DisusunOleh :
Ferawaty Endang (71160891866)
Daniel Aprianto Sihotang (213210096)
Febby Tyahnandari (120611049)
Pembimbing :
dr.H.Mistar Ritonga, Sp.F
Dokter Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
kasih-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini, untuk melengkapi
persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior SMF Kedokteran Forensik Dan
Medikolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan judul “Visum et
Repertum dan Perundang-undangannya”.
Paper ini bertujuan agar kami dapat memahami lebih dalam mengenai
teori-teori yang diberikan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.H.Mistar
Ritonga, Sp.F, khususnya selaku pembimbing kami, dan semua staf pengajar di
SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan, serta teman-teman di Kepaniteraan Klinik Senior.
Kami menyadari bahwa paper ini masih banyak terdapat kekurangan baik
mengenai isi susunan bahasa, maupun kadar ilmiahnya. Oleh karena itu,kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
yang membaca paper ini.Semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman.........
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 1
1.3 Manfaat .............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... ..3
2.1 Visum et Repertum ........................................................................ . 3
2.1.1 Definisi ................................................................................... 3
2.1.2 Jenis VeR................................................................................... 3
2.1.3 Nilai VeR................................................................................... 5
2.1.4 Bentuk dan Susunan VeR .......................................................... 6
2.2. Dasar Hukum VeR ........................................................................... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan Paper ini adalah :
1.3 Manfaat
Paper ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis serta masyarakat secara
umum agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai Visum
et Repertum dan Perundang-undangannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
sebelumnya. Dalam visum ini harus dicantumkan nomor dan tanggal dari
visum sementara yang telah diberikan. Dalam visum ini dokter telah
membuat kesimpulan. Visum lanjutan tidak perlu dibuat oleh dokter yang
membuat visum sementara, tetapi oleh dokter yang terakhir merawat
penderita.
2. Visum Jenazah
VeR jenazah dapat dibedakan atas:
a. Visum dengan Pemeriksaan Luar5
Yang dimaksud dengan pemeriksaan luar, tidak hanya pemeriksaan luar
tubuh korban tetapi juga pakaian korban, benda-benda yang dipakai
korban bahkan barang atau benda disekitar korban.
Pemeriksaan luar terdiri atas :
- Label Mayat : memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang
biasanya diikatkan pada jempol kaki mayat. Gunting pada tali
pengikat, simpan bersama berkas pemeriksaan. Catat warna, isi dan
bahan label selengkap mungkin. Sedangkan label rumah sakit
identifikasi di kamar jenazah, harus tetap ada pada tubuh mayat.
- Tutup dan pembungkus mayat : mencatat jenis/bahan, warna, corak
serta kondisi (ada bercak/pengotoran) dari penutup mayat. Catat tali
pengikatnya bila ada, catat mengenai jenis, bahan pengikat serta letak
pengikatannya.
- Pakaian : pakaian korban diperiksa dan direkam satu persatu dan
tentukan warna dan corak serta terbuat dari bahan apa, merek pabrik
pembuatnya, penjahit jenis pakaian (misalnya piyama, pakaian olah
raga), cap ukuran dll. Apakah pakaian kotor, berlumuran darah, pasir,
lumpur, minyak dsb. Catat robekan yang dijumpai , lokalisasai lama
atau baru, bentuk dan tepinya periksa kantong isinya misalnya surat,
benda-benda dan lain sebagainya untuk identifikasi.
- Perhiasan : mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan, warna,
merek, bentuk serta ukiran nama/inisial pada benda perhiasan tersebut
4
- Mencatat benda di samping mayat.
- Mencatat perubahan tanatologi/tanda-tanda kematian.
- Identifikasi umum : mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin,
bangsa/ras, perkiraan umur, warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat
badan, disirkumsisi/tidak, striae albicanstes pada dinding perut
- Identifikasi khusus : mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk
penentuan identifikasi khusus, meliputi rajah/tatoo, jaringan parut,
kapalan, kelainan kulity, anomali dan cacat pada tubuh.
- Peemeriksaan lokal di setiap organ.
- Perlu diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda perbendungan,
ikterus, sianosis, edema, bekas pengobatan, bercak lumpur atau
pengotoran lain pada tubuh.
- Pemeriksaan ada/tidaknya patah tulang, serta jenis/sifatnya.
b. Visum dengan Pemeriksaan Dalam5
Pemeriksaan dalam dilakukan dengan membuka semua rongga tubuh
korban, yaitu rongga kepala, dada perut dan pangul. Untuk pembukaan
ronga tubuh dikenal 2 metode yaitu, Insisi I (dimulai dari bawah dagu di
garis pertengahan tubuh sampai ke sympisis pubis, dengan jalan
membelokkan ke arah kiri setentang pusat); Insisi Y (insisi ini dimulai
dari pertengahan klavikula ke processus xhypoideus ke simpisis pubis
dengan cara membelokkan irisan kiri setentang pusat); Insisi Y
Modifikasi (insisi dimulai dari processus mastoideus kiri dan kanan ke
arah pertengahan manubrium sterni, selanjutnya sama ke bawah seperti
insisi I).
5
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan Terdakwa
1. Pro-Yustitia
Berpedoman kepada Peraturan Pos, bila dokter menulis Pro-Yustitia
dibagian atas visum, maka itu sudah dianggap sama dengan kertas
materai. Ini diartikan agar pembuat maupun pemakai visum dari semula
menyadari bahwa laporan itu adalah demi keadilan (Pro-Yustitia).
2. Pendahuluan
Berisi tentang siapa yang memeriksa, siapa yang diperiksa, saat
pemeriksaan (tanggal, hari dan jam), dimana diperiksa, mengapa
diperiksa dan atas apa permintaan siapa visum itu dibuat. Data diri
korban diisi sesuai dengan yang tercantum dalam permintaan visum.
3. Pemeriksaan
Pada bagian ini dokter melaporkan hasil pemeriksaannya secara objektif
dengan menuliskan luka, cedera dan kelainan pada tubuh korban seperti
apa adanya, misalnya didapati suatu luka dokter menuliskan bentuk luka
ukuran panjang dan lebar luka, pinggir luka, jaringan dalam luka tanpa
menyebutkan jenis luka.
4. Kesimpulan
Menyimpulkan kelainan yang terjadi pada korban menurut keahliannya.
Misalnya pada korban luka perlu penjelasan tentang jenis kekerasan,
hubungan sebab-akibat dari kelainan, tentang derajat kualifikasi luka,
berapa lama korban dirawat dan bagaimana harapan kesembuhan.
6
5. Penutup
Bagian ini mengingatkan pembuat dan pemakai visum bahwa laporan
tersebut dibuat sejujur-jujurnya dan mengingat sumpah. Untuk
menguatkan pernyataan itu dokter mencantumkan Staatsblad 1937 No.
350, atau dalam konsep visum yang baru ditulis sesuai KUHAP.
7
wilayah kepolisian tertentu yang komandannya adalah seorang bintara (Brigadir),
maka ia adalah penyidik karena jabatannya tersebut. Kepangkatan bagi penyidik
pembantu adalah bintara serendah-rendahnya Brigadir dua. Untuk mengetahui
apakah suatu surat permintaan pemeriksaan telah ditanda tangani oleh yang
berwenang, maka yang penting adalah bahwa si penanda tangan menandatangani
surat tersebut selaku penyidik. Wewenang penyidik meminta keterangan ahli ini
diperkuat dengan kewajiban dokter untuk memberikannya bila diminta, seperti
yang tertuang dalam pasal 179 KUHAP sebagai berikut:7
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagi ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
8
(1) Visa reperta dari dokter-dokter, yang dibuat atas sumpah jabatan yang
diikrarkan pada waktu menyelesaikan pelajaran kedokteran di negeri Belanda
atau di Indonesia, atau atas sumpah daya bukti dalam perkara-perkara pidana,
sejauh itu mengandung keterangan tentang yang dilihat oleh dokter pada benda
yang diperiksa.
(2) Dokter-dokter yang tidak mengikrarkan sumpah jabatan di negeri Belanda
maupun di Indonesia, sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, boleh mengikrarkan
sumpah (atau janji).
Penjelasan pasal 186 KUHAP: keterangan ahli ini dapat juga sudah
diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang
dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di
waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.
Pasal 187 (c) : Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang
diminta secara resmi dari padanya.
Keduanya termasuk ke dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan
dalam
KUHAP Pasal 184:
(1) Alat bukti yang sah adalah :
9
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
Dari pasal-pasal di atas tampak bahwa yang dimaksud dengan keterangan
ahli maupun surat dalam KUHAP adalah sepadan dengan yang dimaksud dengan
Visum et Repertum dalam Stb no. 350 tahun 1937.7
10
BAB III
PENUTUP
Visum adalah jamak (plural) dari visa, yang berarti dilihat dan repertum
adalah jamak dari repere yang berarti ditemukan atau didapati, sehingga
terjemahan langsung dari VeR adalah “yang dilihat atau ditemukan”. Didalam
pengertian secara hukum, Visum et Repertum adalah suatu surat
keteranganseorang dokter yang memuat kesimpulan suatu pemeriksaan yang telah
dilakukannya, misalnya atas mayat seseorang untuk menentukan sebab kematian
dan lain sebagainya, keterangan mana diperlukan oleh Hakim dalam suatu
perkara. VeR juga secara hukum bisa diartikan sebagi surat keterangan tertulis
yang dibuat oleh dokter atas sumpah/janji (jabatan/khusus), tentang apa yang
dilihat pada benda yang diperiksanya.
Konsep visum yang digunakan selama ini merupakan karya pakar bidang
kedokteran kehakiman yaitu Prof. Muller, Prof. Mas Sutejo Mertodidjojo dan
Prof. Sutomo Tjokronegoro sejak puluhan tahun yang lalu (Nyowito Hamdani,
Ilmu Kedokteran Kehakiman, edisi Kedua, 1992). Konsep visum ini disusun
dalam kerangka dasar yang terdiri dari: Pro-Yustitia, Pendahuluan, Pemeriksaan,
Kesimpulan dan Penutup.
11
DAFTAR PUSTAKA
(2) Trinadi.S.2013. Ruang Lingkup Visum et Repertum sebagai Alat Bukti pada
Peristiwa Pidana yang Mengenai Tubuh Manusia. Sains Medika.
Semarang. FK UNISULA. http://pdfjurnal.unissula.ac.id/ . diakses
pada 19 Oktober 2018
(3) Amir.A. 2017. Visum et Repertum. Ilmu Kedokteran Forensik. Ed.2. Medan.
FKUSU.
12