Anda di halaman 1dari 6

Manfaat Batubara

Batu bara memiliki berbagai penggunaan yang penting di seluruh dunia. Penggunan yang
paling penting adalah untuk :

 bahan bakar pembangkit listrik


 produksi besi dan baja
 bahan bakar pembuatan semen
 bahan bakar cair.
 Penggunaan batu bara yang penting lainnya mencakup pusat pengolahan alumina, pabrik
kertas, dan industri kimia serta farmasi. Beberapa produk kimia dapat diproduksi dari
hasil-hasil sampingan batubara. Ter batu bara yang dimurnikan digunakan dalam
pembuatan bahan kimia seperti minyak kreosot, naftalen, fenol dan benzene. Gas
amoniak yang diambil dari tungku kokas digunakan untuk membuat garam amoniak,
asam nitrat dan pupuk tanaman. Ribuan produk yang berbeda memiliki komponen batu
bara atau hasil sampingan batu bara:sabun, aspirin, zat pelarut, pewarna, plastik dan fiber,
seperti rayon dan nylon.
 Batu bara juga merupakan suatu bahan yang penting dalam pembuatan produk-produk
tertentu:
 Karbon teraktivasi – digunakan pada saringan air dan pembersih udara serta mesin
pencuci darah.
 Serat karbon – bahan pengeras yang sangat kuat namun ringan yang digunakan pada
konstruksi, sepeda gunung dan raket tenis.
 Metal silikon – digunakan untuk memproduksi silikon dan silan, yang pada gilirannya
digunakan untuk membuat pelumas, bahan kedap air, resin, kosmetik, shampo dan pasta
gigi.

Pembentukan batu bara


 Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan
istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi,
yakni:
 a. Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi
hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah
kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses
pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
 b. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
bituminus dan akhirnya antrasit.
Teori Pembentukan Peat (Gambut)
 Lapisan batubara umumnya berasal dari peat(gambut) deposit di suatu rawa. Faktor-
faktor penting dalam pembentukkan peat:
1. Evolusi perkembangan flora
 Batubara tertua yang berumur Hurorian Tengah dari Michigan berasal dari alga dan
fungi. Sedangkan pada jaman Devon Bawah dan Atas, batubara kebanyakan berasal dari
Psilophites (spt: Taeniocrada decheniana (lower devon)). Kebanyakan batubara dari
jaman ini memiliki rata-rata lapisan yang tipis(3-4m) dan tidak punya nilai ekonomis.
 Pada Carbon Atas, tumbuhan mulai tinggi-tinggi hingga mencapai ketinggian lebih dari
30m namun belum seberagam sekarang. Pada jaman ini didominasi oleh: Lepidodendron,
Sigillaria, Leginopteris oldhamia, Calamitea. Jaman Upper Carboniferous dikenal sebagai
perioda bituminous coal
 Lapisan penting batubara berumur Perm terdapat di USSR, dominan terbentuk dari
Gymnosperm cordaites.
 Pada jaman Mesozoic terutama Jura dan Cretaceous Bawah, Gymnosperm(Ginkcophyta,
Cycadophyta dan Cornifers) merupakan tumbuhan penting pembentuk batubara, terutama
di Siberia dan Asia Tengah.
 Pada rawa-rawa berumur Cretaceous Atas dan Tersier tumbuhan Angiosperm tumbuh
dengan pesat di N. America, Europe, Japan dan Australia.
 Jika dibandingkan dengan tumbuhan pada masa Carbon, tumbuhan pada jaman Mesozoic
terutama jaman Tersier lebih beragam dan spesifik serta menghasilkan deposit peat yang
tebal dan beragam dalam tipe fasiesnya.
 Perkembangan dan evolusi flora akan berpengaruh pada keragaman jenis dan tipe
2. Iklim
 Pada iklim yang lebih hangat dan basah tumbuhan tumbuh lebih cepat dan beragam.
Lapisan-lapisan kaya batubara berumur Carbon Atas, Cretaceous Atas dan Tersier Awal
diendapkan pada iklim seperti ini. Namun pada hemisphere selatan dan Siberia juga
terdapat endapan batubara yang kaya yang diendapakan pada iklim yang sedang hingga
dingin, contohnya batubara inter-post glacial PermoCarbon Gondwana (dari
Ganganopteris glossopteris) dan batubara umur Perm dan Jura Bawah dari Angara
konitnen.
 Lapisan batubara yang diendapkan pada iklim hangat dan basah biasanya lebih terang dan
tebal dibandingkan dengan yang diendapkan pada iklim basah.
3. Paleogeografi dan Tectonic Requirement
 Formasi lapisan tergantung pada hubungan paleogeografi dan struktur pada daerah
sedimentasi. Pembentukan peat(gambut) terjadi pada daerah yang depresi permukaan
dan memerlukan muka air yang relatif tetap sepanjang tahun diatas atau minimal sama
dengan permukaan tanah. Kondisi ini banyak muncul pada flat coastal area dimana
banyak rawa yang berasosiasi dengan persisir pantai. Selain itu rawa-rawa juga muncul di
darat(shore or inland lakes). Tergantung pada posisi asli geografinya, endapan batubara
paralic(sea coast) dan limnic(inland) adalah berbeda.
 Paralic coal swamps memiliki sedikit pohon atau bahkan tanpa pohon dan terbentuk
diluar distal margin pada delta. Pembentukkannya merupakan akibat dari regresi dan
transgresi air laut. Banyak coastal swamps besar yang berkembang dibawah perlindungan
sand bars dan pits sehingga dapat menghasilkan endapan batubara yang tebal.
 Back samps terbentuk dibelakang tanggul alam sungai besar. Pada back swamps,
peats(gambut) kaya dengan mineral matter akibat banjir yang sering terjadi. Peat deposits
hanya dapat terawetkan pada daerah subsidence. Akibatnya endapan yang kaya batubara
banyak berhubungan dengan daerah ini, seperti yang sering muncul pada foredeep pada
suatu pegunungan lipatan yang besar.
 Sikuen sediment yang tebal dimana didalamnya terdapat lapisan tipis batubara(<2m)
dengan penyebaran yang besar dan keberadaan intercalation dari marine bed adalah
karakteristik dari batubara yang diendapkan di foredeeps dari suatu pegunungan lipatan
yang besar. Cyclothem adalah perulangan antara peat dengan inorganic sediment dan
sekuen ini sering berulang.
 Pada bagian backdeeps dari suatu pegunungan lipatan yang besar, subsidence biasanya
lebih sedikit dan jumlah lapisan batubara lebih sedikit. Ketika paralic coals diendapkan
di foredeeps, kebanyakan limnic coals diendapkan di dalam cekungan kontinen yang
besar. Limnic coals memiliki karakter: terbentuk pada kontinen graben, jumlah
lapisannya sedikit tapi setiap lapisannya sangat tebal.
 Teori Transportasi – Allotocton
Teori ini mengungkapkan bahwa pembentukan batubara bukan berasal dari
degradasi/peluruhan sisa-sisa tanaman yang insitu dalam sebuah lingkungan rawa peat,
melainkan akumulasi dari transportasi material yang terkumpul didalam lingkungan aqueous
seperti danau, laut, delta, hutan bakau. Teori ini menjelaskan bahwa terjadi proses yang
berbeda untuk setiap jenis batubara yang berbeda pula.
4. Proses Geokimia dan Metamorfosis
Setelah terbentuknya lapisan source, maka berlangsunglah berbagai macam proses. Proses
pertama adalah diagenesis, berlangsung pada kondisi temperatur dan tekanan yang normal
dan juga melibatkan proses biokimia. Hasilnya adalah proses pembentukan batubara akan
terjadi, dan bahkan akan terbentuk dalam lapisan itu sendiri. Hasil dari proses awal ini adalah
peat, atau material lignit yang lunak. Dalam tahap ini proses biokimia mendominasi, yang
mengakibatkan kurangnya kandungan oksigen. Setelah tahap biokimia ini selesai maka
berikutnya prosesnya didominasi oleh proses fisik dan kimia yang ditentukan oleh kondisi
temperatur dan tekanan. Temperatur dan tekanan berperan penting karena kenaikan
temperatur akan mempercepat proses reaksi, dan tekanan memungkinkan reaksi terjadi dan
menghasilkan unsur-unsur gas. Proses metamorfisme (temperatur dan tekanan) ini terjadi
karena penimbunan material pada suatu kedalaman tertentu atau karena pergerakan bumi
secara terus-menerus didalam waktu dalam skala waktu geologi.
Penyusun Batubara
Konsep bahwa batubara berasal dari sisa tumbuhan diperkuat dengan ditemukannya cetakan
tumbuhan di dalam lapisan batubara. Dalam penyusunannya batubara diperkaya dengan berbagai
macam polimer organik yang berasal dari antara lain karbohidrat, lignin, dll. Namun komposisi
dari polimer-polimer ini bervariasi tergantung pada spesies dari tumbuhan penyusunnya.
a. Lignin
Lignin merupakan suatu unsur yang memegang peranan penting dalam merubah susunan sisa
tumbuhan menjadi batubara. Sementara ini susunan molekul umum dari lignin belum diketahui
dengan pasti, namun susunannya dapat diketahui dari lignin yang terdapat pada berbagai macam
jenis tanaman. Sebagai contoh lignin yang terdapat pada rumput mempunyai susunan p-koumaril
alkohol yang kompleks. Pada umumnya lignin merupakan polimer dari satu atau beberapa jenis
alkohol.
Hingga saat ini, sangat sedikit bukti kuat yang mendukung teori bahwa lignin merupakan unsur
organik utama yang menyusun batubara.
b. Karbohidrat
Gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik yang mengandung antara lima sampai
delapan atom karbon. Pada umumnya gula muncul sebagai kombinasi antara gugus karbonil
dengan hidroksil yang membentuk siklus hemiketal. Bentuk lainnya mucul sebagai disakarida,
trisakarida, ataupun polisakarida. Jenis polisakarida inilah yang umumnya menyusun batubara,
karena dalam tumbuhan jenis inilah yang paling banyak mengandung polisakarida (khususnya
selulosa) yang kemudian terurai dan membentuk batubara.
c. Protein
Protein merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang selalu hadir sebagai
protoplasma dalam sel mahluk hidup. Struktur dari protein pada umumnya adalah rantai asam
amino yang dihubungkan oleh rantai amida. Protein pada tumbuhan umunya muncul sebagai
steroid, lilin.

Faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :

¨ Posisi geotektonik

Adalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng dalam
pembentukan batubara merupakan faktor yang dominan akan mempengaruhi iklim lokal dan
morfologi cekungan pengendapan dan kecepatan penurunan cekungan Pada fase akhir, posisi
geotektonik mempengaruhi proses metamorfosa organik dan struktur lapangan batubara melalui
masa sejarah setelah pengendapan akhir

¨ Topografi (morfologi)

Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan
penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk

¨ Iklim

Kelembaban mengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai tergantung posisi geografi
dan dipengaruhi oleh posisi geotektonik Tropis dan subtropis sesuai untuk pertumbuhan yang
optimal hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7-9 tahun dengan ketinggian
pohon mencapai 30 m. Sedang iklim yanng lebih dingin ketinggian pohon hanya mencapai 5-6
meter dalam waktu yang sama.
¨ Penurunan cekungan

Penurunan cekungan dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik jika penurunan dan pengendapan
gambut seimbang maka akan dihasilkan endapan batubara yang tebal. Pergantian transgresi dan
regresi mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapannya. Menyebabkan adanya infiltrasi
material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari batubara yang terbentuk.

¨ Umur geologi

Proses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan tumbuhan Makin tua umur suatu
batuan akan memiliki kemungkinan makin dalam penimbunan yang terjadi hingga mampu
terbentuk batubara bermutu tinggi

¨ Tumbuh-tumbuhan

Unsur utama pembentuk batubara dengan lingkngan tertentu dan sebagai

faktor penentu tipe batubara, evolusi kehidupan menciptakan kondisi yang berbeda selama masa
sejarah geologi

¨ Dekomposisi

Merupakan bagian dari tansformasi biokimia material organik yang merupakan titik awal seluruh
alterasi

¨ Sejarah sesudah pengendapan

Sejarah cekungan tergantung pada posisi geotektonikterjadi proses geokimia dan metamorfosa
organik setelah pengendapan gambut bertanggung jawab terhadap pembentukan struktur
cekungan batubara baik berupa sesar, lipatan, intrusi danlainnya.

¨ Struktur cekugan pembentuk

Karena gaya tektonik menghasilkan lapisan batubara dengan bentuk-bentuk tertentu.

¨ Metamorfosis organik

Selama proses ini terjadi pengurangan kandungan air, oksigen dan zat terbang (CO2, CO, CH4
dll)

Cekungan Batubara

Indonesia Barat

Lempeng India Australia bergerak ke utara menumbuk Lempeng Eurasia

Terbentuk Cekungan Tersier:

 Paleogen : Intramontana Basin, Continental Margin


 Neogen : Foreland/Backdeep, Interdeep, Delta

Cekungan yang penting untuk batubara:

 Laeogen Intercontinental Basin


 Neogen Foreland Basin?Backdeep
 Neogen Delta Basin
Batubara Paleogen terendapkan sebelum Transgresi dan Batubara Neogen terendapkan sesudah
Regresi

Intramontana dan Foreland Basin berkembang di Sumatera, Kalimantan dan Jawa (yang di Jawa
relatif kecil).

Delta terbentuk di Kaltim akibat Spreading Centre selat Makasar.

Di Jawa terjadi sedimentasi teristrial hanya di bagian barat saja (Pra Transgresi). Di bagian
tengah dan timur sedimen marine langsung terendapkan di ayas batuan dasar pra-tersier.

Di Kalimantan Bagian Tenggara ada ckungan intermontana dengan sedimen darat.

Endapan Batubara paleogen yang terpeting

o Ombilin (Sumbar)
o Bayah (Jabar)
o Pasir ( Kalimanatan Bagian Tenggara)
o Pulau Sebuku (Kalimantan)
o Melawai (Kal-Bar)
o Sul-Sel
Cirinya:
o Penyebaran terbatas (oleh graben)
o Pengendapan bersamaan dengan aktivitas tektonik
o Ketebalan bervariasi dan banyak lapisan
o Selalu berkaitan dengan busur vulkanik
o Hampir semua Autochton

Secara umum terjadi sedimentasi Neogen hanya pada Beckdeep. Siklus regresi berawal pada
Miosen tengah, sedimentasi berubah dari laut dalam, laut dangkal, paludal, delta, kontinental.
Sedimentasi berakhir pada Plio-Pleistosen. Dalam siklus regresi ini juga terjadi pengendapan
batubara yang penyebarannya relatif luas.

Di cekungan Barito regresi sangat intensif (Warukin dan Dahor Formation) yang terendapkan
langsing di atas Karbonat pada phase transgresi (Berai formation).

Pengendapan batubara pada cekungan Delta berbeda dengan pengendapan pada masa regresi di
Sumatera. Cekungan Delta di Kaltim (Kutai dan Tarakan) Pengendapan langsung terjadi di atas
Transgresi Eosin (karena perkembangan Delta)

Batubara Mahakam terendapkan pada:

o Formasi Paluan dan Formasi Pulubalang (miosein Awal)

o Formasi Balikpapan dan Kampung Baru (Miosin Pliosen)

persebaran Batu bara


Penambangan batu bara terdapat di Sumatera Barat (Ombilin, Sawahlunto), Sumatera Selatan (Bukit
Asam, Tanjungenim), Kalimantan Timur (Lembah Sungai Berau, Samarinda), Kalimantan Selatan
(Kotabaru/Pulau Laut), Kalimantan tengah (Purukcahu), Sulawesi Selatan (Makassar), dan Papua
(Klamono).

Anda mungkin juga menyukai