Kryst Lira, Muhammad Mahdi, Nurul Hikmah, Via Liana, Wulandari .R*)
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar 2015
Abstrak.Telah dilakukan sebuah percobaan yang berjudul pesawat atwood. Pada percobaan ini
kita melakukan suatu pembuktian dari hukum -hukum Newton yaitu hukum I newton,
hukum II newton, dan hukum III newton serta menghitung besar momen kelembaman (inersia)
suatu benda yang bergerak di sebuah pesawat atwood atau katrol.Dari hasil percobaan kami dapat
menyimpulkan Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yang sering digunakan untuk
mengamati hukum mekanika pada gerak yang dipercepat secara beraturan.Sederhananya pesawat
atwood tersusun atas 2 benda yang terhubung dengan seutas tali.Percepatan yang terjadi di
pengaruhi oleh massa beban. Pada kegiatan 1 diperoleh hasil dari grafik 𝑎 =|2,596±0,02|𝑐𝑚⁄𝑠 2 ,
momen inersia katrol pers.3.3 1132,52 gr.cm2 , ketidakpatian momen inersia pers 3.3 I = |1,132
± 0,022| x 103 gr.cm2, moment inersia dengan manipulasi pers. 3.5 I=860,22 gr.cm2 ,
ketidakpastian momen inersia pers 3.5 I = |8,602± 0,688| x 103 gr.cm2 , Percepatan benda (M2 +
m) dengan pers. 3.5 a=25,95 cm/s2.pada kegiatan 2 diperoleh hasil dari grafik 𝑣⃑ = |20, 33 ±
81,32| 𝑐𝑚⁄𝑠, Kecepatan ( M2 + m ) dari persamaan GLBB 𝑣⃑ = 28,81 cm/s, ketidakpastian
kecepatan,𝑣⃑ = |28,8 ± 0,2| cm/s. kesimpulannya pada kegiatan 1 berlaku hukum II Newton
sedangkan pada kegiatan 2 berlaku hukum I Newton dan semakin besar massa beban maka
percepatan yang terjadi pun akan semakin besar.
Kata kunci: Hukum Newton, katrol ,Massa, Pesawat atwood.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana menghitung jarak pada panjang lintasan yang dilalui beban dari suatu
titik ke titik tertentu?
2. Bagaimana menghitung besar waktu yang dibutuhkan beban untuk melalui lintasan
yang telah diukur menggunakan sensor waktu?
TUJUAN
1.Mahasiswa memahami konsep kinematika untuk membuktikan berlakunya Hukum
Newton?
2. Menghitung momen kelembaman ( inersia) katrol.
TEORI SINGKAT
Jika sebuah katrol hanya dapat berotasi murni pada porosnya yang diam, maka geraknya
dapat dianalisis dengan mengunakan Gambar 1 berikut:
N
Gerak Translasi
∑𝐹 = 0
- T1-mg-T2+N=0 …(1)
Gerak Rotasi
T1 mg T2 ∑ 𝝉 = 𝑰. 𝜶
-T1R+T2R=I.α …(2)
GAMBAR 1. Gaya-gaya pada katrol
1
Dimana: 𝐼 = 2mkatrol.R2 …(3)
1
Dan : 𝛼 = 𝑅 𝛼 …(4)
Dengan a merupakan percepatan tangensial tepi katrol, percepatan ini sama dengan
percepatan tali penggantung yang dililitkan pada katrol tanpa slip. Bila suatu benda
digantungkan pada tali seperti pada gambar berikut , maka percepatan benda adalah :
T’2
T’1
(m M 1) M 2
T2a = g ...(5)
T1 m M1 M 2 I / R 2
M2
m
M2 g
M1
(m+M1)g
Gambar 2. Katrol dan Beban
perhatikan Gambar 2. Jika massa beban tidak sama maka system akan bergerak lurus
dipercepat beraturan. Dengan mengukur jarak yang ditempuh serta mengukur waktu yang
diperlukan kita dapat menentukan percepatan beban dari percobaan. [1]
Jika percepatan telah diketahui maka dengan menggunakan persamaan (5) kita dapat
menghitung momen inersia katrol. Jika massa beban sama, maka system akan bergerak
lurus beraturan atau diam (hukum 1 newton). Jika pada awalnya system telah memiliki
kecepatan (dalam keadaan bergerak), maka kecepatan awal tersebut dapat ditentukan
dengan mengukur jarak tempuh dan waktu tempuh benda. [1]
Metode Eksperimen
terlepas dari genggaman kemudian M2+m1 akan bergerak kebawah sedangkan M1 akan
bergerak ke atas, jika pesawat atwood bekerja dengan baik maka terdapat percepatan,
kemudian ketika M2+m1 melewati penahan A maka massa tambahan akan tersangkut
pada penahan dan M1 akan melanjutkan gerak ketitik B dengan kecepatan konstan. Ketika
ini tidak terjadi maka atur kembali penahan A. Kegiatan pertama dimana jarak yang
dilalui adalah jarak dari C ke A dimana pada saat ini massa tambahan masih berada di
atas M2 atur sensor waktu agar sensor dapat membaca waktu yang dibutuhkan benda
bergerak dengan cara mengambil titik tengah dari benda, pada saat benda M1 dilepaskan
dari genggaman G maka M1 akan bergerak keatas dan M2+m1akan bergerak kebawah,
ketika telah melewati titik A maka sensor akan menunjukkan jumlah waktu yang
ditempuh selama pergerakan. Untuk kegiatan kedua ambil jarak awal dengan mengambil
satu jarak dari kegiatan pertama, kemudian letakkan penahan A pada titik A dan atur
jarak yang akan dilalui dengan memindahkan posisi C, lepaskan genggaman G kemudian
M1 akan bergerak ke atas kemudian M2+m1 akan bergerak ke bawah sebelum menumpuk
penahan A gerak ini dinamakan GLBB dan ketika massa tambahan terlepas dari M 2 maka
gerak yang bekerja gerak GLB.
Prosedur Kerja
Terlebih dahulu catat kedudukan C dan A. Kemudian lepas M1 dan catat waktu yang
diperlukan oleh benda bergerak dari titik C ke A. Dilakukan 3 kali pengukuran berulang
dengan jarak yang sama. Setelah itu kegiatan ini diulangi dengan memindah-mindahkan
posisi A minimal 10 kali dan hasil pengamatannya kemudian dicatat dalam tabel tabel
hasil pengamatan.
Menentukan posisi C dan A kemudian dicatat posisinya. Posisi titik B berada di bawah
posisi A dengan jarak tertentu. Kemudian lepas M1 dan catat waktu yang diperlukan oleh
benda bergerak dari titik A ke titik B. Dilakukan 3 kali pengukuran berulang dengan jarak
dari A ke B yang sama. Setelah itu kegiatan ini diulangi sebanyak minimal 10 kali dengan
jarak tempuh dari A ke B yang berbeda-beda dan hasil pengamatannya kemudian dicatat
dalam tabel hasil pengamatan.
2.|0,641 ± 0,001|
3. |0,639 ± 0,001|
2.|0,778 ± 0,001|
3. |0,705 ± 0,001|
2.|0,853 ± 0,001|
3. |0,808 ± 0,001|
2.|0,955 ± 0,001|
3. |0,923 ± 0,001|
2.|0,978 ± 0,001|
3. |1,986 ± 0,001|
2.|1,113 ± 0,001|
3. |1,141 ± 0,001|
2.|1,200 ± 0,001|
3. |1,255 ± 0,001|
∆𝑡 0,047𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 7 % (2𝐴𝐵)
̅𝑡 0,666 𝑠
𝛿3 = |0,762 − 0,762| = 0𝑠
∆𝑡 0,004 𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 0,5 % (3𝐴𝐵)
𝑡̅ 0,762 𝑠
∆𝑡 0,007 𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 0,8 % (3𝐴𝐵)
𝑡̅ 0,804 𝑠
∆𝑡 0,014 𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 1 % (3𝐴𝐵)
𝑡̅ 0,910 𝑠
𝑡 = |𝑡̅ ± ∆𝑡| = |0,91 ± 0,14| 𝑠
∆𝑡 0,065 𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 4 % (2𝐴𝐵)
̅𝑡 1,309 𝑠
∆𝑡 0,01 𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 0,7 % (3𝐴𝐵)
̅𝑡 1,385𝑠
∆𝑡 0,017 𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 1 % (3𝐴𝐵)
𝑡̅ 1,533 𝑠
Analisis Grafik
Kegiatan 1. Gerak dari C ke A
Tabel 1. Hubungan antara jarak XCA dengan t2
XCA(cm) tCA2 (s2)
1.14,00 1. 0,443
2.16,00 2.0,580
3.18,00 3. 0,646
4.20,00 4.0,828
5.22,00 5. 1,713
6.24,00 6. 1,918
7.28,00 7. 2,169
30
20
XCA
y = 12.96x+6.037
10 R² = 0.934
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
t2CA
Gambar 1. Grafik hubungan antara 𝑋𝐶𝐴 terhadap 𝑡𝐶𝐴 2
𝑦 = 𝑚x + 𝑐
𝑥 = 𝑚𝑡 2 + 𝑐
𝛿(𝑚𝑡 2 + 𝑐)
𝑣=
𝛿𝑡
𝑣 = 2𝑚𝑡
𝛿(2𝑚𝑡)
𝑎=
𝛿𝑡
𝑎 = |𝑎 ± ∆𝑎| 𝑐𝑚⁄𝑠 2
𝑎 =|2,596±0,02|𝑐𝑚⁄𝑠 2
= 1132,52 gr.cm2
2𝐼/𝑅3 (𝑚+𝑀1 − 𝑀2 )
| 𝐼 | ∆𝑅) a
(𝑚+𝑀1 +𝑀2 + 2 )(𝑚+𝑀1 −𝑀2 )
𝑅
2(64,03)+860,22/(5,95)2
∆a =(| 860,22 | 0,01 +
(4,15+63,94+64,03+(5,95)2 )(4,15+63,94−64,03)
2(64,03)+860,22/(5,95)2
| 860,22 | 0,01 +
(4,15+63,94+64,03+(5,95)2 )(4,15+63,94−64,03)
−(2(4,15)+2(63,94)+860,22/(5,95)2
| 860,22 | 0,01 +
(4,15+63,94+64,03+(5,95)2 )(4,15+63,94−64,03)
(4,15+63,94−64,03)
(5,95)2
| 860,22 | 0,688| +
(4,15+63,94+64,03+(5,95)2 )(4,15+63,94−64,03)
2(860,22)/(5,95)3 (4,15+63,94−64,03)
| 860,22 | 0,05)25,95 cm/s2
(4,15+63,94+64,03+(5,95)2 )(4,15+63,94−64,03)
152,35 152,35 −160,47 0,11 33,16
=(|635,02 | 0,01 + |635,02| 0,01 + | 635,02 | 0,01 + |635,02| 0,688| + |635,02| 0,05)25,95
cm/s2
= (0,0024 + 0,0024 + 0,0025 + 0,000119 + 0,0026)25,96 cm/s2
= 0,260 cm/s2
0,260
KR = x 100% = 1,0% (3 AB)
25,95
a = |25,95± 0,26|cm/s2
∆𝑡 0,019𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 3% (2𝐴𝐵)
̅𝑡 0,630 𝑠
∆𝑡 0,045 𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 6% (2𝐴𝐵)
̅𝑡 0,733 𝑠
∆𝑡 0,016 𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 1 % (3𝐴𝐵)
̅𝑡 0,824 𝑠
∆𝑡 0,01 𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 1 % (3𝐴𝐵)
̅𝑡 0,933 𝑠
∆𝑡 0,022 𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 2% (2𝐴𝐵)
̅𝑡 0,993 𝑠
∆𝑡 0,015 𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 1 % (3𝐴𝐵)
̅𝑡 1,126𝑠
∆𝑡 0,066𝑠
𝐾𝑅 = 𝑋 100 % = 𝑥 100 % = 5 % (2𝐴𝐵)
̅𝑡 1,226𝑠
30
25
20
XAB
15
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
𝑡AB
𝑥 = 𝑚𝑡 2 + 𝑐
𝛿(𝑚𝑡 2 + 𝑐)
𝑣⃑ =
𝛿𝑡
𝑣⃑ = 𝑚
𝑣⃑ = 20,33 m/s
XCA=|16,00 ± 0,05|cm
a = |25,95± 0,26|cm/s2
𝑣⃑ = √2𝑎𝑥
= √2 (25,95)(16,00)
= √830,4
= 28,81 cm/s
Ketidakpastian kecepatan
1
𝑣⃑ = √2𝑎𝑥 = (2𝑎𝑥)2
⃑⃑
𝜕𝑣 ⃑⃑
𝜕𝑣
∆𝑣⃑ = |𝜕𝑎| ∆𝑎 + |𝜕𝑥| ∆𝑥
1 1
𝜕(2𝑎𝑥)2 𝜕(2𝑎𝑥)2
=| | ∆𝑎 + | | ∆𝑥
𝜕𝑎 𝜕𝑥
1 1 1 1
1 1
= (2 𝑎−2 (2𝑥)2 ) ∆𝑎 + (2 𝑥 −2 (2𝑎)2 ) ∆𝑥
1 1 1 1
− −
∆𝑣⃑⃑ 2−1 𝑎 2 (2𝑥)2 2−1 𝑥 2 (2𝑎)2
⃑⃑
𝑣
=| 1 | ∆𝑎 + | 1 | ∆𝑥
(2𝑎𝑥)2 (2𝑎𝑥)2
∆𝑎 ∆𝑥
∆𝑣⃑ = |2𝑎 + 2𝑥
| 𝑣⃑
0,26 0,05
=| + | 28,81𝑐𝑚/𝑠
2(25,95) 2(16,00)
= 0,2 𝑐𝑚/𝑠
PEMBAHASAN
Pesawat Atwood merupakan alat yang dapat dijadikan sebagai pembuktian hukum-
hukum Newton ataupun gejala-gejala lainnya. Pada kegiatan 1 pesawat atwood
memberlakukan Hukum II Newton yaitu “Setiap benda yang diberikan sebuah gaya
maka akan mengalami percepatan yang besarnya berbanding lurus dengan besarnya gaya
dan berbanding terbalik dengan besar massa benda”. Dengan persamaan matematisnya
∑F = m.a”. Pada kegiatan 1 yaitu hubungan antara jarak dan waktu tempuh untuk
lintasan dari titik C ke A. Dimana diukur waktu yang diperlukan oleh benda untuk
bergerak dari titik C ke A untuk menghitung besarnya percepatan benda pada saat
bergerak lurus berubah beraturan. Pada kegiatan I, yaitu gerak benda mengalami
percepatan yang diakibatkan karena adanya beban tambahan yang diberikan pada benda
M2. Sehingga benda (M2 + m) lebih berat dibandingkan benda M1. Secara matematis,
untuk menghitung percepatan benda, dapat menggunakan persamaan a =
(𝑚+ 𝑀1 )− 𝑀2
𝑚+ 𝑀1 + 𝑀2 +𝐼/𝑅2
.g,dari persamaan tersebut kemudian diperoleh percepatan benda (M2 +
m), yaitua: a = |25,95± 0,26|cm/s2. Sedangkan percepatan yang diperoleh dari hasil
analisis grafik yaitu 𝑎 =|25,92±0,02|𝑐𝑚⁄𝑠 2 Pada kegiatan I juga terdapat analisis momen
inersia katrol yang secara matematis menggunakan manipulasi persamaan 3.5 yaitu:
(𝑚+𝑀1 )− 𝑀2
I = (( 𝑎
𝑔) − (𝑚 + 𝑀1 + 𝑀2 )) 𝑅 2 degan nilai a diperoleh dari grafik, yang
hasilnya akan dibandingkan dengan momen inesrsia katrol yang diperoleh dari persamaan
3.3, yaitu I = |1,132 ± 0,022| x 103gr.cm2. Sedangkan momen inersia katrol berdasarkan
persamaan 3.5 diperoleh yaitu I = |86,002± 0,688| x 103 gr.cm2 . Perbedaan hasil yang
pada momen inersia tersebut, dapat diakibatkan karena adanya kendala pada saat
melakukan pengukuran berupa keterbatasan pengamat.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan kami dapat menarik sebuah kesimpulan,bahwa:
1. Pada kegiatan 1 berlaku hukum II Newton yakni “Setiap benda yang diberikan
sebuah gaya maka akan mengalami percepatan yang besarnya sama dengan
besarnya gaya dan berbanding terbalik dengan besar massa benda”. Dengan
persamaan matematisnya ∑F = m.a. Dimana benda bergerak lurus berubah
beraturan dipercepat karena resultan gaya yang bekerja pada benda tidak sama
dengan nol dengan adanya beban tambahan. Sedangkan pada kegiatan ke 2
berlaku hukum Newton 1 yaitu “Sebuah benda akan berada dalam keadaan diam
atau bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang bekerja pada benda
sama dengan nol”. Dimana benda bergerak lurus beraturan atau dengan kecepatan
konstan karena resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol, karena
kedua massa benda sama. Secara matematis, hukum 1 Newton dinyatakan
dengan persamaan: ∑F = 0.
2. Secara matematis, untuk menghitung percepatan benda, dapat menggunakan
(𝑚+ 𝑀1 )− 𝑀2
persamaan a = 𝑚+ 𝑀1 + 𝑀2 +𝐼/𝑅2
.g,dari persamaan tersebut kemudian diperoleh
percepatan benda (M2 + m), yaitua: a = |25,95± 0,26|cm/s2. Sedangkan
percepatan yang diperoleh dari hasil analisis grafik yaitu 𝑎 =|25,92±0,02|𝑐𝑚⁄𝑠 2
Pada kegiatan I juga terdapat analisis momen inersia katrol yang secara
(𝑚+𝑀1 )− 𝑀2
matematis menggunakan manipulasi persamaan 3.5 yaitu: I = (( 𝑎
𝑔) −
SARAN
Pada saat melakukan praktikum ini, diupayakan untuk lebih teliti dan cermat dalam
pengukuran waktu menggunakan sensor waktu agar pengukuran dapat lebih teliti dan
objek yang akan bergerak pada kecepatan berbeda agar kecepatannya diusahakan
konstan.
REFERENSI
[1] Herman dan asisten. 2014. PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR.Makassar:
Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNM.