Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan penyakit infeksi

yang menyerang saluran pernapasan bagian atas atau bagian bawah. Infeksi akut

yang mengenai saluran pernapasan atas antara lain rinitis, tonsillitis, faringitis,

rinosinusitis, dan otitis media. Pada saluran pernapasan bawah diantaranya adalah

epiglottis, croup, bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia (Wantania, 2012).

ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14

hari (Lestari. 2008). ISPA menyerang saluran pernapasan mulai dari hidung,

gelembung paru, dan organ-organ di sekitarnya, seperti sinus, ruang telinga

tengah, sampai selaput paru. ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur.

Virus yang menjadi penyebab utama ISPA adalah Respiratory Syncytial Virus

(RSV) dan Influenza. ISPA sering juga disebabkan oleh bakteri Haemophilus

influenza (20%) dan Streptococcus pneumonia (50%). Bakteri lain yang juga

dapat menjadi penyebab ISPA adalah Klebsiella (Muttaqin,2008). ISPA sering

terjadi pada anak-anak dikarenakan sistem pertahanan tubuh mereka yang belum

matang dibandingkan orang dewasa, sehingga proses penyebaran penyakitnya

lebih cepat (WHO, 2013).

1
2

Epidemik ISPA di negara dengan empat musim berlangsung pada musim

gugur dan musim dingin, sekitar bulan Oktober – Maret. Pada negara tropis

seperti di Indonesia dapat berlangsung sepanjang tahun dengan puncaknya pada

musim hujan. Hal ini disebabkan etiologi ISPA seperti bakteri atau virus menyukai

daerah dengan kelembapan dan temperatur yang rendah. Pada pergantian musim,

kejadian ISPA juga meningkat karena menurunnya sistem pertahanan tubuh oleh

karena cuaca yang sering berubah (Maramis, 2013).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012, Air Susu Ibu

(ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama

enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau

minuman lain (kecuali obat, vitamin dan mineral).Dengan memberikan ASI secara

eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk susu bayi sampai bayi

berumur 6 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga

untuk membeli susu formula dan peralatannya. Menyusui dengan ASI akan lebih

praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga saat bepergian tidak perlu

membawa berbagai alat untuk menyusui. ASI eksklusif juga dapat memberikan

pengaruh emosional yang luar biasa dan mempengaruhi hubungan batin antara ibu

dan bayi serta mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Ketika ibu membelai bayi

dengan penuh kasih sayang, atau mendengarkan bayinya menangis akan memberi

cukup sinyal ke hipotalamus ibu untuk menyebabkan keluarnya Air Susu

(Prawiroharjo, 2010).

Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya mikroorganisme ke

dalam tubuh manusia melalui partikel udara (droplet infection). Mikroorganisme


3

ini kemudian akan melekat pada sel epitel hidung dan dapat menyebar melalui

saluran pernapasan ke organ pernapasan bawah seperti bronkus, bronkiolus

ataupun alveolus yang kemudian menimbulkan manifestasi klinis, seperti demam,

batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya (Marni, 2014).

ISPA menjadi salah satu penyakit penyebab utama kematian Balita di

Indonesia. Berdasarkan data Depkes (2016), pravelensi penyakit ISPA di

Indonesia mencapai 25% dengan prevalensi tertinggi terjadi pada Balita (25,8%)

dan bayi (22,0%). Beberapa hasil SKRT diketahui bahwa 80-90% kasus kematian

ISPA disebabkan Pneumonia (Depkes, 2016). Provinsi Bali merupakan salah satu

provinsi dengan kejadian ISPA yang tinggi. Laporan terakhir tercatat pada tahun

2013 terjadi 370.504 kasus ISPA seluruh puskesmas di Bali dan merupakan

penyakit tersering yang menyerang Balita di Bali (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan tahun 2017, ISPA

di Kabupaten Tabanan adalah 29.187 kasus, dengan kejadian ISPA tertinggi pada

Balita sebesar 12.182 kasus. Kasus ISPA tertinggi terjadi di wilayah kerja

Puskesmas Tabanan III sebesar 4.012 kasusdengan kejadian tertinggi pada Balita

sebesar 2.115kasus. (Dinkes, 2017).

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA

pada balita di Puskesmas Tabanan III, Kabupaten Tabanan Bali serta

mendiskripsikan variabel-varibel yang diteliti.


4

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA

pada Balita ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

ISPA pada Balita.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui persentase pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas

Tabanan III Kabupaten Tabanan Bali.


2. Untuk mengetahui kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Tabanan III,

Kabupaten Tabanan Bali.


3. Untuk mengetahui faktor lain yang menyebabkan kejadian ISPA
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan informasi tentang pentingnya pemberian ASI untuk

menurunkan kejadian ISPA pada Balita.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi

guna meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang hubungan pemberian

ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA pada Balita

1.4.2.2. Bagi Tempat Penelitian


5

Puskesmas diharapkan lebih mempromosikan ke masyarakat mengenai

pentingnya pemberian ASI Eksklusif terhadap Balita

1.4.2.3. Bagi Pasien

Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan

pasien terutama para orang tua akan pentingnya manfaat ASI sebagai

pencegah penyakit ISPA.

1.5. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Peneliti Judul Desain Penelitian Hasil


Anindita, Hubungan Pemberian Metode survey Ada Hubungan

Insani & ASI Eksklusif pada 80 Balita antara Pemberian

Herlin, Fitriani dengan Kejadian ASI Eksklusif

K (2009) ISPA pada Balita dengan Kejadian

Usia 1-5 tahun di ISPA pada Balita.

Puskesmas

Ngampilan

Yogyakarta
Widarini, N.P Hubungan Pemberian Penelitian Ada Hubungan

& Sumasari ASI Eksklusif dilakukan di antara Pemberian

N.L. (2010) dengan Kejadian Puskesmas ASI Eksklusif

ISPA pada Bayi Mengwi II dengan dengan Kejadian

Metode Case ISPA pada Bayi

Control. Sampel usia 6-12 bulan.

penelitian adalah
6

72 ibu yang

memiliki bayi usia

6-12 bulan.

Responden terbagi

menjadi 36 subyek

kasus dan 36

subyek control
Rustam, Hubungan Pemberian Desain penelitian Bayi usia 6-12

Musfardi. ASI Eksklusif yang digunakan bulan yang tidak

(2010) terhadap Kejadian yaitu unmathced diberikan ASI

ISPA pada Bayi Usia case control Esklusif memiliki

6-12 Bulan di dengan sampel resiko menderita

Kabupaten Kampar adalah sebagian ISPA sebesar 1,69

Provinsi Riau ibu yang membawa kali (95% CI:

bayi usia 6-12 1,02-2,80)

bulan yang dibandingkan

berkunjung ke Bayi usia 6-12

Puskesmas terpilih bulan yang

di wilayah Dinas diberikan ASI

Kesehatan Eksklusif.

Kabupaten

Kampar. Sampel

terbagi menjadi

162 kasus dan 162


7

kontrol
Sumarni, Hubungan Pemberian Metode Case Ada hubungan

Misrina ASI Eksklusif Control. Sampel pemberian ASI

Retnowati & terhadap Kejadian penelitian adalah Eksklusif dengan

Adha Dina ISPA pada Bayi Usia bayi usia 6-12 kejadian ISPA

Rahmayati. 6-12 Bulan di bulan di pada bayi usia 6-

(2013) Puskesmas Puskesmas 12 bulan. Bayi

Purwokerto Barat Purwokerto Barat yang diberikan

dengan jumlah ASI Eksklusif

sampel sebesar 42 akan mengurangi

bayi. resiko kejadian

ISPA sebesar

0,074 kali

dibandingkan bayi

yang tidak

diberikan ASI

Eksklusif.

Abd, Rahman Hubungan Pemberian Jenis penelitian Pemberian ASI

& A. Fahira ASI Eksklusif analitik dengan Eksklusif

Nur. (2015) dengan Kejadian metode cross- berhubungan

Infeksi Saluran sectional. Sampel dengan kejadian

Pernapasan Akut adalah anak balita penyakit ISPA


8

pada Anak Balita di dengan jumlah pada balita

Wilayah Kerja sampel sebesar 60

Puskesmas balita

Managaisaki

Anda mungkin juga menyukai