Anda di halaman 1dari 16

PAPER

VISUM ET REPERTUM &


PERUNDANG-UNDANGANNYA

DisusunOleh :
Ferawaty Endang (71160891866)
Daniel Aprianto Sihotang (213210096)
Febby Tyahnandari (120611049)

Pembimbing :
dr.H.Mistar Ritonga, Sp.F

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


SMF KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dibacakan tanggal :

Dokter Pembimbing

dr.H.Mistar Ritonga, Sp.F

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
kasih-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini, untuk melengkapi
persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior SMF Kedokteran Forensik Dan
Medikolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan judul “Visum et
Repertum dan Perundang-undangannya”.
Paper ini bertujuan agar kami dapat memahami lebih dalam mengenai
teori-teori yang diberikan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.H.Mistar
Ritonga, Sp.F, khususnya selaku pembimbing kami, dan semua staf pengajar di
SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan, serta teman-teman di Kepaniteraan Klinik Senior.
Kami menyadari bahwa paper ini masih banyak terdapat kekurangan baik
mengenai isi susunan bahasa, maupun kadar ilmiahnya. Oleh karena itu,kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
yang membaca paper ini.Semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman.........
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 1
1.3 Manfaat .............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... ..3
2.1 Visum et Repertum ........................................................................ . 3
2.1.1 Definisi ................................................................................... 3
2.1.2 Jenis VeR................................................................................... 3
2.1.3 Nilai VeR................................................................................... 5
2.1.4 Bentuk dan Susunan VeR .......................................................... 6
2.2. Dasar Hukum VeR ........................................................................... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Visum et Repertum (VeR)semata-mata merupakan laporan tentang apa yang
dilihat dan ditemukan, tampak dalam pemeriksaan fisik badan manusia yang
menggantikan barang bukti yang ada di tempat kejadian perkara (KUHAP Pasal
187). Visum et Repertum dibuat oleh dokter sebagai orang yang dianggap
kompeten dalam menerjemahkan kebisuan badan manusia berdasarkan ilmu
medik.Hal ini berarti bahwa dokter dengan kemampuan di bidang medik
memberikan kontribusi dalam penyelesaian perkara pidana terkait dengan
keberadaan alat bukti sebagaimana tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana.1
Visum et Repertum dapat diartikan sebagai keterangan ahli maupun surat,
mengingat dibuat oleh dokter dan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat antara
IKAHI dengan IDI pada tahun 1986 di Jakarta.1 Pembuatan VeR memberikan
tugas sepenuhnya kepada dokter sebagai pelaksana di lapangan untuk membantu
hakim dalam menemukan kebenaran materil dalam memutuskan perkara pidana.
Dokter dilibatkan untuk turut dalam memberikan pendapat berdasarkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki dalam pemeriksaan perkara pidana, apabila
menyangkut tubuh manusia atau bagian dari tubuh manusia.2
Pendapat dokter diperlukan karena hakim sebagai pemutus perkara tidak
dibekali ilmu-ilmu yang berhubungan dengan anatomi tubuh manusia, yaitu dalam
rangka menemukan kebenaran materiil atas perkara pidana.Permasalahan ini dapat
dikategorikan sebagai peristiwa hukum. Menurut Sudikno Mertokusumo (2006),
peristiwa hukum adalah peristiwa yang relevan bagi hukum, peristiwa yang diatur
oleh hukum dihubungkan dengan akibat hukum atau peristiwa yang oleh hukum
dihubungkan dengan timbulnya atau lenyapnya hak dan kewajiban.2

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan Paper ini adalah :

1. Mengerti dan memahami tentang Visum et Repertum dan Perundang-


undangannya.
2. Sebagai persyaratan dalam memenuhi Kepaniteraan Klinik Program
Pendidikan Profesi Dokter di SMF Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSUD. Dr Pirngadi Medan.

1.3 Manfaat
Paper ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis serta masyarakat secara
umum agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai Visum
et Repertum dan Perundang-undangannya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Visum et Repertum (VeR)


2.1.1 Definisi
Visum adalah jamak (plural) dari visa, yang berarti dilihat dan repertum
adalah jamak dari repere yang berarti ditemukan atau didapati, sehingga
terjemahan langsung dari VeR adalah “yang dilihat atau ditemukan”.3 Didalam
pengertian secara hukum, Visum et Repertum adalah suatu surat keterangan
seorang dokter yang memuat kesimpulan suatu pemeriksaan yang telah
dilakukannya, misalnya atas mayat seseorang untuk menentukan sebab kematian
dan lain sebagainya, keterangan mana diperlukan oleh Hakim dalam suatu
perkara. VeR juga secara hukum bisa diartikan sebagi surat keterangan tertulis
yang dibuat oleh dokter atas sumpah/janji (jabatan/khusus), tentang apa yang
dilihat pada benda yang diperiksanya.4

2.1.2 Jenis VeR3


1. Untuk Orang Hidup
Yang termasuk visum untuk orang hidup adalah visum yang diberikan untuk
korban luka-luka karena kekerasan, keracunan, perkosaan, psikiatri dan lain lain.
Berdasarkan waktu pemberiannya visum untuk orang hidup dapat dbedakan atas:
a. Visum seketika (definitive). Visum yang berlangsung diberikan setelah
korban selesai diperiksa. Visum inilah yang paling banyak dibuat oleh
dokter.
b. Visum sementara. Visum yang diberikan pada korban masih dalam
perawatan. Biasanya visum sementara ini diperlukan penyidik untuk
menentukan jenis kekerasan, sehingga dapat menahan tersangka atau
sebagai petunjuk dalam menginterogasi tersangka. Dalam visum sementara
ini belum ditulis kesimpulan.
c. Visum lanjutan. Visum ini diberikan setelah korban sembuh atau meninggal
dan merupakan visum lanjutan dari visum sementara yang telah diberikan

3
sebelumnya. Dalam visum ini harus dicantumkan nomor dan tanggal dari
visum sementara yang telah diberikan. Dalam visum ini dokter telah
membuat kesimpulan. Visum lanjutan tidak perlu dibuat oleh dokter yang
membuat visum sementara, tetapi oleh dokter yang terakhir merawat
penderita.

2. Visum Jenazah
VeR jenazah dapat dibedakan atas:
a. Visum dengan Pemeriksaan Luar5
Yang dimaksud dengan pemeriksaan luar, tidak hanya pemeriksaan luar
tubuh korban tetapi juga pakaian korban, benda-benda yang dipakai
korban bahkan barang atau benda disekitar korban.
Pemeriksaan luar terdiri atas :
- Label Mayat : memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang
biasanya diikatkan pada jempol kaki mayat. Gunting pada tali
pengikat, simpan bersama berkas pemeriksaan. Catat warna, isi dan
bahan label selengkap mungkin. Sedangkan label rumah sakit
identifikasi di kamar jenazah, harus tetap ada pada tubuh mayat.
- Tutup dan pembungkus mayat : mencatat jenis/bahan, warna, corak
serta kondisi (ada bercak/pengotoran) dari penutup mayat. Catat tali
pengikatnya bila ada, catat mengenai jenis, bahan pengikat serta letak
pengikatannya.
- Pakaian : pakaian korban diperiksa dan direkam satu persatu dan
tentukan warna dan corak serta terbuat dari bahan apa, merek pabrik
pembuatnya, penjahit jenis pakaian (misalnya piyama, pakaian olah
raga), cap ukuran dll. Apakah pakaian kotor, berlumuran darah, pasir,
lumpur, minyak dsb. Catat robekan yang dijumpai , lokalisasai lama
atau baru, bentuk dan tepinya periksa kantong isinya misalnya surat,
benda-benda dan lain sebagainya untuk identifikasi.
- Perhiasan : mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan, warna,
merek, bentuk serta ukiran nama/inisial pada benda perhiasan tersebut

4
- Mencatat benda di samping mayat.
- Mencatat perubahan tanatologi/tanda-tanda kematian.
- Identifikasi umum : mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin,
bangsa/ras, perkiraan umur, warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat
badan, disirkumsisi/tidak, striae albicanstes pada dinding perut
- Identifikasi khusus : mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk
penentuan identifikasi khusus, meliputi rajah/tatoo, jaringan parut,
kapalan, kelainan kulity, anomali dan cacat pada tubuh.
- Peemeriksaan lokal di setiap organ.
- Perlu diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda perbendungan,
ikterus, sianosis, edema, bekas pengobatan, bercak lumpur atau
pengotoran lain pada tubuh.
- Pemeriksaan ada/tidaknya patah tulang, serta jenis/sifatnya.
b. Visum dengan Pemeriksaan Dalam5
Pemeriksaan dalam dilakukan dengan membuka semua rongga tubuh
korban, yaitu rongga kepala, dada perut dan pangul. Untuk pembukaan
ronga tubuh dikenal 2 metode yaitu, Insisi I (dimulai dari bawah dagu di
garis pertengahan tubuh sampai ke sympisis pubis, dengan jalan
membelokkan ke arah kiri setentang pusat); Insisi Y (insisi ini dimulai
dari pertengahan klavikula ke processus xhypoideus ke simpisis pubis
dengan cara membelokkan irisan kiri setentang pusat); Insisi Y
Modifikasi (insisi dimulai dari processus mastoideus kiri dan kanan ke
arah pertengahan manubrium sterni, selanjutnya sama ke bawah seperti
insisi I).

2.1.3 Nilai VeR3


Yang dimaksudkan dengan alat bukti dapat dilihat dalam pasal 184 ayat (1)
KUHAP, ialah sebagai berikut:
Alat bukti yang sah:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli

5
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan Terdakwa

2.1.4 Bentuk dan Susunan VeR3


Konsep visum yang digunakan selama ini merupakan karya pakar bidang
kedokteran kehakiman yaitu Prof. Muller, Prof. Mas Sutejo Mertodidjojo dan
Prof. Sutomo Tjokronegoro sejak puluhan tahun yang lalu (Nyowito Hamdani,
Ilmu Kedokteran Kehakiman, edisi Kedua, 1992).
Konsep visum ini disusun dalam kerangka dasar yang terdiri dari:

1. Pro-Yustitia
Berpedoman kepada Peraturan Pos, bila dokter menulis Pro-Yustitia
dibagian atas visum, maka itu sudah dianggap sama dengan kertas
materai. Ini diartikan agar pembuat maupun pemakai visum dari semula
menyadari bahwa laporan itu adalah demi keadilan (Pro-Yustitia).
2. Pendahuluan
Berisi tentang siapa yang memeriksa, siapa yang diperiksa, saat
pemeriksaan (tanggal, hari dan jam), dimana diperiksa, mengapa
diperiksa dan atas apa permintaan siapa visum itu dibuat. Data diri
korban diisi sesuai dengan yang tercantum dalam permintaan visum.
3. Pemeriksaan
Pada bagian ini dokter melaporkan hasil pemeriksaannya secara objektif
dengan menuliskan luka, cedera dan kelainan pada tubuh korban seperti
apa adanya, misalnya didapati suatu luka dokter menuliskan bentuk luka
ukuran panjang dan lebar luka, pinggir luka, jaringan dalam luka tanpa
menyebutkan jenis luka.
4. Kesimpulan
Menyimpulkan kelainan yang terjadi pada korban menurut keahliannya.
Misalnya pada korban luka perlu penjelasan tentang jenis kekerasan,
hubungan sebab-akibat dari kelainan, tentang derajat kualifikasi luka,
berapa lama korban dirawat dan bagaimana harapan kesembuhan.

6
5. Penutup
Bagian ini mengingatkan pembuat dan pemakai visum bahwa laporan
tersebut dibuat sejujur-jujurnya dan mengingat sumpah. Untuk
menguatkan pernyataan itu dokter mencantumkan Staatsblad 1937 No.
350, atau dalam konsep visum yang baru ditulis sesuai KUHAP.

2.2 Dasar Hukum VeR


Menurut Budiyanto dkk., dasar hukum VeR adalah pasal 133 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang mana menyebutkan:
(1). Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli
kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2). Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaanluka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik


pembantu sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP. Penyidik
yang dimaksud adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir a, yaitu penyidik
yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik tersebut adalah penyidik tunggal bagi
pidana umum, termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa
manusia.
Oleh karena VeR adalah keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan
dengan kesehatan jiwa manusia, maka penyidik pegawai negeri sipil tidak
berwenang meminta VeR, karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai
dengan undangundang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing (Pasal 7(2)
KUHAP).6
Mengenai kepangkatan pembuat surat permintaan Visum et Repertum telah
diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 27 tahun 1983 yang menyatakan penyidik
POLRI berpangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan pada

7
wilayah kepolisian tertentu yang komandannya adalah seorang bintara (Brigadir),
maka ia adalah penyidik karena jabatannya tersebut. Kepangkatan bagi penyidik
pembantu adalah bintara serendah-rendahnya Brigadir dua. Untuk mengetahui
apakah suatu surat permintaan pemeriksaan telah ditanda tangani oleh yang
berwenang, maka yang penting adalah bahwa si penanda tangan menandatangani
surat tersebut selaku penyidik. Wewenang penyidik meminta keterangan ahli ini
diperkuat dengan kewajiban dokter untuk memberikannya bila diminta, seperti
yang tertuang dalam pasal 179 KUHAP sebagai berikut:7
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagi ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

Jenis VeR jenazah dengan pemeriksaan dalam (autopsy) sering dijumpai


hambatan dari keluarga korban. Untuk mencari perjalanan keluar dari
permasalahan diatas, telah beberapa kali diselenggarakan seminar dan temuan
ilmiah yang melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan visum jenazah, tetapi
sampai kini belum ditemukan penyelesaian yang memuaskan.3
Dalam KUHAP 134 dijelaskan ”Dalam hal sangat diperlukan dimana
untuk keperluan pembuktian bedah mayat, tidak mungkin lagi dihindari, penyidik
wajib memberitahukan terlebih dahulu, kepada keluarga korban. Dalam hal
keluarga korban keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya
tentang maksud dan tujuan perlunya dilakukan pembedahan tersebut.”
Dalam KUHAP 133 ayat 2 dijelaskan “Permintaan keterangan ahli
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara tertulis yang didalam
surat itu disebutkan dengan tegas pemeriksaan luka atau pemeriksaan bedah
mayat.”3

Nama Visum et Repertum tidak pernah disebut di dalam KUHAP maupun


hukum acara pidana sebelumnya yaitu RIB (Reglemen Indonesia yang
diperbaharui). Nama Visum et Repertum sendiri hanya disebut di dalam
Staatsblad 350 tahun 1937 pasal 1 dan 2 yang berbunyi :7

8
(1) Visa reperta dari dokter-dokter, yang dibuat atas sumpah jabatan yang
diikrarkan pada waktu menyelesaikan pelajaran kedokteran di negeri Belanda
atau di Indonesia, atau atas sumpah daya bukti dalam perkara-perkara pidana,
sejauh itu mengandung keterangan tentang yang dilihat oleh dokter pada benda
yang diperiksa.
(2) Dokter-dokter yang tidak mengikrarkan sumpah jabatan di negeri Belanda
maupun di Indonesia, sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, boleh mengikrarkan
sumpah (atau janji).

Dari bunyi Stb 350 tahun 1937 telihat bahwa :


1. Nilai daya bukti Visum et Repertum dokter hanya sebatas mengenai hal yang
dilihat atau ditemukannya saja pada korban. Dalam hal demikian, dokter hanya
dianggap memberikan kesaksian mata saja.
2. Visum et Repertum hanya sah bila dibuat oleh dokter yang sudah mengucapkan
sumpah sewaktu mulai menjabat sebagai dokter.
Pasal-pasal KUHAP yang mengatur tentang produk dokter yang sepadan dengan
Visum et Repertum adalah pasal 186 dan 187 yang berbunyi:7
Pasal 186 : Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di
sidang pengadilan.

Penjelasan pasal 186 KUHAP: keterangan ahli ini dapat juga sudah
diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang
dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di
waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.
Pasal 187 (c) : Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang
diminta secara resmi dari padanya.
Keduanya termasuk ke dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan
dalam
KUHAP Pasal 184:
(1) Alat bukti yang sah adalah :

9
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
Dari pasal-pasal di atas tampak bahwa yang dimaksud dengan keterangan
ahli maupun surat dalam KUHAP adalah sepadan dengan yang dimaksud dengan
Visum et Repertum dalam Stb no. 350 tahun 1937.7

10
BAB III
PENUTUP

Visum adalah jamak (plural) dari visa, yang berarti dilihat dan repertum
adalah jamak dari repere yang berarti ditemukan atau didapati, sehingga
terjemahan langsung dari VeR adalah “yang dilihat atau ditemukan”. Didalam
pengertian secara hukum, Visum et Repertum adalah suatu surat
keteranganseorang dokter yang memuat kesimpulan suatu pemeriksaan yang telah
dilakukannya, misalnya atas mayat seseorang untuk menentukan sebab kematian
dan lain sebagainya, keterangan mana diperlukan oleh Hakim dalam suatu
perkara. VeR juga secara hukum bisa diartikan sebagi surat keterangan tertulis
yang dibuat oleh dokter atas sumpah/janji (jabatan/khusus), tentang apa yang
dilihat pada benda yang diperiksanya.
Konsep visum yang digunakan selama ini merupakan karya pakar bidang
kedokteran kehakiman yaitu Prof. Muller, Prof. Mas Sutejo Mertodidjojo dan
Prof. Sutomo Tjokronegoro sejak puluhan tahun yang lalu (Nyowito Hamdani,
Ilmu Kedokteran Kehakiman, edisi Kedua, 1992). Konsep visum ini disusun
dalam kerangka dasar yang terdiri dari: Pro-Yustitia, Pendahuluan, Pemeriksaan,
Kesimpulan dan Penutup.

Nama Visum et Repertum tidak pernah disebut di dalam KUHAP maupun


hukum acara pidana sebelumnya yaitu RIB (Reglemen Indonesia yang
diperbaharui). Nama Visum et Repertum sendiri hanya disebut di dalam Staatsblad
350 tahun 1937 pasal 1 dan 2. Dari bunyi Stb 350 tahun 1937 telihat bahwa : (1)
Nilai daya bukti Visum et Repertum dokter hanya sebatas mengenai hal yang
dilihat atau ditemukannya saja pada korban. Dalam hal demikian, dokter hanya
dianggap memberikan kesaksian mata saja; (2) Visum et Repertum hanya sah bila
dibuat oleh dokter yang sudah mengucapkan sumpah sewaktu mulai menjabat
sebagai dokter.

11
DAFTAR PUSTAKA

(1) Asmara.G. 2014. Hubungan keberadaan Visum et Repertum dengan Putusan


Hakim pada Tindak Pidana Pengayaan. Solo. FKUNS.
http://digilib.uns.ac.id/. Diakses pada 19 Oktober 2018

(2) Trinadi.S.2013. Ruang Lingkup Visum et Repertum sebagai Alat Bukti pada
Peristiwa Pidana yang Mengenai Tubuh Manusia. Sains Medika.
Semarang. FK UNISULA. http://pdfjurnal.unissula.ac.id/ . diakses
pada 19 Oktober 2018
(3) Amir.A. 2017. Visum et Repertum. Ilmu Kedokteran Forensik. Ed.2. Medan.
FKUSU.

(4) Idries.M.A. 2017. Kedokteran Forensik. Tangerang. Binarupa Aksara.

(5) Amir.A., 2017. Autopsi Medikolegal. Ed.2. Medan. FKUSU.


(6)
Utama.W.T. 2014. Visum Et Repertum: A Medicolegal Report As A
Combination Of Medical Knowledge And Skill With Legal
Jurisdiction. Lampung. UNILA.
http://download.portalgaruda.org/article.php. diakses pada 19 Oktober
2018.
(7)
Afandi.D. 2017. Tatalaksana dan Pembuatan Visum et Repertum. Ed.2.
Pekanbaru. FKUNRI. http://fk.unri.ac.id/wp-
content/uploads/2017/10/Dedi-Afandi.-Visum-et-repertum-Ed-2.pdf.
diakses pada 19 Oktober 2018.

12

Anda mungkin juga menyukai