1. Afektif/Perasaan
2. Kognitif/Pikiran
3. Psikomotor/ Gerakan
Aspek Kognitif
1. Tahap perkembangan kognitif remaja Menurut J.J. Piaget, à tahap operasi formal: tahap berfikir yang
dicirikan dengan kemampuan berfikir secara hipotetis, logis, abstrak, dan ilmiah.
2. Kemampuan kognitif remaja Lebih mampu memikirkan beberapa hal sekaligus - bukan hanya satu -
dalam satu saat dan konsep-konsepabstrak.
Aspek Afektif
1. Tahap perkembangan emosi remaja Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka
daripada pemikiran yang realistis.
2. Karakteristik emosi remaja Ingin bebas, hanya membutuhkan waktu 45 menit untuk berubah,
hasrat pemenuhan impulsif, cepat tersinggung.
3. Faktor perkembangan emosi remaja Bermacam pengaruh, à à à à lingkungan tempat tinggal, keluarga,
sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-
hari.
• Idealis
2. Dorongan itu dilunakkan oleh perasaan terikat pada aturan dan tradisi
Sebagai orang tua, Anda sebaiknya memerhatikan betul perilaku, kebiasaan, dan perkembangan
anak di usia ini. Kelekatan orang tua dan anak adalah kunci untuk mencegahbullying dan dampak
negatif peer pressure.
Memahami kepercayaan dan tanggungjawab
Di usia 11 tahun atau kelas 5 SD, anak mulai menambah keterampilan sosial penting lain, yakni
memahami arti kepercayaan dan tanggungjawab. Ini adalah keterampilan sosial yang sangat
penting bagi masa depannya karena merupakan cikal bakal disiplin diri dan integritas pribadi yang
membuat ia diterima di lingkungan pergaulan, akademis dan pekerjaan kelak.
Sebagai orang tua, Anda perlu memupuk sisi positif dari kedua keterampilan sosial ini dengan
memberi ia banyak latihan tanggung jawab, serta konsekuensi yang sepadan.
Menuntut keadilan
Saat berusia 12 tahun, anak mulai memahami keadilan dan ketidakadilan. Rasa keadilan
merupakan salah satu konsekuensi perkembangan kognitif anak terhadap konteks sosial. Saat anak
belajar tentang keadilan, orang tua perlu memberi penjelasan bahwa tak segala hal harus sama
rata.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia dalam hidupnya mengalami berbagai fase perubahan yang disebut perkembangan, dimana
perkembangan ini merupakan bertambahnya kemampuan manusia secara fisik maupun psikis dan
bersifat kualitatif. Seorang individu bisa dikatakan berhasil ketika ia bisa melewati setiap fase dalam
perkembangan itu dengan menyelesaikan tugas perkembangannya. Dalam melewati setiap fase itu,
individu mungkin akan menghadapi hambatan baik itu dari aspek fisik, kognitif, emosi, sosial maupun
spritual.
Dari seluruh fase yang terjadi selama rentang usia manusia tersebut, setiap fase memiliki peranan
penting yang akan mempengaruhi fase selanjutnya dalam kehidupan. Pada makalah ini penyusun
membatasi bahasannya pada perkembangan pada masa awal pubertas atau sering disebut masa
remaja. Jika pada masa kanak kanak terjadi berbagai fase penting dimana mereka menduplikasi serta
mengaplikasikan secara langsung apa yang mereka lihat, maka pada masa remaja juga merupakan
fase penting yang merupakan fase awal mereka mencari idealisme dan jati diri, pada masa ini pula
terjadi proses pembentukan mental yang akan akan mempengaruhi pandangan hidup.
Dikarenakan masa remaja ini merupakan masa transisi dimana individu harus meninggalkanmasa
kanak kanak dan menuju kedewasaan, maka masalah dan hambatan itu akan kian tampak pada fase
ini , salah satunya saat individu ingin merasakan kebebasan dari apa yang mengaturnya saat ia dalam
fase kanak kanak namun disaat yang sama ia juga tidak ingin kehilangan perhatian, sehingga
mendorong dirinya untuk melakukan pemberontakan serta penyimpangan. Karena hal inilah penting
bagi kita untuk memahami kondisi yang terjadi pada masa ini.
Terdorong dengan rasa keingin tahuan dan fakta tersebut, maka penyusun memilih topik
perkembangan masa remaja dalam makalah sederhana yang diberi judul “Perkembangan Masa Awal
Pubertas”.
1. Rumusan Masalah
2. Apa yang dimaksud dengan masa awal pubertas (remaja) ?
3. Bagaimana perkembangan fisik pada masa remaja ?
4. Bagaimana perkembangan kognitif pada masa remaja ?
5. Perkembangan sosio-emosional pada masa remaja ?
1. Tujuan Penulisan
2. Menjelaskan mengenai masa awal pubertas (remaja).
3. Menguraikan perkembangan fisik pada masa remaja.
4. Menguraikan perkembangan kognitif pada masa remaja.
5. Menguraikan perkembangan sosio- emosional pada masa remaja.
BAB II
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA
1. Pengertian Masa Awal Pubertas (Remaja)
Remaja didefenisikan sebagai masa peralihan dari kanak kanak menuju dewasa, menurut Hurlock
masa reamaja awala ini berkisar pada usia 12/13 y.o – 17/18 y.o. sementara WHO masa remaja
awala berkisar pada usia 10 -14 y.o.
Psikolog G. Stanley Hall menyatakan bahwa “adolescence is time of storm and stress” (masa remaja adalah
masa yang penuh dengan badai dan tekanan jiwa) yaitu masa dimana terjadi perubahan besar bukan
hanya secara fisik tapi juga intlektual dan emosional yang dipengaruhi dan berpengaruh pada
lingkungannya, sehingga menimbulkan konflik bagi yang bersangkutan dan lingkungannya. Berkaitan
dengan hal ini Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan pada masa remaja
merupakan perkembangan yang penuh dengan konflik.
Jika melihat pada apa yang dinyatakan Hurlock dan WHO bahwa masa remaja awal itu berkisar dari
usia 10 – 18 y.o. maka dalam kaca mata Islam masa usia ini bisa digolongkan pada fase Amrad dan
dimulainya Fase Taklif.
Fase Amrad dimulai dari usia 10-15 y.o yaitu masa dimana seseorang disiapkan untuk menjadi
khalifah di bumi, sehingga pada fase ini penting untuk diajarkan tanggung jawab dan dibekali
keterampilan untuk bekalnya dimasa yang akan datang. Pada fase ini individu juga akan mencari jati
dirinya sendiri, ia mulai berusaha untuk mengenal dirinya secara fisik dan psikologis. Dalam usia ini
individu sudah dimungkinkan untuk belajar ilmu logika, fisik, filsafat dan astronomi.
Sedangkan fase taklif dimulai pada usia 15 tahun, dalam Islam, ketika seorang individu mencapai usia
ini, maka ia sudah digolongkan dewasa dan memliki tanggung jawabnya sendiri sebagai hamba Allah
juga sebagai khalifah. Bekal yang diperolehnya selama dalam fase Amrad diharapkan bisa menjadi
multisolusi ketika individu mendapatkan masalah. Al ghazali menyebut fase ini sebagai fase aqil
dimana akal sudah mencapai puncaknya sehingga individu sudah bisa
dikenai punnishment dan reward atas apa yang dia kerjakan.
Mengacu pada pernyataan G. Stanley Hall bahwa masa remaja adalah masa yang penuh dengan badai
dan tekanan jiwa, tentu saja memberi kesan bahwa banyak sekali hal negatif yang ada pada masa ini,
namun menyanggah hal itu, Daniel Offer, melalui penelitiannya menyatakan setidaknya 73% remaja
menunjukan citra tubuh yang sehat, dibandingkan orang dewasa para remaja lebih menikmati hidup
mereka, mereka menyatakan diri mereka sebagai orang yang bisa mengendalikan diri, menghargai
kerja dan sekolah juga percaya diri terhadap segala aspek dalam dirinya.(John W. Santrock 2011 :
297)
Jacquelin Lerner dan koleganya melakukan pendekatan positif terhadap psikologi remaja, dengan
mengungkapkan remaja memiliki 5 kekuatan yang disebut Five Cs, yaitu :
Competence
Confidence
Connection
Character
Compassion / carring
1. Perkembangan Fisik Psikologi Remaja
Seperti yang telah dijelaskan bahwa setiap fase perkembangan dalam rentang hidup individu saling
mempengaruhi fase lainnya, fase remaja merupakan salah satu fase yang penting dan berdampak
luas pada fase berikutnya. Pada masa remaja awal, terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat,
seperti tingga badan yang mulai menyamai orang dewasa, terbentuknya otot otot dan optimalnya
kerja fungsional organ tubuh tertentu. Dalam perkembangan fisik remaja ini yang paling penting dan
dominan diantaranya yaitu :
1. Perkembangan Seksual
Awal dari munculnya perasaan seksual tentu saja dimulai dengan pengindraan terutama mata,
sehingga Allah menyuruh kita untuk menundukan pandangan, selain itu untuk menahan syahwat
(baca : gairah seksual) Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk berpuasa. Dari fakta ini bisa kita
lihat bagaimana Islam telah mempersiapkan upaya pencegahan terhadap masalah masalah mendetil
seperti ini.
Sementara diluar sana, katakan saja dinegara semaju negara Paman Sam, tidak ada upaya
pencegahan efektif yang bisa mereka lakukan untuk menahan eksplorasi seksual yang dilakukan anak
anak remajanya, sehingga mulai banyaklah anak remaja yang terindikasi Infeksi Menular Seksual
(IMS), sebuah study di Amerika menyatakan bahwa lebih dari 60% remaja kelas 12 pernah
melakukan hubungan seksual. Dan lebih mengerikannya lagi bahwa remaja Amerika mempresepsikan
bahwa mereka akan lebih mudah diterima diantara teman sebayanya dari pada remaja tyang tidak
aktif secara seks.
1. Teori Piaget
Menurut Piaget setelah mencapai usia 11 tahun anak mengalami tahap perkembangan kognitif
keempat sekaligus terakhir. Pada tahap ini anak mengalami tahap operasional formal, yaitu tahap
pemikiran dimana individu berpikir lebih abstrak dari tahap sebelumnya. Remaja tidak lagi terbatas
pada pengalaman nyata sebagai jangkar untuk berpikir. Mereka dapat menalar pristiwa yang
kemungkinan adalah murni hipotesis atau proposisi abstrak, dan bahkan dapat mencoba untuk
melakukan penalaran secara logis tentang mereka.
1. Imaginary audience, adalah keyakinan remaja bahwa orang lain tertarik terhadap mereka seperti mereka tertarik kepada dirinya
sendiri, akibatnya mereka sering melakukan tindakan yang memancing perhatian dari orang lain.
2. Personal Fable, adalah perasaan dirinya memiliki keunikan dan tidak terkalahkan, dan membuat tingkat percaya diri mereka
melonjak serta menimbulkan perasaan bahwa dirinya kebal terhadap semua keadaan berbahaya, hal ini menarik remaja untuk
melakukan kegiatan beresiko, seperti balapa, menggunakan narkoba dsb. Perasaan memiliki keunikan ini juga membuat remaja
berpikir tidak ada yang bisa mengerti dirinya selain dia sendiri.
1. Pemrosesan Informasi
Pemrosesan informasi pada remaja terfokus pada memori dan pemfungsian eksekutif.
2. Working Memory
Working memory adalah teori yang menyatakan keadaan ketika individu melakukan aktifitas berpikir
dengan ,melibatkan ingatan dalam waktu yang singkat dengan memanfaatkan tugas verba maupun
visio spasial dalam memproses informasi.
4. Fungsi Eksekutif
Fungsi Eksekutif adalah jenis proses kognitif tingkat tinggi yang kompleks, karena fungsi ini
mengarahkan individu untuk berpikir kritis dan mengambil keputusan, pada masa remaja
pemfungsian eksekutif ini meningkat drastis, hal ini disebabkan masa remaja adalah masa
meningkatnya mengambil keputusan, entah itu tentang memilih teman, pendidikan bahkan karier.
Namun menurut hasil beberapa study menyatakan bahwa remaja awal tidak begitu kompeten dalam
mengambil keputusan dibanding remaja akhir, dalam mengambil keputusan remaja akhir cenderung
lebih memikirkan resiko logis yang akan terjadi sementara remaja awal hanya mberfikir mengenai
kepuasan dirinya.
Sebuah penelitian menjelaskan bahwa pengambilan keputusan pada remaja dipengaruhi dua hal, yaitu
analisis dan eksperimental, sistem analisis adalah sistem dimana remaja menganalisis secara terpeinci
mengenai keputusan dan dampak dari keputusan yang diambilnya, sementara sistem
eksperimental adalah dengan mengelola dan memantau pengalaman pengalaman aktual yang
bermanfaat bagi pengfambilan keputusan.
1. Pendidikan Moral
Kurikulum Tersembunyi
Dalam pendidikan Moral, Dewey mengatakan bahwa ada satu kurikulum yang disebut kurikulum
tersembunyi, yaitu istilah untuk menggambarkan keyakinan bahwa bahkan ketika sekolah tidak
memiliki program khusus pendidikan moral, setiap sekolah memberikan pendidikan moral.
Pendidikan Karakter
Pendidikan moral juga mengandung pendidikan karakter, pendidikan karakter merupakan pendekatan
pendidikan secara langsung yang melibatkan pengajaran terhadap siswa mengenai keterampilan
moral dasar, yang bertujuan agar remaja tidak melakukan prilaku yang tidak bermoral dan prilaku
yang berbahaya bagi dirinya sendiri juga orang lain.
Klasifikasi Nilai
Selain itu untuk memenuhi pendidikan moral remaja harus mampu mengklasifikasikan nilai, yakni
mereka didorong untuk dapat menentukan mana nilai yang baik untuk dirinya juga untuk orang lain ,
mereka juga didorong untuk bia merumuskan nilai nilai mereka sendiri yang bisa berguna untuk masa
depannya dan memahami nilai nilai orang lain.
Pendekata integratif
Yaitu pendidikan yang menekankan pendekatan integratif pada pendidikan moral yang mendalam dan
komitmen terhadap keadilan serta mengembangkan karakter moral tertentu.
1. Agama
Erik Erikson, menyatakan bahwa pada masa remaja, individu mengalami ketertarikan yang tinggi
terhadap agama, menurutnya masa remaja merupakan pintu gerbang ke indentitas spiritual yang
melewati batas kewajaran. Para peneliti telah menemukan bahwa agama telah membarikan banyak
dampak positif dalam kehidupan remaja, terutama dalam kompetensi sosial mereka, diantara
pengaruh positif itu adalah :
Remaja yang memiliki regiositas tinggi secara umum memiliki prestasi akademis yang lebih menonjol, serta lebih bisa
mengendalikan emosinya.
Menurut Sinha, Cnaan dan Gelles, dalam sampel acak remaja dengan regiositas tinggi memiliki kecederungan yang rendah
terhadap merokok, minum alkohol dan mengkonsumsi narkoba.
Agama dapat menekan tingkat freesex pada remaja.
1. Perkembangan Sosio-Emosional Pada Masa Remaja
1. Identitas
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa masa remaja adalah masa pencarian jati diri, yang
artinya dalam mas ini individu belum menemukan identitasnya dan tengah mengumpulkan identitas
diri dengan segala torinya.
Erik Erikson menyebutkan bahwa pencarian identitas selama remaj dibantu oleh moratorium
psikososial , yaitu kesenjangan antara keamanan masa kanak kanak dan otonomi dewasa. Pada masa
ini masyarakat biasaya membiarkan remaja bebas dari tanggung jawab dan mencoba identitas yang
berbeda, akibatnya remaja menjadi bereksperimen dengan peran dan kepribadian berbeda, yang
bertujuan untuk mencari kecocokan mereka dengan dunianya, sehingga tidak sedikit remaja yang
mengalami kebingungan identitas, Damon menyatakan bahwa dalam masa ini remaja tidak bisa
ditinggalkan sendiri, melainkan harus didampingi guru atau mentor untuk bisa membantu remaja
mengembangkan identitas positif.
Identity diffusion, yaitu individu yang belum mengalami krisis atau belum membuat komitmen apapun yang bisa ia jadikan
identitas.
Identity disclouser, status individu yang sudah membuat komitmen tapi belum mengalami krisis
Identity moratorium, status individu ditengah tengah krisis , tapi komitmen hanya samar samar didefinisikan.
Identity achivement, adalah status individu yang mengalami krisis dan telah membuat komitmen.
2. Perkembangan Emosional
Masa remaja digambarkan sebagai periode kekacauan emosional, dalam bentuk ektreem pandangan
tersebut terlalu stereotip karena remaja tidak selalu dalam keadaan “badai dan stres.” Namun masa
awal remaja adalah masa terjadinya fluktuasi emosi. Remaja bisa dengan mudah menatakan mereka
tengah bahagia tapi beberapa saat kemudian mereka menyatakan mereka sedang sedih, hal tersebut
mendukung persepsi bahwa mood remaja bisa mudah berubah ubah, dan penting bagi orang dewasa
untuk memahami bahwa itu adalah hal yang normal bagi remaja.
Para peneliti menemukanbahwa perubahan mood pada remaja juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dan faktor hormon, sebagaimana telah dijelaskan bahwa pada masa remaja perkembangan fisik
mereka terjadi lebih pesat, dan itu berpengaruh pada emosinya. Sementara lingkungan berpengaruh
dalam pembentukan emosi remaja, remaja yang berada dlam lingkungan yang kurang kondusif akan
mengalami dua emosi berikut :
Agresif : melawan, keras kepala, suka menganggu, dll
Regresif : suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras atau obat obatan
terlarang.
Sedeangkan remaja yang tinggal dilingkungan kondusif, akan bisa membantu emosi remaja menjadi :
Adekuasi emosi : cinta, kasih sayang, senang menolong, repek, ramah, dll.
Menendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, tidak meledak ledak, menghadapi kegagalan
secara sehat dan bijak.
3. Sifat Hubungan Orangtua dan Remaja
1. Kemandirian
Salah stu sifat anak remaja adalah menginginkan hidup mandiri dan terlepas dari aturan orangtua,
sementara orangtua menginginkan anaknya mendengarkan saran mereka. Dalam hal ini orang tua
mungkin akan mengalami dilemma antar mengikuti keinginan anaknya atau tetap dalam
pendiriannya, pada fase ini orang tua yang memaksakan kehendaknya justru cenderung akan
kehilangan kontrol atas anaknya, maka orangtua dituntut untuk memberikan kebebasan juga
pengawasan dalam waktu yang bersamaan. Intinya, orangtua harus bisa menyeimbangkan antara
kebebasan dan kontrol mereka terhadap anak.
Remaja awal memang tidak terlalu pandai dalam mengamil keputusan yang matang, namun seiring
berjalannya waktu dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman, pada masa remaja akhir
mereka akan lebih matang dalam mengambil keputusan
1. Kelekatan
Dalam sebuah studi ditemukan, bahwa seorang anak yang memiliki kelekatan dengan orangtua
cenderung sedikit terlibat dalam prilaku bermasalah, dibanding anak yang kelekatan dengan
orangtuanya kurang, termasuk dalam kemampuan menjalin hubungan dan karir, serta teman sebaya.
Menurut Harry Stack Sullivan, teman menjadi sangat penting dalam memenuhi kebutuhan sosial
remaja. Secara khusus Sullivan berpendapat bahwa kebutuhan akan keintiman semakin intensif
selama masa remaja awal, memotivasi remaja untuk mencari teman dekat, jika remaja gagal
menjalin pertemanan dekat, mereka mengalami kesepian dan rasa penghargaannya terhadap diri
akan berkurang.
Fase ini sangat memerlukan bimbingan orang tua, karena bagi remaja yang belum memiliki kepastian
identita sosial yang menjadi sangat patuh pada teman sebayanya karena menganggap mereka
memilki kedudukan yang lebih tinggi dari pada dirinya, sehingga mengarahkan dirinya sendiri menjadi
korban bullying, terlebih jika remaja itu sudah terlibat dalam suatu perkumpulan.
1. Kencan
Ada tiga tahap yang menandai perkembangan hubungan romantis pada masa remaja, yaitu :
Ketertarikan terhadap hubungan romantis (11 – 13 y.o), hal ini dipicu oleh pubertas, dimana anak menjadi sangat tertarik dengan
hubungan percintaan dan mulai menyukai obrolan dengan lawan jenis.
Mengeksplor hubungan romantis (14 – 16 y.o), pada tahap ini individu mulai melakukan hubungan romantis yang disebut
kencan.
Menguatkan ikatan pasangan romantis (17 – 19 y.o), diusia ketika masa sekolah menengah ahir hungun romantis mulai beranjak
serius dan mendekati hubungan romantis dewasa.
Kencan sudah seperti hal biasa bagi remaja, dan dianggap sebagai bagian dari perkembangannya,
namun ternyata di Amerika ditemukan fakta dari hasil penelitian bahwa orang yang berkencan lebih
berpotensi untuk melakukan penyalah gunaan narkotika dari pada orang yang
tidak berkencan.dalam beberapa kasus kencan juga bisa memicu konflik dalam keluarga.
5. Masalah Sosio-Emosional Pada Remaja
1. Kenakalan Remaja
Yang dimaksud prilaku kenakalan pada remaja adalah ketika seorang remaja melanggar hukum atau
terlibat dalam prilaku yang dianggap ilegal. Tingkat kenakalan diantara kelompok minoritas dan
kelompok pemuda dengan status sosio-ekonomi tercatat lebih rendah . kenakalan remaja bisa
disebabkan oleh :
Untuk mengurangi tingkat depresi pada remaja , diantaranya dengan memberikan terapi kognitif,
dengan mengingatkan mereka akan kemampuannya untuk bertahan hidup, mengkondisikan keadaan
lingkungan agar sesuai dengan suhu psikologis anak, serta menjadi teman berbagi untuk remaja
tersebut. Selain itu berikut adalah beberapa program yang dapat menekan masalah remaja .
Perhatian Individu yang intensif, program ini melibatkan orang dewasa terdekat bagi remaja tersebut, dengan mongkondisikan
agar orang dewasa membarikan perhatian khusus pada remaja itu serta mengurusi kebutuhannya secara khusus, juga menajdai
tempat konseling individu dan rujukan treatment.
Pendekatan multiagensi masyarakat luas bersifat kolaborasi, metode ini biasa diterapkan dalam proses penanggulangan bagi
kasus penyalah gunaan narkoba, dimana ada berbagai pihak yang dilibatkan untuk memberikan pendidikan komunitas.
Identivikasi dan intervensi dini, yakni upaya preventif dengan melakukan pendekatan pada anak anak sebalum mereka
mengalami masalah yang serius.
BAB III
SIMPULAN
1. Simpulan
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak kanak menuju masa dewasa, secara umum
biasanya terjadi sekitar usia 13 – 19 y.o,l dikarenakan masa ini adalah masa peralihan, sehingga
terjadi beberapa masalah yang menyertainya.
Masa remaja ditandai dengan adanya banyak perubahan pada anak, dari mulai perubahan fisik yang
menunjukkan kematangan organ reproduksi serta optimalnya fungsional organ organ tertentu,
perubahan kognitif yang menunjukkan kemajuan cara berpikir remaja serta perubahan sosio-emosi
yang berpengaruh besar terhadap kondisi kejiwaan remaja tersebut. Ada banyak faktor yang harus
diperhatiak selama pertumbuhan remaja, diantaranya : hubungan dengan orang tua, hubungan
dengan teman sebaya, kondisi lingkungan serta pengetahuan kognitif anak.
Kenakalan remaja merupakan hal yang akan selalu mengiringi perkembangan remaja, karenanya
oreang dewasa harus memahami kondisi remaja sehingga bisa menangani masalah kenakalan
tersebut, kebebasan dan pengawasan yang seimbang merupakn kunci agar orangtua tidak kehilangan
kendali atas anaknya yang tengah beranjak deasa.
1. Saran
Ilmu Psikologi merupakan bidang ilmu pengetahuan yang berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman, bagi rekan yang ingin melakukan penelitian dengan masalah yang sama kami sarankan untuk
lebih banyak menggali sumber, baik itu sumber tekstual seperti buku buku yang banyak beredar
maupun dari kenyataan aktual yang terjadi dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Santrock, John W, Masa Perkembangan Anak Children. Salemba Humanika Jakarta
2. http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/
3. http://anandapriadmajha.blogspot.com/2013/05/perkembangan-masa-remaja.html/
4. http://uinkediri.blogspot.com/
5. http://www.muhammad-sabran.com/2012/10/psikologi-remaja-menurut-islam.html/