Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Posted On September 22, 2013 by Endra Yuda With

PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Kehidupan manajer dipenuhi dengan serangkaian pembuatan keputusan. Kegiatan ini
memainkan peranan penting, karena kualitas keputusan – keputusan manajer akan
menentukan efektifitas rencana yang disusun. Secara umum, pengertian pengambilan
keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah :

1. Menurut George R. Terry


Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau
lebih alternatif yang ada.

2. Menurut S.P. Siagian


Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif
yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang
paling tepat.

3. Menurut James A.F. Stoner


Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai
cara pemecahan masalah.

Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan diatas, dapat disimpulkan bahwa


pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa
alternatif secara sistematis untuk ditindak lanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan
masalah.

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Pengambilan keputusan merupakan proses yang kompleks yang memerlukan penanganan
yang serius. Secara umum, proses pengambilan keputusan meliputi tujuh langkah berikut
(Gibson dkk, 1987)

1.) Menerapkan tujuan dan sasaran : Sebelum memulai proses pengambilan keputusan, tujuan
dan sasaran keputusan harus ditetapkan terlebih dahulu. apa hasil yang harus dicapai dan apa
ukuran pencapaian hasil tersebut.

2.) Identifikasi persoalan : Persoalan-persoalan di seputar pengambilan keputusan harus


diidentifikasikan dan diberi batasan agar jelas. Mengidentifikasikan dan memberi batasan
persoalan ini harus tepat pada inti persoalannya, sehingga memerlukan upaya penggalian.

3.) Mengembangkan alternatif : Tahap ini berisi pengidentifikasian berbagai alternatif yang
memungkinkan untuk pengambilan keputusan yang ada. Selama alternatif itu ada
hubungannya, walaupun sedikit, harus ditampung dalam tahap ini. Belum ada komentar dan
analisis.

4.) Menentukan alternatif : Dalam tahap ini mulai berlangsung analisis tehadap berbagai
alternatif yang sudah dikemukakan pada tahapan sebelumnya. Pada tahap ini juga disusun
juga kriteriatentang alternatif yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pengambilan keputusan.
Hasil tahap ini mungkin masih merupakan beberapa alternatif yang dipandang layak untuk
dilaksanakan.
5.) Memilih alternatif : Beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih satu
alternatif yang terbaik. pemilihan alternatif harus harus mempertimbangkan ketersediaan
sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan, kemampuan alternatif untuk
mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif pada masa yang akan datang.

6.) Menerapkan keputusan : Keputusan yang baik harus dilaksanakan. Keputusan itu sendiri
merupaka abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari pelaksanaannya.

7.) Pengendalian dan evaluasi : Pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan evaluasi untuk
menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang sudah diputuskan.

TIPE – TIPE PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pada dasarnya tipe-tipe pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu:

1. Keputusan yang diprogramkan :


Keputusan yang diprogramkan merupakan keputusan yang direncanakan sesuai dengan
kebiasaan, aturan, atau prosedur yang berlaku. Biasanya hasil atau dampak dari keputusan ini
tidak mengejutkan karena cenderung berulang-ulang dan lebih bersifat rutinitas. Kehadiran
keputusan ini sering dengan mudah dapat diantisipasi sebelumnya oleh karyawan. Untuk lebih
jelasnya dapat diberikan contoh dari tipe keputusan ini: Kegiatan audit mutu internal, Rapat
tinjauan manajemen, Pemeliharaan rutin, Pemeliharaan suku cadang secara rutin, Mengikuti
pelatihan yang direncanakan.

2. Keputusan yang tidak diprogramkan :


Keputusan yang tidak diprogramkan merupakan keputusan yang tidak direncanakan
sebelumnya. Biasanya berkenaan dengan masalah-masalah baru dan bersifat khusus. Dalam
menangani tipe keputusan ini, pimpinan cenderung menggunakan pertimbangan, intuisi, dan
kreativitas. Tipe keputusan ini relatif lebih sulit dibandingkan dengan keputusan yang
diprogramkan. Waktunya sering tidak bisa diduga, bersifat darurat dan segera sehingga cukup
menyulitkan pimpinan dalam mengambil keputusan. Untuk lebih jelasnya dapat diberikan
contoh dari tipe keputusan ini: Keluhan dari pelanggan, Keterlambatan distribusi ke
pelanggan, Kerusakan mesin yang berakibat fatal, Pengunduran diri personel inti, Unjuk rasa
dan pemogokan karyawan.

3. Keputusan – keputusan dengan kepastian, resiko, dan ketidakpastian


Para manajer membuat keputusan-keputusan sekarang adalah bagi kegiatan-kegiatan yang
akan dilaksankan dan tujuan yang akan dicapai di waktu yang akan datang. Situasi-situasi
pembuatan keputusan ini menyangkut berbagai aspek yang tidak dapat diketahui dan sulit
diperkirakan, seperti reaksi pesaing tertentu, atau tingkat inflasi tiga tahun mendatang.
Tingkat ketidakpastian dalam berbagai situasi akan berbeda-beda oleh karena itu, manajer
akan menghadapi ketiga macam situasi : kepastian, risiko, dan ketidakpastian.
Dalam kondisi kepastian (certainty), para manajer mengetahui apa yang akan terjadi, di
waktu yang akan datang, karena tersedia informasi yang akurat, terpercaya dan dapat diukur
sebagai dasar keputusan. Dalam kasus ini, situasi di waktu yang akan datang adalah dapat
diperkirakan dengan pasti.
Dalam kondisi risiko (risk) manajer mengetahui besarnya probabilitas setiap kemungkinan
hasil, tetapi informasi lengkap tidak tersedia.
Dalam kondisi ketidakpastian (uncertainty) manajer tidak mengetahui probabilitas
bahkan mungkin tidak mengetahui kemungkinan hasi-hasil. Kondisi-kondisi ketidak pastian
pada umumnya menyagkut keputusan-keputusan kritis dan paling menarik.
Pembuatan keputusan dalam kondisi ketidakpastian dapat dilakukan lebih tepat dengan
mempergunakan metode-metode kuantitatif untuk mengantisipasi dan memperkirakannya.

MANAJER SEBAGAI PENGAMBIL KEPUTUSAN


Pengambilan keputusan merupakan bagian terpenting dari manajer, yang dihubungkan
dengan pelaksanaan perencanaan, dalam hal memutuskan tujuan yang akan dicapai, sumber
daya yang akan dipakai, siapa yang melaksanakan, siapa yang bertanggung jawab dalam
pekerjaan yang diserahkannya dll.
Pengambilan keputusan (decision making) memegang peranan penting karena keputusan yang
diambil oleh manajer merupakan hasil pemikiran akhir yang harus dilaksanakan oleh
bawahannya atau organisasi yang ia pimpin. Keputusan manajer sangat penting karena
menyangkut semua aspek. Kesalahan dalam mengambil keputusan bisa merugikan organisasi,
mulai dari kerugian citra sampai pada kerugian uang. Pengambilan keputusan adalh suatu
prosespemikiran dalam pemecahan masalah untuk memperoleh hasil yang akan dilaksanakan.
Ada masalah yang mudah diselesaikan ada pula masalah yang sulit,tergantung besarnya
masalah dan luasnya dengan beberapa faktor. Model yang bermanfaat dan terkenal senbagai
kerangka dasar proses pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Herbert A.Simon
terdiri atas tiga tahap, yaitu :
1. Pemahaman Menyelidiki lingkungan kondisi yang memerlukan keputusan. Data mentah
yang diperoleh diolah dan diperiksa untuk dijadikan petunjuk yang dapat menemukan
masalahnya.
2. Perancangan Menemukan, mengembangkan dan menganalisis arah tindakan yang mungkin
dapat digunakan. Hal ini mengandung proses untuk memahami masalah untuk menghasilkan
cara pemecahan dan menguji apakah cara pemecahan tersebut dapat dilaksanakan.
3. Pemilihan Memilih arah tindakan tertentu dari semua arah tindakan yang ada. Pilihan
ditentukan dan dilaksanakan. Model Simon ada hubungannya dengan sisten informasi
manajemen.

STUDY KASUS
Tiberg Company
Kasus Tiberg Company menceritakan proses manajemen perusahaan yang dilakukan oleh
Mr. Porter. Ia baru saja diberi kewenangan baru untuk memimpin perusahaan yang sedang
mengalami masalah dengan pemesanan bahan baku untuk produksi. Tiberg Company
memiliki 20 pabrik yang tersebar di Eropa dan Asia. Hampir setiap saat secara tidak terduga,
perusahaan cabang/pabrik mengajukan pesanan bahan baku tambahan, sementara perusahaan
induk sudah membuat kontrak pesanan untuk jangka waktu satu tahun. Penambahan
mendadak tentu akan sangat menyulitkan. Porter kemudian mengambil inisiatif untuk
melakukan sentralisasi pemesanan. Pabrik diminta untuk menghitung dengan cermat
keperluan seluruh bahan baku dan hal tersebut harus disampaikan kepada perusahaan induk
sebelum perusahaan induk melakukan pemesanan kepada pemasok. Ide tersebut disampaikan
kepada pimpinan tertinggi. Pimpinan menyetujui dan meminta agar Porter juga mengunjungi
setiap pabrik untuk mengambil sendiri pesanan jika sampai batas waktu mereka tidak
melaporkan pesanan. Porter merasa hal tersebut tidak perlu. Ia cukup mengirimkan surat
kepada manajer setiap pabrik untuk hal itu. Ia melakukannya dan hasilnya setiap manajer
pabrik menyambut baik gagasannya dan menjalankan sistem tersebut dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai