Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

“Penyakit Dermatitis”

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Yang di bina oleh Ibu Engkartini,M.Kep

Di susun oleh

Kelompok 1

1. Defindra Yudha Pramana (108116037)


2. Sugiarto Arif Budhiman (108116038)
3. Dewi Nur Oktaviani (108116039)
4. Khotijah Safinaturrohmah (108116040)
5. Dewi Apriliani (108116041)
6. Hapsyah Nur Hayati (108116042)
7. Dita Rizki Baerawati (108116043)
8. Riniyanti (108116044)
9. Tria Oktaviana Rahajeng (108116045)
10. Putri Septia Sari (108116046)

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN 3B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makaah tentang Asuhan
Keperawatan Penyakit Dermatitis sesuai dengan waktu yang telah diberikan.
Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian
penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada.

Atas dukungan dari berbagai pihak penyusun bisa menyelesaikan makalah


ini dengan baik. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima
kasih kepada Dosen yang mengajar mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
yang memberikan pengajaran dan arahan dalam penyusunan makalah ini, dan
tidak lupa kepada teman-teman semua yang telah ikut berpartisipasi membantu
penyusun dalam upaya penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,


karena tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Cilacap, 09 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Eczema merupakan
bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata eczema untuk
menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari
semua bentuk eczema adalah 4,66 %, termasuk dermatitis atopic 0,69 %,
eczema nummular 0,17 % dan dermatitis seboroik 2,32 % yang menyerang 2 %
hingga 5 % dari penduduk.
Eksim atau dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang
mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana
saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim
yang paling sering dijumpai adalah eksim atopic atau dermatitis atopic. Gejala
eksim akan mulai muncul pada masa anak-anak terutama saat mereka berumur
diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan
bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur
hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan
dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien
adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan
pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan
dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul didaerah
lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng.
Pada orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda
lalu berubah menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih
gelap, eksim akan mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan
tampak lebih terang atau lebih gelap.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi, etiologi, klasifikasi pada pasien dengan Dermatitis ?
2. Bagaimana patofisiologi pada pasien dengan Dermatitis ?
3. Bagaimana WOC pada pasien dengan Dermatitis?
4. Bagaimana Menifestasi klinis pada pasien dengan Dermatitis ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan Dermatitis ?
6. Bagaimana Penatalaksanan pada pasien dengan Dermatitis ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi pada pasien
dengan Dermatitis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi pada pasien dengan Dermatitis.
3. Mahasiswa dapat mengetahui WOC pada pasien dengan Dermatitis.
4. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis pada pasien dengan
Dermatitis.
5. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan
Dermatitis.
6. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanan terapi pada pasien dengan
Dermatitis.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Definisi Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai


respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung
residif dan cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).

1.2 Etiologi Dermatitis


Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu),
mikro-organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik.
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
1.2.1.1 Dermatitis Kontak Iritan

DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang
bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan
iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan
sebagainya.

1.2.1.2 Dermatitis Kontak Alergik

DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-
bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu
DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obat
obatan, dan sebagainya.
b) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi,
yang kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik,
asma bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara
panas, dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi
virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.

c) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)


Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang
hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.
d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi
ialah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong.
Penyakit mempunyai kecenderungan residif.

e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh
semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.
f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung
dengan penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya
dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan
ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus.

1.3 Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat
iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan
hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi
sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa
reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun
allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga
menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
1.4 WOC

Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakteri, jamur) dermatitis atopik

Terjadi penebalan kulit Masuk kedalam


dan hiperpigmentasi kulit

hipersensitifitas

Dermatitis

Iritan primer

Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsio lesa Inflamasi pada kulit

MK. Resiko Infeksi


MK. Kerusakan MK. Gangguan citra MK. Nyeri
integritas kulit tubuh
1.5 Manifestasi Klinis Menurut (Djuanda Adhi, 2010)
a. Dermatitis kontak
1) Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
2) Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam
bahkan sampai 72 jam
3) Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis.
saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa
perih bahkan lecet. saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang
mengering dan sedikit meradang yang akhirnya menebal.
4) Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan
tersebut.
5) Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
6) Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di
bandingan dengan tipe alergi
b. Dermatitis Autopik , ada 3 fase klinis Autopik yaitu ;
1) DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan
kedua. Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa
eritema, Papul-Vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi
Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta, Lesi bisa meluas ke kepala,
leher, Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai merangkak, Lesi
bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar
penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase
anak.
2) DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan
tangan, kelopak mata dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit
skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi skunder. DA berat
yang lebih 50% permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
3) DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi,
sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering
mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat
misalnya pada bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp.
Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah didaerah lipatan, mengalami
likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung
berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan sedikit skuama.bisa d dapati
ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi
hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa berlangsung lama
kemudian cenderung membaik setelah seusia 30 tahun, jarang smpai usia
pertengahan dan sebagia kecil sampai tua
c. Neurodermatitis Sirkumskripta
1) Kulit sangat gatal
2) Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha
atau mata kaki kadang muncul pada alat kelamin
3) Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang
tidur akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan
menambah berat rasa gatal tersebut
4) Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat
garukan atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun
d. Dermatitis Numularis
1) Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
2) lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian
memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping
membentuk 1 lesi karakteristik seperti uang logam (koin) Eritematosa.
sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
3) Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi
krusta kekuningan
4) Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah
lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris
dengan ukuran berfariasi dar milliar sampai numular, bahkan plakat
5) Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan
lengantermasuk punggung tangan
e. Dermatitis Statis
1) Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
2) bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
3) borok atau bisul pada kulit
4) kulit yang tipis pada tangan dan kaki
5) luka (lesi kulit)
6) pembengkakakn pada tungkai kaki
7) rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
8) rasa kesemutan pada daerah yang terkena

1.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk
mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat
kita periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal
(0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus
melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan
penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :
1) Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya
debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini
dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan
pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm),
jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera
diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu
akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :
a) Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung
antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
b) Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.

2) Patch Tes (Tes Tempel).


Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit
dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru
dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan
timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.
3) RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini
memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut
diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4
jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi
oleh obat-obatan.

4) Skin Test (Tes kulit).


Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.
Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di
tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila
positif akan timbul bentol, merah, gatal.
5) Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum,
makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk
alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk
penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah
jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya
serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi makanan
sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.
1.7 Penatalaksanaan Terapi
1) Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi
antihistamin-antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada
kasus berat dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2) Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka.
Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat
spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak
kocok), pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik,
diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau
pasta; bila kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah
berambut, sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi
salep lebih besar dari pada krim.

Penatalaksanaananya
a) Dermatitis Kontak
1.
1. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin,
bahan – bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim
hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah
dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah
terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua
kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk
mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu
singkat, dosis rendah, diberi selang – seling. Dosis diturunkan secara
tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek
samping dan bila tiba – tiba dihentikan akan timbul rebound
phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi
kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin
5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa
sensitifitas, tapi pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek
samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
koloni S. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin,
asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi
asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10 hari atau 4 x 200mg/hari untuk 10
hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian
steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian
steroid mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak
direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla
dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang
low-proten, pemakaina high-potent steroid hanya dipakai kurang dari
3 minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang
dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal
ataupun oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat
mencegah gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan
larutan permanganas kalikus 1 : 10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara
sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya
hidroksisilin HCL
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi
BAB III
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas:
Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis kelamin,
ras/ suku, pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema,
kenaikan suhu tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir),
gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan
kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi
(penebalan kulit).
c. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
1) Kepala
a) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna
rambut hitam, rambut lurus tidak rontok.
c) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil: Normal
isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada sekret pada
mata, kelopak mata normal warna merah muda, pergerakan mata
klien normal, serta lapang pandang normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar
mata.
d) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping
hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam
hidung, fungsi penciuman baik, kedua lubang hidung simetris
dan tidak terjadi pendarahan pada lubang hidung (epistaksis).
e) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut
pucat, membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat
benjolan pada lidah, tidak ada karies pada gigi.
f) Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga, tidak
ada serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa
dengan otoskop tidak adanya peradangan, dan tidak terdapat
cairan pada membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran
timpani normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).
2) Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak
ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada
leher, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan,
pola napas pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas
pasien reguler, pergerakan otot bantu pernafasan normal.
b) Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran jantung
atau tidak ada kardiomegali.
Perkusi: pekak
4) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit
disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak
terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada
pembesaran lien (ginjal)
5) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
6) Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama
palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi
teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit yang
bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).

7) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: composmentis
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
c) Total GCS: Nilai 15
(1) Reflek: Normal
(2) Tidak ada riwayat kejang
(3) Koordinasi gerak normal
b. ADL (Activitas Daily Living)
1) Pola Persepsi Kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi sebelumya
b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin;
jamu, antibiotik.
d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e) Hygiene personal yang kurang.
f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa
kali sehari makan.
b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c) Jenis makanan yang disukai.
d) Nafsu makan menurun.
e) Muntah-muntah.
f) Penurunan berat badan.
g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa
terbakar atau perih.
3) Pola Eliminasi
a) Sering berkeringat.
b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b) Kelemahan umum, malaise.
c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
6) Pola Persepsi Kognitif
a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b) Pengetahuan akan penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b) Perasaan terisolasi.
8) Pola Hubungan dengan Sesama
a) Hidup sendiri atau berkeluarga
b) Frekuensi interaksi berkurang
c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9) Pola Reproduksi Seksualitas
a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a) Emosi tidak stabil
b) Ansietas, takut akan penyakitnya
c) Disorientasi, gelisah
11) Pola Sistem Kepercayaan
a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b) Agama yang dianut

a. Intervensi Keperawatan
TUJUAN DAN
INTERVENSI
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL
(NIC)
(NOC)
1. Kerusakan NOC: Tissue Integrity PENGAWASAN KULIT
integritas kulit (skin and mucous a. Inspeksi kondisi luka
yang membranes) b. Observasi ekstremitas
berhubungan Setelah dilakukan untuk warna, panas,
dengan tindakan keperawatan keringat, nadi, tekstur,
perubahan selama .......x24 jam edema, dan luka
fungsi barier integritas jaringan: kulit c. Inspeksi kulit dan
kulit dan membran mukosa
mukosa normal dengan untuk kemerahan,
indikator: panas, drainase
a. temperatur jaringan d. Monitor kulit pada area
dalam rentang yang kemerahan
diharapkan e. Monitor penyebab
b. elastisitas dalam tekanan
rentang yang f. Monitor adanya infeksi
diharapkan g. Monitor kulit adanya
c. hidrasi dalam rentang rashes dan abrasi
yang diharapkan h. Monitor warna kulit
d. pigmentasi dalam i. Monitor temperatur
rentang yang kulit
diharapkan j. Catat perubahan kulit
e. warna dalam rentang dan membran mukosa
yang diharapkan k. Monitor kulit di area
f. tektur dalam rentang kemerahan
yang diharapkan MANAJEMEN
g. bebas dari lesi TEKANAN
h. kulit utuh a. Tempatkan pasien pada
terapeutic bed
b. Elevasi ekstremitas
yang terluka
c. Monitor status nutrisi
pasien
d. Monitor sumber
tekanan
e. Monitor mobilitas dan
aktivitas pasien
f. Mobilisasi pasien
minimal setiap 2 jam
sekali
g. Back rup
h. Ajarkan pasien untuk
menggunakan pakaian
yang longgar
2 Nyeri dan NOC: Level Nyeri MANAJEMEN NYERI
gatal yang Setelah dilakukan Definisi : mengurangi
berhubungan tindakan keperawatan nyeri dan menurunkan
dengan lesi selama ...... x24 jam tingkat nyeri yang
kulit pasien dapat mengontrol dirasakan pasien.
nyeri dengan indikator: Intervensi :
a. Mengenali faktor a. lakukan pengkajian
penyebab nyeri secara
b. Mengenali onset komprehensif
(lamanya sakit) termasuk lokasi,
c. Menggunakan metode karakteristik, durasi,
pencegahan frekuensi,
d. Menggunakan kualitas dan faktor
metode nonanalgetik presipitasi
untuk mengurangi b. observasi reaksi non
nyeri verbal dari
e. Menggunakan ketidaknyamanan
analgetik sesuai c. gunakan teknik
kebutuhan komunikasi terapeutik
f. Mencari bantuan untuk mengetahui
tenaga kesehatan pengalaman nyeri
g. Melaporkan gejala pasien
pada tenaga d. kaji kultur yang
kesehatan mempengaruhi respon
h. Menggunakan nyeri
sumber-sumber yang e. evaluasi pengalaman
tersedia nyeri masa lampau
i. Mengenali gejala- f. evaluasi bersama
gejala nyeri pasien dan tim
j. Mencatat kesehatan lain
pengalaman nyeri g. tentang
sebelumnya ketidakefektifan
k. Melaporkan nyeri kontrol nyeri masa
sudah terkontrol lampau
NOC: Kontrol Nyeri h. bantu pasien dan
Setelah dilakukan keluarga untuk
tindakan keperawatan mencari dan
selama ...... x24 jam menemukan dukungan
pasien dapat mengetahui i. kontrol lingkungan
tingkatan nyeri dengan yang dapat
indikator: mempengaruhi
a. melaporkan adanya j. nyeri seperti suhu
nyeri ruangan, pencahayaan
b. luas bagian tubuh dan
yang terpengaruh kebisingan
c. frekuensi nyeri k. kurangi faktor
d. panjangnya episode presipitasi
nyeri l. pilih dan lakukan
e. pernyataan nyeri penanganan nyeri
f. ekspresi nyeri pada (farmakologi, non
wajah farmakologi dan inter
g. posisi tubuh protektif personal)
h. kurangnya istirahat m. kaji tipe dan sumber
i. ketegangan otot nyeri untuk
j. perubahan pada menentukan intervensi
frekuensi pernafasan n. ajarkan tentang teknik
k. perubahan nadi non farmakologi
l. perubahan tekanan o. berikan analgetik untuk
darah mengurangi nyeri
m. perubahan ukuran p. evaluasi keefektifan
pupil kontrol nyeri
n. keringat berlebih q. tingkatkan istirahat
o. kehilangan selera r. kolaborasikan dengan
makan dokter jika keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
ANALGETIC
ADMINISTRATION
Definisi : penggunaan
agen farmakologi untuk
menghentikan atau
mengurangi nyeri
Intervensi :
a. tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
b. cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
c. cek riwayat alergi
d. pilih analgetik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgetik ketika
pemberian lebih dari
satu
e. tentukan pilihan
analgetik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
f. tentukan analgetik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
g. pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
h. monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
pertama kali
i. berikan analgetik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
j. evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala (efek samping)
3 Perubahan NOC: Sleep (Extent and SLEEP ENHANCEMENT
pola tidur yang Pattern) a. Menjaga kulit agar
berhubungan Setelah dilakukan selalu lembab
dengan tindakan keperawatan b. Determinasi efek-efek
pruritus selama …. x24jam medikasi terhadap pola
gangguan pola tidur tidur
pasien teratasi dengan c. Jelaskan pentingnya
kriteria hasil: tidur yang adekuat
a. Jumlah jam tidur d. Fasilitasi untuk
dalam batas normal mempertahankan
b. Pola tidur,kualitas aktivitas sebelum tidur
dalam batas normal (membaca)
c. Perasaan fresh e. Ciptakan lingkungan
sesudah tidur/istirahat yang nyaman
d. Mampu f. Kolaburasi pemberian
mengidentifikasi hal- obat tidur
hal yang
meningkatkan tidur
4 Perubahan NOC: Body Image BODY IMAGE
citra tubuh Setelah dilakukan asuhan ENHANCEMENT
yang keperawatan selama …. a. Kaji adanya gangguan
berhubungan x24jam , diharapkan citra diri (menghindari
dengan Pengembangan kontak mata,ucapan
penampakan peningkatan penerimaan merendahkan diri
kulit yang diri pada klien tercapai sendiri
tidak baik dengan kriteria hasil: b. Identifikasi stadium
a. Mengembangkan psikososial terhadap
peningkatan kemauan perkembangan
untuk menerima keadaan c. Berikan kesempatan
diri. pengungkapan
b. Mengikuti dan turut perasaan.
berpartisipasi dalam d. Nilai rasa keprihatinan
tindakan perawatan diri. dan ketakutan klien,
c. Melaporkan perasaan bantu klien yang cemas
dalam pengendalian mengembangkan
situasi. kemampuan untuk
d. Menguatkan kembali menilai diri dan
dukungan positif dari diri mengenali masalahnya.
sendiri. e. Dukung upaya klien
untuk memperbaiki
citra diri, seperti
merias, merapikan
f. Mendorong sosialisasi
dengan orang lain.
5 Kurang NOC: Knowledge TEACHING:
pengetahuan (Pengetahuan Proses PENGETAHUAN
tentang Penyakit) PROSES PENYAKIT
perawatan Setelah dilakukan Definisi : membantu
kulit dan cara tindakan keperawatan pasien memahami
– cara selama .....x24 jam informasi yang
menangani psien mengetahui berhubungan dengan
kelainan kulit tentang proses penyakit penyakit yang spesifik
dengan indikator pasien Intervensi
dapat : a. Berikan penilaian
a. Familiar dengan nama tentang tingkat
penyakit pengetahuan pasien
b. Mendeskripsikan tentang proses penyakit
proses penyakit yang spesifik
c. Mendeskripsikan b. Jelaskan patofisiologi
faktor penyebab dari penyakit dan
d. Mendeskripsikan bagaiman hal ini
faktor resiko berhubungan dengan
e. Mendeskripsikan efek anatomi dan fisiologi
penyakit c. Gambarkan tanda dan
f. Mendeskripsikan gejala yang biasa
tanda dan gejala muncul pada penyakit
g. Mendeskripsikan d. Gambarkan proses
perjalanan penyakit penyakit
h. Mendeskripsikan e. Identifikasi
tindakan untuk kemungkinan
menurunkan penyebab dengan cara
progresifitas penyakit yang tepat
i. Mendeskripsikan f. Sediakan informasi
komplikasi tentang kondisi pasien
j. Mendeskripsikan g. Sediakan bagi
tanda dan gejala dari keluarga atau SO
komplikasi informasi tentang
k. Mendeskripsikan kemajuan pasien
tindakan pencegahan h. Sediakan pengukuran
untuk komplikasi diagnostik yang
tersedia
i. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
j. Diskusikan pilihan
terapi
k. Gambarkan rasional
rekomendasi
manajemen terapi
l. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion
m. Eksplorasi
kemungkinan sumber
dukungan
n. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan
6 Resiko infeksi NOC: Knowledge KONTROL INFEKSI
berhubungan (Kontrol Infeksi) Definisi: meminimalkan
dengan lesi, Setelah dilakukan mendapatkan infeksi dan
bercak – tindakan keperawatan transmisi agen infeksi
bercak merah selama ....x24 jam status Intervensi :
pada kulit kekebalan pasien a. Bersihkan lingkungan
meningkat dengan setelah dipakai pasien
indilaktor: lain
a. tidak didapatkan b. Pertahankan teknik
infeksi berulang isolasi
b. tidak didapatkan c. Batasi pengunjung bila
tumor perlu
c. status rspirasi sesuai d. Instruksikan
yang diharapkan pengunjung untuk
temperatur badan mencuci tangan saat
sesuai yang berkunjung dan setelah
diharapkan berkunjung
d. integritas kulit e. Gunakan sabun anti
e. integritas mukosa mikroba untuk cuci
f. tidak didapatkan tangan
fatigue kronis f. Cuci tangan sebelum
g. reaksi skintes sesuai dan sesudah tindakan
paparan keperawatan
h. WBC absolut dalam g. Gunakan universal
batas normal precaution dan
Setelah dilakukan gunakan sarung tangan
tindakan keperawatan selma kontak dengan
selama .....x24 jam kulit yang tidak utuh
psien mengetahui cara h. Tingkatkan intake
cara mengontrol infeksi nutrisi dan cairan
dengan indikator: i. Berikan terapi
a. Mendeskripsikan antibiotik bila perlu
proses penularan j. Observasi dan
penyakit laporkan tanda dan
b. Mendeskripsikan gejal infeksi seperti
faktor yang kemerahan, panas,
mempengaruhi nyeri, tumor
terhadap proses k. Kaji temperatur tiap 4
penularan penyakit jam
c. Mendeskripsikan l. Catat dan laporkan
tindakan yang hasil laboratorium,
Dapat dilakukan WBC
untuk pencegahan m. Gunakan strategi
proses penularan untuk mencegah
penyakit infeksi nosokomial
d. Mendeskripsikan n. Istirahat yang adekuat
tanda dan gejala o. Kaji warna kulit,
infeksi turgor dan tekstur,
e. Mendeskripsikan cuci kulit dengan hati-
penatalaksanaan yang hati
tepat untuk infeksi p. Ganti IV line sesuai
aturan yang berlaku
q. Pastikan perawatan
aseptik pada IV line
r. Pastikan teknik
perawatan luka yang
tepat
s. Berikan antibiotik
sesuai aturan
t. Ajari pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi dan
kalau terjadi
melaporkan pada
perawat
u. Ajarkan klien dan
anggota keluarga
bagaimana
mencegah infeksi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan
keluhan gatal). Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya
bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu),
mikroorganisme (contohnya: bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen),
misalnya dermatitis atopik.
B. Saran
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga,
untuk itu penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para
pembaca. Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca
bisa memahami apa yang sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi
semuanya dan agar lebih dapat mengaplikasikan dalam merawat pasien dan
mampu dalam pembuatan asuhan keperawatan yang tepat yang banyak melibatkan
orang terdekat klien, mulai dari keluarga, kerabat sampai teman pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing

Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka

Dermatitis [Internet]. Bersumber dari

http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf >

Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya


Medika.

Anda mungkin juga menyukai