesmas Pada saat Kontak Pertama.
3. Keadaan Lingkungan
a. Persentase Institusi kesehatan Ber-PHBS
Tabel 29. Persentase Puskesmas sebagai model institusi kesehatan yang (Ber-
PHBS) Puskesmas Gunung Lingkas Tahun 2016
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Puskesmas sebagai model institusi kesehatan
yang ber – PHBS sudah 100% hal ini dikarenakan kerjasama antara pemegang program
dengan seluruh staf
BAB III
METODOLOGI
Instrumen penelitian ini berupa Karu Skor Poedji Rochjati, yang digunakan untuk data
kualitatif menggunakan berbagai indicator untuk mendeteksi ibu hamil dengan risiko tinggi
pada kelurahan Lingkas Ujung dan Pamusian.
BAB IV
HASIL
Penyuluhan dimulai dengan perkenalan dilanjutkan dengan penyampaian materi sesuai dengan
yang telah disiapkan oleh dokter internsip Puskesmas Gunung Lingkas . Pada saat pemberian
materi, untuk mengurangi kebosanan tidak lupa diselingi dengan beberapa diskusi grup yang
membangkitkan rasa ingin tahu peserta sekaligus agar pemberi penyuluhan mengetahui tingkat
pengetahuna peserta. Acara diakhiri dengan penutupan pada
Indikator Keberhasilan
Peserta yang hadir > 80%. Pada penyuluhan kelurahan lingkas ujung sebanyak 36
peserta, sedangkan pada penyuluhan kelurahan pamusian sebanyak 30 orang.
Acara yang diselenggarakan berlangsung tepat waktu yaitu pukul 14.00 pada
penyuluhan kelurahan Lingkas Ujung dan pukul 16.00 pada penyuluhan kelurahan
Pamusian.
Antusias peserta cukup baik, dapat dilihat dari jumlah pertanyaan pada saat diskusi grup
yang diajukan >3 pertanyaan, sehingga menimbulkan diskusi yang menarik antar ibu
kader dengan penyampai materi.
RUNDOWN
Waktu Kegiatan