PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia dan
the silent killer dan merupakan diagnosis utama pada pelayanan dokter
dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Apabila penyakit ini tidak terkontrol
hipertensi di dunia adalah sebesar 600 juta penduduk, sekitar separuhnya tidak
per 100.000 penduduk dan menjadi 95 per 100.000 penduduk pada tahun
1999.3
Di Indonesia masalah hipertensi juga cenderung meningkat. Berdasar
dikemukakan oleh WHO, yaitu dari 26% (2000) menjadi 29% (2015) sehingga
yang memerlukan penanganan secara cepat, dalam kurun waktu menit atau
jam. Pengenalan gejala awal dan penanganan yang tepat dapat menurunkan
A. Definisi
Enselopati hipertensi didefinisikan sebagai sindrom neurologik akut
2
dikarakteristikan dengan peningkatan tekanan darah mendadak, nyeri kepala,
disertai dengan keluhan sakit kepla yang berat, perubahan kesadaran, dan
hipertensi.1,3
Karakteristik individu yang mengalami enselopati hipertensi pada
pasien normotensive atau sudah menderita hipetensi kronis serta pasien sedang
inhibitor.3,4
Pada anak angka kejadian enselopati hipertensi, frekuensinya jarang
yaitu sebesar 5%. Enselopati hipertensi pada anak umumnya berkaitan dengan
penyakit renal.6-8
C. Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab enselopati hipertensi, yaitu
1. Hipertensi maligna
2. Eklampsia
3. Katekolamin-induced krisis hipertensi
4. Monoamine oksida inhibitor
3
5. Rebound phenomena dari 2-agonis
6. Kokain hidroklorida atau alkaloid intoksikasi
7. Cyclosporamin dosis tinggi
8. Terapi rekombinan eritropoetin
9. Paroksimal hipertensi pada cedera medulla spinalis
10. Post coronary artery bypass atau post-carotid endarectomy
hypertension.
11. Penderita dengan rangsangan simpatis yang tinggi, seperti luka
postinfeksi.3,6
vasodilator seperti nitrit oksida. Namun jika hipertensi terjadi terus menerus
tingginya tekanan darah dan kerusakan endotel. Selain itu juga terdapat peran
4
Gambar 1. Rentang MAP untuk autoregulasi 6
Pada pasien normotensi, aliran darah otak dipertahankan dalam batas
mean arterial pressure (MAP) 60-160 mmHg. Pada rentan ini mekanisme
tekanan darah melebihi rentan ini, autoregulasi tidak dapat bekerja sehingga
pada struktur thalamus, ganglia basalis, dan batang otak, sedangkan tekanan
5
Calcarine dan paramedian lobus oksipitalis terlibat dalam membedakan
infrak bilateral pada daerah arteri serebral posterior. RPLS adalah istilah yang
RPLS umumnya adalah edema pada substansia alba, yang mana terjadi pada
enselopati hipertensi.9,10
Cara membedakan antara RPLS dengan infrak, yaitu pada infrak
daerah arteri serebral posterior umumnya terjadi pada pasien dengan emboli
arteri basiler, yang dinamakan “top of the basilar syndrome”. Region calcarine
jarang telibat dan sering bersamaan dengan infrak pada thalamus dan otak
tekanan darah. Hal ini menyebabkan iskemia jaringan otak. Namun, hasil
ini. 9-10
6
Teori kedua menyatakan bahwa RPLS merupakan hasil dari
kembali normal.
c. Riwayat hipertensi (awal hipertensi, jenis obat antihipertensi,
7
a. Tekanan darah sistolik > 220 mmHg dan diastolic > 120 mmHg.
ketersedian fasilitas.
substansial alba.
8
6) Jika diduga Feokromasitoma dapat dilakukan permeriksaan
venumandelic (VMA).
7) Pungsi lumbal, jika dicurigai infeksi SSP. 6,10,11
F. Diagnosis Banding
1. Stroke iskemik atau hemoragik
2. Perdarahan intrakrnial
3. Encephalitis
4. Gagal ginjal akut
5. Hipertensi intrakranial
6. Lesi SSP 3
G. Penalataksanaan
1. Penanggulangan hipertensi emergensi, termasuk enselopati
mungkin1
3. Tekanan darah harus diturunkan dengan hitungan menit sampai
160/100 mmHg
c. Enam sampai 24 jam berikutnya diturunkan sampai < 140/90
9
Labetalol mampu menurunkan tekanan darah dengan tetap menjaga
darah tercapai.
d. Diltiazem (Herbesser) IV (10 dan 50 mg/ampul)
Diltiazem 10 mg IV diberikan dalam 1-3 menit kemudian dilanjutkan
dengan infus 50 mg/jam selama 20 menit. Jika tekanan darah telah turun >
4 tetes sampai tekanan darah yang diharapkan tercapai. Jika tekanan darah
phenomen, yang mana tekanan darah naik secara cepat jika obat
dihentikan.1,12
Pengobatan enselopati hipertensi sebaiknya menggunakan yaitu
10
Pada enselopati hipertensi yang disertai kejang ditangani dengan obat
tanpa deficit, namun jika terlambat ditangani dapat menyebabkan kematian. 3,9
11
III. KESIMPULAN
obatan narkotik.
4. Terdapat dua pendapat mengenai mekanisme edema sitotoksik pada
arteriol serebral.
5. Letak edema pada enselopati hipertensi pada daerah posterior dan korteks
umumnya disebabkan oleh batas atas rentang autoregulasi pada daerah ini
berupa nyeri kepala hebat, mual, muntah, dan kelainan neurologic. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah sistolk lebih dari 220 dan
alba, selain itu dapat dilakukan CT Scan dan pemeriksaan lain untuk
menyingkirkan diagnosis
12
7. Penanganan enselopati hipertensi harus dilakukan sesegera mungkin.
13