Dosen Pengampu :
Anggota :
2018
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada diperingkat empat
dunia dengan jumlah penduduk terbesar setelah Amerika Serikat, dengan laju pertumbuhan
yang begitu cepat. Salah satu masalah yang perlu dihadapi di Indonesia ialah laju
pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, dan untuk mengatasi masalah tersebut,
pemerintah membuat program seperti program pelayanan kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana (KB), dan pembagunan keluarga sejahtera (BKKBN 2010).
Indonesia adalah salah satu negara yang ikut berkomitmen dalah pembagunan global
yang berkelanjutan atau disebut Sustainable Development Goals (SDGs). Tujuan
pembagunan ini juga meliputi penggunaan alat kontrasepsi (CPR), tingkat fertilitas remaja,
dan kebutuhan keluarga berencana yang belum sepenuhnya terlaksana. Pelaksanaan
program KB juga harus menghadapi hambatan dengan sistem desentralisasi pemerintah
yang mengubah garis kewenangan langsung ke kabupaten/kota dan tidak lagi ketingkat
pusat. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), adalah institusi
yang menjadi pelopor dalam pelaksanaan program KB di Indonesia yang telah
melaksanakan beberapa upaya untuk merevitalisasi program KB yang komprehensif.
Adanya pergeseran paradigma pembagunan di bidang kependudukan dan KB.
Program KB terlalu berorientasi terhadap kuantitas yang dapat berdampak negatif terhadap
peran perempuan. Maka pelayanan KB kurang diarahkan pada aspek pemenuhan
pelayanan kesehatan reproduksi bagi perempuan, yang cenderung dijadikan objek dalam
mencapai tujuan demografis, sehingga mengabaikan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia.
Beberapa hal penting yang dapat dirasakan berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan
program adalah masih dijumpainya kesenjangan dan permasalahan gender.
Rumusan Masalah
Bagimana situasi dan perkembangan program Keluarga Berencana (KB) di
Indonesia, serta bagaimana konsep budaya dan gender dengan program Keluarga
Berencana di Indonesia
Tujuan
Mengetahui situasi perkembangan program KB di Indonesia dengan data terbaru,
serta memahami budaya dan gender dalam pelaksanaan program KB
BAB II
PEMBAHASAN
Tubektomi (MOW), alat kontrasepsi dengan cara mengikat atau memotong dan memasang cincin
di tuba fallopi sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan sel telur atau ovum.
Vasektomi (MOP), alat kontrasepsi dengan cara memotong saluran sperma atau vas deferen yang
menghubungkan testikel atau buah zakar dengan kantong sperma.
b. Pil KB
Hormon yang mengandung estrogendan progesteron yang diminum setiap hari selama 21/28 hari,
untuk menekan ovulasi yang mencegah lepasnya sel telur dari indung telurdan mengendalikan
lendir di mulut rahim sehingga spermas tidak dapat masuk ke dalam rahim.
c. Kondom
Sarung karet tipis penutup penis yang fungsinya menampung cariran sperma agar Tidak masuk
kedalam rahim.
Metode jangka pendek sangat efektif dengan pemakaaian yang benar dan perlu pengulangan.
b. Keterbatasan :
Timbul gangguan saat menstruasi, keputihan, galaktorea, meyebabkan jerawat,
rambut menjadi rontok, perubahan berat badan, dan terjadi perubahan libido.
3. Kontrasepsi implant
Cara kerjanya adalah mengentalkan lendir pada serviks sehingga mengganggu
proses transportasi sperma, dan mengganggu pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi.
a. Keuntungan :
Memiliki perlindungan jangka panjang, setelah tidak memakai maka tingkat
kesuburan cepat kembali, tidak memerlukan pemeriksaan yang dalam, tidak
mempengaruhi ASI, dapat mengurangi nyeri dan jumlah darah saat haid,
melindungi dari terjadinya kanker endometrium, dan dapat menurunkan kejadian
endometriosis.
b. Keterbatasan :
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spoting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah saat
haid lebih banyak dari normal, serta amenorhea.
4. Keuntungan dan kerugian dari metode kontrasepsi pil hormonal dan non hormonal pada
pria, antara lain :
a. Keuntungan :
Sebagai pencegah kehamilan, lebih mudah untuk digunakan, mengurangi beban
pada perempuan dalam menggunakan kontrasepsi, dan agar pria lebih memiliki
tanggung jawab dalam menggunakan kontrasepsi sehingga dapat berperan aktif
dalam program keluarga berencana.
b. Keterbatasan :
Tidak adanya perlindungan penyakit menular seksual, pil hanya tepat digunakan
pada pasangan setia untuk mengatur kehamilan dengan keamanan terhadap
penularan penyakit seksual tidak terganggu.
5. Vasektomi :
Kelebihan vasektomi :
- Vasektomi adalah operasi kecil yang aman dan efektif serta bersifat permanen.
- vasektomi adalah yang lebih murah dan tidak menimbulkan komplikasi
- vasektomi tidak mempengaruhi kualitas hubungan seks
- pria bisa melakukan kontrasepsi bukan hanya wanita saja.
kerugian vasektomi :
6.Tubektomi
keuntungan tubektomi
Kerugian tubektomi
Kerugian
- Terjadi pendarahan yang lebih banyak dan lebih lama pada masa menstruasi
- Keluar bercak-bercak (spotting) setelah 1 atau 2 hari pemasangan
- Kram / nyeri selama menstruasi
- Sering keputihan
b. Kepuasan penggunaan KB
Salah satu yang mempengaruhi kepuasan dalam menggunakan alat/cara KB adalah
masalah/efek samping yang timbul. IUD, yang merupakan salah satu kontrasepsi
metode MKJP, paling sedikit menimbulkan keluhan dibandingkan pil, suntikan,
dan susuk KB diantara para pengguna KB.
3. Dampak
a. Pengetahuan pengguna KB
Metode KB dapat dibedakan menjadi KB cara modern dan cara tradisional. Metode
KB cara modern adalah sterilisasi, pil, IUD, suntik, susuk KB, kondom,
intravagina/diafragma, kontrasepsi darurat dan Metode Amenorea Laktasi (MAL).
Sedangkan cara tradisional misalnya pantang berkala dan senggama terputus.
Suntik dan pil adalah cara KB modern yang paling diketahui oleh masyarakat di
semua golongan usia, termasuk pada usia risiko tinggi di atas 35 tahun. Namun,
kedua jenis kontrasepsi tersebut dinilai kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
Jenis kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan bagi wanita risiko tinggi
adalah MKJP seperti IUD, sterilisasi wanita dan sterilisasi pria. Berdasarkan jenis
tempat tinggal, pengetahuan mengenai sterilisasi, IUD, kondom, diafragma,
kontrasepsi darurat dan MAL di perkotaan cenderung lebih tinggi, sedangkan pil,
suntik dan implan di perkotaan juga lebih tinggi namun tidak jauh berbeda dengan
di perdesaan. Berdasarkan tingkat pendidikan, metode yang paling banyak
diketahui adalah suntik dan pil. Sedangkan yang kurang diketahui, yaitu MAL,
kontrasepsi darurat, dan diafragma.
b. Total Fertility Rate (TFR)
Total Fertility Rate (TFR) merupakan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh
seorang wanita sampai dengan akhir masa reproduksinya. Di Indonesia, terdapat
penurunan TFR dari yang semula 3 anak perwanita pada tahun 1991 menjadi 2,6
anak pada 2012. Namun, angka TFR ini merupakan angka yang stagnan sejak tahun
2002-2012. Angka TFR di Indonesia masih diatas rata-rata TFR negara ASEAN,
yaitu 2,4
c. Age Specific Fertility Rate
ASFR atau Angka Kelahiran Menurut Umur bertujuan untuk menunjukkan
banyaknya kelahiran menurut umur dari wanita yang berada dalam kelompok umur
15-49 tahun. Hasil SDKI 2012, ASFR untuk kelompok remaja usia 15-19 tahun
adalah 48 per 1.000 perempuan usia 15-19 tahun sedangkan target yang diharapkan
pada tahun 2015 adalah 30 per 1.000 perempuan usia 15-19 tahun.
d. Drop-out (DO) Rate KB
Angka ketidaklangsungan (drop-out) metode non-MKJP (pil dan suntikan) lebih
tinggi dibandingkan metode MKJP (implant dan IUD) .
e. Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
CPR atau angka pemakaian kontrasepsi adalah persentase perempuan usia
reproduktif yang menggunakan (atau yang pasangannya menggunakan) suatu
metode kontrasepsi pada suatu waktu tertentu. Di Indonesia, Angka Kesertaan ber-
KB (CPR) peningkatannya sangat kecil, hanya 0,5% dalam 5 tahun terakhir, baik
pada semua cara KB maupun pada cara modern. Angka CPR pada tahun 2012 yaitu
sebesar 57,9% sedangkan Target RPJMN 2014 untuk cara modern sebesar 60,1%
dan MDG 2015 sebesar 65%.
f. Unmet need
Unmet Need merupakan kelompok orang yang membutuhkan pelayanan KB tapi
tidak mendapatkannya. Contohnya, wanita usia subur yang menikah atau hidup
bersama (seksual aktif) yang tidak ingin punya anak lagi atau yang ingin
menjarangkan kehamilan, tetapi tidak menggunakan alat atau cara kontrasespsi. Di
Indonesia, angka unmet need masih cukup tinggi, hanya turun 0,6% dalam 5 tahun
terakhir.
G. Isu dan Tantangan dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Indonesia
Dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana di Indonesia, tak jarang dijumpai
beberapa isu dan tantangan yang menghambat jalannya program Keluarga Berencana.
Beberapa diantaranya adalah :
1. Kurangnya komitmen para pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun non
pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan KB
2. Masih rendahnya permintaan dan atas pelayanan KB akibat terjadinya perubahan nilai
tentang jumlah anak ideal dalam keluarga
3. Belum optimalnya ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan KB, termasuk
pelayanan KIE dan konseling
4. Masih tingginya kejadian kehamilan yang tidak diinginkan akibat tingginya unmet
need dan ketidakberlangsungan penggunaan kontrasepsi
5. Masih tingginya kejadian kehamilan dan persalinan pada remaja perempuan usia 15-
19 tahun
Berdasarkan isu-isu dan tantangan yang telah ditemukan menunjukkan bahwa perlu
adanya revitalisasi dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana di Indonesia demi
terwujudnya program Keluarga Berencana di Indonesia yang sesuai dengan tujuan serta
target-target yang telah ditetapkan.
d. Rencana strategis
Evaluasi terhadap renstra masa lalu yang berhasil maka, rencana strategis ini mencoba
untuk komprehensif membahas berbagai aspek menentukan prioritas dan implementasi
yang tepat waktu serta efisien. Rencana strategis memfokuskan empat wilayah utama
yaitu :
Renstra 1 : Tersedianya sistem penyediaan pelayanan KB yang merata dan berkualitas
di sektor pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap warga
negara dapat memenuhi tujuan reproduksinya.
Rencana ini diharapkan untuk memberikan pedoman untuk jaga mutu dan pendekatan
berbasis hak. Strategi ini berprinsip pada Hak Asasi Manusia dan prinsip perencanaan
program Kesehatan Masyarakat berikut ini :
Budaya perempuan di Indonesia adalah berperan sebagai ibu dan istri yang
bertanggung jawab pada penyelenggaraan rumah tangga, sedangkan suami lebih berperan
dalam hal mencari nafkah. Pembagian peran ini mempengaruhi pengambilan keputusan
dalam rumah tangga. Sebagai kepala di rumah tangga, suami adalah seseorang yang
dianggap “berhak” dalam mengambil keputusan, termasuk dalam pemakaian alat
kontrasepsi (Tim Penulis Lembaga Demografi UI, 2011).
Dalam kenyataannya kewajiban pemeliharaan kesehatan reproduksi khususnya
dalam pemakaian alat kontrasepsi lebih banyak didominasi oleh perempuan, meskipun
dalam proses pemutusannya melibatkan laki-laki, namun laki-laki cenderung pasif dalam
penggunaan alat kontrasepsi. Hal ini terjadi karena masih kuatnya pandangan tokoh
masyarakat dan tokoh agama di Indonesia mengenai pemakaian kontrasepsi pada laki-laki
karena masyarakat masih menganggap tabu atau kurang mendukung jika laki-laki
menggunakan alat kontrasepsi.
Hasil penelitian di Tanzania pada pria usia 15-24 tahun mengenai gender attitudes
sikap pengambilan keputusan, disimpulkan bahwa sikap pengambilan keputusan
berpengaruh terhadap jumlah anak ideal (Snow, et.al, 2013). Menurut suatu penelitian,
jumlah Anak Lahir Hidup (ALH) seseorang salah satunya juga dipengaruhi oleh
pengambilan keputusan dalam rumah tangga, yaitu dengan menganalisis keterlibatan
perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Seorang perempuan yang
melibatkan suami atau orang lain dalam pengambilan keputusan rumah tangga cenderung
mempunyai jumlah anak lahir lebih banyak, sedangkan seorang perempuan yang
melakukan pengambilan keputusan sendiri dalam rumah tangga cenderung mempunyai
jumlah anak lahir yang lebih sedikit (Hartini,tahun)
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita laksanakan
dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :
ش ي َّ َ ُ ل ي ل ُ ً ً ُ ل َ ُ َّ ي ل َّ ً ل ُ ُ ي ً
َاديِدلس ًلشو ق او ْو قلَْلَ لَّللا او قتليلف شمِهشيللع او فاخ افالعِض ةَّير ِّ ذ شمِهِفلخ شنِم او كلر ت شوْ لنيِذْا ل ْلَْل
“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB
diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal: 53, dan at-
Thalaq: 7.
Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan
dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak,
memperhitungkan biaya hidup brumah tangga.
)إنك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس (متفق عليه
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan dari
pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah
tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi orang lain.
Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan Bersama
Hukum Keluarga Berencana
• Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
• Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini sesuai dengan
hadits Nabi:
• Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak terlalu dekat
sebagai mana hadits Nabi:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan) kami akan
memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.
) فلم ينهها (رواه مسلم. م.كنا نعزل على عهد وسول هللا ص
Kami dahulu dizaman Nabi SAW melakukan azl, tetapi beliau tidak melarangnya.
Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan cara
vasektomi, tubektomi, aborsi. Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) pada tanggal 13 Juli 1977,
membahas mengenai vasektomi dan tubektomi, dan mengutarakan pendapatnya, yaitu: Pertama,
pemandulan dilarang oleh agama. Kemudian MUI mengeluarkan fatwa pada tahun 1979, bahwa
dalam penggunaan vasektomi dan tubektomi adalah haram. Fatwa ini kemudian diperkuat lagi
pada tahun 1983 dalam sebuah sidang Muktamar Nasional Ulama’ tentang Kependudukan dan
Pembangunan. Dari hasil sidang tersebut menghasilkan keputusan fatwa yang menyatakan
bahwa vasektomi dan tubektomi dilarang dalam Islam karena berakibat kemandulan yang abadi.
KB dalam islam sudah di kenal sejak zaman nabi Muhammad SAW dengan perbuatan yang
bernama “azal” yang saat ini dikenal coitus-interuptus yaitu jima’ terputus, dengan kata lain
melakukan ejakulasi (inzal al-mani) di luar vagina (faraj) sehingga sperma tidak bertemu dengan
indung telur istri. Dengan begitu indung telur tidak dapat dibuahi oleh sperma suami oleh sebab
itu tidak mungkin terjadi suatu kehamilan.
Sebagian Sahabat Nabi pernah melakukan azal ketika mereka menjimaki budak
budaknya sedang mereka tidak menginginkan budaknya hamil. Peristiwa tersebut mereka
ceritakan kepada Nabi seraya mengharapkan petunjuk Nabi tentang hukumnya. Namun
pada saat itu nabi Muhammad tidak menentukan hukumnya . sementara wahyu yang masih
turun juga tidak menentukan hukumnya.
Dari sahabat Jabir berkata: “kami melakukan azal pada masa Nabi SAW sedangkan ketika
itu al-Quran masih turun, kemudian berita peristiwa ini sampai kepada Rasulullah dan
beliau tidak melarang kami”. (Dalam riwayat yang lain disebutkan dan ketika itu al-Quran
masih turun) (Jurnal Lentera,2017)
Dalam hadis lain dari sahabat Jabir yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan :
Dari sahabat Jabir berkata : “salah seorang dari kalangan Anshar datang menemui
Rasulullah lalu ia berkata: sungguh aku memiliki seorang jariah sedang aku sendiri
menggaulinya, akan tetapi aku tidak menginginkannya hamil. Kemudian Rasulullah
memerintahkan lakukanlah ‘azal jika engkau menghendaki karena dengan begitu hanya
akan masuk sekedarnya saja. Atas dasar itulah kemudian ia melakukan ‘azal. Kemudian ia
mendatangi rasul dan berkata: sungguh jariah itu telah hamil, maka rasullahpun berkata:
aku telah beritahu kamu bahwasanya sperma akan masuk sekedarnya (kerahimnya) dan
akan membuahi”. (Jurnal Lentera,2017)
Dari hadist di atas kita dapat menyimpulkan bahwa di bolehkan melakukan perbuatan
‘azal dalam rangka upaya menghindari kehamilan karena jika ‘azal tidak diperbolehkan
maka pada saat itu akan di tegaskan oleh nabi muhammad dan juga akan di jelaskan di
dalam al-quran yang masih turun pada saat itu . pada saat itu nabi Muhammad hanya
mengingatkan bahwa ‘azal hanya ikhtiar manusia untuk mengindari kehamilan, sedangkan
kepastiannya berada ditangan Tuhan. Demikian pula alat-alat kontrasepsi atau cara-cara
lainnya, tidak menjamin sepenuhnya berhasil.
Kedua hadist tersebut merupakan hadist yang dipakai sebagai dasar hukum di
perbolehkannya kb menurut islam.dalil-dalil yang sharih mengenai KB hanya terdapat
dalam beberapa ayat yang dapat diambil pengertiannya secara umum saja . salah satu
contohnya ialah surat An-Nisa ayat 9 ketika Allah memberikan peringatan kepada manusia
supaya tidak meninggalkan cucu-cucu yang lemah sehingga dikhawatirkan kesejahteraan
hidupnya dikemudian hari, sama juga halnya ketika Allah menganjurkan bagi para ibu
supaya menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh yang diartikan sekaligus sebagai
anjuran menjarangkan kehamilan, tanggung jawab suami-istri dan menjaga resiko yang
ditimbulkan oleh anak-anak.(kutipan) Mengenai resiko dan kesusahan bagi seorang ibu
akibat mengandung dan melahirkan anak-anak ini,terdapat pula dalam surah al-Luqman
ayat 14, surah al-Ahqaf ayat 15 dan beberapa ayat lain mengenai fitrah mempunyai banyak
anak. (Jurnal Lentera,2017)
Namun yang menjadi persoalan adalah tata cara KB saat ini banyak mengalami
perkembangan. Saat ini ada banyak macam tata cara KB, misalnya dengan menggunakan suntik,
minum pil, menggunakan kondom, melakukan ‘azl (ketika akan ejakulasi mencabut kemaluan dan
mengeluarkan sperma di luar), menggunakan spiral, dan ada juga yang melakukan vasektomi atau
tubektomi. Karenanya, KB yang saat ini berkembang tidak serta merta dapat digolongkan sebagai
tanzhim an-nasl yang dibolehkan, tapi juga ada yang bisa digolongkan sebagai tahdid an-nasl yang
diharamkan, tergantung tata cara KB yang dipergunakan.
Oleh karenanya, saat ini para ulama dalam menghukumi KB akan melihat terlebih dahulu
(tafshil), jika KB yang dipakai masuk dalam kategori tanzhim an-nasl (merencanakan keturunan,
tidak pemandulan secara tetap sehingga memungkinkan untuk memperoleh keturunan lagi) maka
hukumnya boleh (mubah). Sedangkan jika KB yang dipakai masuk dalam kategori tahdid an-nasl
(memutus keturunan, di mana menyebabkan pemandulan tetap) maka hukumnya haram.
Sumber: BKKBN,2017
Pada tahun 31 Desember 2015 dari 36.684.599 kepala Keluarga, sebanyak 23.188.809 keluarga
mengikuti program kb dan 13.495.790 keluarga tidak mengikuti program KB , sedangkan Pada 1
Agustus 2017 dari 36.993.725 kepala keluarga, sebanyak 23.361.189 keluarga mengikuti program
kb sedangkan 13.632.536 keluarga tidak mengikuti program KB dengan berbagai alasan salah
contohnya karena sedang hamil, tidak tahu mengenai KB, pelayanan KB yang jauh dan lain
sebagainya.
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49 tahun, Karena kelompok ini
merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat
mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga
memberi efek langsung penurunan fertilisasi (Suratun, 2008).
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa penggunaan KB suntik menduduki peringkat pertama atau
terbanyak yang digunakan masyarakat alat kontrasepesi. Alasannya, KB suntik hanya dilakukan beberapa
kali, sedangkan untuk KB pil penggunaannya lebih sering atau hampir rutin setiap hari sebelum
berhubungan. Sedangkan untuk IUD dan implant masih sering digunakan lantaran ada beberapa
pengguna mengalami trauma dalam pemasangannya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Keluarga Berencana (KB) adalah proses penetapan jumlah dan jarak anak yang diinginkan dalam
keluarga . adapun tujuan dari KB adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Adapun alat kontrasepsi dalam
program Keluarga Berencana lebih banyak digunakan oleh perempuan (istri) daripada laki-
laki(suami). Hal ini disebabkan karena hingga saatini alat kontrasepsi dalam program Keluarga
Berencana lebih banyak diperuntukan bagi perempuan. Hal ini terjadi karena masih kuatnya
pandangan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Indonesia mengenai pemakaian kontrasepsi pada
laki-laki karena masyarakat masih menganggap tabu atau kurang mendukung jika laki-laki
menggunakan alat kontrasepsi. . Hukum KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB
dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang
tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi
umatnya. Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya
kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan
mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam
SARAN
.
DAFTAR PUSTAKA