DAN PENGARUHNYA
Sistem Pengendalian Manajemen
Disusun Oleh:
Irvan Darwin 155310073
M irvan Syahputra 155310272
Junaidi Saputra 155311168
Jefri Rahmat Hidayat 155310636
Andi Rianto 155310884
Sapriadi 155310273
Muhammad Alfajar 155310532
Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi 2018/2019
KELAS J
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Saya panjatkan puja dan pujisyukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, daninayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
Ucapan terima kasih juga saya utarakan kepada pihak-pihak yang telah mem
bantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing.Makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mendapatkan nilai pada mata kuliah Sistem
Pengendalian Manajemen.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
h. Kesimpulan ............................................................................................................. 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa
hal yang mengemukakan tujuan dari berdirinya sebuah perusahaan, yaitu tujuan yang
pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal, tujuan yang kedua adalah ingin
memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham dan tujuan perusahaan
yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga
sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara substansial tidak
banyak berbeda. Hanya saja penekanan ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.(Harjito dan Martono, 2005).
Nilai perusahaan dalam dilihat dari harga sahamnya. Semakin tinggi harga
saham suatu perusahaan, maka semakin baik pula nilai perusahaan. Sehingga semakin
banyak investor yang menanamkan sahamnya pada perusahaan maka hal itu akan
membuat harga sahamnya meningkat.
Penelitian ini akan dijabarkan ke dalam makalah yang berjudul “PENGARUH KINERJA
KEUANGAN PENGARUHNYA“.
4
1.2 RumusanMasalah
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
b. PENCIPTAAN NILAI
Secara umum dipahami bahwa tujuan utama dari organisasi berorientasi laba
adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan, menolak beberapa batasan, seperti
penyesuaian dengan hukum dan pemahaman yang memadai untuk karyawan,
konsumen, dan pemegang saham lainnya. Idealnya, untuk menggambarkan keberhasilan
dengan tepat pengukuran kinerja seharusnya meningkat ketika nilai diciptakan dan
menurun ketika ditiadakan.
Nilai dari aset ekonomis dapat dihitung pada waktu tertentu dengan mendiskontokan
aliran kas masa depan yang diharap akan dihasilkan oleh perusahaan berdasarkan nilai
waktu dari uang dan risiko. Karyawan dapat meningkatkan nilai dengan mempercepat
waktu dari aliran kas (berdasarkan nilai waktu dari uang) atau dengan membuat mereka
lebih pasti atau tidak terlalu berisiko (diikuti dengan penurunan tingkat diskon).
Perubahan nilai perusahaan pada periode yang pasti disebut laba ekonomi. Laba
ekonomi merupakan bentuk yang berbeda dari laba akuntansi dan perbedaannya
tersebut memiliki implikasi pengendalian manajemen yang penting.
6
c. KINERJA TINDAKAN PASAR
Salah satu cara untuk menilai perubahan nilai adalah dengan menggunakan
pengukuran pasar dari kinerja yang didasarkan pada perubahan nilai pasar atau
perusahaan-atau dividen yang juga diperhatikan, return kepada para pemegang saham.
Nilai yang diciptakan (return bagi pemegang saham) dapat diukur secara langsung pada
periode tertentu (tahunan, kuartalan, atau bulanan) sebagai jumlah dari pembayaran
dividen untuk pemegang saham pada periode pengukuran, ditambah (atau dikurangi)
perubahan pada nilai pasar saham. Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya,
perusahaan seringkali menggunakan berbagai rencana kompensasi berdasarkan saham,
seperti opsi saham yang dihubungkan dengan pembayaran insentif pada harga saham.
Dalam hal ini, karyawan yang memenuhi syarat untuk rencana kompensasi berdasarkan
ekuitas akan diberikan imbalan return pemegang saham atau paling tidak komponen
yang paling signifikan-perubahan dalam nilai saham umum.
Dalam hal ini, pengukuran pasar memiliki daya tarik yang kuat karena secara
relatif memberikan indikasi langsung terhadap perubahan nilai perusahaan. Berikut
adalah ekspresi mewakili kesimpulan oleh beberapa akademisi: "Setiap ukuran kinerja
keuangan yang digunakan dalam manajerial kompensasi[...] harus berkorelasi tinggi
dengan perubahan kekayaan pemegang saham". Berikut ini adalah kesimpulan yang
sama dalam publikasi berorientasi praktisi: Pemegang Saham dibayar ketika manajer
menciptakan nilaiekuitas, bukan ketika manajer memeriksa item padato-dolist. Untuk
menyelaraskan kepentingan manajer dengan kepentingan pemilik, perusahaan
sebaiknya membayarmanajerdengan cara yang sama dengan bagaimana pemegang
sahamdibayar. Seperti halnya kesesuaian pengukuran akan menghilangkan tekanan
politik yang mungkin akan dibawa ke perusahaan oleh pihak luar. Siapa yang akan
menjadi sasaran komplain jika manajer membagikan imbalan selaras dengan apa yang
dinikmati oleh pemilik perusahaan?Selain itu, untuk perusahaan dagang publik, nilai
pasar tersedia dalam dasar yang tepat waktu (harian). Nilai pasar tersebut tepat, secara
relatif akurat, dan nilai biasaya objektif. Selain itu, nilai ini memiliki karakteristik yang
dapat dimengerti dan efisien dalam hal biaya karena tidak memerlukan pengukuran
biaya perusahaan.
7
Meskipun demikian, bagi tim manajemen puncak, pengukuran pasar mungkin
jauh dari yang benar-benar dapat dikendalikan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer, seperti perubahan aktivitas makroekonomi,
kondisi politik, kebijakan moneter, kegiatan dalam industri, tindakan yang diambil oleh
pesaing, sama halnya dengan kondisi pasar saham secara umum.
Ketiga, masih berhubungan dengan hal tadi, masalah pengukuran kinerja pasar
sebenarnya berpotensi gagal mencapai kesesuaian. Pasar tidak selalu memberikan
informasi yang baik mengenai rencana perusahaan dan prospeknya, baik itu aliran kas
masa depan maupun risikonya. Untuk alasan persaingan, perusahaan seringkali
menghilangkan informasi mengenai produktifitas R&D, penetapan harga &sourcing,
kualitas produk dan proses, kepuasan konsumen, serta kemungkinan pemberhentian
sementara sebagai sebuah hal yang rahasia. Perubahan pasar tidak dapat merefleksikan
informasi yang tidak tersedia. Jika ukuran imbalan dihubungkan dengan perubahan
pasar, manajer mungkin berupaya untuk mengungkapkan informasi yang
mempengaruhi perubahan walaupun beberapa pengungkapan dapat merugikan
perusahaan.
8
akuntansi laba dan return adalah pengganti yang sangat penting digunakan, terutama
pada level manajemen yang berada di bawah tim manajemen puncak.
Ringkasan akuntansi atau pengukuran kinerja keuangan terbagi dalam 2 bentuk, yaitu:
1. Ukuran residual atau accounting profit measures, seperti pendapatan bersih, laba
operational, pendapatan residual, dan EBITDA.
2. Ukuran rasio atau accounting return measures, seperti return on investment (ROI),
return on equity (ROE), return in net assets (RONA), dan risk adjusted return on
capital (RAROC).
Dalam hal penerapan enterprise risk management untuk meningkatkan value of the firm,
sebuah perusahaan dapat menggunakan sebuah metode dalam pengukuran kinerja
berbasis risiko, yaitu (RAPM) Risk Adjusted Performance Measurement. RAPM
menggunakan indikator RAROC (Risk Adjusted Return on Capital), yaitu sebuah indikator
untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh suatu
Strategic Business Unit (SBU) dalam perusahaan dibandingkan dengan modal yang
dialokasikan oleh investor kepada SBU tersebut.
1. Keuntungan dan pengembalian akuntansi dapat diukur pada jangka waktu yang
relatif pendek dengan tepat dan objektif. Individu akan merespons lebih baik pada
target jangka pendek yang sepesifik dari pada target jangka panjang. Selain itu
dengan adanya standar akuntansi, pengukuran dapat dilakukan secara objektif,
walaupun dilakukan oleh orang yang berbeda hasilnya akan tetap sama.
2. Apabila dibandingkan dengan pengukuran lainnya seperti arus kas atau penjualan,
pengukuran akuntansi relatif lebih selaras dengan tujuan organisasi dalam
memaksimalkan keuntungan.
3. Pengukuran akuntansi biasanya dapat dikontrol oleh manajer yang kinerjanya
dievaluasi. Artinya, pengukuran akuntansi dapat menggambarkan kinerja manajer
yang bersangkutan.
4. Pengukuran akuntansi dapat dimengerti dengan mudah. Akuntansi diajarkan di
setiap sekolah bisnis, dan manajer telah menggunakan pengukuran tersebut sejak
9
lama sehingga mengerti apa yang diwakili oleh ukuran tersebut dan bagaimana
mempengaruhinya.
5. Pengukuran akuntansi tidak mahal. Pengukuran akuntansi diambil dari laporan
keuangan yang dibuat perusahaan untuk stakeholder.
10
ekonomisnya, tapi perubahan ini tidak dapat digambarkan di keuntungan
akuntansi.
7. Keuntungan akuntansi fokus pada masa lalu. Nilai ekonomis didasarkan pada arus
kas masa depan, dan tidak ada garansi kinerja di masa lalu dapat dijadikan indikator
atas kinerja di masa depan.
Efek motivasional dari pengukuran ini dapat menyimpang karena manajer yang
termotivasi untuk menghasilkan keuntungan atau pengembalian akuntansi jangka
pendek dapat melakukanya dengan tidak melakukan investasi.Dengan tidak melakukan
investasi, mereka mengurangi beban pada periode berjalan sehingga keuntungan lebih
besar. Bahkan kadang manajer melakukan manipulasi dengan tidak mencatat beban
operasional seraca langsung, tapi mendorongnya ke periode masa depan dengan
mencatat sebagai investasi modal.
Manajer juga dapat mendorong keuntungan dan pengembalian periode berjalan dengan
merusak goodwill yang telah dibangun dengan pelanggan, pemasok, pegawai, dan/atau
masyarakat.Manajer dapat memaksa pegawai untuk bekerja lembur secara berlebih
menjelang akhir periode pengukuran untuk menyelesaikan produksi sehingga produk
11
dapat dikirim serta pendapatan dan keuntungan dapat dicatat. Karena kualitas produk
lebih rendah, kepuasan pelanggan serta penjualan di masa depan akan menurun, biaya
pengembalian produk meningkat, dan sebagian pegawai mungkin demotivasi. Itu adalah
contoh dari operasional rabun.
Pembagian divisi bukan berarti tanpa masalah dan tantangan. Beberapa isu secara
khusus berhubungan dengan masalah yang ditimbulkan dari pengukuran kinerja dalam
hal ROI.
ROI adalah rasio dari laba akuntansi yang dihasilkan oleh divisi dibagi dengan
investasi yang ada dalam divisi. Grafik formula ROI bermanfaat untuk menghubungkan
kinerja pada berbagai tingkat organisasi.
12
Tipe pengukuran ROI digunakan secara luas karena mereka memberikan beberapa
keunggulan yang signifikan, yaitu:
Pembilang dalam pengukuran ROI adalah terkait dengan laba akuntansi, seperti
kecenderungan untuk menghasilkan myopia manajemen, bentuk umum dari
perpindahan perilaku yang telah dijelaskan sebelumnya.
Suboptimization
Misleading performance signals
Suboptimization
13
Tabel 10.2 menunjukkan suboptimisasi yang sederhana sebagai contoh. Diasumsikan
bahwa biaya modal perusahaan adalah 15%. Jika kesempatan investasi menjanjikan
return 20%; investasi seharusnya dilakukan (diasumsikan bahwa kesempatan ini
konsisten dengan strategi perusahaan). Manajer divisi A yang target kinerjanya
menggambarkan kinerja secara historis sebesar 10% akan melakukan investasi ini, tetapi
manajer divisi B yang beroperasi pada target kinerja sebesar 40% tidak akan
melakukannya.
Sebaliknya, pengukuran ROI dapat menyebabkan manajer dari divisi yang gagal untuk
berinvestasi dalam proyek investasi modal yang menjanjikan return di bawah biaya
modal perusahaan. Masalah ini dijelaskan pada Tabel 10.3 yang mengubah Tabel 10.2
hanya dengan sedikit contoh dengan mengasumsikan biaya modal perusahaan sebesar
14
25%. Dalam situasi ini, Divisi A akan membuat investasi yang menjanjikan return sebesar
20%, walaupun investasi ini tidak menutup biaya modal perusahaan.
Ketika manajer divisi memiliki otoritas untuk membuat keputusan keuangan (untuk
membiayai keputusan investasi mereka), tipe pengukuran ROI dapat juga membawa
pada suboptimisasi pada level ini. Sebagai contoh, pengukuran ROE mungkin
mempengaruhi manajer untuk menggunakan utang keuangan (sebagai contoh, untuk
mengurangi ekuitas yang diletakkan pada penyebut rasio). Hal ini mungkin mendorong
peningkatan entitas pada tingkat yang lebih rendah dari peningkatan yang diinginkan
perusahaan.
Kesulitan dalam mengukur penyebut dari pengukuran ROI, biasanya berkaitan dengan
aset tetap, yang dapat memberikan misleading signal tentang kinerja pusat investasi.
Masalah pernyataan ROI yang berlebih diilustrasikan seperti pada Tabel 10.3.
Diasumsikan bahwa Divisi C dan D hampir sama dalam hal unit operasi kecuali Divisi C
yang lebih banyak membeli aset tetap beberapa tahun lalu dan Divisi D yang hampir
sebagian besar asetnya baru. Untuk menyederhanakan, diasumsikan tidak ada kemajuan
teknologi, kinerja aset lama sama efisiennya dengan aset yang baru dalam melakukan
tugas. Laba sebelum depresiasi adalah sama, tetapi depresiasi Divisi D dua kali
dibandingkan dengan Divisi C sehingga laba setelah depresiasi Divisi C sedikit lebih
tinggi. Akan tetapi, ROI Divisi C secara dramatis lebih tinggi dibandingkan dengan D,
sebagian besar karena aset memiliki nilai lebih rendah dari NBV. Perbedaan antara 20%
dan 3% ROI adalah sebuah hal yang tidak nyata dan hanya merupakan artefak dari
sistem pengukuran.
15
Ciri lain dari pengukuran ROI adalah bahwa ROI dihitung menggunakan NBV yang secara
otomatis meningkat sepanjang waktu apabila bukan investasi lebih lanjut yang dibuat.
Hal ini diilustrasikan pada Tabel 10.5. Diasumsikan bahwa Divisi E beroperasi dengan
stabil, pendapatan pada tahun pertama ROI sebesar 12%. Oleh karena aset telah
didepresiasi, ROI meningkat hingga 13,3% di tahun ke-2 dan 15% di tahun ke-3. Kenaikan
ROI ini juga tidak nyata.
Ciri dari pengukuran ini menyebabkan manajer yang menggunakan tipe pengukuran ROI
membuat keputusan yang salah:
Masalah potensial terakhir adalah pengukuran ROI menciptakan dorongan bagi manajer
untuk menyewa aset daripada membelinya. Penyewaan aset dihitung berbasis sewa
operasi yang tidak dikenal pada laporan posisi keuangan sehingga mereka tidak
dimasukkan dalam penyebut pada ROI. Manajer dapat menaikkan ROI divisional dengan
memainkan sistem tertentu. Tentu saja, perusahaan dapat dengan mudah memasukkan
nilai terkapitalisasi dari aset yang digunakan dalam perhitungan ROI divisi walaupun
sewa tidak perlu dikapitalisasi untuk tujuan pelaporan keuangan. Penyesuaian ini
menghindarkan masalah potensial, tetapi penyesuaian ini membutuhkan biaya dan
mungkin menyulitkan proses administrasi dari buku lain untuk tujuan yang berbeda.
16
PENGUKURAN LABA RESIDUAL SEBAGAI SOLUSI YANG TEPAT UNTUK MASALAH
PENGUKURAN ROI
Sejumlah peneliti dan konsultan memiliki argumen bahwa penggunaan dari pengukuran
laba residual dapat membantu mengatasi keterbatasan suboptimisasi dari ROI. Laba
residual dihitung dengan mengurangkan laba dari perubahan modal untuk aset bersih
yang ada pada pusat investasi.
Modified after-tax operating profit berbeda dari yang didefinisikan oleh akuntan seperti
kapitalisasi dan amortisasi lebih lanjut dari investasi tidak berwujud seperti penelitian
dan pengembangan, pelatihan karyawan, periklanan, dan pembiayaan goodwill.
Modified total capital meliputi fixed assets, working capital, and the capitalized
intangibles.
EVA bukanlah laba ekonomis. EVA tidak menunjukkan keseluruhan masalah yang
membedakan laba akuntansi dari laba ekonomis. Secara khusus, EVA tetap fokus pada
masa sebelumnya, sementara laba ekonomis merefleksikan perubahan pada aliran kas
yang potensial di masa yang akan datang. Hal itu kemudian membuat EVA tetap
mungkin untuk menjadi indicator yang lemah dari perubahan nilai bagi organisasi yang
memperoleh proporsi yang signifikan dari nilai pertumbuhan di masa yang akan datang.
EVA juga memiliki keterbatasan pengukuran, dari masalah akurasi, pengendalian, dan
sulit untuk dipahami.
17
STUDI KASUS
Beberapa pertimbangan lain yang juga menjadi perhatian dalam menetukan kebijakan
akuntansi depresiasi pesawat terbang ini antara lain, adalah :
1. Jam terbang pesawat dapat tak terbatas apabila pesawat tersebut dipelihara
dengan layak.
2. Biaya pemeliharaan pesawat cenderung meningkat sepanjang waktu. Ada istilah
yang dikenal dengan faktor kematangan.
3. Masa manfaat suatu pesawat terbang terbatas, tetapi sulit diestimasi.
4. Harga pesawat baru cenderung meningkat sepanjang waktu.
5. Dibanyak Negara peraturan tentang depresiasi untuk keperluaan perpajakan
diizinkan yang sifatnya ultra-konservatif.
Implikasi
Dari data empat maskapai penerbangan yang ada pada matriks diatas dapat
dilihat bahwa keempat maskapai penerbangan tersebut menerapkan metode yang sama
dalam mengalokasikan biaya perolehan pesawat terbangnya yaitu secara merata
sepanjang masa manfaat pesawat terbang tersebut (metode garis lurus). Namun yang
18
berbeda adalah penetapan masa manfaat dan nilai residu pesawat terbang tersebut.
Pilihan kebijakan dalam penetapan masa manfaat dan nilai residu ini lah yang menjadi
gambaran apakah perusahaan tersebut menetapkan kebijakan yang konservatif atau
liberal.
Masa Manfaat
Penetapan masa manfaat yang lebih panjang akan membuat alokasi beban
depresiasi setiap tahunnya menjadi lebih kecil, hal ini disebabkan jumlah bilangan
pembagi (tahun) yang lebih besar. Dan sebaliknya masa manfaat yang ditetapkan lebih
pendek akan membuat alokasi beban depresiasi setiap tahunnya lebih besar. Sehingga
untuk penetapan masa manfaat ini dapat disimpulkan bahwa masa manfaat lebih
panjang maka kebijakan perusahaan tersebut relatif liberal, dan sebaliknya penetapan
masa manfaat lebih pendek maka kebijakan perusahaan tersebut relatif konservatif.
Nilai Residu
Begitupun nilai residu, pengaruhnya hampir sama dengan penetapan masa
manfaat diatas. Nilai residu yang ditetapkan lebih besar maka nilai perolehan yang akan
alokasikan lebih kecil dan beban depresiasinya lebih kecil setiap tahunnya (liberal), dan
nilai residu yang ditetapkan lebih kecil maka nilai perolehan yang akan alokasikan lebih
besar dan beban depresiasinya tentunya juga akan lebih besar setiap tahunnya
(konservatif).
19
Total penjualan yang didapatkan oleh perusahaan (omzet) tahun lalu adalah
sebesar $ 8 Miliar.
Manajemen bonus yang dijalankan saat ini adalah manajemen yang berdasarkan
pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Bonus sebesar 10% dari keuntungan setelah pajak akan diberikan apabila telah
melebihi 12% nilai kekayaan bersih perusahaan. Dan pembagiannya dilakukan
membagi total bonus dengan total gaji semua eksekutif yang berhak atas bonus.
Bonus maksimum dibayarkan sebesar 150% dari gaji.
Dan secara historis, manajer-manajer di Industrial Electronic, Inc selama ini
mendapatkan bonus dalam rentang 30 – 120% dari gaji, dan rata-ratanya sekitar
50%. Namun pada tahun 2000 dan 2001 ketika resesi terjadi, jumlah bonus
adalah nol, perusahaan tidak dapat memberikan bonus kepada pegawainya.
Permasalahan
Muncul complain atau keluhan dari para manajer terutama manajer yang berkinerja
baik. Manajer ini yakin bahwa sistem bonus saat ini tidak adil karena tidak dapat
mengakui kontribusi mereka secara proporsional.
Rencana Sistem Manajemen Bonus yang baru
Sebagai respon dari munculnya complain dari para manajer, maka manajemen puncak
bersama dengan Dept. SDM dan Bagian Keuangan telah merancang suatu sitem baru
dalam pemberian bonus bagi para karyawan dan manajer. Beberapa hal baru yang
ditawarkan antara lain :
Bonus akan ditentukan oleh kinerja yang menjadi tanggung jawab masing-
masing entitas.
Untuk pengukuran dalam pemberian bonus, kinerja actual akan dibandingkan
dengan target anggaran yang telah dinegosiasikan sebelumnya.
Setiap divisi akan diberikan tujuan laba ekonomis. Ini dimaksudkan agar
penggunaan aset benar-benar maksimal dan optimal dalm menghasilkan laba.
Jika laba aktual sama persis dengan laba tujuan yang telah ditetapkan maka
manajer akan memperoleh bonus 50% dari gaji. Bonus akan meningkat
dan/atau menurun secara linear sebesar 5% untuk setiap $100.000 diatas
dan/atau dibawah tujuan. Bonus maksimum adalah sebesar 150% gaji dan
bonus minimum adalah sebesar nol.
20
BAB III
PENUTUP
h. Kesimpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.perbanas.ac.id/1826/7/BAB%20V.pdf
http://mimianp0807.blogspot.com/2016/11/makalah-pengaruh-kinerja-
keuangan.html
https://www.scribd.com/document/350332036/BAB-10-Pengukuran-Kinerja
22