Anda di halaman 1dari 26

Laporan

Praktikum Kimia Dasar

KECEPATAN REAKSI

WILDA WAHYU RAHMADHANI

H061181311

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LAPORAN PRAKTIKUM

KECEPATAN REAKSI

Disusun dan diajukan oleh :

WILDA WAHYU R.
H061181311

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Tanggal, Oktober 2018

ASISTEN, PRAKTIKUM,

MUFLI HAERATI WILDA WAHYU R.


NIM. H311 15 024 NIM. H061 18 1311
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prinsip stoikiometri memungkinkan seseorang itu untuk menghitung jumlah zat

yang dapat dihasilkan oleh suatu reaksi kimia. Tetapi tidak dapat menggambarkan

berapa lama suatu reaksi terjadi. Untuk suatu proses industri, mungkin akan dipilih

reaksi yang memberikan sedikit hasil tetapi berlangsung cepat daripada reaksi

alternatif lain yang menghasilkan senyawa yang sama. Di pihak lain, reaksi tertentu

yang berlangsung sangat cepat mungkin tidak diinginkan karena mungkin

menimbulkan ledakan. Ada pula saat-saat dimana reaksi kimia tidak diinginkan.

Dalam keadaan ini, reaksi apapun diusahakan berlangsung selambat mungkin.

Contohnya, pemberian anti karat pada pendingin dalam radiator mobil, dan

penyimpanan susu dalam lemari es (Petrucci dan Suminar, 1987).

Kasus-kasus yang dikemukakan tersebut menyebabkan adanya kebutuhan

untuk mampu mengukur, mengendalikan, dan bila mungkin dapat meramalkan laju

reaksi-reaksi kimia. Semua topik tersebut merupakan bagian dari kinetika kimia.

Kinetika kimia juga kadang-kadang membantuk kita untuk mengambil kesimpulan

mengenai mekanisme suatu reaksi, atau perian (deskripsi) mendetil, yaitu bagaimana

perekasi-pereaksi awal berubah menjadi hasil secara tahap demi tahap. Peramalan

laju reaksi didasarkan pada persamaan matematik yang disebut hukum kecepatan.

Metode penurunan dan penggunaan hukum-hukum kecepatan merupakan topik

utama pada materi yang akan dibahas. Tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi

suatu laju reaksi, baik itu faktor yang memperlambat laju reaksi maupun faktor yang

mempercepat laju reaksi (Petrucci dan Suminar, 1987).


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mempelajari bagaimana

pengaruh konsentrasi dan suhu pada kecepatan reaksi.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. mengetahui bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi.

2. mengetahui bagaimana pengaruh konsentrasi H2SO4 dan Na2S2O3 terhadap laju

reaksi.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dalam percobaan ini yaitu mereaksikan dengan konsentrasi salah satu

spesi dibuat konstan dan spesi yang lainnya dibuat beragam untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap laju reaksi, dalam hal ini larutan yang digunakan adalah

Na2S2O3 dan H2SO4. Serta mereaksikan larutan tersebut pada suhu yang berbeda-

beda (suhu ruang, suhu air es, dan suhu air mendidih) untuk mengetahui bagaimana

pengaruh suhu terhadap laju reaksi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecepatan Reaksi

Kinetika reaksi yaitu ilmu yang mempelajari tentang kecepatan reaksi kimia

secara kuantitatif serta terdapat faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia

tersebut. Kecepatan reaksi didefinisikan sebagai perubahan reaksi atau produk dalam

satu satuan reaksi. Selain itu kecepatan reaksi juga disebut sebagai laju berkurangnya

konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya suatu produk (Ismiyati, 2013).

Hal itu terdapat pada sebuah besi. Misalnya, oksidasi besi di bawah atmosfer

adalah reaksi lambat yang bisa memakan waktu bertahun-tahun, tetapi pembakaran

butana dalam api adalah reaksi yang hanya memerlukan waktu sepersekian detik

saja. Jadi, semua kecepatan reaksi itu bergantung pada faktor pendukung yang

mempengaruhinya (Ikhazuangbe dkk, 2015).

2.2 Orde Reaksi

Laju reaksi = k[A]x[B]y (2)

Dalam persamaan laju (2) x dan y menunjukkan seberapa sensitif laju

perubahan konsentrasi dari A dan B. Jumlah eksponen ini, yaitu x + y dalam

persamaan (2) memberikan keseluruhan urutan reaksi, sedangkan x dan y mewakili

orde reaksi ke reaktan A dan B masing-masing. Oleh karena itu, jumlah kekuatan

konsentrasi reaktan dalam hukum laju disebut urutan kimia suatu reaksi. Urutan

reaksi bisa 0,1,2,3 dan bahkan fraksi. Sebuah orde nol berarti tidak bergantung pada

konsentrasi reaktan (Unnamed, 2012).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Tingkatan reaksi kimia dapat pula dipelajari dengan cara mengukur baik itu

seberapa cepat reaktan yang digunakan atau seberapa cepat suatu produk dapat
terbentuk. Lebih khusus lagi, terletak pada perubahan konsentrasi reaktan (atau

produk) yang diukur selama periode tertentu waktu saat terjadi reaksi. Menurut

Britain (2010), adapun faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yaitu :

a. Sifat ionik atau molekul dari reaktan

Secara umum, reaksi kimia yang dapat terjadi antara ion-ion dalam suatu

larutan berair sangat cepat, larutan tersebut terjadi hampir seketika solusi

mengandung ion yang berekasi yang dicampur. Ini adalah karena kekuatan menarik

antara ion (yang ikatan ionik) dipatahkan saat senyawa larut dan ion menjadi

terhidrasi oleh molekul air. Selain itu sebagian besar ion memiliki kekuatan yang

menarik sama di semua arah. Struktural tertentu karakterikstik molekul reaktan,

seperti polaritas ikatan, geometri, ukuran keseluruhan, dan orientasi akan

mempengaruhi laju reaksi juga.

b. Konsentrasi dari reaktan

Setiap laju reaksi yang pernah terjadi, diketahui bahwa laju akan meningkat

ketika konsentrasi reaktan meningkat. Jika konsentrasi dinyatakan sebagai jumlah

mol reaktan dalam volume larutan tertentu, menyadari bahwa meningkatkan

konsentrasi reaktan berarti meningkatkan jumlah molekul reaktan yang terkandung

dalam volume yang sama.

c. Temperatur atau suhu dari reaktan

Hampir semua kasus, laju reaksi meningkat dengan meningkatnya suhu. Teori

reaksi tabrakan menjelaskan ini suatu fenomena yaitu energi kinetik rata-rata

molekul (energi gerak) adalah fungsi langsung dari suhu. Ketika suhu meningkat,

molekul bergerak lebih cepat, yang berarti mereka bertabrakan lebih banyak, tetapi

yang lebih penting, bahwa mereka bertabrakan dengan energi yang lebih besar.

Tabrakan energi yang lebih tinggi lebih cenderung menjadi tabrakan yang efektif,

dan mengarah ke penataan ulang atom dan pembentukan produk.


Tumbukan antar partikel reaktan yang berhasil menghasilkan reaksi disebut

tumbukan efektif. Energi minimum yang harus dimiliki oleh partikel reaktan untuk

bertumbukan efektif disebut energi aktivasi (Ea). Pada reaksi umumnya, partikel

harus dalam orientasi yang tertentu ketika bertumbukan agar tumbukan yang terjadi

efektif menghasilkan reaksi (Hettema, 2012).

d. Katalisis

Suatu zat yang meningkatkan laju reaksi (tanpa dirinya digunakan oleh reaksi)

disebut katalis. Katalis bekerja dengan menyediakan jalur alternatif untuk reaksi

yaitu yang membutuhkan energi lebih sedikit untuk memiliki tabrakan yang efektif.

Dengan kata lain, katalis menurunkan energi aktifasi yang diperlukan untuk reaktan

untuk diubah menjadi produk. Beberapa katalis dapat meningkatkan laju sejumlah

besar reaksi yang berbeda.

2.4 Hukum Laju Reaksi

Untuk beberapa reaksi laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan

matematik yang dikenal sebagai hukum laju atau persamaan laju. Pangkat-pangkat

dalam persamaan laju disebut orde reaksi. Sedangkan faktor k dalam suatu reaksi

kimi disebut tetapan laju. Faktor tersebut merupakan sifat khas dari suatu reaksi, dan

hanya tergantung suhu (Petrucci dan Suminar, 1987).

Kebenaran hukum laju pertama kali dikenali oleh ahli matematika Norwegia,

Cato Guldberg dan saudara iparnya, seorang ahli kimia, Peter Waage. Dalam tahun

1805, mereka mengajukan bahwa daya (laju) suatu reaksi kimia sama dengan hasil

kali massa aktif (konsentrasi) perekasi-pereaksi dan koefisien afinitas (tetapan

kecepatan), dengan setiap masa aktif meningkat sampai daya tertentu. Lebih jauh

lagi, mereka sepenuhnya yakin bahwa daya tertentu tidak harus angka-angka bulat

dan tidak dapat disimpulkan dari persamaan reaksinya. Rumusan Guldberg dan

Waage dikenal sebagai hukum aksi massa (Petrucci dan Suminar, 1987).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini diantaranya adalah

larutan Na2S2O3 0,1 M, larutan H2SO4 0,1 M, akuades, sabun, dan tissue roll, tentu

mempunyai fungsi yang berbeda.

3.2 Alat Percobaan

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah tabung reaksi,

stopwatch, kaki tiga, kawat kasa, rak tabung, gelas piala, pipet tetes, pipet volume,

bulb, sikat tabung, termometer, dan pembakar spirtus.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengaruh Konsentrasi

Pada percobaan kecepatan reaksi yang ditinjau dari pengaruh konsentrasi

langkah pertamanya yaitu disediakan lima buah tabung reaksi untuk masing-masing

bahan yang digunakan, 5 tabung diisi dengan 5 mL H2SO4. 5 tabung reaksi yang lain

diisi dengan 5 mL, 4 mL, 3mL, 2 mL, dan 1 mL Na2S2O3 0,1 M, kemudian

diencerkan hingga volumenya 5 mL dengan akuades. Lalu dicampurkan isi tabung

reaksi tersebut dari 5 sediaan pertama kedalam masing-masing sediaan kedua, dan

bersamaan dengan bercampurnya kedua zat tersebut, stopwatch dijalankan dan

dihentikan setelah terjadi reaksi (keruh). Kemudian dicatat waktu yang digunakan.

Dengan cara yang sama diulangi percobaan diatas tetapi Na2S2O3 0,1 M

konsentrasinya tetap sedangkan yang divariasikan adalah konsentrasinya H2SO4.


3.3.2 Pengaruh Suhu

Percobaan kecepatan reaksi yang ditinjau dari pengaruh suhu, maka langkah

awalnya yaitu disiapkan 6 buah tabung reaksi, 3 buah diisi dengan 3 mL larutan

Na2S2O3 0,1 M dan 3 buah yang lain diisi dengan 3 mL larutan H2SO4 0,1 M. Lalu

dipasangkan keenam buah tabung reaksi tersebut. Sementara itu akuades dipanaskan

di dalam gelas piala dengan menggunakan pembakar spritus pada suhu tertentu.

Kemudian disiapkan pula air dingin di wadah terpisah. Satu pasang tabung reaksi

dimasukkan dalam air yang dipansakan, satu pasang lagi di wadah berisi air dingin

(air es) dan satu pasangnya lagi tetap pada suhu kamar. Apabila perlakuan terhadap

kedua pasang tabung reaksi tadi dianggap cukup maka dimulailah pencampuran

kedua bahan tersebut secara bersamaan dengan penghitungan waktu menggunakan

stopwatch. Stopwacth dihentikan jika larutan mulai berubah warna (keruh). Semua

data yang diperoleh dari percobaan ini dicatat dalam tabel data.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel

4.1.1 Pengaruh Konsentrasi

4.1.1.1 Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

Reaksi berlangsung pada suhu 28oC

Tabel 4.1.1.1. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3


Konsentrasi Konsentrasi Waktu 1/waktu
Na2S2O3 (M) H2SO4 (M) (detik) (detik-1)

0,1 0,1 33 0,0303

0,08 0,1 40 0,025

0,06 0,1 56 0,0179

0,04 0,1 91 0,0109

0,02 0,1 165 0,0060

4.1.1.1. Pengaruh Konsentrasi H2SO4

Reaksi berlangsung pada suhu 28oC.

Tabel 4.1.1.2. Pengaruh Konsentrasi H2SO4


Konsentrasi Konsentrasi Waktu 1/waktu
Na2S2O3 (M) H2SO4 (M) (detik) (detik-1)

0,1 0,1 25 0,04

0,1 0,08 28 0,0357

0,1 0,06 32 0,0313

0,1 0,04 36 0,0278

0,1 0,01 47 0,0213


4.1.2 Pengaruh Suhu

Reaksi berlangsung pada suhu 28oC.

Tabel 4.1.2 Pengaruh Suhu


Konsentrasi Konsentrasi Suhu Waktu
Na2S2O3 (M) H2SO4 (M) (OC) (detik)

0,1 0,1 8 54

0,1 0,1 28 28

0,1 0,1 74 3

4.2 Reaksi

Na2S2O3 +H2SO4 → Na2SO4 + H2S2O3 + H2O + SO2 + S

4.3 Grafik

4.3.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

Log v
-2,5185

-2,6990

-2,9700

y = 2,0226x-0,4969
-3,3570 2
R = 0,9987

-3,9165
Log Na2S2O3

I I I I I
-1,6990 -1,3979 -1,2218 -1,0969 -1,0000

Grafik 4.3.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Na2S2O


4.3.2 Grafik Pengaruh Konsentrasi H2SO4

Log v
-2,6990

-2,8539

-2,0458

y = 1,3973x - 1,311
2
-3,2218 R = 0,9951

-3,6990
Log H2SO4
I I I I I
-1,6990 -1,3979 -1,2218 -1,0969 -1,0000

Grafik 4.3.2 Pengaruh Konsentrasi H2SO4

4.3.3 Grafik Pengaruh Suhu

Ln v

-3,4012

y = -16,1294x – 4,0382
2
R = 0,6079

-5,6348

-6,2916

1/T

0,0135 0,0357 0,1250

Grafik 4.3.3 Pengaruh Suhu


4.4 Pembahasan

Pada praktikum kecepatan reaksi ini hanya membahas pengaruh suhu dan

konsentrasi terhadap laju reaksi. Dari data hasil percobaan terlihat jelas bagaimana

pengaruh suhu dan konsentrasi terhadap laju reaksi. Untuk reaksi yang berlangsung

dengan konsentrasi salah satu reaktan yang lebih kecil akan berlangsung lambat jika

dibandingkan dengan reaksi yang berlangsung dengan konsentrasi salah satu reaktan

lebih tinggi. Data kecepatan reaksi yang diperoleh untuk senyawa Na2S2O3 dengan

suatu konsentrasi berturut-turut 0,1 M, 0,08 M, 0,06 M, 0,04 M, dan 0,02 M adalah

0,0015 M/detik, 0,0001 M/detik, 0,0005 M/detik, 0,0002 M/detik, 0,0001 M/detik

dengan nilai tetapan Ka1, Ka2, Ka3, Ka4, dan Ka5 berturut-turut adalah 0,3189, 0,3305,

0,3167, 0,2949, dan 0,4672, sudut 𝛼 = 63,4349° dan m = 2,0222 yang menunjukkan

orde reaksinya adalah berorde dua. Sedangkan data kecepatan reaksi yang diperoleh

untuk senyawa H2SO4 dengan suatu konsentrasi berturut-turut 0,1 M, 0,08 M, 0,06

M, 0,04 M, dan 0,02 M adalah 0,002 M/detik, 0,0014 M/detik, 0,0009 M/detik,

0,0006 M/detik, 0,0002 M/detik dengan nilai tetapan Ka1, Ka2, Ka3, Ka4, dan Ka5

berturut-turut adalah 0,0500, 0,0292, 0,0144, 0,0043, dan 0,0008, dengan sudut 𝛼 =

55,0461° dan m = 4 yang menunjukkan ordo reaksinya adalah berordo empat.

Namun ada beberapa hal yang mungkin sedikit mempengaruhi hasil

pengamatan dari praktikum ini adalah adanya pengocokan yang dilakukan pada saat

kedua senyawa dicampurkan. Pengocokan ini berpengaruh terhadap waktu yang

diperlukan untuk berlangsungnya suatu reasksi, dengan kata lain dapat meningkatkan

laju reaksi sehingga data percobaan yang diperoleh kurang akurat. Pengocokan yang

dilakukan akan meningkatkan kinetika dalam larutan sehingga banyak terjadi

tumbukan. Banyaknya tumbukan menyebabkan kemungkinan terjadinya reaksi akan

lebih besar, sehingga waktu yang diperlukan untuk bereaksi menjadi lebih singkat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat diperoleh dari percobaan kali ini, yaitu:

1. Konsentrasi dapat mempengaruhi kecepatan reaksi, semakin tinggi konsentrasi,

laju reaksi semakin cepat, sebaliknya semakin rendah konsentrasi laju rekasi

semakin lambat.

2. Suhu mempengaruhi kecepatan reaksi, semakin tinggi suhu, maka laju reaksi

juga semakin cepat. Sebaliknya semakin rendah suhu, maka laju reaksi semakin

lambat.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Percobaan

Sebelum melakukan praktikum sebaiknya praktikan harus tahu tentang

prosedur kerja dalam percobaannya agar tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan saat

melakukan praktikum. Hal ini tentu sangat penting mengingat percobaan kali ini

sangat memerlukan kejelian dan keteltian dari praktikan.

5.2.2 Saran untuk Asisten

Pertahankan sikap tegas asisten kepada praktikan yang menuntun praktikan

agar tepat waktu mengerjakan sesuatu dan tidak mengulur waktu. Semoga jadi

asisten lab yang amanah.

5.2.3 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk lab yaitu perihal kebersihan laboratorium yang berdebu dan

terlihat kumuh, selain itu juga alat-alat lab yang termasuk kategori lama. Sehingga

harus diperbaharui lagi peralatan lab maupun ruangannya.


DAFTAR PUSTAKA

Britain., C., G., 2010, Factors Affecting the Rate of a Chemical Reaction, Library of
London, London.

Hettema, H.,2012, The Unity Of Chemistry And Physics: Absolute Reaction Rate
Theory,Internasional Journal For Philosophy Of Chemistry,18(2) : 145-173.

Ikhazuangbe, Ohien, P., M. dan Oni, 2015, Reaction Rate and Rate Constan of The
Hydrolysis of Ethyl Acetate With Sodium Hydroxide, American Journal of
Scientific and Industrial Research, Nigeria : Madonna University.

Ismiyati, 2013, Pemodelan Kinetika Reaksi Proses Sulfonasi Lignis Menjadi Natrium
Lignosulfonat, Simposium Nasional Teknologi Terapan, Jakarta : Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Petrucci H., R. dan Suminar, 1987, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Unnamed, 2012, Text Book General Chemistry Chemical Kinetics, United Stated.
Lampiran 1

BAGAN KERJA

A. Pengaruh konsentrasi

H2SO4 0,l M

- Dimasukkan ke dalam 5 buah tabung reaksi masing-masing

5 mL.

- Tabung reaksi lain diisi dengan 5 mL, 4 mL, 3 mL, 2 mL,

dan 1 mL dengan Na2S2O3 0,1 M kemudian diencerkan

dengan 5 mL akuades.

- Dicampurkkan isi tabung reaksi dari sediaan pertama

kedalam masing-masing sediaan kedua.

- Stopwatch dijalankan bersamaan bercampurnya kedua zat.

- Dicatat waktu yang digunakan.


HASIL

B. Pengaruh suhu

H2SO4 Na2S2O3

- Disiapkan 6 buah tabung reaksi, 3 tabung reaksi siisi

dengan H2SO4 dan 3 tabung reaksi diisi dengan Na2S2O3.

- Dimasukkan sepasang tabung reaksi kedalam gelas piala

yang berisi air dingin.

- Diambil sepasang tabung reaksi, kemudian dicampur isi

tabung.

- Stopwatch dijalankan bersamaan bercampurnya kedua zat

tersebut.

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.


HASIL

Lampiran 2

DOKUMENTASI PERCOBAAN

Gambar 1. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi H2SO4


Gambar 3. Pengaruh Suhu
Lampiran 3

PERHITUNGAN

A. Pengenceran

1. Pengenceran Na2S2O3

- Konsentrasi 0,1 M

M1 V1 = M2 V2

0,1 M × 5 mL = M2× 5 mL

0,1 x 5
M2 = M
5

M2 = 0,1 M

- Konsentrasi 0,08 M

M1 V1 = M2 V2

0,1 M × 4 ml = M2× 5 mL

0,1 x 4
M2 = M
5

M2 = 0,08 M

- Konsentrasi 0,06 M

M1 V1 = M2 V2

0,1 M × 3 mL = M2× 5 mL

0,1 x 3
M2 = M
5

M2 = 0,06 M

- Konsentrasi 0,04 M

M1 V1 = M2 V2

0,1 M × 2 mL = M2× 5 mL
0,1 x 2
M2 = M
5

M2 = 0,04 M

- Konsentrasi 0,02 M

M1 V1 = M2 V2

0,1 M × 1 ml = M2× 5 mL

0,1 x 1
M2 = M
5

M2 = 0,02 M

2. Pengenceran H2SO4

- Konsentrasi 0,1 M

M1 V1 = M2 V2

0,1 M × 5 mL = M2× 5 mL

0,1 x 5
M2 = M
5

M2 = 0,1 M

- Konsentrasi 0,08 M

M1 V1 = M2 V2

0,1 M × 4 ml = M2× 5 mL

0,1 x 4
M2 = M
5

M2 = 0,08 M

- Konsentrasi 0,06 M

M1 V1 = M2 V2

0,1 M × 3 mL = M2× 5 mL
0,1 x 3
M2 = M
5

M2 = 0,06 M

- Konsentrasi 0,04 M

M1 V1 = M2 V2

0,1 M × 2 mL = M2× 5 mL

0,1 x 2
M2 = M
5

M2 = 0,04 M

- Konsentrasi 0,02 M

M1 V1 = M2 V2

0,1M × 1 ml = M2× 5 mL

0,1 x 1
M2 = M
5

M2 = 0,02 M

B. Pengaruh Konsentrasi

1. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

-d [Na2 S2 O3 ]
vn =
dt

- [Na2S2O3]awal = 0,1 M

V Awal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3] awal
V Akhir

5
= 0,1
10

= 0,05 M
d1 = [Na2S2O3] akhir - [Na2S2O3] awal

= 0,05 M – 0,1 M

= - 0,05 M

-d [Na2 S2 O3 ]
v1 =
dt

-(-0,05)
=
33

= 0,0015 M/detik

- [Na2S2O3] awal = 0,08 M

V Awal
[Na2S2O3] akhir = [Na2S2O3] awal
V Akhir

5
= 0,08
10

= 0,04 M

d2 = [Na2S2O3] akhir - [Na2S2O3] awal

= 0,04 M – 0,08 M

= - 0,04 M

-d [Na2 S2 O3 ]
v2 =
dt

-(-0,04)
=
40

= 0,001 M/detik

- [Na2S2O3] awal = 0,06 M

V Awal
[Na2S2O3] akhir = [Na2S2O3] awal
V Akhir
5
= 0,06
10

= 0,03 M

d3 = [Na2S2O3] akhir - [Na2S2O3] awal

= 0,03 M – 0,06 M

= - 0,03 M

-d [Na2 S2 O3 ]
v3 =
dt
-(-0,03)
=
56

= 0,0005 M/detik

- [Na2S2O3] awal = 0,04 M

V Awal
[Na2S2O3] akhir = [Na2S2O3] awal
V Akhir

5
= 0,04
10

= 0,02 M

d4 = [Na2S2O3] akhir - [Na2S2O3] awal

= 0,02 M – 0,04 M

= - 0,02 M

-d [Na2 S2 O3 ]
v4 =
dt

-(-0,02)
=
91

= 0,0002 M/detik

- [Na2S2O3] awal = 0,02 M

V Awal
[Na2S2O3] akhir = [Na2S2O3] awal
V Akhir
5
= 0,02
10

= 0,01 M

d5 = [Na2S2O3] akhir - [Na2S2O3] awal

= 0,01 M – 0,02 M

= - 0,01 M

-d [Na2 S2 O3 ]
v5 =
dt

-(-0,01)
=
165

= 0.0001 M/detik

2. Pengaruh Konsentrasi H2SO4

-d [H2 SO4 ]
vn =
dt

- [H2SO4] awal = 0,1 M

V Awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal
V Akhir

5
= 0,1
10

= 0,05 M

d1 = [H2SO4] akhir - [H2SO4] awal

= 0,05 M – 0,1 M

= - 0,05 M

-d [H2 SO4 ]
v1 =
dt

- [-0,05]
=
25

= 0,002 M/detik
- [H2SO4] awal = 0,08 M

V Awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal
V Akhir

5
= 0,08
10

= 0,04 M

d2 = [H2SO4] akhir - [H2SO4] awal

= 0,04 M – 0,08 M

= - 0,04 M

-d [H2 SO4 ]
v2 =
dt

- [-0,04]
=
28

= 0,0014 M/detik

- [H2SO4] awal = 0,06 M

V Awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal
V Akhir

5
= 0,06
10

= 0,03 M

d 3 = [H2SO4] akhir - [H2SO4] awal

= 0,03 M – 0,06 M

= - 0,03 M

-d [H2 SO4 ]
v3 =
dt

- [-0,03]
=
32

= 0,0009 M/detik
- [H2SO4] awal = 0,04 M

V Awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal
V Akhir

5
= 0,04
10

= 0,02 M

d4 =[H2SO4] akhir - [H2SO4] awal

= 0,02 M – 0,04 M

= - 0,02

-d [H2 SO4 ]
v4 =
dt

- [-0,02]
=
36

= 0,0006 M/detik

- [H2SO4] awal = 0,02 M

V Awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal
V Akhir

5
= 0,02
10

= 0,01 M

d5 = [H2SO4] akhir - [H2SO4] awal

= 0,01 M – 0,02 M

= - 0,01 M

-d [H2 SO4 ]
v5 =
dt

-(-0,01)
=
47

= 0,0002 M/detik

Anda mungkin juga menyukai