Anda di halaman 1dari 3

Lipopisis asam lemak pada hati seperti tak dipengaruhi oleh SC-Fas, tetapi lipopisis pada jaringan

adiposa banyak di kurangi oleh SCFAs (113, 114, 121, 130). Dalam adiposa terisolasi, asetat dan
propionat dibentuk untuk menghambat lipolisis via Ffar2 aktivasi (113, 114). Sebuah penurunan dari
lipolisis adalah tetap dengan data dari penelitian manusia dimana penyaluran intravena dari asetat
dan propionat mengurangi plasma asam lemak bebas dan gliserol (131, 132). Ffar2 menghantarkan
penghambat dari lipopisis kemungkinan besar melalui inaktivasi dari hormon lipase sensitif (HSL),
dimana trigliserid hidrolisis dan satu dari kunci kontrol molekul lipopisis dalam jaringan adiposa
(133). Pengikatan dari SCFAs ke Ffar2 antaran ke pemisahan diri dan dengan demikian aktivasi dari
protein Gi/o. Protein Gi/o menghambat adenylate cyclase dan dengan cara mengurangi produksi dari
cAMP dari ATP, yang mana kemudian mengurangi aktivitas dari protein kinase A (PKA) (134). Sebuah
pengurangan dari aktivitas antaran PKA ke deposporilasi dan deaktivasi dari HSL dalam jaringan
adiposa (133). Secara konsisten, pemberian dari resisten tinggi karbohidrat pada kemunculannya
pada manusia dalam plasma yang lebih tinggi konsentrasi SCFA dan aktivitas HSL bawah dalam
jaringan adiposa (130). Ffar2 juga emainkan peran penting dalam penyimpanan lemak dalam
jaringan adiposa putih seperti yang diperlihatkan akhir-akhir ini oleh Kimura et al. (135). Defisiensi-
Ffar2 tikus adalah obesitas pada diet normal, dimana seperti tikus overexpressing Ffar2 khususnya
dalam jaringan adiposa adalah dilindungi melawan asupan terimbas obesitas. Penulis menyimpulkan
bahwa aktivasi SCFA dari adiposa khusus Ffar2 penekanan penandaan insulin oleh hambatan dari Akt
posporilasi, yang mana menghambat penyimpanan lemak dalam jaringan adiposa dan menaikkan
metabolisme dari lipid dan glukosa dalam jaringan lainnya. Tentu saja, trigliserid pada hati akan
berkurang dan kadar mRNA dari gen pembawa dalam oksidasi asam lemak dalam jaringan otot juga
meningkat dalam tikus overexpressing adiposa khusus c Ffar2 dibandingkan dengan kontrol tipe liar.
In addition, total pengeluaran energy tubuh juga meningkat bersama dengan penurunan nilai rasio
pertukaran pernafasan, mengindikasikan peningkatan oksidasi asam lemak. Sayangnya, tidak ada
data yang disediakan dalam rasio AMP/ATP, aktivitas AMPK, dan actual organ-specifi c fatty acid
oxidation fl uxes. Anehnya, level plasma leptin pada orang dewasa tikus overexpressing adiposa
khusus Ffar2 lebih rendah dari tipe tikus liar. Walaupun SCFAs sudah menunjukkan peningkatan
leptin expression melalui Ffar2 jalur dependen , ini mungkin karena berkurangnya level leptin yang
mudah berakibat pada berkurangnya jaringan adiposa (136). Kesimpulannya, ini sudah menunjukkan
dengan meyakinkan bahwa pencegahan dari terimbas obesitas dari SCFAs bisa menjadi pelengkap
pada peningkatan oksidasi asam lemak dalam jaringan berlapis dan pengurangan dari penyimpanan
lemak dalam jaringan adiposa putih. Tetapi, pemahaman kita tentang mekanisme molekular masih
belum lengkap. Pengaturan dari metabolisme glukosa oleh SCFAs ketrsediaan data yang jarang pada
efek dari SCFAs pada metabolisme glukosa menampakkan pengurangan kadar plasma glukosa yang
mungkin melalui mekanisme berlapis. Kadar plasma glukosa ditentukan oleh penyerapan melalui
makanan, glukoneogenesis, dan penyerapan oleh organ berlapis. Lagi, Ffars and AMPK terbawa
dalam transduksi dari efek dari SCFAs.

In addition, gut hormon peptida YY (PYY) dan glucagon-like peptide-1 (GLP-1) memainkan peran
penting dalam komunikasi antara jaringan. Pemberian oral dari asetat dan propionat mengurangi
glikemia dalam diabetes hiperglekimia KK-A(y) tikus dan tikus normal (137, 138). Terdapat bukti tak
langsung untuk mengurangi glukoneogenesis oleh hati. Pergerakan dari jalan hepatic AMPK
mengurangi gene expresion dari enzim glukogeogenik glukosa 6-posfat (G6Pase) dan
posfoenolpirivat karboksikinase (PEPCK). Sayangnya, perubahan glukoneogenik tidak terukur, tetapi
puasa plasma glukosa dan kadar insulin berkurang bersamaan dengan meningkatnya toleransi
glukosa (137). SCFAs mungkin bisa mempengaruhi kadar plasma glukosa dengan meningkatkan
hormon gut PYY dan GLP-1 melalui pergerakan dari reseptor Ffar fan Ffar3. PYY diketahui sebagai
hormon satiety, tetapi ini juga menguatkan tindakan insulin pada pembuangan/pembagian glukosa
dalam otot dan jaringan adiposa (139-141). Pada sampel kolon manusia dan dan tikus, reseptor
RCFA Ffar2 dan Ffar3 colocalize with enteroendokrin sel L mengandung PYY (142-144). In addition,
Ffar2 dan Ffar3 knockout mice menunjukkan pengurangan colonic PYY expression and whole-body
glukose tolerance (145). Pemasukan intrakolon dari SCFAs pada tikus dan babi meningkatkan
konsentrasi darah dari PYY, tetapi tidak ada data pada metabolisme glukosa yang tercatat (146, 147).
GLP-1 secara tidak langsung mengatur kadar glukosa darh dengan meningkatkan sekresi insulin dan
mengurangi sekresi glukagon oleh pankreas (148). Pemasukan intrakolon dari SCAFs dan pemasukan
dari kedua serat meningkatkan konsentrasi plasma GLP-1 dan uptake glukosa oleh jaringan adiposa
(147, 149-151). In addition, kekurangantikus Ffar2 dan Ffar3 memperlihatkan pengurangan
pencetusa- SCFA GLP-1 sekresi in vitro dan in vivo, dan pelemahan paralel dari toleransi glukosa
(145). Singkatnya, SCFAs tampaknya menguntungkan mempengaruhi metabolisme glukosa melalui
menormalkan kadar plasma glukosa dan meningkatkan penanganan glukosa. Untuk apa efek dataran
ini mengacu secaralangsung pada regulasi jalannya AMPK hati, atau secara tidak langsung melalui
hormon turunan PYY dan GLP-1, adalah tidak jelas. Pengaturan dari metabolisme kolesterol oleh
SCFAs telah menunjukkan penurunan kontrasi plasma dari kolesterol pada hewan pengerat dan
manusia (78, 79, 124). Kolesterol dihasilkan dari unit perintisnya, asetilCoA, melalui jalan
metabolisme kompleks yang mana dalam 3-hidroksi-3-metilglutarat-CoA reduktase adalah batas
rata-rata enzim (152). Ilmu in vitro menunjukkan bahwa propionat menurunkan laju sintesis
kolesterol dengan menurunkan aktivitas enzim oleh hati 3-hidroksi-3-metilglutarat-CoA sintase
(HMGCS) dan 3-hidroksi-3-metilglutarat-CoA reduktase (HMGCR) (152,153). Sebagai tambahan,
eksperimen in vivo menggunakan 3H2O sebagai sebuah pengusut menunjukkan bahwa total laju
sintesis kolesterol berkurang dalam hati tikus pada penambahan dietary propionat (154, 155). Peran
asetat dalam homeostasis kolesterol telah menerima perhatian yng kurang, tetapi Fushimi et al. (78)
menunjukan bahwa kadar serum kolesterol dipengaruhi oleh asetat. Tikus menerima kandungan
makanan 1% (w/w) kolesterol menunjukkan secara signifikan kurang meningkatkan serum kadar
kolesterol ketika diet ditambahkan dengan 0,3% (w/w) asetat. Pada hati, konsentrasi protein dari
HMGCW berkurang dan kadar mRNA dari kolesterol 7-hidroksilase (CYP7A1) meningkatkan
penambahan asetat. CY7A1 termasuk dalam konversi dari kolesterol ke asam empedu, dan perperan
sebagai penghilang kolesterol. Sejalan dengan observasi ini, penambahan asetat mengurangi
hiperkolesterolemia pada manusia (124). Karena aktivasi AMPK oleh SCFAs, hanya dipengaruhi oleh
SCFAs pada asam lemak dan metabolisme glukosa.

SALING MEMPENGARUHI ANTARA USUS MIKROBIOTA, KONSENTRASI SCFA, DAN PEBAWA ENERGY
METABOLISME.

Kopleksitas antara interaksi usus mikrobiota, konsentrasi SCFA, dan pembawa energi metabolisme di
ilustrasikan dengan laporan pertentangan pada obesitas dan makhluk bebas kuman. Pengaturan
asupan makanan dari SCFAs melindungi tikus dari terimbas obesitas dan resistensi insulin (17, 121,
122). Namun, obesitas genetik ob/ob tikus dan obesitas pada manusia telah menambahkan jumlah
sekal dan fekal SCFAs (159-161). Ini belum jelas efek menguntungkan dari SCFAs bagaimanapun juga
disepakati pada orang yang obesitas, atau efeknya sederhana dan tidak cukup kuat untuk mengganti
diet yang berlawanan atau predisposisi genetik. Hasil membingungkan lainnya meskipun kadar SCFA
sangat sedikit, tikus bebas penyakit dengan mikrobiota dari tikus obesitas (ob/ob) memperlihatkan
peningkatan persentase yang signifikan pada total lemak tubuh kolonisasi dengan mikrobiota dari
donor yang kurus (+/+) (159). Hewan obesitas dalam penelitian menunjukkan 50% pengurangan
dalam keadaan yang relatif melimpah dari bakteri (i.e., pembentuk asetat dan propionat), dimana
firmicutes (i.e., butirate producers) perbandingannya meningkat dibandingkan rekan yang kurus.
Perbandingan analisis metagenomik memprediksikan bahwa mikrobiota dari tikus ob/ob
mempunyai peningkatan kapsitas fermentasi, lalu mungkin menyebabkan obesitas. Untuk
membuktikan hipotesis ini, Murphy et al. (160) pemberian makan pada tikus liar dan tikus ob/ob
salah satunya asupan tinggi lemak atau rendah lemak dan menyelidiki hubungan antar komposisi
mikroba dan penggunaan kapasitas energi (disimpulkan dari sekal konsentrasi SCFA). Berkurangnya
bakteri dan peningkatan firmicutes tidah dapat d riubah, tetapi mereka tidak melihat secara
langsung asosiasi antara perubahan mikrobiota dan pembuat dari penggunaan energi. Ini dan
penelian lainnya, meskipun, terbatasnya data. Sebuah pioritas, tidak ada alasan mengapa
konsentrasi sekal SCFA menggambarkan SCFA flux ke host dan dengan cara penambahan
penggunaan energi.

Anda mungkin juga menyukai