22 Okt 2015 PENCITRAAN Tulang Dan Otot Normal
22 Okt 2015 PENCITRAAN Tulang Dan Otot Normal
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Depresi
Depresi merupakan sebuah penyakit yang popular dalam masyarakat, depresi itu sendiri
merupakan sebuah syndrome yang banyak terdapat dalam masyarakat Indonesia yang
berhubungan dengan keadaan sedih, putus asa maupun kehilangan minat dan semangat. Depresi
pada mulanya sering diabaikan banyak pihak dikarenakan gajala awalnya yang tidak terlihat
namun ketika orang itu sudah merasakan kumpulan dari beberapa gejala yang menunjukan
adanya gangguan psikis barulah mereka mulai terpikir untuk mencari pertolongan akan kondisi
mereka.
Sebenernya apa yang dimaksud dengan depresi, depresi adalah Depresi merupakan satu
masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).
Gangguan depresi merupakan gangguan yang kompleks yang dapat disebabkan oleh
banyak hal diantaranya menurut Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat
secara buatan dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik, dan faktor psikosial.
2.1.2. Etiologi dan Patofisiologi Depresi
Faktor yang pertama yang terkait dengan patologi depresi adalah faktour biologi, yaitu
Mekanisme terjadinya depresi berkaitan dengan kadar nurotransmitter terutama norepinefrin dan
serotonin di dalam otak. Kadar norepinefrin dan serotonin yang rendah dapat menyebabkan
senyawa neurotransmitter monoamine yang terlibat pada penyakit depresi. Patofisiologi depresi
dijelaskan dalam beberapa hipotesis. hipotesis yang pertama tentang Amina biogenik
norepinefrin (NE), serotonin ( 5 – HT ) dan dopamine (DA) dalam otak ( Sukandar dkk., 2009 ).
Hipotesis sensitivitas reseptor yaitu perubahan patologis pada reseptor yang dikarenakan terlalu
kecilnya stimulasi oleh monoamine dapat menyebabkan depresi. Hipotesis desregulasi, tidak
beraturannya neurotransmitter sehingga terjadi gangguan depresi dan psikiatrik. Dalam teori ini
ditekankan pada kegagalan hemeostatik sistem neurotransmitter, bukan pada penurunan atau
Faktor genetic Pengaruh genetik terhadap depresi bahwa ada keterkaitan yang kuat dan
konsisten bahwa depresi adalah salah satu penyakit yang herediter, misalnya dapat disebabkan
karena perilaku sosial orang tua dalam ketahanan dan kemampuan dalam menanggapi stres akan
diikuti oleh sang anak bahkan depresi yang diakibatkan oleh pengaruh genetic jumlahnya dapat
Dan yang terakhir adalah faktor yang merupakan penyebab terbesar dalam kejadian
depresi adalah faktor psikososial Masalah psikososial dalam PPGDJ III dikategorikan dalam
aksis IV yang terdiri dari masalah dengan “primary support group”atau keluarga, masalah
dengan lingkungan sosial, masalah pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, masalah akses
ke pelayanan kesehatan, masalah yang berkaitan dengan hukum/ kriminal dan lainnya, setiap
keadaan atau peristiwa tersebut menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga
orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya.Namun
sayangnya tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut,
sehingga timbulah keluhan – keluhan antara lain stres, cemas dan depresi.
1. Jenis Kelamin
Secara umum dikatakan bahwa gangguan depresi lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria. Pendapat-pendapat yang berkembang mengatakan bahwa perbedaan dari
kadar hormonal wanita dan pria, perbedaan faktor psikososial berperan penting dalam gangguan
Spesifiknya pria lebih banyak yang mengalami depresi karena hal hal seperti perceraian,
perpisahan, pekerjaan, sedangkan wanita lebih sensitive akan hal hal seperti pergaulan sosial
mereka, misalnya susah menyesuaikan diri terhadap lingkungan, penyakit seius dan ketakutan
2. Umur
Depresi dapat terjadi dari berbagai kalangan umur. Serkitar 7,8% dari setiap populasi
mengalami gangguan mood dalam hidup mereka dan 3,7% mengalami gangguan mood
berkembang pada masa dewasa muda, dengan usia rata-rata onsetnya adalah pertengahan 20
(APA, (2000) dalam Nevid et al, (2005)). Namun gangguan tersebut dapat dialami bahkan oleh
anak kecil, meski hingga usia 14 tahun resikonya sangat rendah (Lewinsohn, et al, (1986), Nevid
et al, (2005).
3) Pendidikan
Terdapat hubungan yang signifikan pendidikan dengan depresi pada usia dewasa-tua.
menyebutkan bahwa lansia yang hanya menamatkan pendidikan dasar mempunyai risiko
4) Status pernikahan
Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang tercerai atau berpisah.
Menurut PPDGJ III, kriteria diagnosis episode depresif (F32) adalah sebagai
berikut:
1) Afek depresif
lelah ( rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja ) dan
menurunnya aktivitas.
Gejala Lainnya :
6) Tidur terganggu
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-
kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2) hanya
digunakan untuk episode depresif tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
-Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas
-Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresi
ringan.
-Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah
tangga,.
berintensitas berat.
-Bila ada gejala penting ( misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat
dibenarkan.
-Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika
gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan
-Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan
-Episode depresif berat yang memenuhi kriteri menurut F32.2 tersebut diatas.
-Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham malapetaka yang mengancam dan
pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya
berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika golongan I, adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi.
Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, heroin, kokain,
Narkotika golongan II, adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat
Narkotika golongan III, adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat
Akhir - akhir ini telah terjadi penyalahgunaan narkoba. Banyak narkoba beredar di pasaran,
misalnya ganja, sabu-sabu, ekstasi, dan pil koplo. Penyalahgunaan obat jenis narkoba sangat
berbahaya karena dapat mempengaruhi susunan syaraf, mengakibatkan ketagihan, dan
narkoba secara umum dan juga psikotropika yang tidak sesuai dengan aturan dapat menimbulkan
Berdasar efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba dibedakan menjadi 3 (Budianto :
1989 ) , yaitu:
1. Depresan, yaitu menekan sistem sistem saraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh
sehingga pemakai merasa tenang, Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis
narkoba depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya seperti morphin dan heroin.
2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis
stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah Shabu-
shabu dan Ekstasi. 3. Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau
mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari
kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. contoh haslusinogen yang paling banyak dipakai
2.2.3. Faktor faktor yang mempengaruhi seseorang dapat terjerumus dalam narkoba
bahwa menurut (Libertus Jehani & Antoro dkk : 2006) penyebab terjerumusnya remaja dalam
penyalahgunaan Narkoba disebabkan karena banyak faktor, baik faktor internal maupun
eksternal.
1. Faktor Internal : Adalah faktor yang berasal dari diri seseorang. Faktor internal itu sendiri
terdiri dari :
a. Kepribadian : Kepribadian merupakan faktor utama yang ada dalam diri yang dapat
labil, mudah dipengarhi dan tidak memiliki komitmen maka lebih mudah terjerumus dalam
penyalahgunaan narkoba.
b. Keluarga : Keluarga merupakan tempat dimana kita dapat berkeluh kesah terhadap
permasalahan yang kita alami, jika hubungan dengan keluarga kurang harmonis maka seseorang
tidak memiliki tempat untuk berkeluh kesah sehingga akan mudah merasa putus asa dan Frustasi.
Akibatnya seseorang akhirnya mencari kompensasi diluar rumah dengan menjadi pengguna
narkoba.
c. Ekonomi :. Kesulitan dalam hal ekonomi juga dapat menyebabkan orang terjerumus dalam
2. Faktor Eksternal : Adalah faktor penyebab yang berasal dari luar diri seseorang yang
mempengaruhinya dalam melakukan suatu tindakan, dalam hal ini penyalahgunaan narkoba,
narkoba, biasanya hal ini disebabkan berawal dari fase coba coba/ ikut-ikutan teman. Terlebih
bagi seseorang yang memiliki pergaulan buruk dan mental seseorang yang lemah dan mudah
terjerumus sehingga faktor pergaulan ini merupakan faktor yang benar benar berpengaruh
dan lingkungan sosial yang buruk dapat menyebabkan maraknya penyalahgunaan narkoba di
kalangan remaja karena pada saat usia remaja, seseorang rentan terkena pengaruh lingkungan
sekitarnya dan ingin mulai menunjukan jati dirinya dalam lingkungan sosial bila dalam
lingkungan tersebut memberi pengaruh yang buruk maka dengan mudah seseorang dapat
1. Promotif ( pembinaan)
Upaya promotive ditujukan kepada masyarakat yang belum pernah mengunakan narkoba,
upaya promotive ini dilakukan dengan prinsip meningkatkan peranan seseorang dalam suatu
kelompok, sehingga seseorang merasa lebih sejahtera sehingga tidak pernah berpikir untuk
memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai narkoba. Upaya ini dapat diselenggarai oleh
Program ini ditujukan kepada masyarakat yang belum pernah mengenal narkoba agar
mengetahui tentang bahaya dan bagaimana narkoba dapat merusak manusia sehingga seseorang
tidak tertarik untuk mengunakanya. Selain dilakukan oleh pemerintah dengan lembaga BNN,
program ini juga banyak dibantu oleh instansi instansi baik instansi negeri maupun swasta,
mulai dari instansi pendidikan, kesehatan hingga kepolisian. Program preventif ini diharapkan
dapat memberikan pengetahuan yang cukup supaya masyarkat dapat menjauhi narkotika dan
diharapkan mereka bisa memberikan/menyebarluaskan informasi tersebut kepada mayarakat di
sekitar mereka.
3. Kuratif (pengobatan)
Program ini ditujukan kepada para penguna narkoba. tujuannya adalah untuk mengobati
ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakai narkoba. Pengobatan
harus dilakukan oleh dokter yang mempelajari narkoba secara khusus. Bentuk kegiatan kuratif.
d. Penggobatan terhadap penyakit yang masuk bersama narkoba (penyakit tidak langsung yang
disebabkan oleh narkoba) seperti : HIV/AIDS, hepatitis B/C, sifilis, pnemonia, dan lain – lain.
4. Rehabilitatif
Upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang
sedang menjalanin program kuratif program rehabilitasi sendiri dibagi menjadi rehabilitasi
sosial maupun rehabilitasi medis. Tujuanya agar ia tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit
ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakai narkoba, Pemakai narkoba dapat mengalami
penyakit ikutan/penyakit penyerta juga yang memerlukan perawatan, perawatan rehabilitative ini
memerlukan waktu yang cukup lama untuk memastikan orang benar benar lepas dari
penyalahgunaan narkoba, disamping itu upaya rehabilitative ini memerlukan tingkat pengobatan
dan pemantauan yang intensif supaya seseorang tidak kembali terjerumus lagi ke dalam narkoba,
selain itu juga rehabilitasi sosial berupa pemberian support moril dari luar seperti keluarga dan
5. Represif
Program penindakan atau pemberantasan ini diteruntukan terutama bagi para pengedar,
bandar dan produsen sehingga jaringan atau sindikat narkotika ini dapat berkurang,ini
produksi maupun distribusi semua zat yang tergolong narkoba (Martono, 2006).
sangat sulit untuk diturunkan seperti diketahui Menurut data dari BNN prevelensi orang yang
menyalahgunaan narkotika sebanyak 3.376.115 orang, pada kelompok usia 10-59 tahun selama
di tahun 2017, data tersebut menunjukan bahwa prevelensi pengguna narkoba di Indonesia masih
sangat tingggi jumlahnya, dan itu disebabkan karena banyaknya kegagalan dalam rangkaian
pengobatannya sehingga membuat jumlah pemakai narkoba jumlahnya masih relative tinggi dan
banyak dari mereka yang mengalami depresi selama masa pengobatan dikarenakan stressor yang
semakin meningkat pada seorang pecandu narkoba hal ini bisa disebabkan karena misalnya
lamanya proses rehabilitasi yang membuat seseorang akhirnya putus asa dan dapat menyebabkan
terjadinya depresi atau karena seringnya peristiwa relapse yang terjadi sehingga menyebabkan
orang putus asa dan akhirnya menjadi depresi dan bisa juga karena saat fase pengobatan
rehabilitasi kehilangan support moril baik dari keluarga, kerabat maupun lingkungan sekitarnya
yang membuat seseeorang merasa ditinggalkan dan akhirnya menjadi depresi. Menurut data
BNN konsekuensi akibat penyalahgunaan narkoba yang pertama adalah depresi sebanyak 25%
Relapse pada pengguna narkoba yang telah menjalani proses pengobatan dan proses
rehabilitasi yang sukses merupakan permasalahan global yang sekarang sedang banyak dihadapi,
disini disebutkan bahwa faktor psikososial lebih menunjukan hubungan yang lebih bermakna
dengan kejadian relapse dibandingkan dengan faktor sosial, relapse adalah sebuah terjadinya
kembali pola lama penyalahgunaan (adiksi) dimana pemakaian narkoba berlangsung kembali
secara rutin (bnn, 2013) dan terdapat faktor faktor yang menyebabkan terjadninya relapse
diantaranya adalah lamanya proses rehabilitasi yang membuat seseorang jenuh dan akhinya
menjadi relaps terlebih lagi menjadi depresi, kekhawatiran, tekanan sosial dan stressor yang
tinggi dan rendahnya support sosial yang menyebabkan perasaan menjadi buruk.
Dan penyebab paling banyak terjdinya relapse adalah karena faktor ketangkasan dari diri
seseorang, diartikan sebagai kepercaya diri dan kemampuan dalam menghadapi segala situasi,
seseorang dapat mengalami relapse karena merasa tidak memiliki kekuatan dan kepercayaan diri
dalam diri mereka bahwa mereka dapat hidup tanpa menggunakan narkoba. (M. A. Nurhazlina,
A. Azlinda, 2009) . Dan oleh karena seseorang merasa kehilangan kekuatan serta kepercayaan
diri sehingga membuat seseorang menjadi kembali lagi terjerumus ke dalam narkoba dan hal itu
merupakan faktor resiko yang besar yang dapat membuat orang terkena depresi dikarenakan oleh
Kebanyakan dari pecandu narkoba memiliki sikap yang rendah diri oleh karena itu
mereka mudah menyerah dan tidak menyelesaikan masalahnya dengan pikiran yang positive,
sehingga mereka mudah terpengaruh oleh hal hal yang mereka anggap dapat menyelesaikan
masalah mereka da n akhrinya mereka mencoba memakai narkoba sehingga terjadilah relapse.
(Fauziah Ibrahim, Bahamah Abu Samah, Mansor Talib, Mohamad Shatar Sabran, 2009).dan
menurut banyak dari pecandu narkoba dapat bertahan menjauhkan diri mereka dari narkoba
karena memiliki kepercayaan diri yang tinggi karena ditunjang dengan perkerjaan yang baik dan
penghasilan yang cukup membuat mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi. (C. K. Cheung,
Dari segalanya teori tersebut sudah disebutkan bahwa relapse selama masa rehabilitasi
dapat disebabkan oleh faktor dari dalam diri (psikososial) seseorang seperti rendahnya kekuatan
diri, kurangnya kepercayaan diri dan lemahnya ketangkasan diri seseorang tersebut dalam
memerangi narkoba dimana hal hal tersebut menyebabkan seseorang mengalami relapse kembali
dan akhrinya depresi karena faktor faktor psikososial tersebut merupakan penyebab depresi pada
Support keluarga merupakan hal yang penting yang berkntribusi dalam masa pengobatan
narkoba, menurut noor zalifah, dalam the National Anti-Drug Agency (NADA), faktor keluarga
berperan penting dalam kesuksesan terapi ataupun kegagalan terapi (relapse), tekanan dari
keluarga yang menginginkan pecandu narkoba sembuh dan berubah dengan cepat yang malah
membuat itu menjadi suatu tekanan pada pecandu narkoba yang dapat menyebabkan terjadinya
relapse maupun depresi. Dan faktor keluarga seperti sejarah penggunaan narkoba oleh orang tua
juga sangat berperan dalam terjadinya ke relapse an (S. K. Matttoo, S. Chakrabarti, M. Anjaiah,
2009)
Dan dari survey yang terhadap 60 keluarga di barat peninsula menunjukan masih banyak
keluarga yang menganggap bahwa seorang pengguna narkotika itu adalah sebagai seseorang
yang tidak berguna bagi negara dan hanya sedikit keluarga yang beranggapan bahwa pengguna
narkoba harus mendapatkan pengobatan supaya dapat sembuh dan sisanya berpendapat bahwa
pengguna narkoba harus dijauhkan dari lingkungan sosial karena perbuatan yang mereka perbuat
.(N. M. Mahmood 1996). Maka dari itu support keluarga sangat penting untuk menunjang
keberhasilan terapi pada pecandu narkoba dan bila seorang pecandu yang sedang mengalami
masa rehabilitasi ditinggalkan oleh keluarganya mereka akan kehilangan primary group support
dimana hal itu merupakan faktor yang besar yang dapat menyebabkan seseorang terkena depresi
(PPDGJIII)
support dari teman sebaya/senasib juga ternyata sangat berperan dalam mendukung
keberhasilan terapi dan menurunkan angka relapse, dimana support dari teman senasib dapat
meningkatkan harga diri, kepercayaan diri dan perasaan yang positive sehingga dapat membuat
mereka bisa mengatasi masalah mereka dengan baik (Reif S, Braude L, Lyman DR, et al. 2014),
tetapi bila terjadi permasalahan dengan lingkungan sosial atau lingkungan sosial yang buruk
dapat menyebabkan terjadi kegagalan terapi yang dimana lebh buruk dapat berujung pada
kejadian depresi karena factor lingkungan sosial sangat berperan dalam faktor terjadinya depresi.
(PPDGJIII)
KERANGKA KONSEP????
HIPOTESIS???