Anda di halaman 1dari 22

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN

DAN PENGARUHNYA
Sistem Pengendalian Manajemen

Disusun Oleh:
Irvan Darwin 155310073
M irvan Syahputra 155310272
Junaidi Saputra 155311168
Jefri Rahmat Hidayat 155310636
Andi Rianto 155310884
Sapriadi 155310273
Muhammad Alfajar 155310532

Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi 2018/2019
KELAS J

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Saya panjatkan puja dan pujisyukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, daninayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

Ucapan terima kasih juga saya utarakan kepada pihak-pihak yang telah mem
bantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing.Makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mendapatkan nilai pada mata kuliah Sistem
Pengendalian Manajemen.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 5 Nov 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Sampul Depan .......................................................................................................... 1

Kata Pengantar ........................................................................................................ 2

Daftar Isi ................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 4

2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5

3. Tujuan penulisan ...................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengukuran Kinerja Keuangan dan Pengaruhnya .................................................... 6

b. Penciptaan nilai ....................................................................................................... 6

c. Kinerja Tindakan Pasar ............................................................................................ 7

d. Pengukuran Kinerja Akuntansi ................................................................................ 9

e. Investasi dan Operasional Myiopia ......................................................................... 11

f. Ukuran Kinerja ROI................................................................................................. 12

g. Return On Investment .............................................................................................. 12

BAB III PENUTUP

h. Kesimpulan ............................................................................................................. 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa
hal yang mengemukakan tujuan dari berdirinya sebuah perusahaan, yaitu tujuan yang
pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal, tujuan yang kedua adalah ingin
memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham dan tujuan perusahaan
yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga
sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara substansial tidak
banyak berbeda. Hanya saja penekanan ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.(Harjito dan Martono, 2005).

Nilai perusahaan dalam dilihat dari harga sahamnya. Semakin tinggi harga
saham suatu perusahaan, maka semakin baik pula nilai perusahaan. Sehingga semakin
banyak investor yang menanamkan sahamnya pada perusahaan maka hal itu akan
membuat harga sahamnya meningkat.

Dalam kaitannya memprediksi harga saham, investor melakukan penilaian terhadap


perusahaan melalui faktor fundamental yang meliputi kineja keuangan perusahaan.
Investor perlu memahami pengertian kinerja perusahaan. Helfert dalam Juarini (2006)
menyatakan bahwa kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individu yang
dibuat secara terus menerus oleh manajemen perusahaan. Salah satu cara dalam
menilai sebuah perusahaan yaitu dengan melakukan pengukuran kinerja. Pengkuran
kinerja keuangan dapat menggunakan analisis rasio, yaitu rasio profitabilitas,
rasioaktivitas, rasio solvabilitas dan rasio aktivitas. Setiap rasio ini memiliki fungsi
masang- masing dan berbeda.

Penelitian ini akan dijabarkan ke dalam makalah yang berjudul “PENGARUH KINERJA
KEUANGAN PENGARUHNYA“.

4
1.2 RumusanMasalah

1. Apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan ?

2. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai


perusahaa

5
BAB II

PEMBAHASAN

a. PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN DAN PENGARUHNYA

Tujuan utama organisasi berorientasi laba adalah memaksimalkan nilai


pemegang saham (atau pemiliknya) atau nilai perusahaan dalam jangka pendek. Result
control yang ideal akan memberikan imbalan bagi karyawan terhadap kontribusi mereka
pada nilai perusahaan. Oleh karena pengukuran langsung dari kontribusi karyawan
terhadap penciptaan nilai jarang terjadi, perusahaan harus mencari pengukuran yang
mewakili tujuan akhir dan mengambil alternatif result control. Akan tetapi pengukuran
kinerja yang mana yang seharusnya digunakan. Pada dasarnya pekerjaan manajerial
sering disebut multi-tasking. Dalam merefleksikan berbagai tugas tersebut, daftar
pengukuran digunakan dalam memotivasi dan mengevaluasi kinerja manajerial. Daftar
pengukuran diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori.

 Kategori pertama, berisi pengukuran pasar yang menggambarkan perubahan


harga saham atau return pemegang saham.
 Kategori kedua, berisi pengukuran akuntansi yang dapa didefinisikan baik dalam
istilah residual (seperti pendapatan bersih setelah pajak, laba operasi, laba
residu, atau tambahan nilai ekonomis) maupun rasio (seperti ROI, ROE, atau
RONA).
 Kategori ketiga, terdiri dari kombinasi pengukuran.

b. PENCIPTAAN NILAI
Secara umum dipahami bahwa tujuan utama dari organisasi berorientasi laba
adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan, menolak beberapa batasan, seperti
penyesuaian dengan hukum dan pemahaman yang memadai untuk karyawan,
konsumen, dan pemegang saham lainnya. Idealnya, untuk menggambarkan keberhasilan
dengan tepat pengukuran kinerja seharusnya meningkat ketika nilai diciptakan dan
menurun ketika ditiadakan.

Nilai dari aset ekonomis dapat dihitung pada waktu tertentu dengan mendiskontokan
aliran kas masa depan yang diharap akan dihasilkan oleh perusahaan berdasarkan nilai
waktu dari uang dan risiko. Karyawan dapat meningkatkan nilai dengan mempercepat
waktu dari aliran kas (berdasarkan nilai waktu dari uang) atau dengan membuat mereka
lebih pasti atau tidak terlalu berisiko (diikuti dengan penurunan tingkat diskon).
Perubahan nilai perusahaan pada periode yang pasti disebut laba ekonomi. Laba
ekonomi merupakan bentuk yang berbeda dari laba akuntansi dan perbedaannya
tersebut memiliki implikasi pengendalian manajemen yang penting.

6
c. KINERJA TINDAKAN PASAR
Salah satu cara untuk menilai perubahan nilai adalah dengan menggunakan
pengukuran pasar dari kinerja yang didasarkan pada perubahan nilai pasar atau
perusahaan-atau dividen yang juga diperhatikan, return kepada para pemegang saham.
Nilai yang diciptakan (return bagi pemegang saham) dapat diukur secara langsung pada
periode tertentu (tahunan, kuartalan, atau bulanan) sebagai jumlah dari pembayaran
dividen untuk pemegang saham pada periode pengukuran, ditambah (atau dikurangi)
perubahan pada nilai pasar saham. Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya,
perusahaan seringkali menggunakan berbagai rencana kompensasi berdasarkan saham,
seperti opsi saham yang dihubungkan dengan pembayaran insentif pada harga saham.
Dalam hal ini, karyawan yang memenuhi syarat untuk rencana kompensasi berdasarkan
ekuitas akan diberikan imbalan return pemegang saham atau paling tidak komponen
yang paling signifikan-perubahan dalam nilai saham umum.

Dalam hal ini, pengukuran pasar memiliki daya tarik yang kuat karena secara
relatif memberikan indikasi langsung terhadap perubahan nilai perusahaan. Berikut
adalah ekspresi mewakili kesimpulan oleh beberapa akademisi: "Setiap ukuran kinerja
keuangan yang digunakan dalam manajerial kompensasi[...] harus berkorelasi tinggi
dengan perubahan kekayaan pemegang saham". Berikut ini adalah kesimpulan yang
sama dalam publikasi berorientasi praktisi: Pemegang Saham dibayar ketika manajer
menciptakan nilaiekuitas, bukan ketika manajer memeriksa item padato-dolist. Untuk
menyelaraskan kepentingan manajer dengan kepentingan pemilik, perusahaan
sebaiknya membayarmanajerdengan cara yang sama dengan bagaimana pemegang
sahamdibayar. Seperti halnya kesesuaian pengukuran akan menghilangkan tekanan
politik yang mungkin akan dibawa ke perusahaan oleh pihak luar. Siapa yang akan
menjadi sasaran komplain jika manajer membagikan imbalan selaras dengan apa yang
dinikmati oleh pemilik perusahaan?Selain itu, untuk perusahaan dagang publik, nilai
pasar tersedia dalam dasar yang tepat waktu (harian). Nilai pasar tersebut tepat, secara
relatif akurat, dan nilai biasaya objektif. Selain itu, nilai ini memiliki karakteristik yang
dapat dimengerti dan efisien dalam hal biaya karena tidak memerlukan pengukuran
biaya perusahaan.

Namun pengukuran pasar juga memiliki keterbatasan. Pertama, pengukuran


pasar terkendala masalah pengendalian. Umumnya, hanya dapat dipegaruhi secara
signifikan oleh beberapa manajer puncak dalam organisasi yang memiliki kekuasaan
untuk membuat keputusan yang penting. Secara individual, usaha seluruh karyawan
yang berada di bawah level manajemen yang tinggi memiliki sedikit pengaruh pada
harga saham, seperti yang diungkapkan pada kutipan berikut: “Beberapa hal dapat
berpengaruh pada kinerja harga saham yang tidak memiliki hubungan dengan karyawan
secara individual-karyawan mungkin tidak termotivasi terhadap realita bahwa masalah
ini seperti lotre, perusahaan seharusnya hanya meminta karyawan mengendalikan hal
yang dapat mereka pengaruhi, seperti masalah pendapatan.”

7
Meskipun demikian, bagi tim manajemen puncak, pengukuran pasar mungkin
jauh dari yang benar-benar dapat dikendalikan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer, seperti perubahan aktivitas makroekonomi,
kondisi politik, kebijakan moneter, kegiatan dalam industri, tindakan yang diambil oleh
pesaing, sama halnya dengan kondisi pasar saham secara umum.

Kedua, nilai pasar juga tidak selalu menggambarkan kinerja yang


sesungguhnya.Meskipun nilai hanya mewakili ekspektasi, dan hal ini dapat berisiko
untuk insentif dasar yang diperkirakan karena perkiraan tersebut mungkin bukan yang
sesungguhnya. Misal, pasar dapat menciptakan reaksi berlebihan pada kabar atau berita
(secara langsung, baik berita positif maupun negatif), seperti pengangkatan CEO yang
baru atau berita mengenai merger proyek utama, atau bahkan pengumuman
pendapatan. Hal ini terkadang dapat mengakibatkan harapan manajer dan harapan
pasar tidak selalu sama, dan harapan tidak selalu sama dengan kenyataan. Penilaian
pasar tidak selalu merefleksikan secara penuh nilai perusahaan sehingga keputusan atau
transaksi pada periode tertentu, seperti pada pemberian atau penggunaan opsi saham
dapat dipengaruhi oleh perbedaan tersebut.

Ketiga, masih berhubungan dengan hal tadi, masalah pengukuran kinerja pasar
sebenarnya berpotensi gagal mencapai kesesuaian. Pasar tidak selalu memberikan
informasi yang baik mengenai rencana perusahaan dan prospeknya, baik itu aliran kas
masa depan maupun risikonya. Untuk alasan persaingan, perusahaan seringkali
menghilangkan informasi mengenai produktifitas R&D, penetapan harga &sourcing,
kualitas produk dan proses, kepuasan konsumen, serta kemungkinan pemberhentian
sementara sebagai sebuah hal yang rahasia. Perubahan pasar tidak dapat merefleksikan
informasi yang tidak tersedia. Jika ukuran imbalan dihubungkan dengan perubahan
pasar, manajer mungkin berupaya untuk mengungkapkan informasi yang
mempengaruhi perubahan walaupun beberapa pengungkapan dapat merugikan
perusahaan.

Di beberapa negara berkembang, saran-saran untuk memberi imbalan pada


manajer didasarkan pada penilaian pasar saham yang berubah dan biasanya dicirikan
dengan sikap skeptis. Oleh karena peraturan di beberapa negara tidak selalu bisa
dibangun dan didorong dengan baik sepeti pada negara berkembang, manajer dapat
mengukur waktu atau mengarahkan penjelasan mereka untuk mempengaruhi
perubahan pasar dan investor besar dapat memanipulasi pasar.

Selain itu, pengukuran pasar hanya tersedia untuk publicly-traded firms,


pengukuran tidak tersedia untuk bagian, divisi, atau cabang perusahaan, dan tidak dapat
diterapkan pada organisasi yang tidak berorientasi laba.

Keterbasan-keterbatasan pada pengukuran pasar menyebabkan organisasi


untuk mencari pengganti pengukuran kinerja. Pengukuran akuntansi, khususnya

8
akuntansi laba dan return adalah pengganti yang sangat penting digunakan, terutama
pada level manajemen yang berada di bawah tim manajemen puncak.

d. PENGUKURAN KINERJA AKUNTANSI

Secara tradisional, sebagian organisasi mendasarkan evaluasi dan penghargaan


manajer pada ringkasan kinerja keuangan yang sesuai dengan standar. Salah satu studi
mendapati bahwa 161 dari 177 perusahaan sampel memasukan paling tidak satu
ringkasan kinerja keuangan sebagai dasar bonus tahunan.

Ringkasan akuntansi atau pengukuran kinerja keuangan terbagi dalam 2 bentuk, yaitu:

1. Ukuran residual atau accounting profit measures, seperti pendapatan bersih, laba
operational, pendapatan residual, dan EBITDA.
2. Ukuran rasio atau accounting return measures, seperti return on investment (ROI),
return on equity (ROE), return in net assets (RONA), dan risk adjusted return on
capital (RAROC).

Dalam hal penerapan enterprise risk management untuk meningkatkan value of the firm,
sebuah perusahaan dapat menggunakan sebuah metode dalam pengukuran kinerja
berbasis risiko, yaitu (RAPM) Risk Adjusted Performance Measurement. RAPM
menggunakan indikator RAROC (Risk Adjusted Return on Capital), yaitu sebuah indikator
untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh suatu
Strategic Business Unit (SBU) dalam perusahaan dibandingkan dengan modal yang
dialokasikan oleh investor kepada SBU tersebut.

Pengukuran berdasar ringkasan akuntansi memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

1. Keuntungan dan pengembalian akuntansi dapat diukur pada jangka waktu yang
relatif pendek dengan tepat dan objektif. Individu akan merespons lebih baik pada
target jangka pendek yang sepesifik dari pada target jangka panjang. Selain itu
dengan adanya standar akuntansi, pengukuran dapat dilakukan secara objektif,
walaupun dilakukan oleh orang yang berbeda hasilnya akan tetap sama.
2. Apabila dibandingkan dengan pengukuran lainnya seperti arus kas atau penjualan,
pengukuran akuntansi relatif lebih selaras dengan tujuan organisasi dalam
memaksimalkan keuntungan.
3. Pengukuran akuntansi biasanya dapat dikontrol oleh manajer yang kinerjanya
dievaluasi. Artinya, pengukuran akuntansi dapat menggambarkan kinerja manajer
yang bersangkutan.
4. Pengukuran akuntansi dapat dimengerti dengan mudah. Akuntansi diajarkan di
setiap sekolah bisnis, dan manajer telah menggunakan pengukuran tersebut sejak

9
lama sehingga mengerti apa yang diwakili oleh ukuran tersebut dan bagaimana
mempengaruhinya.
5. Pengukuran akuntansi tidak mahal. Pengukuran akuntansi diambil dari laporan
keuangan yang dibuat perusahaan untuk stakeholder.

Namun, bagi perusahaan tertentu pengukuran keuntungan akuntasi kadang tidak


berarti.Contohnya pada perusahaan yang baru saja berdiri. Perusahaan ini hampir pasti
akan mengalami kerugian pada awal siklus hidupnya. Pada kasus seperti ini, manajer
tidak boleh terlalu fokus pada keuntungan jangka pendek, melainkan harus fokus pada
indikator nonfinancial keuntungan di masa depan (chalper 11). Dengan kata lain,
keuntungan akuntansi relatif tidak terlalu penting pada perusahaan yang baru berdiri,
karena mereka perlu lebih fokus pada tujuan jangka panjang.

Pengukuran keuntungan akuntansi tidak selalu menggambarkan keuntungan


ekonomi.Banyak hal yang mempengaruhi keuntungan akuntansi tapi tidak berpengaruh
terhadap keuntungan ekonomi, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain:

1. Sistem akuntansi berorientasi pada transaksi. Keuntungan akuntansi didapatkan


dari selisih atau jumlah nominal dari transaksi pada jangka waktu tertentu.
Perubahan terhadap nilai perusahaan yang tidak menghasilkan atau didasarkan
pada transaksi tidak masuk pada pendapatan.
2. Keuntungan akuntansi sangat tergantung pada metode pengukuran yang
digunakan. Beberapa metode pengukuran biasanya tersedia untuk even ekonomi
tertentu. Misalnya dalam penyusutan aset, terdapat beberapa metode seperti garis
lurus atau saldo berganda.
3. Keuntungan akuntansi diukur secara lebih konservatif, yaitu cepat dalam mengakui
beban dan kerugian, namun lebih lambat dalam mengakui keuntungan dan
pendapatan. Oleh karena itu, pengukuran akuntansi tidak sepenuhnya cocok
dengan pendapatan dan beban.
4. Perhitungan keuntungan akuntansi mengabaikan beberapa nilai ekonomi dan
perubahan nilai yang dirasa tidak dapat diukur dengan tepat dan objektif.
Contohnya adalah investasi dalam aset tak berwujud seperti research in progress,
sumber daya manusia, dan sistem informasi dibebankan secara langsung, tapi aset
tersebut tidak dicatat pada neraca.
5. Keuntungan akuntansi mengabaikan biaya investasi pada modal kerja. Kadang
manajer meningkatkan penjualan dan keuntungannya dengan melakukan investasi
yang buruk pada persediaan tambahan, tapi biaya tersebut tidak muncul pada
laporan laba rugi.
6. Keuntungan akuntansi mengabaikan resiko dan perubahan resiko. Perusahaan yang
tidak mengubah pola atau timing arus kas di masa depan yang diharapkan tapi telah
membuat arus kas lebih pasti (kurang beresiko) telah meningkatkan nilai

10
ekonomisnya, tapi perubahan ini tidak dapat digambarkan di keuntungan
akuntansi.
7. Keuntungan akuntansi fokus pada masa lalu. Nilai ekonomis didasarkan pada arus
kas masa depan, dan tidak ada garansi kinerja di masa lalu dapat dijadikan indikator
atas kinerja di masa depan.

Berbagai alasan mengapa keuntungan akuntansi tidak sama dengan keuntungan


ekonomi menyebabkan beberapa kritik untuk tidak menggunakan pengukuran kinerja
akuntansi. Tapi sebagian besar manajer melihat bahwa keuntungan dari pengukuran
akuntansi lebih banyak daripada kekuranganya sehingga tetap menggunakanya.Tetapi
harus disadari bahwa memotivasi manajer untuk memaksimalkan keuntungan atau
pengembalian akuntansi daripada nilai ekonomi, dapat menimbulkan sejumlah masalah
perilaku.Salah satunya adalah myopiaatau secara harfiah berartikerabunan.Manajer
yang berfokus pada keuntungan atau pengembalian akuntansi dalam jangka pendek
cenderung selalu berusaha meningkatkan keuntungan bulanan, triwulanan, atau
tahunan.Saat manajer terlalu berorientasi pada jangka pendek, yaitu lebih fokus pada
keuntungan jangka pendek daripada penciptaan nilai jangka panjang, manajer disebut
myopic atau “rabun”.

e. INVESTASI DAN OPERASIONAL MYOPIA

Pengukuran kinerja akuntansi dapat menyebabkan manajer bertindak secara rabun


dalam melakukan investasi atau mengambil keputusan operasional. Manajer yang
bertindak secara rabun akan mengurangi atau menunda investasi yang menjajikan
pengembalian pada periode pengukuran masa depan, bahkan saat investasi tersebut
jelas memiliki nilai bersih sekarang yang positif. Hal ini disebut investasi rabun.

Efek motivasional dari pengukuran ini dapat menyimpang karena manajer yang
termotivasi untuk menghasilkan keuntungan atau pengembalian akuntansi jangka
pendek dapat melakukanya dengan tidak melakukan investasi.Dengan tidak melakukan
investasi, mereka mengurangi beban pada periode berjalan sehingga keuntungan lebih
besar. Bahkan kadang manajer melakukan manipulasi dengan tidak mencatat beban
operasional seraca langsung, tapi mendorongnya ke periode masa depan dengan
mencatat sebagai investasi modal.

Manajer juga dapat mendorong keuntungan dan pengembalian periode berjalan dengan
merusak goodwill yang telah dibangun dengan pelanggan, pemasok, pegawai, dan/atau
masyarakat.Manajer dapat memaksa pegawai untuk bekerja lembur secara berlebih
menjelang akhir periode pengukuran untuk menyelesaikan produksi sehingga produk

11
dapat dikirim serta pendapatan dan keuntungan dapat dicatat. Karena kualitas produk
lebih rendah, kepuasan pelanggan serta penjualan di masa depan akan menurun, biaya
pengembalian produk meningkat, dan sebagian pegawai mungkin demotivasi. Itu adalah
contoh dari operasional rabun.

Dalam membuat pertimbangan keputusan jangka pendek vs jangka panjang,


kemungkinan myopia akan selalu ada. Investasi rabun mungkin hanya dapat terjadi pada
bisnis yang berhubungan dengan investasi di masa depan, tapi operasional rabun
merupakan potensi masalah di semua bisnis. Langkah-langkah untuk mengatasi masalah
kerabunan ini akan dibahas selanjutnya di chapter 11.

f. UKURAN KINERJA RETURN-ON-INVESTMENT (ROI)

Organisasi berdivisi terdiri dari berbagai pusat pertanggungjawaban, manajer


yang bertanggung jawab pada laba atau beberapa bentuk return akuntansi pada
akuntansi (ROI). Pembagian divisi dan desentralisasi merupakan konsep yang saling
berhubungan, tetapi dua kata tersebut tidaklah bersinonim. Sebuah organisasi dikatakan
terdesentralisasi ketika otoritas untuk membuat keputusan didorong turun ke level
organisasi yang lebih rendah. Semua organisasi berdivisi mendesentralisasi otoritasnya,
paling tidak untuk beberapa tingkatan dalam beberapa bagian khusus operasi yakni garis
bisnis utama atau area geografis. Akan tetapi hal ini tidak selalu benar, tidak semua
organisasi yang terdesentralisasi merupakan organisasi yang terbagi menjadi divisi-divisi.
Ketika desentralisasi dilakukan sepanjang garis otoritas fungsional (seperti produksi dan
pemasaran), pusat pertanggungjawaban biasanya ada pada pusat biaya dan
pendapatan, bukan pusat laba atau investasi (divisi)

Pembagian divisi bukan berarti tanpa masalah dan tantangan. Beberapa isu secara
khusus berhubungan dengan masalah yang ditimbulkan dari pengukuran kinerja dalam
hal ROI.

g. Return on Investment (ROI)

ROI adalah rasio dari laba akuntansi yang dihasilkan oleh divisi dibagi dengan
investasi yang ada dalam divisi. Grafik formula ROI bermanfaat untuk menghubungkan
kinerja pada berbagai tingkat organisasi.

12
Tipe pengukuran ROI digunakan secara luas karena mereka memberikan beberapa
keunggulan yang signifikan, yaitu:

1. Menyediakan pengukuran yang komprehensif yang menggambarkan tradeoff yang


harus dibuat antara pendapatan, biaya, dan investasi.
2. Memberikan bilangan pembagi yang dapat digunakan untuk membandingkan
return pada bisnis yang berbeda, seperti divisi dan pesaing di luar, atau tipe-tipe
investasi.
3. Ditunjukkan dalam persentase, sehingga memberikan kesan bahwa gambar ROI
dapat dibandingkan dengan return keuangan lainnya seperti halnya menghitung
saham dan obligasi.
4. Pengukuran ROI telah digunakan selama ini pada berbagai tempat, hampir semua
manajer memahami apa yang digambarkan oleh pengukuran dan bagaimana
mereka dapat terpengaruhi.

Masalah yang disebabkan oleh tipe pengukuran ROI

 Pembilang dalam pengukuran ROI adalah terkait dengan laba akuntansi, seperti
kecenderungan untuk menghasilkan myopia manajemen, bentuk umum dari
perpindahan perilaku yang telah dijelaskan sebelumnya.
 Suboptimization
 Misleading performance signals
Suboptimization

Suboptimization mendorong manajer untuk membuat investasi yang membuat divisi


mereka terlihat baik meskipun investasi tidak sesuai dengan kepentingan terbaik bagi
perusahaan.

13
Tabel 10.2 menunjukkan suboptimisasi yang sederhana sebagai contoh. Diasumsikan
bahwa biaya modal perusahaan adalah 15%. Jika kesempatan investasi menjanjikan
return 20%; investasi seharusnya dilakukan (diasumsikan bahwa kesempatan ini
konsisten dengan strategi perusahaan). Manajer divisi A yang target kinerjanya
menggambarkan kinerja secara historis sebesar 10% akan melakukan investasi ini, tetapi
manajer divisi B yang beroperasi pada target kinerja sebesar 40% tidak akan
melakukannya.

Sebaliknya, pengukuran ROI dapat menyebabkan manajer dari divisi yang gagal untuk
berinvestasi dalam proyek investasi modal yang menjanjikan return di bawah biaya
modal perusahaan. Masalah ini dijelaskan pada Tabel 10.3 yang mengubah Tabel 10.2
hanya dengan sedikit contoh dengan mengasumsikan biaya modal perusahaan sebesar

14
25%. Dalam situasi ini, Divisi A akan membuat investasi yang menjanjikan return sebesar
20%, walaupun investasi ini tidak menutup biaya modal perusahaan.

Ketika manajer divisi memiliki otoritas untuk membuat keputusan keuangan (untuk
membiayai keputusan investasi mereka), tipe pengukuran ROI dapat juga membawa
pada suboptimisasi pada level ini. Sebagai contoh, pengukuran ROE mungkin
mempengaruhi manajer untuk menggunakan utang keuangan (sebagai contoh, untuk
mengurangi ekuitas yang diletakkan pada penyebut rasio). Hal ini mungkin mendorong
peningkatan entitas pada tingkat yang lebih rendah dari peningkatan yang diinginkan
perusahaan.

Misleading performance signals

Kesulitan dalam mengukur penyebut dari pengukuran ROI, biasanya berkaitan dengan
aset tetap, yang dapat memberikan misleading signal tentang kinerja pusat investasi.

Masalah pernyataan ROI yang berlebih diilustrasikan seperti pada Tabel 10.3.
Diasumsikan bahwa Divisi C dan D hampir sama dalam hal unit operasi kecuali Divisi C
yang lebih banyak membeli aset tetap beberapa tahun lalu dan Divisi D yang hampir
sebagian besar asetnya baru. Untuk menyederhanakan, diasumsikan tidak ada kemajuan
teknologi, kinerja aset lama sama efisiennya dengan aset yang baru dalam melakukan
tugas. Laba sebelum depresiasi adalah sama, tetapi depresiasi Divisi D dua kali
dibandingkan dengan Divisi C sehingga laba setelah depresiasi Divisi C sedikit lebih
tinggi. Akan tetapi, ROI Divisi C secara dramatis lebih tinggi dibandingkan dengan D,
sebagian besar karena aset memiliki nilai lebih rendah dari NBV. Perbedaan antara 20%
dan 3% ROI adalah sebuah hal yang tidak nyata dan hanya merupakan artefak dari
sistem pengukuran.

15
Ciri lain dari pengukuran ROI adalah bahwa ROI dihitung menggunakan NBV yang secara
otomatis meningkat sepanjang waktu apabila bukan investasi lebih lanjut yang dibuat.
Hal ini diilustrasikan pada Tabel 10.5. Diasumsikan bahwa Divisi E beroperasi dengan
stabil, pendapatan pada tahun pertama ROI sebesar 12%. Oleh karena aset telah
didepresiasi, ROI meningkat hingga 13,3% di tahun ke-2 dan 15% di tahun ke-3. Kenaikan
ROI ini juga tidak nyata.

Ciri dari pengukuran ini menyebabkan manajer yang menggunakan tipe pengukuran ROI
membuat keputusan yang salah:

 Mendorong manajer divisi untuk mempertahankan aset lebih dari umur


ekonomisnya dan tidak berinvestasi pada aset baru yang akan menaikkan penyebut
dari perhitungan ROI.
 Menyebabkan manajer perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya secara
berlebihan untuk divisi dengan aset yang lebih lama karena tampaknya relatif lebih
menguntungkan.
 Dapat menimbulkan masalah yang diilustrasikan pada Tabel 10.2 dan 10.3;
kecenderungan untuk alokasi modal setidaknya melekat pada keberhasilan divisi
yakni divisi yang secara potensial menciptakan nilai.
 Jika manajer perusahaan tidak menyadari penyimpangan atau tidak
menyesuaikannya, dapat terjadi kesalahan dalam mengevaluasi kinerja manajer
divisi.

Masalah potensial terakhir adalah pengukuran ROI menciptakan dorongan bagi manajer
untuk menyewa aset daripada membelinya. Penyewaan aset dihitung berbasis sewa
operasi yang tidak dikenal pada laporan posisi keuangan sehingga mereka tidak
dimasukkan dalam penyebut pada ROI. Manajer dapat menaikkan ROI divisional dengan
memainkan sistem tertentu. Tentu saja, perusahaan dapat dengan mudah memasukkan
nilai terkapitalisasi dari aset yang digunakan dalam perhitungan ROI divisi walaupun
sewa tidak perlu dikapitalisasi untuk tujuan pelaporan keuangan. Penyesuaian ini
menghindarkan masalah potensial, tetapi penyesuaian ini membutuhkan biaya dan
mungkin menyulitkan proses administrasi dari buku lain untuk tujuan yang berbeda.

16
PENGUKURAN LABA RESIDUAL SEBAGAI SOLUSI YANG TEPAT UNTUK MASALAH
PENGUKURAN ROI

Sejumlah peneliti dan konsultan memiliki argumen bahwa penggunaan dari pengukuran
laba residual dapat membantu mengatasi keterbatasan suboptimisasi dari ROI. Laba
residual dihitung dengan mengurangkan laba dari perubahan modal untuk aset bersih
yang ada pada pusat investasi.

Pengukuran laba residual mengatasi masalah suboptimisasi. Tetapi tidak dapat


mengatasi distorsi yang muncul ketika manajer melakukan investasi baru dalam aktiva
tetap.

Sebuah perusahaan konsultasi, Stern Stewart & Company, merekomendasikan sebuah


pengukuran yang disebut dengan Economic Value Added (EVA) yang mengombinasikan
beberapa modifikasi dari model standar akuntansi pada tipe pengukuran laba residual.
Formula EVA adalah:

Modified after-tax operating profit berbeda dari yang didefinisikan oleh akuntan seperti
kapitalisasi dan amortisasi lebih lanjut dari investasi tidak berwujud seperti penelitian
dan pengembangan, pelatihan karyawan, periklanan, dan pembiayaan goodwill.

Modified total capital meliputi fixed assets, working capital, and the capitalized
intangibles.

Weighted average cost of capitalmerefleksikan biaya rata-rata tertimbang utang dan


modal dari penjualan saham.

EVA bukanlah laba ekonomis. EVA tidak menunjukkan keseluruhan masalah yang
membedakan laba akuntansi dari laba ekonomis. Secara khusus, EVA tetap fokus pada
masa sebelumnya, sementara laba ekonomis merefleksikan perubahan pada aliran kas
yang potensial di masa yang akan datang. Hal itu kemudian membuat EVA tetap
mungkin untuk menjadi indicator yang lemah dari perubahan nilai bagi organisasi yang
memperoleh proporsi yang signifikan dari nilai pertumbuhan di masa yang akan datang.

EVA juga memiliki keterbatasan pengukuran, dari masalah akurasi, pengendalian, dan
sulit untuk dipahami.

17
STUDI KASUS

Kasus 1 : Implikasi Perilaku dari Pilihan Kebijakan Depresiasi pada Perusahan


Penerbangan
Kebijakan akuntansi merupakan keleluasaan yang dimiliki oleh manajer. Secara
umum kebijakan yang dipilih oleh manajer ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang
relatif “konservatif” dan yang relatif “liberal”. Konservatif menyebabkan tertundanya
pengakuan keuntungan dan/atau percepatan pengakuan beban. Dan kebijakan
akuntansi liberal adalah sebaliknya dari kebijakan akuntansi konservatif.
Untuk menentukan apakah Perusahaan Penerbangan cenderung konservatif
atau liberal dapat ditinjau dari kebijakan akuntansinya mengenai aset tetap (Property,
Plant & Equipment – PPE) secara spesifik yaitu terhadap kebijakan depresiasi yang
diterapkan terhadap aset tetapnya.
Berikut matriks kebijakan akuntansi mengenai praktik depresiasi pesawat terbang di
empat perusahaan penerbangan utama.

No. Maskapai Penerbangan Metode Depresiasi Masa Manfaat Nilai Residu


1 Delta Airlines Garis Lurus 20 tahun 5% biaya perolehan
2 AMR Corporation Garis Lurus 25 tahun 10% biaya perolehan

3 Singapore Airlines Garis Lurus 15 tahun 10% biaya perolehan


4 Lufthansa Garis Lurus 12 tahun 15% biaya perolehan

Beberapa pertimbangan lain yang juga menjadi perhatian dalam menetukan kebijakan
akuntansi depresiasi pesawat terbang ini antara lain, adalah :
1. Jam terbang pesawat dapat tak terbatas apabila pesawat tersebut dipelihara
dengan layak.
2. Biaya pemeliharaan pesawat cenderung meningkat sepanjang waktu. Ada istilah
yang dikenal dengan faktor kematangan.
3. Masa manfaat suatu pesawat terbang terbatas, tetapi sulit diestimasi.
4. Harga pesawat baru cenderung meningkat sepanjang waktu.
5. Dibanyak Negara peraturan tentang depresiasi untuk keperluaan perpajakan
diizinkan yang sifatnya ultra-konservatif.
Implikasi
Dari data empat maskapai penerbangan yang ada pada matriks diatas dapat
dilihat bahwa keempat maskapai penerbangan tersebut menerapkan metode yang sama
dalam mengalokasikan biaya perolehan pesawat terbangnya yaitu secara merata
sepanjang masa manfaat pesawat terbang tersebut (metode garis lurus). Namun yang

18
berbeda adalah penetapan masa manfaat dan nilai residu pesawat terbang tersebut.
Pilihan kebijakan dalam penetapan masa manfaat dan nilai residu ini lah yang menjadi
gambaran apakah perusahaan tersebut menetapkan kebijakan yang konservatif atau
liberal.

Masa Manfaat
Penetapan masa manfaat yang lebih panjang akan membuat alokasi beban
depresiasi setiap tahunnya menjadi lebih kecil, hal ini disebabkan jumlah bilangan
pembagi (tahun) yang lebih besar. Dan sebaliknya masa manfaat yang ditetapkan lebih
pendek akan membuat alokasi beban depresiasi setiap tahunnya lebih besar. Sehingga
untuk penetapan masa manfaat ini dapat disimpulkan bahwa masa manfaat lebih
panjang maka kebijakan perusahaan tersebut relatif liberal, dan sebaliknya penetapan
masa manfaat lebih pendek maka kebijakan perusahaan tersebut relatif konservatif.
Nilai Residu
Begitupun nilai residu, pengaruhnya hampir sama dengan penetapan masa
manfaat diatas. Nilai residu yang ditetapkan lebih besar maka nilai perolehan yang akan
alokasikan lebih kecil dan beban depresiasinya lebih kecil setiap tahunnya (liberal), dan
nilai residu yang ditetapkan lebih kecil maka nilai perolehan yang akan alokasikan lebih
besar dan beban depresiasinya tentunya juga akan lebih besar setiap tahunnya
(konservatif).

Kasus 2 : Industrial Electronics, Inc


Profil Perusahaan
Beberapa hal atau data yang dapat diidentifikasi dari perusahaan Industrial Electronics,
Inc adalah :

 Merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Saham New York (NYSE).


 Perusahaan memproduksi berbagai peralatan elektronik antara lain: sumber
sinyal, peralatan tes, system komunikasi, rangkaian mesin (motor) dan
pembangkit tenaga listrik (generator).
 Perusahaan diorganisasi menjadi 16 divisi yang masing-masing independen dan
ditetapkan sebagai pusat laba (profit center).
 Tujuan perusahaan secara umum / keseluruhan adalah untuk memaksimalkan
keuntungan / nilai pemegang saham.
 Strategi yang diterapkan oleh perusahaan adalah control yang ketat (tight)
mengingat adannya kompetisi persaingan harga yang ketat dengan pesaing
lainnya.

19
 Total penjualan yang didapatkan oleh perusahaan (omzet) tahun lalu adalah
sebesar $ 8 Miliar.

Sistem Manajemen Bonus saat ini


Beberapa data dan fakta yang dapat dilihat dari Sistem Manajemen Bonus yang
dijalankan oleh perusahaan saat ini adalah sebagai berikut :

 Manajemen bonus yang dijalankan saat ini adalah manajemen yang berdasarkan
pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.
 Bonus sebesar 10% dari keuntungan setelah pajak akan diberikan apabila telah
melebihi 12% nilai kekayaan bersih perusahaan. Dan pembagiannya dilakukan
membagi total bonus dengan total gaji semua eksekutif yang berhak atas bonus.
Bonus maksimum dibayarkan sebesar 150% dari gaji.
 Dan secara historis, manajer-manajer di Industrial Electronic, Inc selama ini
mendapatkan bonus dalam rentang 30 – 120% dari gaji, dan rata-ratanya sekitar
50%. Namun pada tahun 2000 dan 2001 ketika resesi terjadi, jumlah bonus
adalah nol, perusahaan tidak dapat memberikan bonus kepada pegawainya.
Permasalahan
Muncul complain atau keluhan dari para manajer terutama manajer yang berkinerja
baik. Manajer ini yakin bahwa sistem bonus saat ini tidak adil karena tidak dapat
mengakui kontribusi mereka secara proporsional.
Rencana Sistem Manajemen Bonus yang baru
Sebagai respon dari munculnya complain dari para manajer, maka manajemen puncak
bersama dengan Dept. SDM dan Bagian Keuangan telah merancang suatu sitem baru
dalam pemberian bonus bagi para karyawan dan manajer. Beberapa hal baru yang
ditawarkan antara lain :
 Bonus akan ditentukan oleh kinerja yang menjadi tanggung jawab masing-
masing entitas.
 Untuk pengukuran dalam pemberian bonus, kinerja actual akan dibandingkan
dengan target anggaran yang telah dinegosiasikan sebelumnya.
 Setiap divisi akan diberikan tujuan laba ekonomis. Ini dimaksudkan agar
penggunaan aset benar-benar maksimal dan optimal dalm menghasilkan laba.
 Jika laba aktual sama persis dengan laba tujuan yang telah ditetapkan maka
manajer akan memperoleh bonus 50% dari gaji. Bonus akan meningkat
dan/atau menurun secara linear sebesar 5% untuk setiap $100.000 diatas
dan/atau dibawah tujuan. Bonus maksimum adalah sebesar 150% gaji dan
bonus minimum adalah sebesar nol.

20
BAB III

PENUTUP

h. Kesimpulan

Kinerja keuangan dapat digambarkan sebagai kondisi perusahaan yang memiliki


posisi keuangan serta hasil yang telah dicapai perusahaan dalam laporan keuangan.
Kinerja keuangan juga merupakan salah satu faktor yang menunjukan efektifitas dan
efisiensi suatu organisasi / perusahaan dalam rangka mencapai visi dan misinya.
Sebuah perusahaan dapat dikatakan efektif bila menajemen memiliki kemampuan
untuk memilih tujuan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya sedangkan dikatakan efisien jika rasio atau perbandingan antara
masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu maka perusahaan dapat
memperoleh hasil yang optimal.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.perbanas.ac.id/1826/7/BAB%20V.pdf

http://mimianp0807.blogspot.com/2016/11/makalah-pengaruh-kinerja-
keuangan.html

https://www.scribd.com/document/350332036/BAB-10-Pengukuran-Kinerja

22

Anda mungkin juga menyukai