Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyamuk adalah vektor dari penyakit-penyakit berbahaya seperti malaria, demam
berdarah dengue, chikungunya, dan filariasis. Penyakit yang disebarkan oleh nyamuk
terdapat di lebih dari 100 negara dan menginfeksi lebih dari 700 juta orang setiap tahun
di seluruh dunia (Ghoshet al., 2012). Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
dapat mengakibatkan kematian, contohnya malaria dan demam berdarah dengue. WHO
dalam Depkes (2014) menyatakan bahwa Indonesia adalah negara dengan kasus
demam berdarah dengue terbanyak di Asia Tenggara.
Cara pemberantasan nyamuk penular penyakit yang efektif dan efisien sampai
saat ini adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus. 3M yang
dimaksud adalah menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi, dan
memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Plus
yang dimaksud adalah menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang
sulit dibersihkan, dan menghindari gigitan nyamuk(Kemkes, 2011).
Larvasida adalah suatu zat yang digunakan untuk membunuh larva nyamuk
(WHO, 2002). Larvasida yang umum digunakan saat ini adalah larvasida berbahan
dasar kimia sintetis yaitu bubuk abate yang mengandung insektisida temephos.
B. Tujuan
 Untuk mengetahui cara menghitung kebutuhan abate
 Untuk mengetahui cara menghitung kebutuhan labiofam/bativec SL.
C. Manfaat
 Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana menghitung
kebutuhan abate.
 Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaiman menghitung
kebutuhan labiofam/bativec SL.
D. Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Rabu, 17 Oktober 2018.
Waktu ; 09.40 – selesai.
Tempat : Laboratorium Parasitologi Lingkungan
BAB II
DASAR TEORI

A. Nyamuk Aedes aegypti


Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue
penyebab penyakit demam berdarah. Aedes aegypti tersebar diseluruh wilayah tropis
dan subtropis Asia Tenggara, terutama disebagian besar wilayah perkotaan.
Nyamuk Aedes aegypti biasanya berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan
ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus). Telur Aedes aegypti mempunyai
dinding bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai gambaran kain kasa.
Sedangkan larva Aedes aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang
berduri lateral. Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang, dengan tubuh
berwarna hitam kecoklatan.
Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di
bagian punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan
kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya
mudahrontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk tua. Ukuran
dan warna nyamuk ini sering kali berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi
lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan
umumnya lebih kecil dari nyamuk betina dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena
nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.
B. Siklus Hidup
Spesies ini mengalami metamorfosis yang sempurna yaitu: perubahan hidup
melalui empat stadium yang meliputi: stadium telur, stadium Larva, stadium pupa
(kepompong) dan stdium dewasa sebagai nyamuk yang hidup di alam bebas, sedangkan
tiga stdium yang lain hidup dan berkembang di air. Waktu yang diperlukan untuk daur
hidup nyamuk mulai dari stadium telur sampai stadium dewasa sampai siap bertelur
kembali antara 14-16 hari.
1. Stadium Telur
Telur Aedes aegypti berukuran kurang lebih 50 mikron, warna hitam dan
sepintastampak bulat panjang dan berbentuk oval. Dilihat dengan mikroskop
dinding luar telur nyamuk ini tampak adanya garis-garis yang membentuk
gambaran menyerupai sarang lebah. Jumlah telur yang dikeluarkan dalam sekali
bertelur antara 100-300m butir. Nyamuk dewasa dapat bertelur 10-100 kali dalam
jarak waktu 4-5 hari dengan menghasilkan telur antara 300-750 butir, serta
mempunyai sifat tahan panas atau kering pada temperature 25-30° C. Nyamuk
betina meletakkan telurnya di dinding tempat penampungan air, atau benda yang
dapat memungkinkan air tergenang. Setelah kontak dengan air, telur akan
menetas dalam waktu 2 atau 3 hari.
2. Stadium Larva
Setelah 2-4 hari telur menetas menjadi larva yang hidup di dalam air. Larva
berukuran 0,5 – 1 cm, bentuknya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu
sederhana yang tersusun bilateral. Sifat larva Aedes aegypti selalu bergerak aktif
dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk
bernafas. Larva Aedes aegypti aktif mencari makan di dasar air oleh karena itu
larva Aedes aegypti disebut pemakan makanan dasar (Bothom Feeder) Pada
waktu istirahat posisinya hamper tegak lurus dengan permukaan air. Dalam posisi
istirahat, larva Aedes aegypti membentuk sudut 450 dengan garis permukaan air
dimana dimana bagian kepala berada di bawah. Pada saat mengambil oksigen dari
udara, larva menempatkan sifonnya diatas permukaan air, sehingga abodemennya
terlihat menggantung pada permukaan air seolah badan larva berada pada posisi
membentuk sudut dengan permukaan air. Selama pertumbuhannyam larva Aedes
aegypti mengalami pelepasan kulit yang dinamakan stadium instar, yaitu terdiri
instar I, instar II, instar III, instar IV. Perubahan memerlukan waktu sebagai
berikut :
 Instar I :
Perkembangan dari telur ± 1 hari, tubuhnya kecil, warna transparan, panjang
1-2 m, duri- duri (spine) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong
nafas (siphon) belum hitam.
 Instar II :
Perkembangan dari instar I ke instar II ± 1-2 hari, ukurannya 2,5 - 3,9mm,
duri dada tetap belum jelas dan corong nafas sudah berwarna hitam.
 Instar III :
Perkembangan dari instar II ke instar III ± 2 hari, sudah lengkap struktur
anatominya dan jelas, tubuh bisa dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada
(thorax), dan perut (abdomen).
 Instar IV : ± 2-3 hari
Perubahan instar ditandai dengan pengelupasan kulit yang disebut Moulting.
Larva Aedes aegypti bertahan hidup di tempat yang mengandung air dengan
pH 4-8. Larva pada instar IV ± 2-3 hari melakukan pengelupasan kulit
kemudian berubah menjadi pupa. Lamanya perkembangan larva akan
bergantung pada suhu, ketersediaan makanan dan kepadatan larva pada
sarang. Pada kondisi yang optimum yaitu 250 -270C, waktu yang dibutuhkan
mulai dari penetasan sampai kemunculan nyamuk dewasa sedikitnya selama
7 hari, termasuk 2 hari untuk masa menjadi pupa. Akan tetapi, pada suhu
rendah, mungkin akan dibutuhkan beberapa minggu untuk kemunculan
nyamuk dewasa. Derajat keasaman (pH) yang sesuai untuk
perkembangbiakan telur maupun larva dari nyamuk Aedes sp adalah pH
sedang. Larva Aedes sp mempunyai kemampuan hidup pada pH 4-8. Pada
pH asam, larva akan mengatur pH Hemolym dengan meningkatkan laju
minum dan ekskresi. Habitat alami larva jarang ditemukan, tetapi dapat
mencakup lubang pohon, pangkal daun dan tempurung kelapa. Di daerah
yang panas dan kering, tanki penyimpanan air yang berada di atas, tanki
penyimpanan air yang ada di tanah dapat menjadi habitat utama larva. Di
wilayah yang persediaan airnya tidak teratur, dimana penghuni menyimpan
air untuk kebutuhan rumah tangga dapat pula memperbanyak jumlah habitat
yang ada untuk larva.
3. Stadium Pupa
Pupa Aedes aegypti mempunyai morfologi yang khas yaitu memiliki tabung
atau terompet pernafasan yang memebentuk segi tiga. Jika pupa terganggu oleh
gerakan atau sentuhan maka pupa tersebut akan bergerak cepat menyelam ke
dalam air selama beberapa detik kemudian muncul kembali ke permukaan air
dengan cara menggantungkan badannya menggunakan tabung pernafasan.
Setelah berumur 1-2 hari pupa akan tumbuh menjadi nyamuk dewasa jantan atau
betina. .
4. Stadium Dewasa
Perkembangan nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorphosis sempurna
yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Proses ini membutuhkan waktu ± 7-14 hari.
Nyamuk dewasa Aedes aegypti memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna
hitam kecoklatan,. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih
keperakan. Dibagian dorsal (punggung) tampak dua garis melengkung vertical
dibagian kiri dan kanan yang menjadi cirri spesies ini.
C. Metode Pengendalian Vektor
1. Pengendalian Secara Umum :
a) Penegendalian vektor harus menerapkan bermacam-macam cara pengendalian
agar vector tetap masih dibawah garis batas yang tidak merugikan dan
membahayakan.
b) Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap
lingkungan hidup. Sebagai dasar konsekuensi dari prinsip pengendalian diatas
masyarakat dituntut untuk mempunyai kemampuan mengendalikan nyamuk.
Aedes aegypti dengan tepat tanpa menimbulkan dampak negtif terhadap
manusia dan lingkungan. Metode yang digunakan dalam pengendalian nyamuk
Aedes aegypti yang efektif untuk nyamuk Aedes aegypti melalui pembrantasan
larva/jentik.
2. Pengendalian Terhadap Larva
Pengendalian jentik/larva dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
a. Secara Kimia
Untuk pemberantasan larva Aedes aegypti salah satunya adalah penggunaan
abate (Temephos). Larvasida ini terbukti efektif terhadap larva Aedes aegypti
dan daya racunnya rendah terhadap mamalia. Cara ini biasanya dengan
menaburkan abate ke dalam bejana penampungan air seperti bak mandi,
tempayan dan drum, yang berfungsi mencegah adanya jentik 2-3 bulan.(16-17)
Pengendalian kimia untuk larva Aedes aegypti dengan menggunakan
insektisida dibedakan menjadi dua antara lain:
1) Insektisida Sintetis
Insektisida sintetis yang sering digunakan adalah abate (Themephos).
Larvasida ini terbukti efektif terhadap larva Aedes aegypti dan daya
racunnya rendah terhadap mamalia. Abate merupakan larvasida dengan
formulasi butiran pasir (sand granulest) dengan dosis 1 ppm.
2) Insektisida Nabati
Secara umum insektisida nabati atau insektisida yang berasal dari
tumbuhan diartikan seabgai suatu insektisida yang bahannya berasal dari
tumbuhan. insektisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai
(biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif
aman bagi manusia serta hewan ternak peliharaan karena residunya mudah
hilang. Penggunaan senyawa kimia naba ti disebabkan karena senyawa
kimia nabati mudah terur ai oleh sina r matahari sehingga tidak berbahaya,
tidak merusak lingkungan dan tidak berpen garuh pada hewan target.
b. Secara Fisika
Cara ini dengan mengubur kaleng bekas atau wadah-wadah bekas yang dapat
berpotensi menampung air. Dalam pengendalian ini dapat juga dilakukan
dengan pemasangan kelambu, perangkap nyamuk. (16-17).
c. Secara Biologi
Organisme yang digunakan dalm pengendalian secara biologi umumnya
bersifat predator parasit, atau patogenetik dan umumnya diketemukan pada
habitat yang sama dengan larva sebagai mangsanya.

Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat dicegah dengan memberantas jentik-jentik


nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti) dengan cara melakukan PSN (Pembersihan
Sarang Nyamuk) Upaya ini merupakan cara yang terbaik, apuh, murah, mudah dan dapat
dilakukan oleh masyarakat, dengan cara sebagai berikut:
1. Bersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti : bak mandi / WC, drum, dan
lain-lain) sekurang-kurangnya seminggu sekali. Gantilah air di vas bunga, tempat
minum burung, perangkap semut dan lain-lain sekurang-kurangnya seminggu
sekali
2. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air, seperti tampayan, drum, dan lain-
lain agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu.
3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas, seperti kaleng bekas,
ban bekas, botol-botol pecah, dan lain-lain yang dapat menampung air hujan, agar
tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Potongan bambu, tempurung
kelapa, dan lain-lain agar dibakar bersama sampah lainnya
4. Tutuplah lubang-lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau adukan semen
5. Lipatlah pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap
disitu.
6. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk
ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk.
Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekal
D. Abate
Abate adalah jenis obat bukan untuk dikonsumsi secara langsung. Obat dalam
bentuk serbuk ini adalah obat tabur. Bubuk atau serbuk Abate ini biasa digunakan orang
untuk mencegah demam berdarah atau mencegah berkembangbiaknya nyamuk dalam
genangan air. Abate merupakan jenis obat bebas yang bisa dengan mudah didapat dan
penggunaannya dapat diaplikasikan kapan saja sesuai dengan kebutuhan.
Serbuk Abate ini berguna untuk menghindarkan pestisida khususnya nyamuk
berkembangbiak dalam genangan air, seperti bak mandi, ember, got, dan sebagainya.
Pemberian serbuk Abate pada air dapat membuat jentik nyamuk khususnya Aedes
egypti yang ada di air tidak berkembang. Manfaat mengaplikasikan bubuk ini adalah
terhindarnya kita dari penyakit demam berdarah.
Abate mempunyai kelebihan, antara lain :
 Sangat efektif untuk mengendalikan semua jentik nyamuk pada dosis rendah
 Petahanan pertama terhadap penyakit yang disebabkan oleh nyamuk
 Tidak menimbulkan residu
 Daya racun yang rendah bila digunakan sesuai petunjuk
a. Dosis Penggunaan Abate
Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut:
 Untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk ABATE.
 Jika tidak terdapat timbangan, dapat menggunakan sendok makan. Satu
sendok makan berisi 20 gram ABATE untuk 200 L air
Setelah dibubuhkan ABATE maka:
 Toksisitas ABATE dapat bertahan selama 3 bulan apabila air tersebut tidak
ditambahkan.
 Bila air diganti atau ditambahkan, toksisitas ABATE dapat bertahan selama 1,5
– 2 bulan.

b. Dosis Dan Efektifitas Penggunaan Abate


Memang benar bahwa bubuk abate memang aman untuk dikonsumsi selama
dalam takaran yang sesuai. Pemakaian abate yang aman adalah 1 gram untuk setiap
10 liter air. Sebenarnya setelah ditaburkan, bubuk abate akan segera menempel di
dinding penampung air, sehingga kadarnya di dalam air minum lebih rendah
dibanding di dinding penampung air. Daya tempelnya mampu bertahan 2 sampai 3
bulan. Penaburan abate dapat diulangi setiap 2-3 bulan sekali.
Abate sebaiknya hanya diaplikasikan pada wadah penampungan air yang sulit
dan jarang dikuras. Pada penampungan air yang bisa dikuras sekali seminggu, tidak
perlu diberi abate karena jentik nyamuk juga keburu tewas saat pengurasan
(perkembangan dari telur sampai nyamuk dewasa butuh waktu sekitar 9 hari).
Sebagaimana fungsinya, penggunaan abate ditujukan untuk membunuh larva-
larva nyamuk yang senang dengan air bersih yang menggenang. Sebenarnya, untuk
membunuh larva-larva tersebut, tidak selalu harus menggunakan abate. Genangan-
genangan air sering ditemukan di botol-botol tanpa tutup, ban, kaleng, dan
penampungan air. Oleh karena itu, mencegah pertumbuhan larva-larva nyamuk
dapat dilakukan dengan mengubur ban, kaleng, serta botol-botol tanpa tutup. Selain
itu, juga dapat dilakukan dengan menguras bak penampungan air secara teratur. Jika
bak penampungan kamu terbuat dari keramik/plastik yang dikuras secara teratur,
maka penggunaan bubuk abate tidak lagi diperlukan karena pengurasan akan
menghilangkan tujuan penggunaan bubuk abate.
BAB III
KEGIATAN PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


 Mistar
 Alat Tulis Menulis
B. Prosedur Kerja
 Siapkan alat dan bahan
 Ukurlah tinggi, lebar dan panjang bak, kemudian hitunglah volume bak tersebut
 Setelah itu, hitunglah kebutuhan abate dan labiofam sesuai dengan volume bak
tersebut.
C. Hasil Praktikum
Panjang = 60 cm ; Lebar = 40 cm ; Tinggi = 28 cm
Volume = P x L x T
= 60 x 40 x 28
= 67.200 m3
= 67,2 L
Abate :
1 L = 0,1 gram abate
Kebutuhan Abate = 0,1 x Volume
= 0,1 x 67,2
= 6,72 gram
Jadi, abate yang dibutuhkan untuk bak dengan volume 6,72 L adalah 6,72 gram
Labiofam
50 L = 20 Tetes
1 L = 0,4 tetes
Kebutuhan Labiofam = 0,4 x 67,2
= 26,88
= 27 Tetes
Jadi, Labiofam yang diperlukan untuk bak dengan volume 6,72 L adalah 27 tetes
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemakaian abate yang aman adalah 1 gram untuk setiap 10 liter air. Setelah
ditaburkan, bubuk abate akan segera menempel di dinding penampung air, sehingga
kadarnya di dalam air minum lebih rendah dibanding di dinding penampung air. Daya
tempelnya mampu bertahan 2 sampai 3 bulan. Penaburan abate dapat diulangi setiap 2-
3 bulan sekali.

Abate sebaiknya hanya diaplikasikan pada wadah penampungan air yang sulit dan
jarang dikuras. Pada penampungan air yang bisa dikuras sekali seminggu, tidak perlu
diberi abate karena jentik nyamuk juga akan mati saat pengurasan (perkembangan dari
telur sampai nyamuk dewasa butuh waktu sekitar 9 hari). Sebagaimana fungsinya,
penggunaan abate ditujukan untuk membunuh larva-larva nyamuk yang senang dengan
air bersih yang menggenang.

Dari kegiatan praktikum, didapatkan hasil perhitungan volume bak adalah 67,2.
Serta kebutuhan abate yang sesuai dengan volume bak tersebut adalah sebanyak 6,72
gram dan labiofam sebanyak 27 tetes

B. Saran

Saat melakukan kegiatan praktikum harus memperhatikan tata tertib yang ada
dilaboratorium, agar kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.cvrian.com/larvasida-2.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/55468/
https://media.neliti.com/media/publications/219039-uji-larvasida-nyamuk-aedes-aegypti-
dari.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?article
Materi : Aplikasi dan Formulasi Pestisida. Oleh : Bpk. Suwarja, S.Pd, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai