KECEPATAN REAKSI
H061181311
KECEPATAN REAKSI
WILDA WAHYU R.
H061181311
ASISTEN, PRAKTIKUM,
PENDAHULUAN
yang dapat dihasilkan oleh suatu reaksi kimia. Tetapi tidak dapat menggambarkan
berapa lama suatu reaksi terjadi. Untuk suatu proses industri, mungkin akan dipilih
reaksi yang memberikan sedikit hasil tetapi berlangsung cepat daripada reaksi
alternatif lain yang menghasilkan senyawa yang sama. Di pihak lain, reaksi tertentu
menimbulkan ledakan. Ada pula saat-saat dimana reaksi kimia tidak diinginkan.
Contohnya, pemberian anti karat pada pendingin dalam radiator mobil, dan
untuk mampu mengukur, mengendalikan, dan bila mungkin dapat meramalkan laju
reaksi-reaksi kimia. Semua topik tersebut merupakan bagian dari kinetika kimia.
mengenai mekanisme suatu reaksi, atau perian (deskripsi) mendetil, yaitu bagaimana
perekasi-pereaksi awal berubah menjadi hasil secara tahap demi tahap. Peramalan
laju reaksi didasarkan pada persamaan matematik yang disebut hukum kecepatan.
utama pada materi yang akan dibahas. Tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi
suatu laju reaksi, baik itu faktor yang memperlambat laju reaksi maupun faktor yang
reaksi.
Prinsip dalam percobaan ini yaitu mereaksikan dengan konsentrasi salah satu
spesi dibuat konstan dan spesi yang lainnya dibuat beragam untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap laju reaksi, dalam hal ini larutan yang digunakan adalah
Na2S2O3 dan H2SO4. Serta mereaksikan larutan tersebut pada suhu yang berbeda-
beda (suhu ruang, suhu air es, dan suhu air mendidih) untuk mengetahui bagaimana
TINJAUAN PUSTAKA
Kinetika reaksi yaitu ilmu yang mempelajari tentang kecepatan reaksi kimia
secara kuantitatif serta terdapat faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia
tersebut. Kecepatan reaksi didefinisikan sebagai perubahan reaksi atau produk dalam
satu satuan reaksi. Selain itu kecepatan reaksi juga disebut sebagai laju berkurangnya
konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya suatu produk (Ismiyati, 2013).
Hal itu terdapat pada sebuah besi. Misalnya, oksidasi besi di bawah atmosfer
adalah reaksi lambat yang bisa memakan waktu bertahun-tahun, tetapi pembakaran
butana dalam api adalah reaksi yang hanya memerlukan waktu sepersekian detik
saja. Jadi, semua kecepatan reaksi itu bergantung pada faktor pendukung yang
orde reaksi ke reaktan A dan B masing-masing. Oleh karena itu, jumlah kekuatan
konsentrasi reaktan dalam hukum laju disebut urutan kimia suatu reaksi. Urutan
reaksi bisa 0,1,2,3 dan bahkan fraksi. Sebuah orde nol berarti tidak bergantung pada
Tingkatan reaksi kimia dapat pula dipelajari dengan cara mengukur baik itu
seberapa cepat reaktan yang digunakan atau seberapa cepat suatu produk dapat
terbentuk. Lebih khusus lagi, terletak pada perubahan konsentrasi reaktan (atau
produk) yang diukur selama periode tertentu waktu saat terjadi reaksi. Menurut
Secara umum, reaksi kimia yang dapat terjadi antara ion-ion dalam suatu
larutan berair sangat cepat, larutan tersebut terjadi hampir seketika solusi
mengandung ion yang berekasi yang dicampur. Ini adalah karena kekuatan menarik
antara ion (yang ikatan ionik) dipatahkan saat senyawa larut dan ion menjadi
terhidrasi oleh molekul air. Selain itu sebagian besar ion memiliki kekuatan yang
Setiap laju reaksi yang pernah terjadi, diketahui bahwa laju akan meningkat
Hampir semua kasus, laju reaksi meningkat dengan meningkatnya suhu. Teori
reaksi tabrakan menjelaskan ini suatu fenomena yaitu energi kinetik rata-rata
molekul (energi gerak) adalah fungsi langsung dari suhu. Ketika suhu meningkat,
molekul bergerak lebih cepat, yang berarti mereka bertabrakan lebih banyak, tetapi
yang lebih penting, bahwa mereka bertabrakan dengan energi yang lebih besar.
Tabrakan energi yang lebih tinggi lebih cenderung menjadi tabrakan yang efektif,
tumbukan efektif. Energi minimum yang harus dimiliki oleh partikel reaktan untuk
bertumbukan efektif disebut energi aktivasi (Ea). Pada reaksi umumnya, partikel
harus dalam orientasi yang tertentu ketika bertumbukan agar tumbukan yang terjadi
d. Katalisis
Suatu zat yang meningkatkan laju reaksi (tanpa dirinya digunakan oleh reaksi)
disebut katalis. Katalis bekerja dengan menyediakan jalur alternatif untuk reaksi
yaitu yang membutuhkan energi lebih sedikit untuk memiliki tabrakan yang efektif.
Dengan kata lain, katalis menurunkan energi aktifasi yang diperlukan untuk reaktan
untuk diubah menjadi produk. Beberapa katalis dapat meningkatkan laju sejumlah
matematik yang dikenal sebagai hukum laju atau persamaan laju. Pangkat-pangkat
dalam persamaan laju disebut orde reaksi. Sedangkan faktor k dalam suatu reaksi
kimi disebut tetapan laju. Faktor tersebut merupakan sifat khas dari suatu reaksi, dan
Kebenaran hukum laju pertama kali dikenali oleh ahli matematika Norwegia,
Cato Guldberg dan saudara iparnya, seorang ahli kimia, Peter Waage. Dalam tahun
1805, mereka mengajukan bahwa daya (laju) suatu reaksi kimia sama dengan hasil
kecepatan), dengan setiap masa aktif meningkat sampai daya tertentu. Lebih jauh
lagi, mereka sepenuhnya yakin bahwa daya tertentu tidak harus angka-angka bulat
dan tidak dapat disimpulkan dari persamaan reaksinya. Rumusan Guldberg dan
Waage dikenal sebagai hukum aksi massa (Petrucci dan Suminar, 1987).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
larutan Na2S2O3 0,1 M, larutan H2SO4 0,1 M, akuades, sabun, dan tissue roll, tentu
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah tabung reaksi,
stopwatch, kaki tiga, kawat kasa, rak tabung, gelas piala, pipet tetes, pipet volume,
langkah pertamanya yaitu disediakan lima buah tabung reaksi untuk masing-masing
bahan yang digunakan, 5 tabung diisi dengan 5 mL H2SO4. 5 tabung reaksi yang lain
diisi dengan 5 mL, 4 mL, 3mL, 2 mL, dan 1 mL Na2S2O3 0,1 M, kemudian
reaksi tersebut dari 5 sediaan pertama kedalam masing-masing sediaan kedua, dan
dihentikan setelah terjadi reaksi (keruh). Kemudian dicatat waktu yang digunakan.
Dengan cara yang sama diulangi percobaan diatas tetapi Na2S2O3 0,1 M
Percobaan kecepatan reaksi yang ditinjau dari pengaruh suhu, maka langkah
awalnya yaitu disiapkan 6 buah tabung reaksi, 3 buah diisi dengan 3 mL larutan
Na2S2O3 0,1 M dan 3 buah yang lain diisi dengan 3 mL larutan H2SO4 0,1 M. Lalu
dipasangkan keenam buah tabung reaksi tersebut. Sementara itu akuades dipanaskan
di dalam gelas piala dengan menggunakan pembakar spritus pada suhu tertentu.
Kemudian disiapkan pula air dingin di wadah terpisah. Satu pasang tabung reaksi
dimasukkan dalam air yang dipansakan, satu pasang lagi di wadah berisi air dingin
(air es) dan satu pasangnya lagi tetap pada suhu kamar. Apabila perlakuan terhadap
kedua pasang tabung reaksi tadi dianggap cukup maka dimulailah pencampuran
stopwatch. Stopwacth dihentikan jika larutan mulai berubah warna (keruh). Semua
data yang diperoleh dari percobaan ini dicatat dalam tabel data.
BAB IV
4.1 Tabel
0,1 0,1 8 54
0,1 0,1 28 28
0,1 0,1 74 3
4.2 Reaksi
4.3 Grafik
Log v
-2,5185
-2,6990
-2,9700
y = 2,0226x-0,4969
-3,3570 2
R = 0,9987
-3,9165
Log Na2S2O3
I I I I I
-1,6990 -1,3979 -1,2218 -1,0969 -1,0000
Log v
-2,6990
-2,8539
-2,0458
y = 1,3973x - 1,311
2
-3,2218 R = 0,9951
-3,6990
Log H2SO4
I I I I I
-1,6990 -1,3979 -1,2218 -1,0969 -1,0000
Ln v
-3,4012
y = -16,1294x – 4,0382
2
R = 0,6079
-5,6348
-6,2916
1/T
Pada praktikum kecepatan reaksi ini hanya membahas pengaruh suhu dan
konsentrasi terhadap laju reaksi. Dari data hasil percobaan terlihat jelas bagaimana
pengaruh suhu dan konsentrasi terhadap laju reaksi. Untuk reaksi yang berlangsung
dengan konsentrasi salah satu reaktan yang lebih kecil akan berlangsung lambat jika
dibandingkan dengan reaksi yang berlangsung dengan konsentrasi salah satu reaktan
lebih tinggi. Data kecepatan reaksi yang diperoleh untuk senyawa Na2S2O3 dengan
suatu konsentrasi berturut-turut 0,1 M, 0,08 M, 0,06 M, 0,04 M, dan 0,02 M adalah
0,0015 M/detik, 0,0001 M/detik, 0,0005 M/detik, 0,0002 M/detik, 0,0001 M/detik
dengan nilai tetapan Ka1, Ka2, Ka3, Ka4, dan Ka5 berturut-turut adalah 0,3189, 0,3305,
0,3167, 0,2949, dan 0,4672, sudut 𝛼 = 63,4349° dan m = 2,0222 yang menunjukkan
orde reaksinya adalah berorde dua. Sedangkan data kecepatan reaksi yang diperoleh
untuk senyawa H2SO4 dengan suatu konsentrasi berturut-turut 0,1 M, 0,08 M, 0,06
M, 0,04 M, dan 0,02 M adalah 0,002 M/detik, 0,0014 M/detik, 0,0009 M/detik,
0,0006 M/detik, 0,0002 M/detik dengan nilai tetapan Ka1, Ka2, Ka3, Ka4, dan Ka5
berturut-turut adalah 0,0500, 0,0292, 0,0144, 0,0043, dan 0,0008, dengan sudut 𝛼 =
pengamatan dari praktikum ini adalah adanya pengocokan yang dilakukan pada saat
diperlukan untuk berlangsungnya suatu reasksi, dengan kata lain dapat meningkatkan
laju reaksi sehingga data percobaan yang diperoleh kurang akurat. Pengocokan yang
lebih besar, sehingga waktu yang diperlukan untuk bereaksi menjadi lebih singkat.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat diperoleh dari percobaan kali ini, yaitu:
laju reaksi semakin cepat, sebaliknya semakin rendah konsentrasi laju rekasi
semakin lambat.
2. Suhu mempengaruhi kecepatan reaksi, semakin tinggi suhu, maka laju reaksi
juga semakin cepat. Sebaliknya semakin rendah suhu, maka laju reaksi semakin
lambat.
5.2 Saran
prosedur kerja dalam percobaannya agar tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan saat
melakukan praktikum. Hal ini tentu sangat penting mengingat percobaan kali ini
agar tepat waktu mengerjakan sesuatu dan tidak mengulur waktu. Semoga jadi
Saran untuk lab yaitu perihal kebersihan laboratorium yang berdebu dan
terlihat kumuh, selain itu juga alat-alat lab yang termasuk kategori lama. Sehingga
Britain., C., G., 2010, Factors Affecting the Rate of a Chemical Reaction, Library of
London, London.
Hettema, H.,2012, The Unity Of Chemistry And Physics: Absolute Reaction Rate
Theory,Internasional Journal For Philosophy Of Chemistry,18(2) : 145-173.
Ikhazuangbe, Ohien, P., M. dan Oni, 2015, Reaction Rate and Rate Constan of The
Hydrolysis of Ethyl Acetate With Sodium Hydroxide, American Journal of
Scientific and Industrial Research, Nigeria : Madonna University.
Ismiyati, 2013, Pemodelan Kinetika Reaksi Proses Sulfonasi Lignis Menjadi Natrium
Lignosulfonat, Simposium Nasional Teknologi Terapan, Jakarta : Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Petrucci H., R. dan Suminar, 1987, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Unnamed, 2012, Text Book General Chemistry Chemical Kinetics, United Stated.
Lampiran 1
BAGAN KERJA
A. Pengaruh konsentrasi
H2SO4 0,l M
5 mL.
dengan 5 mL akuades.
B. Pengaruh suhu
H2SO4 Na2S2O3
tabung.
tersebut.
Lampiran 2
DOKUMENTASI PERCOBAAN
PERHITUNGAN
A. Pengenceran
1. Pengenceran Na2S2O3
- Konsentrasi 0,1 M
M1 V1 = M2 V2
0,1 M × 5 mL = M2× 5 mL
0,1 x 5
M2 = M
5
M2 = 0,1 M
- Konsentrasi 0,08 M
M1 V1 = M2 V2
0,1 M × 4 ml = M2× 5 mL
0,1 x 4
M2 = M
5
M2 = 0,08 M
- Konsentrasi 0,06 M
M1 V1 = M2 V2
0,1 M × 3 mL = M2× 5 mL
0,1 x 3
M2 = M
5
M2 = 0,06 M
- Konsentrasi 0,04 M
M1 V1 = M2 V2
0,1 M × 2 mL = M2× 5 mL
0,1 x 2
M2 = M
5
M2 = 0,04 M
- Konsentrasi 0,02 M
M1 V1 = M2 V2
0,1 M × 1 ml = M2× 5 mL
0,1 x 1
M2 = M
5
M2 = 0,02 M
2. Pengenceran H2SO4
- Konsentrasi 0,1 M
M1 V1 = M2 V2
0,1 M × 5 mL = M2× 5 mL
0,1 x 5
M2 = M
5
M2 = 0,1 M
- Konsentrasi 0,08 M
M1 V1 = M2 V2
0,1 M × 4 ml = M2× 5 mL
0,1 x 4
M2 = M
5
M2 = 0,08 M
- Konsentrasi 0,06 M
M1 V1 = M2 V2
0,1 M × 3 mL = M2× 5 mL
0,1 x 3
M2 = M
5
M2 = 0,06 M
- Konsentrasi 0,04 M
M1 V1 = M2 V2
0,1 M × 2 mL = M2× 5 mL
0,1 x 2
M2 = M
5
M2 = 0,04 M
- Konsentrasi 0,02 M
M1 V1 = M2 V2
0,1M × 1 ml = M2× 5 mL
0,1 x 1
M2 = M
5
M2 = 0,02 M
B. Pengaruh Konsentrasi
-d [Na2 S2 O3 ]
vn =
dt
- [Na2S2O3]awal = 0,1 M
V Awal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3] awal
V Akhir
5
= 0,1
10
= 0,05 M
d1 = [Na2S2O3] akhir - [Na2S2O3] awal
= 0,05 M – 0,1 M
= - 0,05 M
-d [Na2 S2 O3 ]
v1 =
dt
-(-0,05)
=
33
= 0,0015 M/detik
V Awal
[Na2S2O3] akhir = [Na2S2O3] awal
V Akhir
5
= 0,08
10
= 0,04 M
= 0,04 M – 0,08 M
= - 0,04 M
-d [Na2 S2 O3 ]
v2 =
dt
-(-0,04)
=
40
= 0,001 M/detik
V Awal
[Na2S2O3] akhir = [Na2S2O3] awal
V Akhir
5
= 0,06
10
= 0,03 M
= 0,03 M – 0,06 M
= - 0,03 M
-d [Na2 S2 O3 ]
v3 =
dt
-(-0,03)
=
56
= 0,0005 M/detik
V Awal
[Na2S2O3] akhir = [Na2S2O3] awal
V Akhir
5
= 0,04
10
= 0,02 M
= 0,02 M – 0,04 M
= - 0,02 M
-d [Na2 S2 O3 ]
v4 =
dt
-(-0,02)
=
91
= 0,0002 M/detik
V Awal
[Na2S2O3] akhir = [Na2S2O3] awal
V Akhir
5
= 0,02
10
= 0,01 M
= 0,01 M – 0,02 M
= - 0,01 M
-d [Na2 S2 O3 ]
v5 =
dt
-(-0,01)
=
165
= 0.0001 M/detik
-d [H2 SO4 ]
vn =
dt
V Awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal
V Akhir
5
= 0,1
10
= 0,05 M
= 0,05 M – 0,1 M
= - 0,05 M
-d [H2 SO4 ]
v1 =
dt
- [-0,05]
=
25
= 0,002 M/detik
- [H2SO4] awal = 0,08 M
V Awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal
V Akhir
5
= 0,08
10
= 0,04 M
= 0,04 M – 0,08 M
= - 0,04 M
-d [H2 SO4 ]
v2 =
dt
- [-0,04]
=
28
= 0,0014 M/detik
V Awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal
V Akhir
5
= 0,06
10
= 0,03 M
= 0,03 M – 0,06 M
= - 0,03 M
-d [H2 SO4 ]
v3 =
dt
- [-0,03]
=
32
= 0,0009 M/detik
- [H2SO4] awal = 0,04 M
V Awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal
V Akhir
5
= 0,04
10
= 0,02 M
= 0,02 M – 0,04 M
= - 0,02
-d [H2 SO4 ]
v4 =
dt
- [-0,02]
=
36
= 0,0006 M/detik
V Awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal
V Akhir
5
= 0,02
10
= 0,01 M
= 0,01 M – 0,02 M
= - 0,01 M
-d [H2 SO4 ]
v5 =
dt
-(-0,01)
=
47
= 0,0002 M/detik