Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 300/100.000 persalinan

hidup. Jika perkiraan persalinan di Indonesia sebesar 5.000.000 orang maka akan

terdapat sekitar 15.000 sampai 15.500 kematian ibu setiap tahunnya atau meninggal

setiap 30 sampai 40 menit. Jumlah kematian perinatal sekitar 40/1000 artinya jumlah

absolut 200.000 orang atau terjadi setiap 2-2,5 menit.1

Angka kematian ibu menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari

suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya

(tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan

dalam masa nifas tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran

hidup.2

Faktor utama yang menjadi penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah

karena faktor perdarahan (27%), Pre-eklamsia dan Eklamsia (23%) kemudian Infeksi

(11%), Abortus (5%), komplikasi puerperium (5%), Emboli Obstetrik (5%), Partus

Lama (5%) dan lain-lain (11%).2

Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu terbanyak yaitu sebanyak

(27%). Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan, dan pada kehamilan

muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus.3

1
Di wilayah Asia Tenggara, Word Healt Organization (WHO) memperkirakan

4,2 juta abortus dilakukan setiap tahunnya diantaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi

di Indonesia . Resiko kematian akibat abortus tidak aman di wilayah Asia Tenggara

diperkirakan antara satu sampai 250, negara maju hanya satu dari 3700. Angka

tersebut memberikan gambaran bahwa masalah abortus di Indonesia masih cukup

tinggi.2

Abortus atau keguguran adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu

hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia

kehamilan kurang dari 28 minggu. Kejadian abortus sulit diketahui, karena sebagian

besar tidak dilaporkan dan banyak dilakukan atas permintaan. Keguguran spontan

diperkirakan sebesar 10 sampai 15%. Abortus terbagi menjadi dua macam yaitu

abortus yang terjadi secara spontan (iminenss, insipiens, komplit, inkomplit, missed

abortion dan abotions habitualis) dan abortus yang terjadi secara buatan (indikasi

medis dan indikasi sosial).1

Abortus Iminenss adalah abortus atau perdarahan pervaginam pada umur

kehamilan < 20 minggu. Pada keadaan initerjadi ancaman proses keguguran, namun

produk kehamilan belum keluar atau masih dapat dipertahankan. Pada pemeriksaan

dijumpai besarnya rahim sama dengan usia kehamilan dan terjadi kontraksi otot

rahim. Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan perdarahan dari kanalis

servikalis, kanalis servikalis masih tertutup, dan dapat dirasakan kontraksi otot rahim.

Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif.

2
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Uterus

A.PENGERTIAN UTERUS (RAHIM)

Uterus atau yang juga kita kenal dengan sebutan rahim adalah organ kompleks

yang merupakan bagian dari sistem reproduksi pada wanita. Uterus manusia terletak

di bawah pusat, tepatnya di daerah pinggul. Biasanya panjang uterus adalah sekitar 7

– 7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm. Dinding uterus tebalnya sekitar 1,25 cm dan

berat uterus biasanya sekitar 60 gram. Fungsi utama dari uterus adalah sebagai tempat

hidup dan tumbuhnya janin sebelum dilahirkan.4

3
B. STRUKTUR DAN BAGIAN UTERUS (RAHIM)

Sebagian besar komponen penyusun uterus adalah otot yang dapat melakukan

relaksasi dan kontraksi seseuai dengan pertumbuhan dan perkembangan janin di

sekitarnya. Berdasarkan strukturnya uterus dibagi menjadi beberapa bagian.

1. Fundus Uteri

Fundus uteri adalah bagian atas uterus yang mirip dengan kubah. Pada bagian

ini Tuba Falloppi masuk ke uterus Pada masa kehamilan, tinggi dari fundus uteri

dapat membantu untuk memperkirakan usia kehamilan seseorang.

2. Korpus Uteri

Korpus uteri adalah bagian badan uterus yang paling utama dan terbesar.

Korpus uteri akan tampak menyempit di bagian bawahnya dan berlanjut sebagai

serviks.

3. Serviks Uteri

Serviks uteri atau yang juga sering kita sebut sebagai serviks saja merupakan

bagian penonjolan ke dalam vagina pada dinding depan uterus. Serviks uteri terdiri

dari dua bagian,yaitu:

a. Pars vaginalis atau yang biasa juga disebut porsio serviks

b. Pars Supravaginalis , bagian serviks uteri yang terletak di atas vagina

Saluran yang terbentuk pada serviks disebut kanalis serviks, saluran ini berupa

saluran lonjong dengan panjang sekitar 2,5 cm. Pintu saluran serviks yang berada di

dalam uterus disebut ostium uteri internum, sedangkan pintu yang berada di vagina

disebut ostium uteri eksternum.

4
Dari dalam ke luar Dinding uterus disusun oleh 3 lapisan utama, yaitu:

1. Endometrium

Merupakan lapisan selaput lendir yang disusun oleh jaringan epitel, kelenjar

dan banyak pembuluh darah. Epitel penyusunnya adalah epitel selapis silindris,

banyak kelenjar yang memproduksi lendir pada bagian ini. Dua pertiga bagian atas

dari uterus dalam dilapisi oleh epitel silindris dengan selaput lendir, sedangkan

bagian sepertiga bawahnya dilapisi oleh epitel berlapis gepeng yang menyatu

dengan epiter vagina. Endometrium merupakan lapisan yang memegang peran

penting selama proses menstruasi (haid). Dinding endometrium inilah yang akan

luruh bersamaan dengan sel ovum matang yang tidak dibuahi saat masa

menstruasi.4

2. Myometrium

Myometrium merupakan lapisan otot yang disusun oleh kumpulan otot

polos.Bagian dalam lapisan ini kebanyakan disusun oleh otot yang berbentuk

sirkuler (melingkar), sedangkan bagian luarnya berbentuk longitudinal, dan

diantara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan oblik (lapisan paling kuat dan

mengandung banyak pembuluh darah). Myometrium merupakan lapisan dinding

yang paling tebal dari uterus. Fungsinya juga sangat penting pada masa

pertumbuhan dan perkembangan janin.

5
3. Perimetrium

Perimetrium merupakan lapisan terluar dari uterus, lapisan ini juga sering

disebut dengan lapisan serosa. Perimetrium Merupakan membran berlapis ganda

yang akan berlanjut ke abdomen dan disebut peritoneum.

Uterus sebenarnya terapung di dalam rongga pelvis. Untuk mendukung

posisinya tersebut ada beberapa jaringan ikat dan ligamentum yang menjadi

penyokongnya sehingga dapat terfikasasi dengan baik, berikut adalah beberapa

ligamen tersebut :

a. Ligamentum Kardinale Sinistrum Et Dekstrum, merupakan ligamentum

terpenting yang mencegah uterus agar tidak turun. Ligamentum ini terdiri dari

jaringan tebal yang berjalan dari serviks dan puncak vagina menuju arah samping

dinding perlvis.

b. Ligamentum Sakro Uterinum Sinistrum Et Dekstrum, ligamentum ini berfungsi

untuk menahan uterus agar tidak terlalu banyak bergerak, baik ke kiri maupun ke

kanan.

c. Ligamentum Rotundum Sinistrum Et Dekstrum, ligamentum yang

mempertahankan uterus dalam posusunya dari sudut fundus uteri kiri ke kanan.

Pada masa kehamilan, seorang wanita biasanya merasa sakit saat berdiri di derah

pangkal paha karena tarikan dari ligamentum rotundum yang berkontraksi.

d. Ligamentum Latum Sinistrum Et Dekstrum, Sebenarnya ligamentum ini tidak

banyak membantu dalam fiksasi uterus, ia merupakan bagian dari peritoneum

yang meliputi uterus dan tuba falloppi dan berbentuk sebagai lipatan.

6
e. Ligamentum Infundibulo Pelvikum, ligamentum yang memfiksasi tuba fallopi

danovarium ke dinding pelvis.4

C. FUNGSI UTERUS (RAHIM)

Fungsi utama dari uterus adalah sebagai tempat pertumbuhan dan

perkembangan dari hasil pembuah sel ovum oleh sel sperma. Hasil fertilisasi ini akan

tumbuh dan berkembang menjadi janin, ukurannya akan terus bertambah hingga tiba

waktunya melahirkan. Uterus juga berfungsi untuk mengalirkan darah ke organ

seksual selama berhubungan intim. Uterus juga dapat mempermudah proses

persalinan dengan kontraksi otot-otot penyusunnya. Komponen penyusun dari uterus

dapat membantu organ lain seperti kandung kemih, usus, tulang pelvis untuk

menjalankan fungsinya dengan normal.4

2.2 Perkembangan Janin

Perkembangan Janin Dalam Rahim

Janin yang ada di dalam rahim seorang wanita atau seorang ibu itu berawal

dari adanya sebuah proses pembuahan yaitu sebuah proses pertemuan antara sel telur

7
dengan sel sperma yang kemudian sel telur tersebut dibuahi oleh sel

sperma. Perkembangan janin yang ada di dalam rahim seorang ibu atau wanita itu

akan dimulai dari proses pembuahan tersebut. Dari hasil pembuahan tersebut akan

menghasilkan zigot. Zigot ini dihasilkan dari sebuah proses pembuahan dimana sel

sperma akan mulai meleburkan diri ke dalam inti sel telur dan melakukan sebuah

pembelahan sel dari satu sel menjadi dua sel kemudian empat sel dan seterusnya.

Zigot ini akan terus melakukan pembelahan diri untuk menuju perkembangan

dari sebuah zigot menjadi sebuah embrio. Zigot yang telah berkembang menjadi

embrio kemudian akan berkembang lagi menjadi5

Perkembangan janin yang terjadi di dalam rahim itu dibagi menjadi tiga buah

tahapan yaitu :

8
1. Trimester Pertama.

Tahap ini adalah tahap tiga bulan pertama masa kehamilan, yang dimulai dari

adanya proses pembuahan. Pada tahapan ini embrio mengalami perkembangan

hingga berubah menjadi janin. Pada tahap ini janin sudah mulai sedikit berbentuk

seperti seorang manusia namun ukuran kepalanya lebih besar dari pada ukuran

tubuhnya. Pada masa masa akhir tahap ini, janin sudah bisa untuk menggerakkan

bagian tangan dan juga kakinya.

2. Trimester Kedua.

Tahapan tiga bulan yang kedua, pada tahap ini perkembangan janin sudah

semakin maju, bentuk janin sudah mulai terlihat sempurna. Bagian tangan dan

juga kakinya mengalami perkembangan yaitu terbentuknya jari jari dari tangan dan

juga kaki. Muka nya pun sudah mulai terlihat jelas.Pada tahapan ini, gerakan janin

sudah mulai kencang selain itu detak jantung janin juga sudah berfungsi sehingga

sudah bisa dideteksi oleh alat.

3. Trimester Ketiga.

Tahapan tiga bulan selanjutnya termasuk tahapan terakhir. Pada tahapan ini

proses perkembangan janin dapat dilihat dari segi ukuran, berat dan juga panjang

janin mengalami perkembangan yang sangat cepat. Pada tahapan ini janin sudah

berkembang dengan sempurna, sebab bentuk janin sudah seperti bentuk dari

tubuh bayi pada umumnya. Pada masa ini tinggal menunggu kapan waktu bayi

akan dilahirkan.5

9
Pertumbuhan dan perkembangan janin dimulai sejak terjadinya konsepsi.

Kehamilan akan berlangsung selama 280 hari atau 10 bulan atau 40 minggu terhitung

dari hari pertama haid terakhir. Perubahan-perubahan dan organogenesis terjadi pada

berbagai periode kehamilan.

Pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi 3 tahapan penting

yaitu: tingkat ovum (telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi belum tampak

terbentuk dalam pertumbuhan; embrio (mudigah) antara umur 3-5 minggu dan sudah

tampak rancangan bentuk alat-alat tubuh janin (fetus) di atas usia 5 minggu dan

sudah berbentuk manusia.

10
Perubahan-perubahan dan organogenesis pada periode kehamilan.

Bulan ke-0

Sperma membuahi ovum, membelah, masuk di uterus dan menempel pada

hari ke-11

Zigot

11
Minggu ke-4 / Bulan ke-1

Bagian tubuh embrio yang pertama muncul akan menjadi tulang belakang,

otak, dan saraf tulang belakang. Jantung, sirkulasi darah dan pencerrnaan juga sudah

terbentuk.

Janin 4 minggu

Minggu ke-8 / Bulan ke-2

Panjang janin 250 mm. Jantung mulai memompa darah. Raut muka dan

bagian utama otak dapat terlihat. Terbentuk telinga, tulang dan otot di bawah kulit

yang tipis.

12
Janin 8 minggu

Minggu ke-12 / Bulan ke-3

Panjang janin 7-9 cm. Tinggi rahim di atas simpisis (tulang

kemaluan). Embrio menjadi janin. Denyut jantung terlihat pada USG. Mulai ada

gerakan. Sudah ada pusat tulang, kuku, ginjal mulai memproduksi urin.

Janin 12 minggu

13
Minggu ke-16 / Bulan ke-4

Panjang janin 10-17 cm. Berat janin 100 gram. Tinggi rahim setengah atas

simpisis – pubis. Sistem muskuloskeletal sudah matang, sistem saraf mulai

melakukan kontrol. Pembuluh darah berkembang cepat. Tangan janin dapat

menggenggam. Kaki menendang aktif. Pankreas memproduksi insulin. Kelamin luar

sudah dapat ditentukan jenisnya.

Janin 16 minggu

Minggu ke-20 / Bulan ke-5

Panjang janin 18-27 cm. Berat janin 300 gram. Tinggi rahim setinggi pusat.

Verniks melindungi tubuh. Lanugo menutupi tubuh dan menjaga minyak pada kulit.

Terbentuk alis, bulu mata, dan rambut. Janin membuat jadwal teratur tidur, menelan

dan menendang.

14
Janin 20 minggu

Minggu ke-24 / Bulan ke-6

Panjang janin 28-34 cm. Berat rahim 600 gram. Tinggi rahim di atas pusat.

Kerangka berkembang cepat. Berkembangnya sistem pernafasan.

Janin 24 minggu

15
Minggu ke-28 / Bulan ke-7

Panjang janin 35-38 cm. Berat rahim 1000 gram. Tinggi rahim antara

pertengahan pusat – prosessus xifodeus. Janin bisa bernafas, menelan dan mengatur

suhu. Terbentuk surfaktan dalam paru-paru. Mata mulai membuka dan menutup.

Bentuk janin dua pertiga bentuk saat lahir.

Janin 28 minggu

Minggu ke-32 / Bulan ke-8

Panjang janin 42,5 cm. Berat rahim 1700 gram. Tinggi rahim dua pertiga di

atas pusat. Simpanan lemak berkembang di bawah kulit. Janin mulai menyimpan zat

besi, kalsium dan fosfor. Kulit merah dan gerak aktif.

16
Janin 32 minggu

Minggu ke-36 / Bulan ke-9

Panjang janin 46 cm. Berat rahim 2500 gram. Tinggi rahim setinggi prosessus

xifodeus. Kulit penuh lemak, organ sudah sempurna.

Janin 36 minggu

17
Minggu ke-40 / Bulan ke-10

Panjang janin 50 cm. Berat rahim 3000 gram. Tinggi rahim dua jari bawah

prossesus xifodeus. Kepala janin masuk PAP (pintu atas panggul), kuku panjang,

testis telah turun. Kulit halus hampir tidak ada lanugo.5

Janin 40 minggu

Kehamilan minggu pertama

Perhitungan usia kehamilan dimulai dari hari pertama menstruasi terakhir –

sebelum akhirnya menstruasi bisa dikatakan terlambat. Oleh karena itu, bisa

dikatakan bahwa pada minggu pertama dan kedua, sebenarnya anda belum

mengalami kehamilan. Lalu apa yang terjadi pada minggu ini? Setelah

mengalami proses pembuahan, yaitu bertemunya telur dengan sperma, maka akan

18
terbentuk jaringan yang terdiri dari 100 sel yang nantinya akan menjadi cikal bakal

janin. Setelah membelah dan memperbanyak sel, calon janin atau embrio tersebut

akan menempel pada rahim, yaitu tempat tumbuh kembangnya selama kehamilan

terjadi.

Kehamilan minggu kedua

Memasuki minggu kedua, sel yang dimiliki embrio sebanyak kurang lebih

150 sel yang membentuk tiga lapisan, yaitu endoderm, mesoderm, dan ektoderm.

Lapisan-lapisan yang dibentuk oleh sel inilah yang akan menjadi berbagai organ serta

bagian tubuh dari bayi, seperti otot, tulang, jantung, sistem pencernaan, sistem

reproduksi, dan sistem saraf.

Kehamilan minggu ketiga

Embrio berhasil menempel dengan sempurna pada rahim. Pada masa ini,

embrio masih melakukan pembelahan serta perbanyakan sel, oleh karena itu belum

berbentuk seperti embrio atau bayi. Lapisan terluar dari embrio akan membentuk

plasenta atau ari-ari. Di tahap ini juga, berbagai organ tubuh mulai dibentuk, seperti

otak, tulang belakang, kelenjar tiroid, organ jantung, dan pembuluh-pembuluh darah.

Ukuran embrio pada minggu ketiga masih sangat kecil, hanya sebesar 1,5 mm.

Kehamilan minggu 4

Jantung sudah terbentuk dan mulai berfungsi dan pembuluh-pembuluh darah

sudah memiliki aliran darahnya sendiri. Selain itu, sudah mulai membentuk tangan

dan kaki.Pada minggu ke-4 ukuran embrionya sebesar 5 mm.

19
Kehamilan minggu 5

Tangan bayi sudah mulai tumbuh, namun masih tidak berbentuk seperti

tangan, masih rata tanpa jari-jari. Struktur dasar otak dan sistem saraf pun juga sudah

terbentuk, sementara mata, telinga, dan mulut baru akan dibentuk. Ukuran pada

minggu ke-5 sebesar 7 mm.

Kehamilan minggu 6

Masuk ke minggu ke-6, ukuran embrio sudah sebesar kacang polong atau

sekitar 12 mm. Kaki sudah mulai tumbuh walaupun jari-jari kaki belum terbentuk.

Sistem pencernaan baru mulai untuk tumbuh. Sementara bibir atas dan langit-langit

mulut sudah terbentuk.Kepala dari embrio sudah mulai terlihat namun ukurannya

sangat kecil, dan terlihat bahwa telinga dan mata sedang dikembangkan.

Kehamilan minggu 7

Ukuran embrio ketika memasuki minggu ke-7 adalah sekitar 19 mm. Pada

tahap ini, paru-paru baru akan dibentuk, jari-jari sudah mulai terlihat, dan otot serta

sistem saraf sudah berfungsi dengan baik. Oleh karena itu pada masa ini, embrio

sudah bisa menunjukkan refleksnya kepada ibunya.

Kehamilan minggu 8

Di minggu ke-8, embrio sudah bisa disebut janin karena sudah memiliki

bentuk serta wajah seperti manusia. Kelopak mata dan hidung mulai terbentuk pada

minggu ini.Pada tahap ini, plasenta berkembang dan janin dikelilingi air ketuban

yang terbentuk dari pembuluh-pembuluh darah ibu. Air ketuban berfungsi untuk

menjaga suhu janin tetap normal, membantu janin bergerak, dan membantu dalam

20
perkembangan jantung janin. Ukuran janin mencapai 3 cm atau sebesar buah plum

pada minggu ke-8.

Kehamilan minggu 9

Muka pada janin semakin jelas terbentuk. Mata lebih besar dan berwarna,

sesuai dengan pigmen yang dimiliki masing-masing janin. Janin sudah mampu untuk

membuka mulutnya serta pita suara dan kelenjar air liur mulai terbentuk. Janin yang

berusia 9 minggu berukuran sebesar jeruk limo atau sekitar 5,5 cm.

Kehamilan minggu 10

Janin yang berusia 10 minggu berukuran 7,5 cm, memiliki kepala yang lebih

besar dibandingkan dengan ukuran badannya. Jantung sudah bekerja secara

sempurna. Jantung pada janin berdetak 180 kali per menit, dua atau tiga kali lebih

cepat dibandingkan dengan detak jantung normal pada orang dewasa. Sel tulang

pertama kali terbentuk, menggantikan tulang rawan yang sebelumnya sudah dibentuk.

Kehamilan minggu 11

Tulang wajah mulai terbentuk, kelopak mata masih tertutup dan tidak akan

terbuka hingga beberapa minggu ke depan. Kuku juga sudah mulai dibentuk.Pada

minggu ini, ternyata janin sudah bisa menelan dan mengeluarkan urin, yang

dikeluarkan di dalam air ketuban.

Kehamilan minggu 12

Setelah 12 minggu dari terakhir menstruasi , organ-organ dan sistem tubuh

yang ada pada orang dewasa sudah dimiliki semua pada janin. Organ, otot, kelenjar,

dan tulang, sudah sempurna terbentuk dan mulai berfungsi. Mulai dari minggu ini,

21
akan terjadi perkembangan dan pematangan dari berbagai organ yang telah dibentuk

sebelumnya. Tulang belakang janin yang tadinya terbentuk dari tulang rawan, pada

minggu ke-12 akan berubah menjadi tulang keras.

Kehamilan minggu 13-17

Ketika memasuki usia minggu ke 13-17, berat janin sebesar 57-113 gram dan

panjangnya sekitar 10-13 cm. Janin mengalami mimpi pada tahap ini, ia dapat bangun

dan kemudian tidur. Selain itu, mulut janin juga sudah bisa digerakkan, seperti dibuka

atau ditutup. Pada minggu ke-16, janin sudah bisa dilihat jenis kelaminnya, apakah ia

laki-laki atau perempuan bisa dibantu lihat dengan melakukan USG. Muncul rambut-

rambut halus pada kepala, yang disebut sebagai lanugo.

Kehamilan minggu 18-22

Ukuran janin sudah mencapai 25 hingga 28 cm dan memiliki berat 227

sampai 454 gram. Pada tahap ini, tulang yang ada dan keras sudah menggantikan

tulang-tulan rawan pada janin. Janin mulai bisa mendengar dan memberikan respon

gerakan. Oleh karena itu, ibu bisa merasakan tendangan, pukulan dan berbagai

gerakan dari janin. Kelenjar minyak pada kulit mulai bekerja.

Kehamilan minggu 23-26

Pankreas janin mulai bekerja secara efektif dan paru-paru semakin matang

pada tahap ini. Bayi yang lahir ketika memasuki minggu ke 23-26 memiliki lebih

besar peluang untuk bertahan hidup, dibandingkan dengan minggu-minggu

sebelumnya. Bulu mata dan alis pun mulai terlihat.

22
Kehamilan minggu 27- 31

Diperkirakan 91% janin yang lahir di minggu ke 27-31 dapat bertahan hidup

walaupun berisiko mengalami berbagai komplikasi seperti cacat lahir dan berat badan

lahir rendah. Pada dasarnya, semua organ dan sistem tubuh sudah semakin matang

pada usia ini dan akan terus berkembang hingga kelahiran terjadi.

Kehamilan minggu 32-36

Gerakan dan tendangan yang dilakukan oleh janin semakin kuat dan semakin

terasa. Saat ini, kulit janin berwarna pink dan sangat halus. Janin pada usia ini

memiliki berat sebesar 1,814 hingga 2,268 gram dan panjang sekitar 41-43 cm.6

Kehamilan minggu 37-40

2.3 Definisi Abortus Iminenss

Abortus atau keguguran adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu

hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia

kehamilan kurang dari 28 minggu. Kejadian abortus sulit diketahui, karena sebagian

besar tidak dilaporkan dan banyak yang dilakukan atas permintaan. Keguguran

spontan diperkirakan sebesar 10 sampai 15%. Abortus terjadi menjadi dua macam

yaitu abortus yang terjadi secara spontan (iminens, insipiens, komplit, missed

abortion dan abortion habitualis) dan abortus yang terjadi secara buatan (indikasi

medis dan indikasi sosial).1

Abortus Iminens adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa

berlanjut beberapa hari atau dapat berulang.7

23
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan vaginal pada

setengah awal kehamilan.

Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan viabel,

dan serviks tertutup.

Abortus imminens adalah wanita yang mengandung bayi hidup dengan usia

kehamilan kurang dari 24 minggu yang mengalami perdarahan vaginal dengan atau

tanpa nyeri abdomen ketika kondisi serviks masih tertutup.

abortus imminens adalah terjadi perdarahan berccak yang menunjukkan

ancaman bagi kelangsungan suatu kehamilan dan dalam kondisi ini kehamilan

mungkin berlanjut dan dipertahankan.

2.4 Etiologi

Insiden, 15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis, mungkin

mendekati 50% dari semua konsepsi. (Graber, 2006 : 368) Penyebab abortus

merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh

kematian janin, faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:

a. Faktor Janin

Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan

zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya

menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:

24
1. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau

kerusakan kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi).

2. Embrio dengan kelainan lokal.

3. Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)8. Produk konsepsi

yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus spontan. Paling

sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom dan

sebagian besar akan gugur.

b. Faktor Maternal

1. Infeksi

Infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang sedang berkembang,

terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak

diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi

terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus.

2. Virus

Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster,

vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalomeilitis.

3. Bakteri- misalnya Salmonella typi.

4. Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.

5. Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vascular

6. Penyakit endrokin

25
c. Faktor Resiko

1. Usia

Usia dibawah 20 tahun dan di atas 43 tahun merupakan usia resiko untuk

hamil dan melahirkan. Menurut Manuaba (1998) kurun waktu reproduksi

sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang masih

muda, karena pada saat remaja alat reproduksi belum matang dan belum siap

untuk hamil.1

2. Paritas ibu

Semakin banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin

tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan

nifas. Bahwa resiko abortus spontan semakin meningkat dengan

bertambahnya paritas.8

3. Riwayat abortus sebelumnya

Setelah satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami

keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%.

Beberapa studi meramalkan resiko setelah 3 abortus berurutan 30-45%.5

4. Pemeriksaan antenatal

Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester

pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.

Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan antental dengan

baik adalah kelainan yang mungkin ada atau timbul pada kehamilan tersebut

26
cepat diketahui dan segera dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik pada

kehamilan.5

5. Pendidikan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2002) bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan makin rendah kejadian abortus. Angka kejadian

tertinggi yaitu pada golongan berpendidikan 10-12 tahun (SMA). Secara

teoritis diharapkan wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih

memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.

6. Merokok

Penelitian epidemiologi mengenai merokok tembakau dan abortus spontan

menemukan bahwa tembakau dapat sedikit meningkatkan resiko untuk

terjadinya abortus spontan.. Namun, hubungan antara merokok dan abortus

spontan tergantung pada faktor-faktor lain termasuk konsumsi alkohol,

perjalanan reproduksi, waktu gestasi untuk abortus spontan, kariotife fetal,

dan status sosial ekonomi. Peningkatan angka kejadian abortus spontan pada

wanita alkoholik mungkin berhubungan dengan akibat tak langsung dari

gangguan terkait alkoholisme.

7. Radiasi

Radiasi ionisasi menyebabkan gangguan hasil reproduksi, termasuk

malfarmasi kongenital, restraksi pertumbuhan intrauterin dan kematian

embrio. Pada tahun 1990, Komisi Internasional Terhadap Perlindungan

Radiasi menyarankan untuk wanita dengan konsepsi tidak terpapar lebih dari

27
5 mSv selama kehamilan. Penelitian – penelitian mengenai kontaminasi

radioaktif memperlihatkan akibat Chernobyl yang meningkatkan angka

kejadian abortus spontan di Finlandia dan Norwegia.

2.5 Klasifikasi

A. Abortus spontan

Abortus spontan adalah abortus tidak disengaja, alami.

B. Abortus provokatus

Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja. Abortus provokatusdapat dibagi

menjadi:

28
1. Abortus medisinalis (abortus therapeutica), yaitu abortus yang dilakukan karena

indikasi medis misal, penyakit jantung, hipertensi, Ca servik

2. Abortus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan karena tindakan legal tanpa

indikasi medis

C. Abortus kompletus (keguguran lengkap)

Abortus kompletus (keguguran lengkap) adalah abortus yang hasil konsepsi (desidua

dan fetus) keluar seluruhnya.

Tanda klinis: rasa nyeri dan perdarahan telah berhenti, ostium tertutup, uterus

mengecil,rongga rahim kosong

Terapi: pemberian uterotonika

D. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)

Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap) adalah abortus yang sebagian hasil

konsepsinya telah keluar, tetapi desidua atau plasenta masih tertinggal.

Tanda klinis: amenore, nyeri perut, perut mules, pedarahan sedikit/ banyak, keluar

jaringan/ fetus, servik terbuka

Terapi: pemberian cairan, digital dan kuretase, uterotonika, antibiotik

E. Abortus insipiens (keguguran berlangsung)

Abortus insipiens (keguguran berlangsung) adalah abortus yang sedang berlangsung,

tidak dapat dipertahankan.

Tanda: perdarahan banyak, ostium terbuka, ketuban teraba, berlangsung beberapa

jam, nyeri perut

Komplikasi: kematian ibu, infeksi

29
Terapi:

a. Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan

aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera dilakukan: Berikan

ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau

misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).

b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

 Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.

 Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena

(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit

untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

F. Abortus iminens (keguguran mengancam)

Abortus iminens (keguguran mengancam) adalah keguguran yang mengancam dan

dapat dipertahankan.

Tanda: ostium tertutup, tinggi fundus uteri sesuai umur kehamilan, perdarahan

bercak, nyeri perut bagian bawah

Terapi: bed rest total, obat hormonal, anti spasmodika

Apabila perdarahan berlanjut, evaluasi kondisi kehamilan Pemeriksaan ultrasonografi

penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup dan jika reaksi

kehamilan 2 kali berturut-turut negatif maka dilakukan kuretase.

30
G. Abortus tertunda (Missed abortion)

Abortus tertunda (Missed abortion) adalah janin sudah mati, masih di dalam uterus

dan tidak keluar 2 bulan atau lebih. Pada fetus yang mati dapat keluar sendiri, atau

diresorbsi, mengering dan menipis, atau menjadi mola karnosa.

Tanda: amenore, perdarahan sedikit berulang warna cokelat gelap, fundus tidak

bertambah tinggi, reaksi kehamilan negatif, servik tertutup dan ada sedikit darah,

perut terasa dingin / kosong.

Terapi: pemberian uterotonika, dilatasi dan kuretase, antibiotic

Komplikasi: hipo atau afibrinogenemia

H. Abortus habitualis (keguguran berulang)

Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keguguran berturut-turut 3 kali atau

lebih.

Etiologi: kelainan ovum/ sperma, faktor ibu (disfungsi tiroid, kelainan korpus luteum,

plasenta, malnutrisi, kelainan anatomi, penyakit penyerta kehamilan)

Pemeriksaan: histerosalfingografi, BMR dan kadar iodium darah, psiko analisis

Terapi: pengobatan kelainan endometrium, kurangi/ hentikan kebiasaan buruk. Pada

servik inkompeten dilakukan tibdakan operatif

I. Abortus infeksius dan abortus septik

Aborus infeksius adalah keguguran yang disertai dengan infeksi genital.

Abortus septik adalah keguguran yang disertai dengan infeksi berat,

penyebaran kuman sampai peredaran darah/ peritonium.

Tanda: amenore, perdarahan, keluar jaringan

31
Tanda abortus septik: sakit berat, panas tinggi, nadi kecil dan cepat, tekanan

darah turun, syok

Pemeriksaan: kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, tanda infeksi

genital

Terapi: pemberian cairan, antibiotik, tindakan operatif.8

2.6 Patogenesis

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis

jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing

dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing

tersebut.

32
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua

secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales

belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,

penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan

menimbulkan banyak perdarahan3. Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan

pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat

namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.

Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat

pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang

banyak. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu

daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion

atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati, janin

masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus. Janin

biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat

kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga

menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang

banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol.5

Menurut Manuaba, 2008 terdapat berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi

yang tidak dikeluarkan dapat terjadi:

1) Mola karnosa : hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan seperti daging.

2) Mola heberose: amnion berbenjol-benjol karena terjadi hemotoma antar amnion

dan korion.

33
3) Fetus kompresus: janin mengalami mummifikasi, terjadi penyerapan kalsium dan

tertekan sampai gepeng.

4) Fetus papireseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan laksana

kertas.

5) Blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin hanya

benda kecil yang tidak berbentuk.1

2.7 Tanda dan Gejala

Menurut Sukarni (2013) tanda dan gejala abortus iminenss adalah sebagai

berikut :

1. Terdapat keterlambatan datang bulan.

2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules.

3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan

terjadi kontraksi otot rahim.

4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis

servikalis masih tertutup.

5. Dapat dirasakan kontraksi otot rahim, hasil pemeriksaan tes kehamilan positif.

34
2.8 Diagnosa

Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi

melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus

membesar sebesar tuannya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan

positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid

yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh

penembusan vili koriales ke dalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan

implantasibiasannya sedikit, warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai

mules-mules. Menurut Norma (2013), diagnosa abortus dapat diduga bila seorang

wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah

mengalami haid terlambat, sering pula terasa mules. Kecurigaan tersebut dapat pula

diperkuat dengan tes kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes

kahamilan secara biologis. Yang harus diperhatikan yaitu macam dan banyaknya

perdarahan, pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uterus atau

vagina.

Pemeriksaan penunjang :

a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.

b. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

35
2.9 Penatalaksanaan

Efektivitas penatalaksanaan aktif masih dipertanyakan, karena umumnya

penyebab abortus imminens adalah kromosom abnormal pada janin. Meskipun

banyak penelitian menyatakan tidak ada terapi yang efektifuntuk abortus imminens,

penatalaksanaan aktif pada umumnya terdiri atas:

1. Tirah Baring

Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus

imminens karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah keuterus dan

berkurangnya rangsang mekanik. Pada suatu penelitian, 1228 dari 1279 (96%)

dokter umum meresepkan istirahat pada perdarahan hebat yang terjadi pada awal

kehamilan, meskipun hanya delapan dari mereka yang merasa hal tersebut perlu,

dan hanya satu dari tiga orang yang yakin hal tersebut bekerja baik.

Sebuah penelitian randomised controlled trial (RCT) tentang efek tirah

baring pada abortus imminens menyebutkan bahwa 61 wanitahamil yang

mengalami perdarahan pada usia kehamilan kurang dari delapan minggu yang

viabel, secara acak diberi perlakuan berbeda yaitu injeksi hCG, plasebo atau tirah

baring. Persentase terjadinya keguguran dari ketiga perlakuan tersebut masing-

masing 30%, 48%,and 75%. Perbedaan signifikan tampak antara kelompok

injeksi hCG dan tirah baring namun perbedaan antara kelompok injeksi hCG dan

plasebo atau antara kelompok placebo dan tirah baring tidak signifikan.

Meskipun pada penelitian tersebut hCG menunjukkan hasil lebih baik

dibandingkan tirah baring, namun ada kemungkinan terjadi sindrom

36
hiperstimulasi ovarium, dan mengingat terjadinya abortus imminens dipengaruhi

banyak faktor, tidak relevan dengan fungsi luteal, menjadikan hal tersebut

sebagai pertimbangan untuk tidak melanjutkan penelitian tentang penggunaan

hCG. Dalam sebuah penelitian retrospektif pada 226 wanita yang dirawat di RS

dengan keluhan akibat kehamilannya dan abortus imminens, 16% dari 146

wanita yang melakukan tirah baring mengalami keguguran, dibandingkan dengan

seperlima wanita yang tidak melakukan tirah baring. Sebaliknya, sebuah studi

kohort observasional terbaru dari 230wanita dengan abortus imminens yang

direkomendasikan tirah baring menunjukka nbahwa 9,9% mengalami keguguran

dan 23,3% baik-baik saja. Lamanya perdarahan vagina, ukuran hematoma dan

usia kehamilan saat diagnosis tidak mempengaruhi tingkat terjadinya keguguran.

Meskipun tidak ada buktipasti bahwa istirahat dapat mempengaruhi jalannya

kehamilan, membatasi aktivitas selama beberapa hari dapat membantu wanita

merasa lebih aman, sehingga memberikan pengaruh emosional.

2. Abstinensia

Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens,

karena padasaat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau

akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat

mempercepat pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi mikroorganisme

divagina.

37
3. Progestogen

Progestogen merupakan substansi yangmemiliki aktivitas progestasional

atau memiliki efek progesteron, diresepkan pada13-40% wanita dengan abortus

imminens. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan

penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta

memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal

kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga suplementas

iprogesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah keguguran,

karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum

gravidarum dan membuat uterus relaksasi. Sebagian besar ahli tidak setuju

namun mereka yang setuju menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya

kekurangan hormon progesteron.

Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesterone, Meskipun tidak

ada bukti kuat tentang manfaatnya namun progestogen disebutkan dapat

menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah baring, terlepas dari

kemungkinan bahwa pemakaiannya pada abortus imminens mungkin dapat

menyebabkan missed abortion, progestogen pada penatalaksanaan abortus

imminens tidak terbukti memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan

antepartum yang merupakan efek berbahaya bagi ibu. Selain itu, penggunaan

progestogen juga tidak terbukti menimbulkan kelainan kongenital.

38
4. hCG (human chorionic gonadotropin)

hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam

mempertahankan kehamilan. Karena itu, hCG digunakan padaa bortus imminens

untuk mempertahankan kehamilan.

5. Relaksan otot uterus

Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga digunakan

sebagai relaksan otot uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang lebih

baik dibandingkan penggunaan placebo.

6. Profi laksis Rh (rhesus)

Konsensus menyarankan pemberiani munoglobulin anti-D pada kasus

perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala

berat mendekati 12 minggu.9

2.10 Komplikasi

Menurut Norma (2013) Abortus Iminens dapat menimbulkan beberapa

komplikasi yaitu :

1. Perdarahan (hemorrhage)

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kamatian karena perdarahan

dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

39
2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan

teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung

dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histrektomi.

Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh seorang awam menimbulkan

persalinan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi

pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya

perforasi, laparotomi uterus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera,

untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi

komplikasi.

3. Infeksi

Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi

biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu

abortus yang tidak aman (unsafe abortion).

4. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat (syok endoseptik).9

2.11 Prognosis

Abortus imminens merupakan salah satufaktor risiko keguguran, kelahiran

prematur, BBLR, perdarahan antepartum, KPD dan kematian perinatal. Namun, tidak

40
ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan lamanya perdarahan

menentukan prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan

berlangsung lama, nyeri perutyang disertai pendataran serta pembukaan serviks.

2.12 Pencegahan

Setelah mengetahui berbagai penyebab dari gangguan ini, abortus imminens

sebenarnya bisa dihindari dengan sedini mungkin melakukan langkah-langkah

pencegahan.

Adapun langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan untuk memperkecil

resiko terjadinya abortus imminens adalah sebagai berikut :

 Rutin memeriksakan diri ke dokter, berkonsultasi dan menjalani test USG. 3

cara ini setidaknya dapat membuat ibu, mengetahui gejala kelainan dalam

kandungan sedini mungkin sehingga. Jika terjadi kelainan, bisa cepat

dilakukan tindakan penyelamatan untuk menghindari resiko yang lebih tinggi.

 Mempersiapkan kehamilan sebaik-baiknya, semisal mencukupi asupan nutrisi

ibu hamil, mempertebal daya tahan tubuh atau jika diperlukan, melakukan terapi

untuk mengobati penyakit akut (seperti typhus, malaria, pielonefritis, pneumonia

dan lain-lain) atau kronis (TBC, anemia berat, laparatomi dan lainlain) baik yang

diderita calon bapak maupun calon ibu. Selain dapat menular pada bayi,

penyakit-penyakit tertentu yang diderita calon bapak/ibu juga dapat menghambat

proses kehamilan.

41
 Mengurangi aktivitas fisik sejak masa pra-kehamilan hingga kehamilan.

 Selektif dalam mengkonsumsi obat dan berkonsultasi terlebih dahulu apakah

sebuah obat aman dikonsumsi ibu hamil atau tidakIstirahat yang cukup dan

menenangkan pikiran. Salah satu sebab yang dapat memicu terjadinya abortus

imminens adalah tekanan psikologis seperti trauma, keterkejutan yang sangat

atau rasa ketakutan yang luar biasa. Karena itu, ibu hamil harus mengkondisikan

pikirannya agar sebisa mungkin rileks dan santai. Peran dan dukungan dari

orang-orang terdekat juga amat diperlukan dalam upaya menciptakan keadaan

kondusif

 Mengatur jarak kehamilan

 Mengonsumsi vitamin dan nutrisi-nutrisi lain yang diperlukan tubuh

 Menjalani ANC atau Antenatal Care, yakni perawatan pada ibu hamil untuk

sedini mungkin mengidentifikasi dan mencegah terjadinya kondisi yang

mengancam keselamatan bayi dan ibu. Program ini juga akan membantu ibu

hamil menjalani masa kehamilannya dan menjadikan momen-momen tersebut

tak ubahnya pengalaman yang menyenangkan

Beberapa keterangan di atas tentu cukup menggambarkan apa dan bagaimana

abortus imminens terjadi serta bagaimana cara pencegahannya. Dibandingkan

keguguran jenis lain, abortus imminens tergolong yang paling ringan dan tak jarang

menjadi tahap pertama sebelum terjadinya keguguran lain yang levelnya lebih tinggi.

42
Karena itu, rajin-rajinlah berkonsultasi dengan dokter Anda agar keguguran level

terendah inipun dapat dihindari dan janin menjadi sehat serta lahir dengan selamat.9

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba, Ida A.C (2013). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kb Untuk

Pendidikan Bidan. Edisis 2. Jakarta: EGC

2. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul

Data Jakarta; Badan Litbangkas, Depkes RI, 2013

3. Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. hal 305-306
4. Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

5. Prawirohadjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono

6. Sulistiyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta: Salemba

Medika

7. Kusmiati, Yuni et All. 2009. Perawatan Ibu hamil. Yogyakarta: Fitramaya

8. Cunningham, Mac Donald, Gant. 2005. William Obstetri, Edisi 22. Jakarta: EGC

9. Norma nitra, Dwi Mustika. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi, Yokyakarta: Nuha

44

Anda mungkin juga menyukai