PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi N. Medianus
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam
dasar pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus
berjalan di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi
dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi,
sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot –
otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya berorigo
pada epicondilus medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang –
tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan interphalangeal
distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran
hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam
pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti
sekitar 3 cm.
Pada terowongan carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi
komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan
menjadi cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan
kedua dan cabang motorik m. abductor pollicis brevis, m. opponens
pollicis, dan bagian atas dari m. flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari
individu, seluruh fleksor polisis brevis menerima persarafan dari N.
Medianus. Sebanyak 2 % dari penduduk, m. policis adduktor juga
menerima persarafan N. Medianus . Komponen ulnaris dari N. Medianus
memberikan cabang sensorik ke permukaan jari kedua, ketiga, dan sisi
radial radial jari keempat. Selain itu, saraf median dapat mempersarafi
permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi
interphalangeal proksimal. Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan
oleh berkurangnya ukuran canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang
masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada tendon –
tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat
dapat mengecilkan ukuran canalis. Penekanan terhadap N. Medianus
yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum carpi
transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada
otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor
pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik
ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal N.
Medianus. Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang
mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum carpi transversum
yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol.
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat
motorik pada terowongan karpal. Namun, cabang motorik menyajikan
banyak variasi anatomi, yang menciptakan variabilitas yang besar
patologi dalam kasus Capal Tunnel Syndrome.
Gambar 2.1 Struktur Anatomi N. Medianus
7. Diagnosis
a. Anamnesis :
1) Mati rasa dan kesemutan adalah keluhan yang paling umum,
pasien akan mengatakan bahwa tangan mereka tidak bisa
digerakkan atau benda yang mereka pegang terjatuh tanpa mereka
sadari.
2) Gejala biasanya intermittent dan biasanya dihubungkan dengan
aktivitas sehari-hari seperti mengemudi, membaca koran,
menggambar dan lain-lain. Gejala yang khas pada CTS adalah
keluhan timbul pada malam hari sehingga membangunkan pasien
serta keluhan akan menghilang atau mereda ketika mengibaskan
tangannya atau pergelangan tangannya. Yang paling sering terjadi
adalah bilateral CTS, meskipun tangan yang dominan akan terkena
terlebih dahulu dan gejala akan lebih berat dibandingkan tangan
yang lainnya.
3) Keluhan biasanya dilokalisasikan pada aspek palmar dari jari
pertama sampai keempat. Jika mati rasa dirasakan lebih dominan
pada jari kelima atau menjalar ke bagian bawah atau dorsum
tangan harus menyarankan diagnosis lain. Beberapa pasien CTS
tidak dapat melokalisasikan gejala mereka lebih jauh, seperti
seluruh tangan atau perasaan mati rasa di lengan. Keluhan tersebut
dapat mengindikasikan keterlibatan serat otonom dan tidak
mengecualikan CTS dari diagnosis.
4) Gejala sensorik diatas biasanya disertai sensasi nyeri pada aspek
ventral pergelangan tangan. Rasa sakit ini dapat menyebar secara
distal ke telapak tangan dan jari-jari atu lebih umum lagi menjalar
secara proksimal di sepanjang lengan bawah ventral.
5) Nyeri di daerah epikondilus siku, lengan atas, bahu, atau leher
lebih cenderung disebabkan oleh diagnosis muskuloskeletal
lainnya (misalnya epicondylitis) yang sering dikaitkan dengan
CTS. Rasa sakit yang lebih proksimal ini juga harus segera
mencari diagnosis neurologis lainnya seperti radikulopati serviks.
6) Tak jarang, pasien melaporkan gejala secara keseluruhan. Banyak
pasien dengan CTS juga mengeluhkan perasaan tangannya
bengkak atau perubahan suhu (misal, tangan menjadi dingin/panas
sepanjang waktu).
7) Kehilangan kekuatan pada tangan.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan sensorik
Kelainan pada modalitas sensorik mungkin ada pada aspek
palmar dari 3 jari pertama dan radial satu setengah dari jari ke-4.
2) Spesifik test :
a) Hoffman- Tinel sign
Sentuhan pada nervus medialis pada regio carpal tunnel
menimbulkan sensari kesemutan pada distribusi persarafannya.
b) Phalen sign
Rasa kesemutan pada distribusi nervus medialias disebabkan
karena full flexion dari pergelangan tangan selama 60detik
c) The carpal compression test
Test ini menggunakan penekanan tegas secara langsung di atas
carpal tunnel, biasanya dengan jempol selama 30detik untuk
menimbulkan gejala.
d) Palpatory Diagnosis
Test ini melibatkan pemeriksaan jaringan lunak yang secara
langsung diatas nervus medialis di pergelangan tangan untuk
mekanisme restriksi.
e) The square wrist sign
Ratio ketebalan pergelangan tangan dengan lebar pergelangan
tangan lebih besar dari 0,7
8. Diagnosis Banding
a. Cervical Radiculopathy : biasanya keluhannya berkurang bila leher
diistirahatkan dan bertambah bila leher digerakkan. Distribusi
gangguan sensorik sesuai dermatomnya.
b. Thoracic outlet syndrome: Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya
selain otot-otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris
dari tangan dan lengan bawah.
c. Pronator teres syndrome: Keluhan lebih menonjol pada rasa nyeri di
telapak tangan dari pada CTS karena cabang nervus medianus ke
kulit telapak tangan tidak melalui terowongan karpal.
d. de Quervain’s syndrome: Tenosinovitis dari tendon muskulus
abductor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya
akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejala biasanya rasa nyeri dan
nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Neurofisiologi ( elektrodiagnostik)
Pemeriksaan EMG dapat menunjukan adanya fibrilasi,
polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit
pada otot-otot thenar.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat
membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau
artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya
penyakit lain pada vertebra. USG, CT-Scan dan MRI dilakukan
pada kasus yang selektif terutama yang akan di operasi. USG
digunakan untuk mengukur luas penampang dari saraf median di
carpal tunnel proksimal yang sensitif untuk carpal tunnel
syndrome.
c. Pemeriksaann Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misal pada penderita usia
muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroi,
ataupun darah lengkap.
10. Komplikasi
1. Jagga, V. Lehri, A et al. Occupation and its association with Carpal Tunnel
syndrome- A Review. Journal of Exercise Science and Physiotherapy. 2011. Vol. 7,
No. 2: 68-78.
2. Kurniawan, Bina. et al. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia. 2008. Vol. 3, No. 1.
9. Joseph J. Biundo, and Perry J. Rush. Carpal Tunnel Syndrome. American College
of Rheumatology. 2012.