Anda di halaman 1dari 17

HAK PATEN SULIT DAN TAK JAMIN LINDUNGI WARISAN BUDAYA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Dosen Pengampu :
Dra. Siti Mutmainah, M.Pd.

Oleh :
Aditya Irma Setya Putri
S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2017

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
2018

Pendidikan Teknik Bangunan |i


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia-
Nya sehingga sampai saat ini kita masih diberikan kesehatan dan kenikmatan-
Nya. Dan atas ridho-Nya
Disamping itu makalah ini disusun sebagai perwujudan hasil analisis di
Lapangan dan studi pustaka di perpustakaan. Pada kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan
dan penyusunan makalah ini. Saya berharap dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat yang berarti bagi para pembaca.

Saya juga menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu bilamana terdapat banyak kekurangan di dalam pembuatan
makalah ini, saya mohon maaf sebesar – besarnya.

Surabaya, 10 Oktober 2018

Penulis

Pendidikan Teknik Bangunan | ii


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
Daftar isi

Cover.................................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................ii

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB I

1.1 Latar belakang............................................................................................4


1.2 Rumusan masalah......................................................................................6
1.3 Tujuan.........................................................................................................6
1.4 Manfaat.......................................................................................................6
BAB II
2.1 Isi Berita.....................................................................................................7
2.2 Klaim Malaysia Terhadap Reog Ponorogo...........................................10
2.3 Penyebab Sulitnya Hak Paten di Indonesia....................................................11
2.4 Faktor-Faktor Penyebab Mudahnya Budaya Indonesia Diklaim oleh Negara
Lain...............................................................................................................12
2.5 Solusi............................................................................................................13

BAB III

3.1 Kesimpulan...............................................................................................14

3.2 Saran.........................................................................................................15

Daftar Pustaka...............................................................................................16

Pendidikan Teknik Bangunan | iii


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan menciptakan
kebaikan, kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk
berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan
hidupnya. Sebagai makhluk berbudaya, manusia menciptakan kebudayaan.
Hakikat manusia baik sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial. Pada
hakikatnya manusia bisa dilihat sebagai makhluk pribadi, sedangkan di sisi
lain dipandang sebagai makhluk sosial. Paham individualisme memandang
bahwa manusia semata-semata sebagai makhluk pribadi dengan
mengesampingkan kodratnya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial, manusia akan berinteraksi dengan manusia lain dalam wujud interaksi
sosial. Sebagai makhluk pribadi dan sosial manusia akan menghadapi dilema
dalam kerangka pemenuhan kebutuhan antara kepentingan diri dan
kepentingan masyarakat. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kualitas
manusia pada suatu Negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu
Negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan
kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan
suatu bangsa.
Pewarisan budaya (transmission of culture) yaitu proses mewariskan
budaya (unsur-unsur budaya) dari satu generasi ke generasi manusia atau
masyarakat berikutnya melalui proses pembudayaan (proses belajar budaya).
Sesuai dengan hakikat dan budaya sebagai milik bersama masyarakat, maka
unsur-unsur kebudayaan itu memasyarakat dalam individu-individu warga
masyarakat dengan jalan diwariskan atau dibudayakan melalui proses belajar
budaya. Proses pewarisan budaya dilakukan melalui proses enkulturasi
(pembudayaan) dan proses sosialisasi (belajar atau mempelajari budaya).

Pendidikan Teknik Bangunan |4


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
Pewarisan budaya umumnya dilaksanakan melalui saluran lingkungan
keluarga, masyarakat, sekolah, lembaga pemerintahan, perkumpulan, institusi
resmi, dan media massa.
Melalui proses pewarisan budaya maka akan terbentuk manusia-
manusia yang memiliki kepribadian selaras dengan lingkungan alam, sosial
dan budayanya disamping kepribadian yang tidak selaras (menyimpang)
dengan lingkungan alam, sosial dan budayanya. Untuk membentuk suatu
kepribadian manusia yang selaras dengan lingkungan alam, sosial dan budaya
masyarakatnya, harus melalui proses mempelajari unsur-unsur budaya,
adaptasi kebudayaan (penyesuaian diri terhadap kebudayaan), serta upaya
manusia memanfaatkan dan mengelola lingkungan hidupnya (alam, sosial,
budaya).
Kesenian-kesenian tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang
tak ternilai harganya dan perlu dipelihara serta dilestarikan. Pelestarian
kesenian dan kebudayaan Indonesia merupakan hal penting yang harus
dilakukan untuk menjaga keberadaan kebudayaan dan kesenian asli Indonesia
agar tetap terjaga dan tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Namun, dapat
kita rasakan saat ini, bahwa keberadaan kesenian tradisional sudah jarang
terdengar lagi. Padahal, beragam kebudayaan dari berbagai daerah di
Indonesia ini merupakan salah satu identitas nasional bangsa Indonesia.
Identitas nasional merupakan suatu pandangan hidup bangsa, kepribadian
bangsa ,filsafat pancasila dan juga sebagaiideologi negara sehingga memiliki
kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Derasnya arus globalisasi saat ini telah menimpa generasi muda di
Indonesia yang menyebabkan terjadinya perguncangan budaya. Perguncangan
budaya ini dapat ditandai dengan minimnya pengetahuan generasi muda
terhadap kebudayaan Indonesia khususnya kebudayaan daerah mereka
masing-masing.

Pendidikan Teknik Bangunan |5


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam makalah
ini, yaitu :
1. Apa penyebab sulitnya hak paten di Indonesia ?
2. Apa saja faktor penyebab mudahnya budaya Indonesia diklaim oleh
negara lain ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Menjelaskan penyebab sulitnya hak paten di Indonesia
2. Menjelaskan faktor penyebab mudahnya budaya di Indonesia diklaim oleh
negara lain ?
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Mengetahui penyebab sulitnya hak paten di Indonesia.
2. Mengetahui faktor penyebab mudahnya budaya di Indonesia diklaim oleh
negara lain.

Pendidikan Teknik Bangunan |6


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Isi Berita


https://news.okezone.com/read/2011/09/25/435/506702/hak-paten-sulit-dan-
tak-jamin-lindungi-warisan-budaya ( Senin 26 September 2011 08:02 WIB ).
Judul : Hak paten sulit dan tak jamin lindungi warisan budaya

Sindonews.com-Akhir-akhir ini, banyak kekayaan intelektual bangsa


Indonesia berupa seni budaya diklaim milik bangsa asing. Klaim paling
banyak dilakukan oleh Malaysia. Untuk menghindari hal tersebut, Indonesia
diminta mematenkan hasil karya leluhur tersebut guna mengantisipasi hal
kejadian serupa terulang kembali. Akan tetapi hal tersebut rasanya sulit
dilakukan karena adanya perbedaan pandangan tentang hak kekayaan
intelektual (HaKI).
Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional Departemen Luar Negeri
Havas Orgoseno menjelaskan, HaKI terbagi menjadi dua bagian, yaitu
bersifat pribadi dan komunal. Dikatakan olehnya, budaya masuk dalam
kategori komunal, yang artinya kekayaan yang dimiliki bersama-sama. Ini

Pendidikan Teknik Bangunan |7


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
berarti, sangat sulit mendaftarkan kebudayaan bersifat HaKI komunal
menjadi sebuah hak paten.

"Karena hak paten itu hanya digunakan yang sifatnya penemuan, merek, dan
desain industri. Kalaupun ingin didaftarkan, nantinya masuk ke dalam HaKI
kategori pribadi, yang berarti tergolong hak cipta," jelas Havas. Akan tetapi
permasalahannya, lanjut dia, hak cipta memiliki batas masa waktu yang bisa
habis. Havas menjelaskan, jika seorang menciptakan suatu penemuan, maka
hak ciptanya akan terpakai selama dia hidup. Namun setelah meninggal
dunia, hak cipta akan habis 50 tahun sejak sang pencipta wafat. Oleh karena
itu perlu dibuat rancangan instrumental hukum intenasional terhadap budaya,
yang mampu melindungi klaim negara atas suatu hasil kebudayaan.

"Sayangnya hingga saat ini belum ada kata kesepakatan dipertemuan yang
digelar di Swiss mengenai hukum tersebut. Indonesia mengantisipasi dengan
menggelar pertemuan untuk menjembatani antara Asia dan Afrika," tuturnya.

Sementara itu, pendaftaran seni budaya Indonesia ke Badan PBB


Unesco, juga dianggap tidak menyelesaikan masalah. Pasalnya, jika budaya
sudah masuk di Unesco, maka itu akan menjadi warisan budaya dunia yang
bisa dipakai oleh siapa saja. Budayawan, J.J Rizal menilai seharusnya
Indonesia bisa meniru langkah negara India dalam menginventarisasi hasil
kebudayaannya. Kata Rizal, sudah sejak lama negeri Bollywood tersebut
sadar akan hasil budaya dan peninggalan leluhurnya. “Seharusnya seperti
India menginventaris dalam rangka penyelamatan budaya. India sudah sejak
dulu sadar itu,” kata Rizal.

Hal berbeda dikatakan Pemerintah, melalui Menteri Kebudayaan dan


Pariwisata, Jero Wacik mengaku proses pematenan budaya dirasa mengalami
kendala. Hal ini karena harus meneliti sejarah hasil budaya tersebut secara
detail sebagai syarat pematenan. Melihat sulitnya proses pematenan, Jero

Pendidikan Teknik Bangunan |8


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
Wacik telah melakukan kerja sama dengan Kementerian Hukumdan Hak
Asasi Manusia untuk memproteksi karya budaya asal Indonesia tersebut.

Selain itu, dia meminta pelaku kebudayaan dan pemerintah daerah


segera mempatenkan karya budaya asal Indonesia. "Kami sudah bikin pola
proteksi dengan Menkum HAM untuk proteksi karya budaya. Dengan cara
mempermudah (hak paten) karya-karya budaya Indonesia. Jadi kalau ada
klaim dapat segera diselesaikan, karena sudah kita daftarkan," kata Jero. Tak
hanya itu, Kemenbudpar juga telah memberikan surat edaran kepada para
gubernur dan kepala daerah untuk mendaftarkan karya budaya di daerah
tersebut sebagai kebudayaan daerah. "Contohnya rumah Toraja. Itu karya
kolektif masyarakat Toraja. Pemda cepat-cepat daftarkan itu sebagai karya
kolektif," tuturnya.

Tak hanya itu, pertemuan bilateral antara Indonesia dengan Malaysia


juga pernah dilakukan untuk menangani sengketa budaya tersebut. Termasuk
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Mohammad
Najib. Pertemuan bilateral itu menggagas eminent persons group, yaitu grup
yang terdiri dari para ahli untuk menangani kasus sengketa budaya Indonesia
dan Malaysia. Namun, negeri Jiran mengulangi kembali. Hingga pemerintah
tak hanya melayangkan surat protes. Indonesia juga mengancam mengajukan
tuntutan hukum kepada Malaysia karena menggunakan tari Pendet tanpa izin,
bahkan mengklaimnya. Pemerintah Indonesia sudah melakukan upaya untuk
menghindari adanya pengklaiman budaya oleh Malaysia.

Bagaimana dengan Pemerintah Malaysia? Apa upaya yang dilakukan


Pemerintah Malaysia untuk tak mengulangi kejadian yang sama? Pada saat
mengirim nota protes ke Kebudayaan Malaysia, kata Jero, Menteri
Kebudayaan Malaysia mengatakan Malaysia menanggapi secara serius.
Bahkan sengketa budaya ini dibahas dalam sidang kabinet Malaysia.

Pendidikan Teknik Bangunan |9


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
"Menteri Pariwisata Malaysia kemudian diperingatkan untuk tidak
menggunakan budaya Indonesia bagi keperluan komersial, tanpa izin," kata
Jero.

Editor: Dadan M Ramdan


Laporan: Susi Fatimah (okezone)

2.2 Klaim Malaysia Terhadap Reog Ponorogo


Setelah gagal mengklaim lagu Rasa Sayange, Malaysia mencoba
mengklaim kesenian yang lain. Adalah kesenian rakyat Jawa Timur: Reog
Ponorogo yang diklaim Malaysia sebagai kesenian mereka. Kalau kesenian
Wayang Kulit yang mereka klaim tidak diubah namanya maka Reog
mungkin karena ada embel embel nama daerah Ponorogo maka namanya
diubah menjadi Tarian Barongan. Padahal wujud Reog itu bukan naga seperti
Barongsai tapi wujud harimau dan burung merak. Malaysia bingung mencari
nama baru sehingga dapat yang mudah saja, Tarian Barongan.
Bukan itu saja, kisah dibalik tarian itupun diubah. Mirip seperti
mereka mengubah lirik lagu Rasa Sayange. Kalau saja mereka menyertakan
informasi dari mana asal tarian tersebut maka tidak akan ada yang protes.
Padahal apa susahnya mencantumkan nama asli dan bangsa pemiliknya.
Seperti yang mereka lakukan pada kesenian Kuda Kepang yang kalau di
Indonesia lebih dikenal dengan nama Kuda Lumping.
Malaysia mencantumkan nama asal kesenian Kuda Kepang dari Jawa.
Kenapa tidak dilakukan pada kesenian yang lain seperti Reog Ponorogo,
Wayang Kulit, Batik, Angklung, Rendang dll. Kalau saja mereka lakukan itu
maka konflik kedua negara bisa dihindari. Melihat kasus lagu Rasa Sayange
yang akhirnya mereka akui sebagai lagu asal Indonesia maka sebaiknya
Malaysia segera mengkonfirmasi semua kesenian asal Indonesia yang mereka
kira asli milik mereka. Supaya rakyat kedua negara tidak bersitegang seperti
sekarang.

Pendidikan Teknik Bangunan | 10


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
Salah seorang tokoh kesenian Reog Ponorogo, Ahmad
Tobroni, Kamis (22/11), di Ponorogo, mengaku sangat kecewa saat
mendengar kabar dari situs internet milik Kementerian Kebudayaan Kesenian
dan Warisan Malaysia yang mengklaim bahwa tarian Barongan yang mirip
dengan kesenian Reog Ponorogo tersebut adalah milik Pemertintah Malaysia.
"Sebagai warga dan pecinta seni reog, saya meresa kecewa dengan sikap
Malaysia dengan seenaknya mengklaim seni reog adalah miliknya. Untuk itu
kami akan berjuang mempertahankan warisan budaya yang kami miliki,"
katanya.

2.3 Penyebab Sulitnya Hak Paten di Indonesia

Hak Paten dinilai masih belum akrab di telinga masyarakat Indonesia.


Padahal permasalahan satu ini cukup menjadi sorotan untuk pengembangan
industri Indonesia. Menurut ketua pansus RUU Hak Paten John Kenedy Aziz,
bahwa banyak alasan mengapa masyarakat Indonesia belum tertarik dengan
hak paten. Hal paling mendasar karena pemahaman masyarkat yang belum
memahami pentingnya hak paten, termasuk sistem dari pengajuannya.

"Dipengaruhi budaya komunal sehingga masih sulit menerima hak-hak paten


yang lebih kepada individu," ujar anggota DPR komisi III di gedung
parlemen, Jakarta, Selasa (6/10) saat menjelaskan begitu lambatnya hak paten
berkembang di Indonesia. Ia juga menjelaskan, tidak familiar-nya hak paten
karena pemerintah juga tidak menyediakan kemudahan dalam pengurusan hak
paten. Ditambah lagi, pendaftaran hak paten masih harus dilakukan ke Jakarta
sehingga masyarakat di daerah yang memiliki inovasi untuk dipatenkan tidak
berminat katena jarak yang cukup jauh.

"Setelah mendaftarkan juga masih butuh waktu yang begitu lama, 48 bulan
baru selesai, paling cepat paten sederhana itu 12 bulan," ujar anggota DPR
fraksi Partai Golkar. Tanpa bisa ditolak, kurangnya penghargan terhadap para

Pendidikan Teknik Bangunan | 11


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
inovator dan juga mahalnya biaya pemeliharaan hak paten menjadi tugas
rumah yang harus dibenahi.

"Biaya pemeliharaan itu daftar hari ini pembiayaan sudah dilakukan, padahal
belum tentu patennya diterima, sehingga awal saja sudah dibebani biaya,"
tegasnya.

2.4 Faktor-Faktor Penyebab Mudahnya Budaya Indonesia Diklaim oleh


Negara Lain

Keberagaman budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia sering kali


mengundang perhatian dari negara – negara lain untuk ingin tahu lebih dalam
tentang keunikan – keunikan budaya yang kita miliki. Indonesia terkenal
sebagai bangsa yang luhur. Memiliki keragaman budaya yang tersebar di
pelosok-pelosok nusantara. Dari kesenian, adat-istiadat hingga makanan
melekat mewarnai keragaman bangsa ini. Tidak heran jika begitu banyaknya
budaya yang kita miliki, justru membuat kita tidak mengetahui apa saja
budaya yang ada Indonesia. Bahkan kita sendiri pun sebagai generasi muda
terkadang melupakan budaya daerah kita. Sangat ironis rasanya, orang
Indonesia tetapi tidak mengenal ciri khas bangsanya sendiri. Ketertarikan
budaya yang semakin meluntur juga sangat nampak pada diri generasi muda
saat ini. Adapun faktor-faktor penyebab mudahnya budaya Indonesia luntur
dari masyarakat indonesia dan diklaim oleh negara lain, antara lain:

1. Bebasnya budaya yang masuk dari berbagai arus kehidupan.


Generasi muda Indonesia yang terkesan bosan dengan budaya yang
mereka anggap kuno dan tanpa disadari budaya dari luar justru kerap
berimbas buruk bagi bangsa ini. Misalnya budaya berpakaian, gaya hidup (life
style), segi iptek, maupun adat-istiadat. Semua itu berdampak sangat buruk
dan dapat dengan mudah menggeser budaya asli yang ada di Indonesia.

Pendidikan Teknik Bangunan | 12


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
2. Kesadaran generasi muda yang kurang akan pentingnya budaya.
Untuk mempertahankan budaya memang sangat dibutuhkan kesadaran
yang kuat. Tidak hanya mengakui, tetapi harus ikut serta dalam pelestarian
budaya. Dari kesadaran itulah akan muncul upaya-upaya menjaga, melindungi
budaya asli daerah sehingga akan tetap utuh. Sehingga tidak mungkin akan
diakui negara lain.
3. Perpindahan Penduduk
Perpindahan penduduk menyebabkan budaya Indonesia diakui oleh negara
lain. Saat, ini banyak penduduk Indonesia yang bekerja di luar negeri. Bahkan
banyak pula yang telah menetap di sana menjadi warga negara tempat ia
tinggal. Perpindahan tersebut tidak menutup kemungkinan akan diikuti
perpindahan budaya. Budaya-budaya dari Indonesia pasti ada yang diterapkan
di negara lain tempat mereka bekerja. Inilah yang menyebabkan keinginan
negara lain untuk mengakui budaya Indonesi karena mereka menganggap
budaya itu sudah biasa mereka lihat di negaranya.
4. Kurangnya Perhatian Pemerintah terhadap Kekayaan Budaya Nasional.
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap kekayaan budaya nasional
menjadi salah satu penyebab banyaknya bangsa lain yang mengklaim budaya
Indonnesia. Hal ini bisa disiasati dengan mendaftarkan hak cipta budaya agar
dunia internasional mengakui kepemilikan budaya Indonesia.

2.5 Solusi
Dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal yang ada dalam masyarakat
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa cara yang dapat dilakukan
oleh seorang anggota masyarakat khususnya kita sebagai generasi muda
dalam mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya lokal
diantaranya adalah :
Mau mempelajari budaya tersebut, baik hanya sekedar mengenal atau
bisa juga dengan ikut mempraktikkannya dalam kehidupan kita.

Pendidikan Teknik Bangunan | 13


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
Ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian
kebudayaan, misalnya :
a. Mengikuti kompetisi tentang kebudayaan, misalnya tari tradisi
atau teater daerah.
b. Ikut berpartisipasi dengan mementaskan budaya tradisonal
pada acara ataupun kegiatan tertentu, seperti pada saat
perayaan hari ulang tahun kemerdekaan bangsa, mengadakan
pementasan ketoprak yang berbau perjuangan, dan lain-lain.
Mengajarkan kebudayaan itu pada generasi penerus sehingga
kebudayaan itu tidak musnah dan tetap dapat bertahan.
Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan budaya
orang lain.
Mempraktikkan penggunaan budaya itu dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya budaya berbahasa.
Menghilangkan perasaan gengsi ataupun malu dengan kebudayaan
yang kita miliki.
Menghindari sikap primordialisme dan etnosentrisme

Untuk pemerintah dan media sosial sendiri, adapun cara untuk


melestarikan budaya Indonesia, antara lain :

Pemerintah juga harus segera mendaftarkan beragam hasil budaya


bangsa ke Unesco, sehingga tidak ada lagi klaim-klaim atas budaya
kita oleh pihak luar.
Pemerintah daerah perlu memberdayakan aparat agar paham masalah-
masalah HKI supaya mudah dan murah.
Media sebagai kekuatan sosil politik kempat harus berani belahar
untuk menyajikan substansi yang benar tanpa takut kehilangan rating

Pendidikan Teknik Bangunan | 14


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan menciptakan
kebaikan, kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk
berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan
hidupnya. Sebagai makhluk berbudaya, manusia menciptakan kebudayaan.
Melalui proses pewarisan budaya maka akan terbentuk manusia-manusia yang
memiliki kepribadian selaras dengan lingkungan alam, sosial dan budayanya
disamping kepribadian yang tidak selaras (menyimpang) dengan lingkungan
alam, sosial dan budayanya. Untuk membentuk suatu kepribadian manusia
yang selaras dengan lingkungan alam, sosial dan budaya masyarakatnya, harus
melalui proses mempelajari unsur-unsur budaya, adaptasi kebudayaan
(penyesuaian diri terhadap kebudayaan), serta upaya manusia memanfaatkan
dan mengelola lingkungan hidupnya (alam, sosial, budaya). Adapun faktor-
faktor penyebab mudahnya budaya Indonesia luntur dari masyarakat indonesia dan
diklaim oleh negara lain, antara lain: (1) Bebasnya budaya yang masuk dari
berbagai arus kehidupan, (2) Kesadaran generasi muda yang kurang akan
pentingnya budaya, (3) Perpindahan Penduduk, dan (4) Kurangnya Perhatian
Pemerintah terhadap Kekayaan Budaya Nasional.

3.2 Saran
Adapun saran dari kami mengenai tindak lanjut dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mahasiswa
Agar dapat ikut berperan aktif dalam upaya pelestarian kebudayaan karena
mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang.
Jika bukan kita maka siapa lagi yang akan melestarikan kebudayaan
Indonesia.

Pendidikan Teknik Bangunan | 15


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
2. Untuk Pemerintah
Diharapkan pemerintah dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
mendukung terselenggaranya pelestarian kebudayaan nasional agar
keberadaan budaya nasional tetap lestari.

Pendidikan Teknik Bangunan | 16


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang
DAFTAR PUSTAKA

https://news.okezone.com/read/2011/09/25/435/506702/hak-paten-sulit-dan-tak-
jamin-lindungi-warisan-budaya ( diakses tanggan 10 Oktober 2018 )
Ranjabar, J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor: Ghaliah Indonesia.
http://www.mtribunnews.com/Nasional/2015/02/21/Warisan.Budaya.Yang.diKlai
m.Malaysia ( diakses tanggan 10 Oktober 2018 )

Pendidikan Teknik Bangunan | 17


Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang

Anda mungkin juga menyukai