Disusun Oleh :
TATI ZULAICHAH
G3A0172194
B. Etiologi
Basil mengalami mutasi resisten terhadap satu jenis obat dan mendapatkan
terapi OAT tertentu yang tidak adekuat. terapi yang tidak adekuat dapat disebabkan
oleh konsumsi hanya satu jenis obat saja atau konsumsi obat kombinasi tetapi hanya
satu saja yang sensitive terhadap basil tersebut. selanjutnya, resistensi sekunder
terjadi mutasi baru dalam pertumbuhan populasi basil yang menyebabkan resistensi
obat yang banyak bila terapi yang tidak adekuat terus berlanjut. transmisi difasilitasi
oleh adanya infeksi HIV, dmana perkembangan penyakit lebih cepat, adanya prosedur
control nfeksi yang tidak adekuat, dan terlambatnya penegakan diagnose. beberapa
hal penyebab terjadinya resistensi terhadap OAT yaitu sebagai berikut :
penggunaan panduan OAT yang tidak adekuat yaitu karena jenis obatnya yang
kurang atau karena llingkungan tersebut telah terdapat resistensi yang tinggi
terhadap OAT yang digunakan missal rifampisin atau INH
fenomena “addition syndrome” yaitu suatu obat ditambahkan dalam suatu
panduan pengobatan yang tidak berhasil. bila kegagalan itu terjadi karena
kuman TB telah resisten pada panduan yang pertama, maka “penambahan”
(addition) satu macam obat hanya akan menambah panjangnya daftar obat
yang resisten
masa infeksius yang terlalu panjang akibat keterlambatan diagnosis akan
menyebabkan penyebaran galur resistendi obat.
penyediaan obat yang tidak regular, kadang-kadang terhenti pengirimannya
sampai berbulan-bulan
pasien dengan OAT yang resisten terhadap kuman tuberculosis yang mendapat
pengobatan jangka pendek dengan monoterapi akan menyebabkan bertambah
banyak OAT yang resisten. hal ini akan menyebabkan seleksi mutasi resisten
karena penambahan obat yang tidak multiple dan tidak efektif
pengobatan TB jangka waktu yang lama > 6 bulan sehingga pasien merasa
bosan dan ditambah dengan defek samping dari OAT
edukasi yang kurang baik, sehingga pasien tidak mengetahui cara menggunakan
OAT, sehingga pasien meminum rifampisin setelah makan. hal ini dapat
meyebabkan penyerapan obat tidak maksimal.
HIV akan mempercepat terjadinya infeksi TB menjadi sakit TB dan akan
memperpanjang periode infeksius.
C. Mekanisme
Ungkapan terhadap “tahap MDR” pada mikrobakteriologi mengarah pada
resisten secara simultan terhadap Ripampisin dan Isoniazide (dengan atau tanpa
resistensi pada obat anti tuberkulosis lainnya) (Vareldzis, et al. 1994). Analisa secara
genetik dan molekuler pada mikobakterium tiberkulosis menjelaskan bahwa
mekanisme resistensi biasanya didapat oleh basil melalui mutasi terhadap target obat
(Spratt, 1994) atau oleh titrasi dari obat akibat overproduksi dari target. MDR TB
menghasilkan secara primer akumulasi mutasi gen target obat pada individu (lihat
tabel 1).
Tabel 1. Lokus gen yang terlibat dalam resistensi obat pada mikobakterium
tuberkulosis
D. Manifestasi klinis
Gejala Respiratorik :
- Batuk kering yang berangsur-angsur menjadi produktif lebih dari 3 minggu,
kadang-kadang bercampur dengan dahak
- Sesak napas dan nyeri dada
Gejala Sistemik :
- Demam terutama dimalam hari
- Berkeringat dingin malam hari tanpa aktivitas atau sebab yang jelas
- Penurunan napsu makan
- Penurunan berat badan
E. Penatalaksanaan
Pada dasarnya strategi pengobatan pasien TB MDR mengacu kepada strategi
DOTS.
Semua pasien yang sudah terbukti sebagai TB MDR dipastikan dapat mengakses
pengobatan TB MDR yang baku dan bermutu.
Paduan OAT untuk pasien TB MDR adalah paduan standar yang mengandung
OAT lini kedua. Paduan OAT tersebut dapat disesuaikan bila terjadi
perubahan hasil uji kepekaan M. tuberculosis dengan paduan baru yang
ditetapkan oleh TAK.
Bila diagnosis TB MDR telah ditegakkan, sebelum pengobatan dimulai, akan
dilakukan persiapan awal, termasuk pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang
bertujuan untuk mengetahui data awal berbagai fungsi organ (ginjal, hati,
jantung) dan elekrolit. Jenis pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
sama dengan jenis pemeriksaan untuk pemantauan efek samping obat. Persiapan
sebelum pengobatan dimulai adalah:
Pemeriksaan fisik:
- Anamnesa ulang untuk memastikan kemungkinan adanya riwayat dan
kecenderungan alergi obat tertentu, riwayat penyakit terdahulu seperti
sakit kuning (hepatitis), diabetes mellitus, gangguan ginjal, gangguan
kejiwaan, kejang, kesemutan sebagai gejala kelainan saraf tepi (neuropati
perifer).
- Pemeriksaan fisik diagnostik termasuk berat badan, fungsi penglihatan,
pendengaran, tanda-tanda kehamilan. Bila perlu dibandingkan dengan
pemeriksaan sebelumnya saat pasien berstatus sebagai suspek TB MDR.
- Pemeriksaan kejiwaan.
Pastikan kondisi kejiwaan pasien sebelum pengobatan TB MDR dimulai, hal ini
berguna untuk menetapkan strategi konseling yang harus dilaksanakan
sebelum, selama dan setelah pengobatan pasien selesai.
Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan dahak mikroskopis, biakan dan uji kepekaan M.tuberculosis.
- Pemeriksaan darah tepi lengkap, termasuk kadar hemoglobin (Hb), jumlah
lekosit.
- Pemeriksaan kimia darah:
Faal ginjal: ureum, kreatinin
Faal hati: SGOT, SGPT.
Serum kalium
Asam Urat
Gula Darah
- Pemeriksaan hormon bila diperlukan: Tiroid stimulating hormon (TSH)
- Tes kehamilan.
- Foto dada/ toraks.
- Tes pendengaran ( pemeriksanaan audiometri)
- Pemeriksaan EKG
- Tes HIV (bila status HIV belum diketahui)
F. Pengkajian fokus
Pemeriksaan Radiologi : Gambaran thorax menunjukkan adanya lesi berupa
infiltrat, fibroinfiltrat/ fibrosis, konsolidasi/ kalsivikasi, tuberkuloma, dan
kavitas.
Bronchografi : Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronchus atau kerusakan paru karena TB.
Laboratorium :
- darah : leukositosis/leukopenia, LED meningkat
- sputum : BTA A/P/S, kultur sputum gram sensitivity, sputum media LJ, DST,
Gene-Xpert
- test tuberculin : mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
Saat ini uji kepekaan M.tuberculosis secara tepat (rapid test) sudah
direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan sebagai penampisan. Metode yang
tersedia adalah:
Line probe assey ( LPA )
- Pemeriksaan molekuler yang di dasarkan pada PCA
- Dikenal dengan Hain test/ Genotiype MDRTB plus
- Hasil pemeriksaan dapat di peroleh dalam waktu kurang lebih 24 jam
- Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari M.tuberculosiss yang
resisten terhadap rifampisi (R) ternyata juga resisten terhadap isoniasis (H)
sehingga tergolong MDR
Gene Xpert
Hasil pemeriksaan dapat diketahui dalam waktu kurang lebih 1-2 jam
Pengkajian
- Aktivitas /Istirahat
Kelemahan umum dan kelelahan.
Napas pendek dgn. Pengerahan tenaga.
Sulit tidur gn. Demam/kerungat malam.
Mimpi buruk.
Takikardia, takipnea/dispnea.
Kelemahan otot, nyeri dan kaku.
- Integritas Ego :
Perasaan tak berdaya/putus asa.
Faktor stress : baru/lama.
Perasaan butuh pertolongan
Denial.
Cemas, iritable.
- Makanan/Cairan :
Kehilangan napsu makan.
Ketidaksanggupan mencerna.
Kehilangan BB.
Turgor kulit buruk, kering, kelemahan otot, lemak subkutan tipis.
- Nyaman/nyeri :
Nyeri dada saat batuk.
Memegang area yang sakit.
Perilaku distraksi.
- Pernapasan :
Batuk (produktif/non produktif)
Napas pendek.
Riwayat tuberkulosis
Peningkatan jumlah pernapasan.
Gerakan pernapasan asimetri.
Perkusi : Dullness, penurunan fremitus pleura terisi cairan).
Suara napas : Ronkhi
Spuntum : hijau/purulen, kekuningan, pink.
- Kemanan/Keselamatan :
Adanya kondisi imunosupresi : kanker, AIDS, HIV positip.
Demam pada kondisi akut.
- Interaksi Sosial :
Perasaan terisolasi/ditolak
G. Pathways keperawatan
H. Fokus intervensi dan rasional
No Diagnosa keperawatan Intervensi Rasional
1 Ketidakseimbangan Nutrition Management untuk mengetahui apakah
nutrisi kurang dari Kaji adanya alergi makanan pasien alergi suatu makanan
kebutuhan tubuh Kolaborasi dengan ahli gizi untuk atau tidak
menentukan jumlah kalori dan nutrisi untuk menentukan diet yang
tepat
yang dibutuhkan pasien.
untuk memenuhi kebutuhan
Anjurkan pasien untuk meningkatkan nutrisi pasien
intake Fe, protein, dan vitamin untuk mengetahui
timbang BB perkembangan pasien
Berikan informasi tentang kebutuhan agar pasien dapat memenuhi
nutrisi kebutuhan nutrisi dengan
tepat