Makalah Laporan Akhir
Makalah Laporan Akhir
Kelas IPE-P19
Aqmar Jalilah (1406567731/FIK) Lady Aurora (1206243186/FK)
Ariana Maulina Putri (1206207962/FKG) Laksmi Bestari (1206247045/FK)
Fismia Hikmah Tiara (1306376553/FF) Luluk Ummaimah (1206207016/FK)
Fransisca Fortunata (1306479822/FF) M. Fakhri Zahir (1206241634/FK)
Freddyhan Suhargo (1306412571/FF) Marina Rosyana (1206207956/FKG)
Ganesya Rita Putri (1306480446/FF) Ratna Dinar M. (1406624003/FIK)
Gerardo Laudus (1306411934/FF) Rivi Maharani A. (1406565985/FKM)
Gusti Indah Lestari (1406542855/FKM) Sayekti Yuliyanti (1406567712/FKM)
Hafshah Samrotul M. (1206256610/FKG) Sudono Sugianto (1406569604/FKM)
Kirana Meita P. (1406544633/FIK) Syifa Maulida (1406566930/FKM)
Tabel 3.1. Persentase jenis kelamin respondens dewasa ( >15 tahun) (n=78)
Jenis Kelamin Total
Pria 32 (41,03%)
Wanita 46 (58,97%)
Tabel 3.2 Persentase kelompok usia respondens dewasa ( > 15 tahun) (n=78)
Usia Total
16-64 tahun 75 (96,15%)
>65 tahun 3 (3,85%)
Tabel 3.3 Persentase profil pendidikan respondens dewasa ( > 15 tahun) (n=78)
Pendidikan Total
N/A 4 (5,13%)
SD 2 (2,56%)
SD Tidak Tamat 7 (8,97%)
SMP 17 (21,79%)
SMA 30 (38,46%)
D1 2 (2,56%)
D3 5 (6,41%)
D4/S1 11 (14,10%)
Tabel 3.4 Persentase indeks massa tubuh respondens dewasa (> 15 tahun) (n=78)
Usia Total
N/A 25 (32,05%)
≥ 23,0 kg/m2
28 (35,90%)
2
< 23,0 kg/m 25 (32,05%)
Tabel 3.5 Persentase penderita penyakit respondens dewasa (> 15 tahun) (n=67)
Jenis Penyakit Total
Hepatitis 1 (1,49%)
Hipertensi 23 (34,33%)
Diabetes 3 (4,48%)
Kanker 2 (2,99%)
Sakit Gigi 38 (56,72%)
Tabel 3.7 Proporsi penderita hipertensi respondens dewasa (> 15 tahun) (n=23)
Jenis Penyakit Total
Terdiagnosa Hipertensi 7
• Hipertensi Terkontrol 1
• Hipertensi Tidak Terkontrol 6
Hipertensi Kasus Baru 16
Tabel 3.8. Proporsi jenis kelamin respondens dewasa (>15 tahun) (n=78)
Pria Wanita Total
Hipertensi 4 (5,13%) 19 (24,36%) 23 (29,49%)
TD Normal 28 (35,90%) 27 (34,62%) 55 (70,51%)
Tabel 3.9 Persentase indeks massa tubuh respondens dewasa (>15 tahun) (n=53)
IMT ≥ 23,0 kg/m2 IMT < 23,0 kg/m2 Total
Hipertensi 19 (35,85%) 2 (3,77%) 21 (39,62%)
TD Normal 9 (16,98%) 23 (43,40%) 32 (60,38%)
Total 28 (52,83%) 25 (47,17%) 53 (100%)
Tabel 3.10 Proporsi respondens dewasa (> 15 tahun) yang merokok (n=78)
Merokok Tidak Total
Hipertensi 1 (1,28%) 22 (28,21%) 23 (29,49%)
TD Normal 9 (11,54%) 46 (58,97%) 55 (70,51%)
Total 10 (12,82%) 68 (87,18%) 78 (100%)
Tabel 3.11 Proporsi respondens dewasa (> 15 tahun) yang melakukan kebiasaan aktivitas fisik
minimal 30 menit per hari (n=78)
Rutin Tidak Total
Hipertensi 15 (19,23%) 8 (10,26%) 23 (29,49%)
TD Normal 29 (37,18%) 26 (33,33%) 55 (70,51%)
Total 44 (56,41%) 34 (43,59%) 78 (100%)
Tabel 3.12 Proporsi respondens dewasa (> 15 tahun) yang memiliki kebiasaan konsumsi buah
dan sayur setiap hari (n=78)
Rutin Tidak Total
Hipertensi 16 (20,51%) 7 (8,97%) 23 (29,49%)
TD Normal 42 (53,85%) 13 (16,67%) 55 (70,51%)
Total 58 (74,36%) 20 (25,64%) 78 (100%)
Tabel 3.13 Proporsi penderita DM pada respondens dewasa (> 15 tahun) (n=67)
DM Tidak Total
Hipertensi 3 (4,48%) 19 (28,36%) 22 (32,84%)
TD Normal 0 (0%) 45 (67,16%) 45 (67,16%)
Total 3 (4,48%) 64 (95,52%) 67 (100%)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.1. Lingkungan
Lingkungan disini mencakup segala dimensi fisik, sosioekonomi, sosiopolitik dan
sosiokultural.8 Dari hasil wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa kebanyakan
penderita hipertensi menganggap bahwa hipertensi merupakan penyakit yang dapat
disembuhkan, sehingga mereka cenderung untuk menghentikan penggunaan obat jika
gejala yang dirasakan sudah hilang atau berkurang. Hal ini sebaiknya dihindari karena
hipertensi merupakan penyakit degeneratif, dimana kontrol tekanan darah perlu
dilakukan secara rutin. Hal tersebut tidak dapat dielakkan mengingat rata-rata penderita
tidak memiliki latar belakang pendidikan dalam dunia kesehatan dengan tingkat
pendidikan yang rendah. Mereka tidak mengetahui bahaya yang mungkin dapat terjadi
akibat penghentian penggunaan obat tersebut.
Selain itu, kasus yang juga dijumpai adalah penggunaan suplemen untuk
mengobati penyakit hipertensi yang diderita. Pasien mendapat informasi dari penduduk
setempat bahwa hipertensi dapat diobati tanpa menggunakan obat dari dokter,
melainkan hanya dengan mengonsumsi suplemen. Suplemen hanyalah bersifat sebagai
penunjang yang berfungsi untuk membantu meningkatkan stamina dan nutrisi yang
tidak dicukupkan hanya dari makanan saja.
4.1.3. Hereditas
Riwayat genetik dan jenis kelamin merupakan faktor risiko terkait herediter yang
menyebabkan terjadinya hipertensi. Hipertensi dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi
cenderung terjadi pada pasien wanita dan pasien lansia. Wanita usia muda memiliki
kemungkinan hipertensi yang lebih rendah daripada pria usia muda. Akan tetapi, setelah
memasuki usia 50, prevalensi meningkat tajam melebihi pria yang memasuki usia ke-
6010.
Selain itu, usia juga mempengaruhi prevalensi hipertensi. Data yang diperoleh
dari hasil studi yang dilakukan Framingham (2007) menunjukkan bahwa tekanan
sistolik akan terus meningkat pada usia 30 hingga usia 84 dan seterusnya. Tekanan
diastol memiliki pola yang bervariasi, dimana diastol akan meningkat hingga memasuki
usia 50 dan melambat turun dari usia 60 hingga 84.14 Hal tersebut menjadi faktor utama
yang tidak dapat dihindari sehingga perlu disiasati dengan modifikasi gaya hidup sehat.
4.2.3. Upaya Antisipasi Hambatan dan Tantangan dalam Tim Layanan Kesehatan
Dalam menghadapi hambatan dan tantangan, perlu dilakukan upaya antisipasi
yang meliputi seluruh aspek yang berperan dalam tim pelayanan kesehatan. Upaya yang
dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut.
a. Tujuan pelayanan kesehatan yang hendak dicapai harus memiliki target yang jelas,
yaitu meningkatkan kualitas hidup warga di daerah Puskesmas Kecamatan
Cipayung dan meningkatkan tanggung jawab individu dalam menjaga
kesehatannya.16 Akuntabilitas dapat dilakukan dengan membuat target-target
terukur sesuai dengan rekomendasi kementerian kesehatan maupun dari pihak
Puskesmas sendiri.
b. Tujuan bersama yang akan dicapai tim haruslah menerapkan sistem built-in
performance feedback.16
c. Adanya kontribusi yang bermanfaat dari setiap anggota dan anggota yang lain
mengakui kontribusi yang telah diberikan. Setiap individu harus menyadari bahwa
mereka berperan penting dan bersifat esensial dalam kesuksesan sebuah tim [1].
Adanya kejelasan peran di antara tim pelayanan kesehatan akan memudahkan
pencapaian tujuan.17
d. Adanya penentuan siapa yang berperan sebagai manajer dalam suatu tim akan
membantu koordinasi dan integrasi yang efektif, sehingga kesulitan dalam
berkomunikasi lebih mudah untuk dihindarkan.18
e. Menyediakan waktu luang untuk berkumpul bersama sehingga setiap anggota dapat
saling mengenal dengan baik satu sama lain.20
f. Kepemimpinan yang jelas dan efektif16, akan meningkatkan antusiasme dan
kesenangan dalam bekerja, bahkan menjaga rasa optimisme dan tingkat
kepercayaan diri anggota tim serta meningkatkan kemampuan beradaptasi dalam
diri anggota.18 Selain itu, pemimpin efektif akan mampu memastikan anggota tim
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.20
g. Pertemuan yang rutin dan berkualitas untuk memastikan komunikasi dan kooperasi
yang efektif dalam pengambilan sebuah keputusan. 16 Metode komunikasi yang
direkomendasikan adalah ISBAR (Identify, Situation, Background, Assessment,
Recommendation).24,25
I : identifikasi diri – orang yang akan diberi informasi
S : menyampaikan tujuan dan apa yang sedang terjadi
B: menyampaikan informasi yang perlu diketahui orang tersebut
A: menyampaikan pemikiran terkait penilaian situasi dan manajemen situasi
R: menyampaikan rekomendasi apa yang sebaiknya dilakukan
h. Adanya rasa saling percaya dan aman di dalam sebuah tim16, yang menunjukkan
tingkat mutual respect yang tinggi antaranggota. Seluruh anggota tim saling
mendengarkan satu sama lain dan menghormati perbedaan pandangan 26. Bahkan,
setiap anggota percaya bahwa bekerja dalam tim merupakan metode terbaik dalam
mengintegrasikan kontribusi dari seluruh anggota.21
e. Memanfaatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama sebagai role model dalam hal
kesehatan.
f. Melakukan pendataan teratur dan terkoordinir mengenai jumlah penderita hipertensi
di masyarakat, dengan mencakup hasil pendataan KPLDH serta data dari fasilitas
pelayanan kesehatan di wilayah setempat.
g. Mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan melalui
kesadaran yang lebih tinggi dalam bentuk edukasi dan konseling personal.
h. Melakukan pembinaan kesehatan lingkungan termasuk makanan dan adanya potensi
timbul penyakit menular dan pengendalian penyakit tidak menular pada kelompok
khusus di masyarakat (home surveillance).
i. Memperkuat sistem multisektoral terintegrasi baik demi tercapainya pencegahan
hipertensi.
4.4.2. Farmasis/Apoteker
Berikut adalah beberapa peran farmasis dalam mengatasi masalah kesehatan:
a. Melakukan konseling/pelayanan informasi obat secara lengkap terkait obat yang
akan dikonsumsi.
b. Mengedukasi mengenai obat hipertensi yang merupakan obat yang harus
dikonsumsi terus menerus walaupun gejala sudah membaik
c. Mengkaji kemungkinan adanya interaksi obat
d. Mengedukasi mengenai tindakan yang harus dilakukan apabila pasien lupa atau
terlambat meminum obat
e. Menyarankan kondisi atau tempat yang baik untuk menyimpan obat
f. Mengedukasi bagaimana membuang obat yang sudah kadaluarsa atau rusak
g. Monitoring penggunaan obat hipertensi (kepatuhan) dan efek samping yang
mungkin terjadi.
4.4.3. Keperawatan
Terdapat tiga peran perawat, yaitu perawat sebagai praktisi, perawat sebagai
pemimpin, dan perawat sebagai peneliti. Dalam masalah ini, peran perawat yang sangat
penting yaitu peran sebagai praktisi. Perawat sebagai praktisi merupakan peran yang
paling dominan dalam perawatan primer, sekunder, dan tersier dalam setting individu,
kelompok, maupun masyarakat.30 Perawat dapat membantu klien dengan melakukan
intervensi langsung kepada klien, melakukan edukasi kesehatan kepada klien dan
keluarga, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan.30
Dalam masalah ini, perawat dapat memberikan edukasi mengenai makanan dan
gizi pada hipertensi, serta melakukan kunjungan ke rumah klien untuk melakukan
pengecekan kesehatan secara rutin, dan modifikasi lingkungan tempat tinggal klien agar
terciptanya lingkungan yang adekuat terhadap proses perawatan mandiri klien.
4.4.4. Dokter
Dalam penatalaksanaan pasien dengan hipertensi, penting untuk menerapkan lima
pilar pencegahan guna meraih kendali tekanan darah yang baik dan dalam setiap tahap,
terdapat peranan yang dapat dilakukan oleh seorang dokter, seperti:
- Promosi kesehatan
Melakukan penyuluhan terkait hipertensi kepada masyarakat setempat, mencakup
perjalanan penyakit hipertensi, faktor risiko, upaya pencegahan yang perlu dilakukan,
diagnosis, penatalaksanaan, serta komplikasi dari hipertensi.
- Pencegahan spesifik
Melakukan edukasi kepada kelompok berisiko, seperti individu dengan diabetes
mellitus, usia lanjut, perokok, obesitas, dislipidemia, atau individu dengan riwayat
keluarga penderita hipertensi mengenai risiko mereka mengalami hipertensi sehingga
dibutuhkan kontrol tekanan darah rutin setiap tahun yang dapat dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan primer terdekat.
- Diagnosis dini dan penatalaksanaan segera
Menegakkan diagnosis hipertensi serta melakukan penatalaksanaan yang
komprehensif (mencakup tata laksana farmakologi serta non-farmakologi seperti
edukasi nutrisi dan rekomendasi aktivitas fisik) sesegera mungkin kepada pasien.
- Pencegahan disabilitas dan rehabilitasi
Mencegah terjadinya komplikasi pada pasien hipertensi, dengan melakukan
pemeriksaan rutin untuk memantau apakah pasien sudah mengalami komplikasi
hipertensi atau belum (contoh : gangguan ginjal, penyakit jantung) dan melakukan
rehabilitasi sesuai dengan komplikasi yang dialami oleh pasien sebagai langkah
peningkatan kualitas hidup pasien.
1. Mendis S, Armstrong T, Bettcher D, Branca F, Lauer J, Mace C, et al. (eds.). Global status
report on noncommunicable disease 2014 (1st edition). Swiss: World Health Organization;
2014.
2. Trihono (eds.). Riset kesehatan dasar riskesdas 2013. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes RI;
2013.
3. Narain JP. Integrating services for noncommunicable diseases prevention and control: use of
primary health care approach. Indian J Commnity Med. 2011 Dec; 36(Suppl1): S67-71. doi:
10.4103/0970-0218.94712
4. Pearce N, Ebrahim S, McKee M, Lamptey P, Barreto ML, Matheson D, et al. Global
prevention and control of NCDs: limitations of the standard approach. J Public Health
Policy. 2015 Nov; 36(4): 408-25. doi:10.1057/jphp.2015.29
5. Borsch B, Mansell H. Interprofessional collaboration in health care. Can Pharm J (Ott).
2015 Jul; 148(4): 176-9. doi: 10.1177/1715163515588106
6. Greenland P, Peterson E. The new 2017 ACC/AHA guidelines “up the pressure” on
diagnosis and treatment of hypertension. JAMA. 2017;318(21): 2083-4.
doi:10.1001/jama.2017.18605
7. Nishida C. Appropriate body-mass index for Asian populations and its implications for
policy and intervention strategies. Lancet. 2004, January 10; 363:157-63
8. Shi L, Singh DA. Delivering Health Care in America: A System Approach. US: Jones &
Bartlett Learning; 2014.
9. Diaz KM, Shimbo D. Physical Activity and The Prevention of Hypertension. Natl Inst Heal.
2013; 15(6):659–68.
10. Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey LM. Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach (6th Edition). New York: McGraw-Hill; 2005.
11. Perry M. How Does Obesity Cause Hypertension? [Internet]. 2017 [updated 2017; cited
2017 Dec 20]. Available from: http://www.healthguidance.org/entry/11619/1/How-Does-
Obesity-Cause-Hypertension.html
12. Leone A. Smoking and Hypertension. J Cardiol Curr Res. 2015; 2(2):1181–92.
13. Riede UN, Werner M. Color Atlas of Pathology. Sttutgart: Thieme; 2004.
14. Pinto E. Blood pressure and ageing. Postgrad Med J. 2007; 83(976):109–14.
15. PMK No. 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
16. Borrill C dan West M. How Good is Your Team? A Guide for Team Members. UK.
17. Oandasan I, Baker GR, Barker K, Bosco C, D’Amour D, Jones L, Kimpton S, Lemieux-
Charles L, Nasmith L, Rodriguez LSM, Tepper J, Way D. Teamwork in Healthcare:
Promoting Effective Teamwork in Healthcare in Canada. Canada: Canadian Health Services
Research Foundation (CHSRF); 2006.
18. Borill C, West M, Dawson J, Shapiro D, Rees A, Richards A, Garrod S, Carletta J, dan
Carter A. Team Working and Effectiveness in Health Care: Findings from the Health Care
Team Effectiveness Project. UK.
19. King HB, Battles J, Baker DP, Alonso A, Salas E, Webster T, Toomey L, dan Salisbury M.
TeamSTEPPSTM: Team Strategies and Tools to Enhance Performance and Patient Safety.
Rockville: Quality AfHRa; 2006.
20. Family Health Teams – Advancing Primary Health Care. Guide to Collaborative Team
Practice. Ontario; 2005.
21. Mickan SM dan Rodger SA. Effective Health Care Teams: A model of six characteristics
developed from shared perceptions. Journal of Interprofessional Care. 2005 August; 19(4):
358 – 370.
22. Fair S, Pugsley D, King S, Johnson D, Wilson R, Buchman S, Padmos A, Mann R, Hatcher
L, Hnydyk W, dan Zielke S. Putting Patients First®: Patient-Centred Collaborative Care, A
Discussion Paper. Canada: Canadian Medical Association (CMA); 2007.
23. O’Daniel M dan Rosenstein AH. Chapter 33. Professional Communication and Team
Collaboration. In: Hughes RG, editor. Patient Safety and Quality: An Evidence – Based
Handbook for Nurses. Agency for Healthcare Research and Quality; 2008.
24. Watson S dan O’Riordan A. Communication for Patient Safety: Timely Open
Communication for Patient Safety. Ontario: Queen’s University.
25. Marshall S, Harrison J, Flanagan B. The teaching of a structured tool improves the clarity
and content of interprofessional clinical communication. Quality Safety of Health Care
2009; 18:137-140.
26. Mickan SM. Evaluating the effectiveness of health care teams. Australian Health Review.
2005 May; 29(2): 211-217.
27. Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey LM. Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach (8th Edition). New York: McGraw-Hill; 2011.
28. Andrew LB. Conflict Management, Prevention, and Resolution in Medical Setting. The
Physician Executive; 1999.
29. WHO. Public Health Services [Internet]. 2012 [updated 2017; cited 2017 Dec 20]. Available
from: http://www.euro.who.int/en/health-topics/Health-systems/public-health-servic.
30. Smeltzer SC, Bare BG, Hinkle JL, & Cheever KH. Brunner & Suddarth’s textbook of
medical-surgical nursing (12th edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010.
31. Little JW, Falce DA, Miller SC, Rhodus NL. Dental Management of the Medically
Compromised Patient (8th Edition). Missouri: Mosby Elsevier Inc; 2013.
32. Scully C. Medical Problems in Dentistry (6th Edition). China: Churcill Livingstone Elsevier;
2010.
LAMPIRAN