Fauzi FST NoRestriction
Fauzi FST NoRestriction
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sains
Oleh :
FAUZI
NIM : 108097000033
2010 M / 1431 H
i
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Analisis Data Seismogram Untuk Menentukan Parameter
Magnitude Gempabumi (Studi Kasus Gempabumi Padang 30 September 2009)” telah
diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakutas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Sarif Hidayatullah Jakarta pada hari senin 2 Agustus 2010.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu ( S1 ) Jurusan Fisika.
Tim Penguji,
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
ii
LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan karya tulis saya
sendiri dan bukan merupakan tiruan, salinan atau duplikat dari Skripsi yang telah
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta maupun diperguruan tinggi lain, serta
Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab
serta bersedia menerima segala resikonya jika ternyata pernyataan diatas tidak
benar.
FAUZI
NIM. 108097000033
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
yang berjudul “Analisis Data Seismogram Untuk Menentukan Parameter Gempabumi
(Studi Kasus Gempa Padang 30 September 2009)” dengan baik. Laporan Tugas
Akhir ini merupakan salah satu syarat kelulusan menempuh perkuliahan jenjang
Sarjana (S1) di Program Studi Fisika, Jurusan Geofisika - Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah - yang telah
memberikan izin penulisan Laporan Tugas Akhir.
2. Bapak Drs. Sutrisno, M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi Fisika
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan izin,
bimbingan dan arahan kepada penulis.
3. Bapak Rahmat Triyono, ST, M.Sc selaku Kepala Sub Bidang Informasi
Gempa, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jakarta yang telah
memberikan izin waktunya kepada penulis untuk kuliah di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah - Jakarta.
4. Bapak Benny Hendrawanto, MT. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah
dengan sabar membimbing, mengarahkan, memberikan saran dan masukan
yang sangat berguna bagi kelancaran dan terselesaikanya penulisan laporan
tugas akhir ini.
iv
5. Ibu Siti Ahmiatri Saptari, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II yang dengan
sabar membimbing, mengarahkan, memberikan saran kepada penulis sampai
selesai penulisan laporan tugas akhir ini.
6. Istriku, Bunga Ch. Rosha dan buah hatiku, Hilya Aisyah Robbani yang telah
menginspirasi, memotivasi dan memberikan semangat dalam kuliah dan
proses penulisan laporan tugas akhir ini hingga selesai.
7. Orang tua dan mertua beserta keluarga atas do’a dan dukunganya yang tak
terhingga sehingga terselesaikanya laporan tugas akhir dan kuliah di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Teman- teman kuliah dari BMKG Sirojudin, Novi dan Arif yang bersama -
sama dalam suka duka menjalani kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Teman - teman Fisika UIN angkatan 2006, 2007 dan 2008 yang tidak bisa
disebutkan disini yang dengan kebersamaan dan kekompakanya selama
dalam menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Teman - teman kantor kelompok 2 khususnya dan teman - teman staf
operasional Gempabumi dan Tsunami BMKG yang tidak bisa disebutkan
disini yang terus menyemangati dan memberikan toleransi selama menjalani
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Teman - teman kajian di Mushola “Al-Hidayah” yang memotivasi dan
memberikan semangat dalam menjalani perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu
disempurnakan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik sebagai
masukan agar dapat bermanfaat dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………. i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………... ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………... iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………. x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..xi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………..xii
ABSTRAK…………………………………………………………………………. xiii
ABSTRACT………………………………………………………………………... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.2.Tujuan Penulisan….…………………………………………………….7
1.3.Manfaat Penulisan…………………………………………………........ 8
vi
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Gempabumi………………………………………………………….... 9
vii
3.3. Peralatan Penelitian...................................................................... 40
moment (Mw).................................................................... 44
viii
4.4. Hasil Parameter Empiris dengan BMKG dan USGS………………. 61
DAFTAR PUSTAKA....................……………………………………………….. 68
LAMPIRAN………………………………………………………………………..69
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
ABSTRAK
xiii
ABSTRACT
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan daerah rawan gempabumi karena dilaui oleh tiga pertemuan lempeng
tiga lempeng dunia, yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik yang tidak
mungkin lepas dari bahaya tsunami. Tumbukan lempeng Eurasia dan Indo-
Australia membentang dari ujung utara Aceh sampai NTT. Tumbukan dua
lempeng dunia tersebut membentuk palung laut yang sangat dalam dan telah
Pergerakan atau tumbukan lempeng tektonik bisa terjadi akibat dipicu oleh
panas diinti bumi. Secara teoritis, inti bumi sangat panas karena mencapai ribuan
derajat celcius. Diatas inti bumi relatif dingin, yaitu antara 30 sampai 50 derajat
celcius.
pergerakan lempeng tektonik, ada tiga macam. Selain bertumbukan dua lainnya
1
Indonesia termasuk jenis tumbukan. Gempa jenis pembukaan, umumnya terjadi di
Amerika Serikat.
dimana di daerah ini merupakan bagian dari daerah pertemuan lempengan Indo-
Wilayah Sumatera Barat merupakan salah satu kawasan yang terletak pada
pinggiran lempeng aktif (active plate margin) dunia yang dicerminkan dengan
wilayah ini tidak hanya bersumber dari aktivitas zona subduksi, tetapi juga dari
2
Musibah gempa bumi tektonik di Padang berdasarkan hasil data parameter
BMKG, pusat gempa berada pada koordinat 0.81 LS – 99.97 BT atau terletak
pada posisi ± 57 km barat daya kota Pariaman dengan kekuatan 7.6 SR Mw(mB)
diklasifikasikan sebagai gempa bumi besar dengan aktivitas subduksi yang aktif
(Hagiwara, 1964), sedangkan bila ditinjau dari sejarah gempa kuat dan merusak,
ahli dipicu oleh pelepasan energi di patahan Sumatera (sesar Semangko) yang
lempeng Eurasia yang pergerakanya diperkirakan 5-7 cm per tahun. Bagian barat
bergerak ke selatan dan bagian timur bergerak ke utara. Jika pergerakan segmen
itu sudah berlangsung cukup lama akan menjadi pemicu terjadinya gempa besar.
Gempa yang terjadi di Padang berada pada lokasi di sebelah timur segmen
Mentawai. Dimana, energi yang lepas masih di kawasan pinggir dari segmen
mentawai. Segmen mentawai mulai dari pulau Siberut, pulau Sipora, sampai
pulau Bagai. Menurut para ahli geologi secara historis pada segmen mentawai
telah terjadi gempa besar dengan skala magnitudo lebih dari delapan, yaitu pada
tahun 1833. dan gempa ini memiliki periode perulangan sekitar 200 tahunan.
hingga sekarang.
3
Bila membahas gempabumi tidak akan lepas dari apa yang disebut
Magnitude atau kekuatan gempa. Dimana pengertian Magnitude itu sendiri adalah
Besaran ini akan berharga sama, meskipun dihitung dari tempat yang berbeda.
Skala yang kerap digunakan untuk menyatakan magnitudo gempa ini adalah skala
menjadi 7.9SR Mw(mB). Hal ini menarik untuk dikaji mengenai seberapa
sepadan dengan dampak dari korban jiwa maupun fisik yang begitu besar.
kali dirilis BMKG kekuatanya adalah 7.6 Mw(mB). Dampak goncangan yang
begitu hebat dan korban jiwa yang begitu banyak, tercatat sekitar 711 orang
meninggal dan ribuan orang menderita luka-luka dan juga beberapa bangunan
penduduk dan berbagai fasilitas publik lainya-pun ikut hancur dan roboh.
4
Bahkan ada satu perkampungan di daerah Pariaman yang tertimbun longsor
2. Lokasi gempabumi Padang berada pada jalur pertemuan antar dua lempeng
bagian dari Lempeng Eurasia yang bergerak sangat lambat dan relatif ke arah
tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun. Relatif berada di bagian
barat provinsi ini, terdapat interaksi antara Lempeng Eurasia dan Lempeng
kapur dan masih terus berlangsung hingga kini. Selain subduksi, interaksi
kedua lempeng ini juga menghasilkan pola struktur utama Sumatera, yang
diperoleh beberapa parameter magnitude dari sebuah gempa tersebut . Hal ini
5
Tingkat keakurasian (kestabilan) kekuatan sebuah gempa sangtlah begitu
penting, Sebab hal ini berkaitan erat dengan pengambilan keputusan dan antisipasi
teknis yang harus dilakukan terhadap dampak yang terjadi. Jika terjadi gempa
tentunya ini akan menjadi masalah dan tanda tanya besar dikemudian hari. Atau
sebaliknya terjadi gempa dengan kekuatan yang dipublikasi begitu besar dan
dampak kerusakan yang terjadi tidak terlalu signifikan, ini hanya mengurangi
dan stabil, sehingga memiliki korelasi dengan dampak yang terjadi akibat gempa.
Bila terjadi gempa dengan kekuatan yang besar, maka informasi ini akan
dianggap sebagai gempa merusak atau bahkan berpotensi tsunami jika memang
tsunami jika magnitudenya ≥ 7.5 dengan kedalaman gempa ≤70 km dan gempa
berada dilaut. Jika syarat-syarat yang ada terpenuhi maka BMKG akan
aparat terkait. Informasi ini akan direspon masyarakat secara meluas. Daerah yang
korban. Kalaupun tidak terjadi tsunami maka informasi ini akan bermanfaat
bagaimana magnitude atau kekuatan dari sebuah event gempa menjadi salah satu
6
Aktifitas pelepasan energi pada deformasi lempeng gempabumi di Padang
seberapa besar kekuatan magnitudenya perlu untuk dikaji lebih lanjut. Untuk
seismogram dari event gempa. Sehingga dapat diperoleh seberapa besar kekuatan
gempanya yang terdiri dari berbagai parameter magnitude seperti: ML, mb, mB,
dapat pula diketahui energi momen seismik dan mekanisme focalnya dengan
manual CMT dapat diperoleh seberapa kekuatan magnitude yang berupa ML, mb,
mB, Ms, Mw dan Mo serta mekanisme focalnya dari gempa padang. Data ini akan
ini sangat bermanfat sebagai salah satu analisis pendahuluan mengenai tingkat
7
2. Menentukan tingkat keakurasian (kestabilan) perhitungan beberapa
Square).
tsunami.
event gempa.
8
1.4. Batasan Masalah
dengan magnitudo seperti moment sismik dan mekanisme focal yang akan
pula jarak antara sensor stasiun ke pusat episentrum gempa. Kemudian dengan
Sehingga jika memenuhi syarat akan diperoleh nilai jenis berbagai magnitude tiap
Magnitude diuji tingkat kesalahnya dengan metode statistik RMS (Root Mean
9
Square) . Untuk melengkapi datanya menjadi parameter gempabumi dapat pula
dicari telah lengkap, dapat dibandingkan parameter yang ada dengan institusi lain
baik BMKG maupun USGS sebagai studi dan analisis pendahuluan terhadap
BAB. I.
Berisi tentang latar belakang masalah bagaimana ide awal penulisan ini
ditulis. Serta tujuan penulisan yang menguraikan maksud dan arah tujuan
Serta batasan masalah bagaimana dalam penulisan ini hanya dibatasi bebrapa hal
10
BAB. II.
dasar dan penjelasan yang akan melandasi pembahasan pada penelitian ini.
BAB. III.
BAB. IV.
Menjelaskan bagaimana analisa data awal yang telah masuk sesuai teori
dasarnya, kemudian dapat dihasilkan data yang diharapkan dalam penelitian ini.
yang telah ada, dimana hasilnya dapat menjadi koreksi atau menguatkan satu
BAB. V.
Terakhir berisi uraian tentang kesimpulan dari data yang telah dianalisis.
Bagaimana kesimpulan data sebaiknya searah dengan tujuan penelitian ini. Hasil
dalam penelitian ini tidaklah lepas dari kekurangan, maka sepantasnya dijelaskan
11
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Gempabumi
biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempabumi
tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempabumi terjadi
apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat
ditahan.
12
Menurut Fowler (1990), gempabumi dapat diklasifikasikan berdasarkan
karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik
dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara
batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari plat tektonik (tektonik plate)
plat tektonik menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan,
sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan
bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa
13
dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan
gempa atau hiposentrum (fokus) ke tempat lain di bumi. Gelombang ini terdiri
14
Gerakan batuan yang tiba-tiba di sepanjang celah pada sesar bumi
transversal yang arah gerakannya tegak lurus dengan arah perambatan gelombang.
3,5 km/detik.
15
Gambar
G 2.2. Pola rambaatan gelombaang P dan S
untuk
u mencari letak hipposenter dann episenter gempa.
g Saatt kedua geloombang ini
berjalan
b di dalam dann permukaaan bumi, keduanya
k m
mengalami pemantulan
p
(reflection)
( dan pembia
asan (refracction) atau membelok, persis sepeerti sebuah
cahaya
c mbelok saatt menembus kaca beningg. Para ahli seismologi
yangg seolah mem
memeriksa
m p
pembelokan ini untuk m
menentukan darimana
d suaatu gempa beerasal.
2.3.2.
2 Gelom
mbang Perm
mukaan (Su
urface Wave))
Adaa 2 macam gelombang
g ppermukaan, yaitu
y gh, diambil
gelombbang rayleig
dari
d nama fisikawan
f Innggris Lord Rayleigh; dan
d gelombaang love, diiambil dari
nama
n geofissikawan Ingggris A.E.H. Love.
L
Hasilnya
H nah bergerakk naik turunn seperti ombbak di laut. Sedangkan gelombang
tan
love
l menim
mbulkan efekk gerakan taanah yang horizontal, daan tidak meenghasilkan
perpindahan
p n vertikal.
16
Gambar 2.3. Pola rambatan gelombang permukaan (Surface Wave)
gelombang S.
energi seismik yang dipancarkan oleh sumber gempa. Besaran ini akan berharga
sama, meskipun dihitung dari tempat yang berbeda. Skala yang kerap digunakan
untuk menyatakan magnitudo gempa ini adalah skala Richter (Richter Scale).
∆, .......................................................(2.1)
17
episentrum, h adalah kedalaman gempa, CS, dan CR adalah faktor koreksi yang
Selain Skala Richter diatas, ada beberapa definisi magnitudo yang dikenal
gerakan tanah (dalam mikron) yang tercatat oleh seismograf torsi (torsion
magnifikasi (perbesaran) = 2800, dan faktor redaman = 0,8. Jadi formula untuk
menghitung magnitudo lokal tidak dapat diterapkan di luar California dan data
amplitudo yang dipakai harus yang tercatat oleh jenis seismograph di atas.
18
Batasan Magnitude Lokal (ML) :
bagian dalam bumi (Lay. T and Wallace T.C.). Dalam prakteknya (di USA),
19
amplitudo yang dipakai adalah amplitudo gerakan tanah maksimum dalam mikron
periode pendek (short period, komponen vertikal), dan periodenya adalah periode
(universal). Tapi perlu dicatat bahwa faktor koreksi untuk setiap tempat (stasiun
gempa) akan berbeda satu sama lain. Magitudo gelombang badan diperkenalkan
amplitudo gerakan tanah maksimum dalam mikron yang diukur pada 3 gelombang
universal dengan tentu saja faktor koreksi yang berbeda untuk setiap tempatnya.
noise yang ada pada data akan sangat berpengaruh pada nilai mb
20
2.3.3. Bodywave Magnitude (mB)
h = Kedalaman (km)
pendekatan empris, dimana dalam penelitian ini parameter kedalaman gempa bisa
digunakan sebagai nilai h dan jarak antara stasiun pencatat dengan pusat gempa
gelombang P.
21
Gambar 2.5. Grafik Guntenberg & Richter Q(∆, h) Untuk mb, mB
disimbolkan dengan MS. Dalam Prakteknya (di USA), amplitudo gerakan tanah
22
dapat memiliki batasan 18≤T≤22 untuk hasil yang lebih teliti. D adalah jarak
Gambar 2.6. Penggunaan seismogram dalam penentuan mb, mB, Mw, Ms dan ML
dirumuskan sebagai :
Mo = æ D S............................................................................................(2.6)
23
Dengan Mo adalah momen gempa, µ adalah rock regidity dalam Pa, µ pada
kerak bumi sebesar 32 GPa dan pada mantel 75 GPa. A adalah luas daerah sesar
kepermukaan dan bagian dalam bumi. Dalam penjalaranya energi ini mengalami
pelemahan karena absorbsi dari batuan yang dilaluinya, sehingga energi yang
terjadi di hiposenter. Seperti halnya pada mekanika, dua gaya yang sama besar
dan berlawanan arah menyebabkan suatu momen yang besarnya sama dengan
gaya kali jarak antara kedua gaya tersebut. Dalam gempa bumi, sesuai dengan
model dislokasi yang menyatakan bahwa gempa bumi disebabkan oleh adanya
pergeseran yang diskontinu pada lapisan kulit bumi, ekivalen dengan kopel ganda
1966 ). Bisa dikatakan pula bahwa moment gempa (seismic moment) adalah
besarnya momen ekivalen dengan kopel ganda yang tersebar didalam bidang
sesar.
24
2.3.6. Hubungan antar magnitude
empiris ini telah ditetapkan formulanya oleh beberapa ahli, dimana disini nilai
yang dicari adalah nilai derivatif dengan nilai magnitude lain yang telah didapat
amplitudo gelombang badan (P dan S) dari sebarang fase seperti P, S, PP, SS, pP,
dari komponen vertikal maupun horisontal (asal konsisten). Demikian juga untuk
penentuan MS. Oleh karena itu, kiranya dapat dimengerti bahwa magnitude yang
ditentukan oleh institusi yang berbeda akan bervariasi, walaupun mestinya tidak
vang satu dengan yang lain secara empiris yang ditulis oleh Hirro Kanamori dan
25
Hubungan magnitude moment(Mw) dengan moment seismik (Mo) dalam
sebagai berikut :
Mw = (Log Mo – 9.1)/1.5......................................................................(2.9)
mb = 0.56 Ms + 2.9..............................................................................(2.10)
diberikan terhadap manusia, alam, struktur bangunan buatan manusia, dan reaksi
26
pada tahun 1883 oleh seorang seismologis Italia M.S. Rossi dan ilmuwan Swiss
dikembangkan lagi pada tahun 1902 oleh seorang seismologis Itali Giuseppe
Mercalli. Lalu pada tahun 1931, seismologis Amerika, H. O. Wood dan Frank
subjektif dan sangat tergantung pada kondisi lokasi dimana gempa terjadi. Gempa
dengan magnitudo yang sama, namun terjadi di dua tempat yang berbeda mungkin
akan memberikan nilai intensitas yang berbeda. Namun demikian antara skala
27
Tabel 2.1. Skala Modified Mercalli Intensity (MMI)
Intensitas Gejala / Akibat yang ditimbulkan
I MMI : Tidak terasa.
II MMI : Sangat sedikit yang merasakan.
III MMI : Cukup banyak yang merasa, namun tidak menyadari
sebagai gempa.
IV MMI : Di dalam ruang terasa, seperti ada truk yang menabrak
gedung.
V MMI : Terasa oleh hampir setiap orang, yang tidur terjaga, pohon
berayun, tiang bergoyang.
VI MMI : Dirasakan oleh semua, orang-orang berlarian ke luar,
perabotan
bergerak, kerusakan ringan terjadi.
VII MMI : Semua orang lari keluar, bangunan-bangunan berstruktur
lemah rusak, kerusakan ringan terjadi dimana-mana.
VIII MMI : Bangunan² berstruktur terencana rusak, sebagian runtuh.
IX MMI : Seluruh gedung mengalami kerusakan cukup parah, banyak
Yg bergeser dari pondasinya, tanah mengalami keretakan.
X MMI : Sebagian besar struktur bangunan rusak parah, tanah
Mengalami keretakan besar.
XI MMI : Hampir seluruh struktur bangunan runtuh, jembatan patah,
Retak pada tanah sangat lebar.
XII MMI : Kerusakan total. Gelombang terlihat jelas di tanah, objek-
Objek berhamburan.
28
2.5. Energi Gempabumi
Kekuatan gempa disumbernya dapat juga diukur dari energi total yang
dilepaskan oleh gempa tersebut. Energi yang dilepaskan oleh gempa biasanya
(wave train) yang dipelajari (misal gelombang badan) dan seluruh luasan yang
kenaikan amplitudo yang dirasakan disuatu tempat sebesar 10 kali, dan kenaikan
berkembang. Dalam teori ini, kulit bumi digambarkan terdiri atas kepingan-
kepingan atau lempeng-lempeng batuan atau litosfir, yang dapat bergerak satu
astenosfer (upper mantle) yang menghasilkan sel-sel arus konveksi yang dapat
menggerakkan lempeng-lempeng kulit bumi yang terdiri atas batuan yang bersifat
29
kaku. Sel-sel arus konveksi itulah yang merupakan mesin yang menciptakan
Batas lempeng dalam skala yang lebih kecil dikenal sebagai sesar yang
merupakan suatu batas yang menghubungkan dua blok tektonik yang berdekatan.
Bidang sesar (fault plane) adalah sebuah bidang yang merupakan bidang kontak
antara blok tektonik. Pergeseran bidang sesar dapat berkisar dari antara beberapa
30
meter sampai mencapai ratusan kilometer. Sesar merupakan jalur lemah, dan lebih
banyak terjadi pada lapisan yang keras dan rapuh. Bahan yang hancur pada jalur
sesar akibat pergeseran, dapat berkisar dari gouge (suatu bahan yang halus/lumat
akibat gesekan) sampai breksi sesar, yang mempunyai ketebalan antara beberapa
tersebut, sehingga dapat memperoleh arah gerakan patahan dan arah bidang
Terdapat dua unsur pada sesar yaitu hanging wall (atap sesar) dan foot
wall (alas sesar). Hanging wall (atap sesar) adalah bongkah sesar yang terdapat di
bagian atas bidang sesar, sementara itu foot wall (alas sesar) adalah bongkah sesar
yang berada di bagian bawah bidang sesar. Bidang sesar terbentuk akibat adanya
1. Sesar Strike, adalah sesar yang arah jurusnya sejajar dengan jurus
batuan sekitarnya.
31
3. Sesar diagonal atau Sesar Oblique, adalah sesar yang memotong
struktur regional.
2. Sesar Naik/ sesar sungkup bila hanging wall (atap sesar) bergerak
tegak (90o).
dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo Australia dan Lempeng Pasifik. Selain itu
terdapat pula Lempeng mikro Filipina, yang bergerak kearah selatan di sebelah
utara Sulawesi. Oleh karena itu wilayah kepulauan Indonesia menjadi wilayah
32
Eurasia
E terjadi di sepaanjang bagiaan barat leppas pantai Sumatera,
S m
menerus ke
Gam
mbar 2.8. Taatanan tektonnik di Indoneesia
tegak
t lurus,, berbeda dengan
d perttemuan lemppeng di wiilayah Sumaatera yang
mempunyai
m subduksi miiring dengann kecepatan 5-6 cm/tahuun (Bock, 20000).
Sumatera merupakan
m baagian dari L
Lempeng Eurrasia yang bergerak
b san
ngat lambat
dan
d relatif ke
k arah tengggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm
m/tahun. Rellatif berada
di
d bagian barat
b provin
nsi ini, terddapat interakksi antara L
Lempeng Eurasia dan
Lempeng
L Saamudera Hinndia yang beergerak relattif ke arah uutara dengann kecepatan
mencapai
m 7 cm/tahun. Interaksi ini menghasilkaan pola penuunjaman ataau subduksi
menyudut
m (o
oblique), yaang diperkirakan telah terbentuk
t seejak Jaman Kapur dan
masih
m terus berlangsungg hingga kinii. Selain subbduksi, interaaksi kedua leempeng ini
33
juga menghasilkan pola struktur utama Sumatera, yang dikenal sebagai Zona
Gambar 2.9. Tektonik wilayah Indonesia bagian barat dan kecepatan pergerakan
Lempeng Indo – Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia (Lasitha
dkk., 2006).
terletak pada pinggiran lempeng aktif (active plate margin) dunia yang
gempabumi di wilayah ini tidak hanya bersumber dari aktivitas zona subduksi,
34
BAB III
Dalam melakukan penelitian ini data diambil adalah data sekunder yang
berasal dari sistem jaringan seismograf broadband BMKG. Dimana data yang
diambil dalam cakupan yang tersebar di wilayah Sumatera. Data yang diperoleh
adalah berupa seismogram (waveform) yang terekam oleh sensor pada saat
System (sistem prosessing gempa China) yang sudah terpasang di BMKG pusat,
parameter gempa. Kemudian data yang tersimpan dapat dibuka kembali lalu
dieksport kedalam format seed data yang telah siap untuk dianalisis. Selanjutnya
adalah membuka data seismogram, tahap ini tujuanya adalah menentukan hasil
Nama
No. Koordinat Stasiun Lokasi
Stasiun
1 GSI 1.3039 LU‐97.5755 BT Gunungsitoli‐Nias
2 KLI 2.0912 LS‐101.462 BT Kotabumi‐Lampung
3 PPI 0.45503 LS‐100.397 BT Padang‐panjang‐Sumbar.
4 KSI 3.6517 LS‐102.593 BT Kepahiang‐Bengkulu
5 KASI 5.5326 LS‐104.4971 BT Kota Agung‐Lampung
6 PDSI 0.9118 LS‐100.462 BT Padang ‐ Sumbar
7 PMBI 2.927 LS‐ 104.772 BT Palembang‐Sumsel
8 LHSI 3.827 LS‐ 103.523 BT Lahat‐Sumsel.
9 MDSI 4.4861 LS‐104.178 BT Muaradua, Sumut
10 LHMI 5.4964 LU‐ 95.2961 BT Lhoksumawe‐NAD
35
Pembacaan data yang telah disimpan dapat dilakukan melalui program
SAC (Seismic Analys Code) yang harus terinstalasi menggunakan sistem operasi
Linux. Setelah data dapat dibuka maka dapatlah ditentukan sensor stasiun mana
yang memiliki kualitas data yang baik. Data yang memiliki kategori kualifikasi
nantinya. Syarat data yang baik adalah data seismogram yang terhindar dari noise,
gaps data, maupun spike. Setelah dilakukan proses penentuan kualifikasi data dan
telah terpilih data yang dalam kategori data yang baik (good data). Didapatlah 10
dianalisis. 10 stasiun sensor tersebut antara lain adalah : PPI, PDSI, GSI, KSI,
36
3.2. Metode Penelitian
magnitude itu antara lain ML, mb, mB, Ms, Mw dan Mo. Dengan mengambil data
pula jarak antara sensor stasiun ke pusat episentrum gempa. Kemudian dengan
Sehingga jika memenuhi syarat akan diperoleh nilai jenis berbagai magnitude tiap
moment yang diperoleh dari manual CMT dapat pula dijadikan komparasi dari
hasil perhitungan moment seismik. Setelah parameter yang dicari telah lengkap,
dapat dibandingkan parameter yang ada dengan institusi lain baik BMKG maupun
mb, mB, Ms, Mw perlu untuk diuji kebenaranya. Dalam hal ini dari 10 (sepuluh)
sensor stasiun yang ada memberikan hasil data tiap-tiap nilai magnitude. Dengan
37
beberapa magnitude yang ada. Salah satu metode statistik yang dipakai adalah
RMS =
∑(X − X ) 2
.........................................................................(3.1)
n
sebagai x1, x2, x3, x4, x5, x6, x7, x8, x9, x10 . Kemudian dicari nilai rata-ratanya
banyaknya frekuensi data (n). Nilai inilah yang disebut dengan RMS, dimana
magnitude.
38
Penjelasan tentang metode penelitian dapat diterangkan dengan diagram
39
3.3. Peralatan Penelitian
Processor T2390 (1.86 GHz, 533 Mhz FSB, 1MB L2 cache) dengan RAM
Professional Version 2002 service pack 2. Linux Image, linux ubuntu 9.10
seed data.
40
4. CMT (Centroid Moment Tensor) – BMG Inversi, dipakai untuk
perhitungan.
Untuk mengetahui besarnya nilai ML, mb, mB, Ms, Mw dan Mo saat
ini berdasarkan pada pendapat dan refrensi tulisan beberapa ahli gempa,
41
konstanta A maks. dan ∆ bisa untuk disubstitusikan nilainya terhadap
harus ada batasan filter yang menurut Weber Bernd (2007) adalah sebesar
0.7 s/d 2.0 Hz. Hal ini dikarenakan jenis waveform yang diambil adalah
jarak stasiun ke pusat gempa atau epicenter (∆) dan menentukan konstanta
padang itu sendiri. Jika konstanta telah lengkap maka tingga tinggal
42
Dengan : A = Amplitude Maksimum Gelombang (æm)
h = Kedalaman (km)
nilai jarak stasiun ke pusat gempa atau epicenter (∆) dan menentukan
h = Kedalaman (km)
43
3.4.4. Menentukan Magnitude Surface (Ms)
dengan mencari nilai konstanta Amplitude maksimum (A), perioda (T) dan
jarak stasiun dengan pusat gempa (h). Nilai Amplitude maksimum dan
pula konstanta jarak stasiun dengan pusat gempa (∆) yaitu dengan dengan
Mo = æ D S............................................................................................(3.6)
44
Kekuatan gempabumi sangat berkaitan dengan energi yang
batuan di lokasi yang akan ditentukan dan juga harus menghitung luas
(Mo) salah satu cara yang mungkin adalah mencari dengan menggunakan
antara nilai Magnitude Surface (Ms) dengan Seismik Moment dapat dicari
rumus empiris Ms maka dapat pula dicari nilai Magnitude Moment (Mw)
(1979) adalah :
45
3.4.6. Menentukan Momen Seismik dan Mekanisme Focal
focalnya. Data seismik moment yang diperoleh dari manual CMT dapat
seismik. Pada kasus gempa Padang telah dapat dicari moment seismik dan
manual yang ada bila dapat dikerjakan proses penentuan inversi dengan
baik maka akan menghasilkan parameter data yang baik pula ketepatanya.
46
BAB IV
2009, berdasarkan hasil data parameter BMKG, pusat gempa berada pada
koordinat 0.81 LS – 99.97 BT atau terletak pada posisi ± 57 km barat daya kota
Proses pengolahan data akan disajikan dari mulai tahap pembacaan data
nilai periodanya baik pada phase gelombang P maupun S. Kemudian dicari pula
hasil masing-masing konstanta baik Amplitude maksimum (A), perioda (T), Jarak
(∆) dan kedalaman (h) terpenuhi dapat ditentukan nilai magnitude empiris pada
setiap jenis masing-masing magnitude (mb, mB, Ms, ML, Mw dan Mo). Pertama
rumus magnitude untuk mendapatkan parameter magnitude berupa mb, mB, Ms,
ML, Mw dan Mo. Kedua adalah pendekatan dengan rumus hubungan antara
magnitude, langkah ini ditempuh jika rumus empiris tidak dapat digunakan, yaitu
data kurang memenuhi syarat (batasan) dari formula rumus empirisnya. Ketiga
adalah mencari nilai moment seismik dan mekanisme focal dengan menggunakan
47
dengan hasil hitungan berdasarkan rumus empiris. Penentuan ini dapat dicari
dengan cara manual, jika proses penentuan dilakukan dengan baik, termasuk pada
pemilahan kualitas waveform inversi dari masing-masing stasiun. Maka hasil data
yang diperoleh juga memiliki kualitas yang baik. Langkah keempat adalah
USGS.
Seismogram (waveform) dari sensor stasiun itu antara lain dari PPI, PDSI, GSI,
KSI, KASI, LHSI, MDSI, PMBI, KLI, LHMI. Jika Jarak antara sensor dan
48
Gambar 4.1. Seismogram (waveform) dari masing – masing sensor stasiun
dari ketetapan magnitude dapat diambil setengah dari total amplitude (gambar
4.2). Perioda (T) adalah nilai sebuah interval waktu diantara dua yang berdekatan
antara puncak atau lembah dari gelombang (waveform) dari event gempa.
49
Gambar 4.2. Ketetapan pembacaan Amplitude dan Perioda
dari phase gelombang P, Jarak (∆) dan kedalaman (h) ataupun syarat batasanya
terpenuhi, maka dapat dilakukan pengolahan data Magnitude Lokal (Tabel 4.1)
rumus empiris :
Rata‐
GSI KLI PPI KSI KASI PDSI PMBI LHSI MDSI LHMI
rata
7.6 7.6 6.6 7.9 8.1 6.8 7.7 7.8 7.8 7.8 7.6
50
Sebagai contoh perhitungan Magnitude Lokal (ML) diambil sampel untuk
ML = 6.57815
ML ≈ 6.6
x1‐x x2‐x x3‐x x4‐x x5‐x x6‐x x7‐x x8‐x x9‐x x10‐x Σ(xi-X)
0.002 0.000 0.981 0.103 0.284 0.545 0.015 0.058 0.046 0.062 2.095
Setelah diperoleh hasil dari : Σ(xi-X) = 2.095, maka nilai RMS untuk hasil
.
perhitungan ML adalah : RMS = = 0.144735
≈ 0.14
semua parameter konstanta baik A maksimum, perioda (T) dari phase gelombang
S, Jarak (∆) dan kedalaman (h) memiliki syarat batas yang terpenuhi, maka dapat
51
Tabel 4.3. Sebaran nilai Magnitude Surface (Ms) yang diperoleh
Rata‐
GSI KLI PPI KSI KASI PDSI PMBI LHSI MDSI LHMI
rata
7.9 7.3 7.7 8.1 8 8.2 7.3 7.7 7.7 7.4 7.7
Ms = Log ( .
.
) + (70.4) + 3.3
Ms = 7.67068
Ms ≈ 7.7
x1‐x x2‐x x3‐x x4‐x x5‐x x6‐x x7‐x x8‐x x9‐x x10‐x Σ(xi-X)
0.033 0.191 0.002 0.166 0.073 0.201 0.177 0.001 0.001 0.121 0.965
Setelah diperoleh hasil dari : Σ(xi-X) = 0.965, maka nilai RMS untuk hasil
.
perhitungan Ms adalah : RMS = = 0.31057
≈ 0.31
52
4.1.3. Body Magnitude (mB)
(mB) hampir semua parameter konstanta baik A maksimum, perioda (T) dari
phase gelombang P, Jarak (∆) berasal dari pusat gempa (episenter) dengan stasiun
dan kedalaman (h) diambil dari kedalaman gempa yaitu 71 km. Memiliki syarat
Tabel 4.5. Sebaran nilai Broad-Band Bodywave Magitudo (mB) yang diperoleh
Rata‐
GSI KLI PPI KSI KASI PDSI PMBI LHSI MDSI LHMI
rata
7.2 7.6 7.9 7.1 6.9 8.3 6.8 7 6.7 7.2 7.3
T= 0.250 s dan Koordinat Q(∆, h) dengan jarak, ∆= 70.4 km dan h = 71 km, sesuai
mB = Log ( .
.
) + 6.5
mB = 7.96973
mB ≈ 7.9
53
Nilai RMS dengan sebaran data xi ‐ x adalah :
x1‐x x2‐x x3‐x x4‐x x5‐x x6‐x x7‐x x8‐x x9‐x x10‐x Σ(xi-X)
0.008 0.120 0.473 0.036 0.134 1.097 0.223 0.099 0.303 0.010 2.504
Setelah diperoleh hasil dari : Σ(xi-X) = 2.504, maka nilai RMS untuk hasil
.
perhitungan mB adalah : RMS = = 0.158224
≈ 0.16
Jadi hasil RMS untuk Broad-Band Bodywave Magitudo (mB) adalah 0.16
Setelah diseleksi syarat batas untuk magnitude body (mb) hampir semua
Jarak (∆) dan kedalaman (h) ataupun syarat batasanya terpenuhi, maka dapat
dilakukan pengolahan data Magnitude Body (mb) (Tabel 4.3). Khusus pada
pembacaan phase gelombang P, pada magnitude body (mb) ada batasan filter
yang menurut Weber Bernd (2007) adalah sebesar 0.7 s/d 2.0 Hz. Sehingga
Rata‐
GSI KLI PPI KSI KASI PDSI PMBI LHSI MDSI LHMI
rata
8.0 6.7 8.3 6.8 7.0 7.9 6.7 7.7 6.9 6.7 7.3
54
Sebagai contoh perhitungan Magnitude Body (mb) diambil sampel untuk
T=0.300 s dan Koordinat Q(∆, h) dengan jarak, ∆= 70.4 km dan h = 71 km, sesuai
mb = Log ( .
.
) + 6.5
mb = 8.32747
mb ≈ 8.3
x1‐x x2‐x x3‐x x4‐x x5‐x x6‐x x7‐x x8‐x x9‐x x10‐x Σ(xi-X)
0.580 0.277 0.377 0.191 0.030 0.415 0.286 0.241 0.084 0.300 2.781
Setelah diperoleh hasil dari : Σ(xi-X) = 2.781, maka nilai RMS untuk hasil
.
perhitungan mb adalah : RMS = = 0.16677
≈ 0.17
55
4.2. Hubungan Antara Magnitude Untuk Magnitude Momen (Mw)
hubungan nilai derivatif moment seismic (Mo). Pengertian Moment seismic (Mo)
sendiri adalah besarnya moment gaya yang terdistribusi pada bidang sesar gempa.
Seperti halnya pada mekanika, dua gaya yang sama besar dan berlawanan arah
menyebabkan suatu momen yang besarnya sama dengan gaya kali jarak antara
kedua gaya tersebut. Dalam gempa bumi, sesuai dengan model dislokasi yang
diskontinu pada lapisan kulit bumi, ekivalen dengan kopel ganda (double couple).
(3.6) akan menemui kendala, karena harus menentukan harga rigiditas batuan di
lokasi yang akan ditentukan dan juga harus menghitung luas pergeseran sesar dari
Jadi rumus derivatif dari pada magnitudo moment (Mw) itu sendiri
2
terhadap moment seismic (Mo) sesuai teori adalah : Mw = /3 Log Mo – 10.73
Hasil nilai Mw seperti hitungan rumus teoritik diatas dapat diperoleh
hubungan nilai derivatife daripada Mo. Namun sebelumnya yang pertama kali
ditentukan nilainya adalah moment seismik (Mo). Untuk mencari nilai moment
seismik dicari pula nilai derivatif hubungan rumus empiris antara seismic
56
moment (Mo, Nm) dan magnitude surface (Ms) yang menurut Kanamori(1977)
Rata‐
GSI KLI PPI KSI KASI PDSI PMBI LHSI MDSI LHMI
rata
2E+20 2E+20 2E+20 2E+20 2E+20 2E+20 2E+20 2E+20 2E+20 2E+20 2.32690E+20
Dari hasil nilai moment seismik (Mo) dapat diperoleh nilai Mw sebagai
berikut :
Rata‐
GSI KLI PPI KSI KASI PDSI PMBI LHSI MDSI LHMI rata
7.9 7.3 7.7 8.2 8.0 8.2 7.3 7.7 7.7 7.4 7.7
Jika nilai Mo stasiun PPI yang diketahui sebesar 2.32195E+20 Nm dan hasil nilai
dari Log Mo adalah 2.76060E+01. Maka hubungan antara magnitude moment
(Mw) dengan moment seismik (Mo) dalam satuan Newton-meter menurut
Kanamori dan Hanks (1979) adalah :
Mw = 2/3 Log Mo – 10.7
57
Mw = 7.70401
Mw ≈ 7.7
x1‐x x2‐x x3‐x x4‐x x5‐x x6‐x x7‐x x8‐x x9‐x x10‐x Σ(xi-X)
0.033 0.191 0.002 0.166 0.073 0.201 0.177 0.001 0.001 0.121 0.965
Setelah diperoleh hasil dari : Σ(xi-X) = 0.965, maka nilai RMS untuk hasil
.
perhitungan Mw adalah : RMS = = 0.310576
≈ 0.31
terinstal di BMKG pusat. Tiap-tiap event gempa besar dapat dilakukan pencarian
dengan cara manual . Pada kasus gempa padang dapat diperoleh moment seismik
dan mekanisme focalnya dengan cara manual. Data hasil manual ini bila dapat
mengerjakan proses penentuan inversi dengan baik maka akan menghasilkan data
yang baik pula ketepatanya. Hasil program CMT ini adalah dapat diperoleh
dengan petanya, mekanisme focal berisi jurus patahan gempanya, arah strike,
58
kemiringan bidang sesar (dip) dan sebaran waveform gelombang yang telah
manual yang diperoleh Lokasi episenter gempabumi Padang adalah berada pada
dijelaskan dalam peta lokasi epicenter dari program CMT sebagai berikut :
59
Gambar dibawah ini estimasi yang dihasilkan oleh CMT berupa sebaran
waveform dan Mekanisme focal. Waveform inversi yang diperoleh dari CMT
setelah dilakukan pemilihan secara manual akan menentukan arah naik (compresi)
untuk gelombang P dan turun (Tension) untuk gelombang S, hasilnya sebaran naik
Parameter focal mekanisme yang dihasilkan dibawah ini berupa symbol dari
penampang bumi yang menjelasakan arah naik dan arah turun rambatan
Parameter yang lain berupa parameter patahan pada saat terjadi gempabumi yaitu
60
Hasil gambar berikutnya menjelaskan Fungsi Moment gempabumi,
dimana dijelaskan bagaimana pergeseran sesar (rupture duration) pada saat terjadi
gempa berada pada waktu sekitar 30 s. Hal ini digambarkan berupa representasi
dari waveform yang telah dipilih (waveform fittings) dari proses inversi. Salah
duration) dan besarnya energi yang merambat pada saat pertama kali terjadi
gempabumi.
berikut :
61
Gambar 4.4. Hasil parameter gempa Seiscomp3 – BMKG
2 Waktu (Origin Time) 17:16:11 WIB
0.81 LS ‐ 99.87 BT (57 km Barat Daya Pariaman‐
3 Lokasi (Epic.)
Sumbar)
Barat Daya Pariaman‐Sumbar)
4 Kedalaman (Depth) 71 km
5 Magnitude 7.6 SR
62
Konsata-konstanta Amaks. dan T yang di peroleh berdasarkan hasil
diperoleh hasil dari nilai Rata-ratanya masing – masing magnitude dan besarnya
RMS (tabel 4.1 s/d 4.5) adalah: Ms = 7.7 dengan RMS = 0.31, mB = 7.3 dengan
RMS = 0.16, mb = 7.3 dengan RMS = 0.17, ML = 7.6 dengan RMS = 0.14, Mw =
7.7 dengan RMS = 0.31. Jika dilihat hasil RMS seperti pada pembahasan diatas
7.3 dengan RMS = 0.16, mb = 7.3 dengan RMS = 0.17, kemudian Ms = 7.7
dengan RMS = 0.31 dan Mw = 7.7 dengan RMS. Dengan demikian nila ML =
7.6 dengan RMS = 0.14 dianggap magnitude paling stabil diantara magnitude
yang lain.
dibandingkan, maka Harus dibuat asumsi bahwa harga ML yang ada pada
magnitudenya nilainya masih relatif stabil, hal ini didasarkan pada selisih antara
63
Tabel 4.13. Perbandingan parameter magnitude BMKG dengan magnitude
yang dapat merepresentasikan nilai magnitude dari hitungan empiris, jika lihat
tabel parameter gempa dari istitusi gempa seperti BMKG dan USGS. Ternyata
harga magnitude tersebut memiliki nilai yang sama dengan magnitude BMKG dan
hitungan empiris yang dianggap paling stabil dan magnitude dari USGS bisa
WAKTU
No. INSTITUSI GEMPA LOKASI DEPTH MAGNITUDE
(WIB)
7.6 SR
1 BMKG 17:16:09 0.810 LS – 99.870 BT 71 km
(Mw(mB)
2 USGS 17:16:10 0.710 LS – 99.910 BT 79 km 7.5 SR (Mw)
64
Nilaii Mo berdassarkan data m
manual CM
MT adalah M
Mo = 2.3e+220 Nm dan
Mw
M = 7.5. Sedangkan
S n
nilai Mo berddasarkan hituung rumus empiris
e (tabeel Mo) Mo
= 2.3269e+2
20 dengan Mw
M = 7.7. Nilai
N Mo daata manual C
CMT dengann Mo hasil
hitungan
h em
mpiris memilliki perbedaaan relative kecil,
k Nilai M
Moment Seiismik (Mo)
berdasarkan
b n empiris ju
uga dianggaap relatife stabil.
s Berddasarkan hassil analisis
mekanisme
m pada sumbeer gempa yaang dilakukaan berdasarkkan data maanual CMT
dan
d USGS, bahwa dari pembacaan mekanisme focal tersebbut didapat bahwa
b dari
data
d manual CMT pennsesaran yanng terjadi addalah sesar mendatar berorientasi
b
Tenggara
T – Barat Laut dengan
d arahh strike 63 ° dan kemirinngan bidang sesar (dip)
52
5 °. Sedanggkan USGS
S adalah sessar mendatarr berorientassi Barat Dayya – Timur
Laut
L dengann arah strike 70 ° dan kem
miringan bid
dang sesar 522 °.
gempa
g USG
GS
65
BAB V
5.1. Kesimpulan
hasil dari nilai Rata-rata masing – masing magnitude dan besarnya RMS
7.7 dengan RMS. Dengan demikian nila ML = 7.6 dengan RMS = 0.14
66
5.2. Saran - Saran
magnitude gempa memiliki data dari sensor yang lebih banyak dan
memiliki tingkat kestabilan yang baik, maka untuk hasil yang lebih baik
67
DAFTAR PUSTAKA
68
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrumen Respon Data Seismogram
# << IRIS SEED Reader, Release 4.8 >>
#
# ======== CHANNEL RESPONSE DATA ========
B050F03 Station: GSI
B050F16 Network: IA
B052F03 Location: ??
B052F04 Channel: BHZ
B052F22 Start date: 2005,001,00:00:00
B052F23 End date: No Ending Time
# =======================================
# + +---------------------------------------
-----+ +
# + | Response (Poles & Zeros), GSI ch
BHZ | +
# + +---------------------------------------
-----+ +
#
B053F03 Transfer function type: A [Laplace
Transform (Rad/sec)]
B053F04 Stage sequence number: 1
B053F05 Response in units lookup: M/S - Velocity in
Meters Per Second
B053F06 Response out units lookup: V - Volts
B053F07 A0 normalization factor: 63165
B053F08 Normalization frequency: 0.1
B053F09 Number of zeroes: 2
B053F14 Number of poles: 4
# Complex zeroes:
# i real imag real_error
imag_error
B053F10-13 0 0.000000E+00 0.000000E+00 0.000000E+00
0.000000E+00
B053F10-13 1 0.000000E+00 0.000000E+00 0.000000E+00
0.000000E+00
# Complex poles:
# i real imag real_error
imag_error
B053F15-18 0 -7.405000E-02 7.405000E-02 0.000000E+00
0.000000E+00
69
70
71
72
73
74
75
76
77
Lampiran 2 : Hasil Pembacaan Perioda Berdasarkan Amplitude Maksimum Seismogram
78
Lampiran 3 : Hasil Pembacaan Amplitude Berdasarkan Amplitude Maksimum Seismog
79
Lampiran 4 : Hasil Pembacaan Amplitude Maksimum Seismogram Gelombang P (mB)
80
Lampiran 5 : Hasil Pembacaan Perioda Seismogram Gelombang P (mB)
10 LHMI 5.4964 LU‐ 95.2961 BT 747 6.712890655 10:19:25.802 10:19:25.919 0.802 0.919 0.117
81
Lampiran 6 : Hasil Pembacaan Perioda Seismogram Gelombang P (mb)
1 GSI 1.3039 LU‐97.5755 BT
10:74:02.749 10:17:03.000 02.749 03.000 0.251
2 KLI 2.0912 LS‐101.462 BT
10:19:14.283 10:19:16.576 14.283 16.576 2.293
3 PPI 0.45503 LS‐100.397 BT
10:16:35.450 10:16:35.750 35.450 35.750 0.300
4 KSI 3.6517 LS‐102.593 BT
10:17:20.350 10:17:20.597 20.350 20.597 0.247
5 KASI 5.5326 LS‐104.4971 BT
10:17:55.080 10:17:55.521 55.080 55.521 0.441
6 PDSI 0.9118 LS‐100.462 BT
10:16:36.920 10:16:37.120 36.920 37.120 0.200
7 PMBI 2.927 LS‐ 104.772 BT
10:18:40.668 10:18:42.260 40.668 42.260 1.592
82
8 LHSI 3.827 LS‐ 103.523 BT
10:18:05.35 10:18:06.166 05.35 06.166 0.816
9 MDSI 4.4861 LS‐104.178 BT
10:17:45.079 10:17:45.438 45.079 45.438 0.359
Lampiran 7 : Hasil Pembacaan Amplitude Maksimum Seismogram
Gelombang P (mb)
1 GSI 1.3039 LU‐97.5755 BT
8.87497E+05 ‐4.55397E+05 1.57399E+05 6.71447E+05 6.71447E‐01
2 KLI 2.0912 LS‐101.462 BT
5.42741E+05 ‐3.15596E+05 2.65922E+05 4.29169E+05 4.29169E‐01
0.45503 LS‐100.397
3 PPI
BT 5.08098E+05 ‐5.88383E+05 4.55670E+06 5.48241E+05 5.48241E‐01
83
4 KSI 3.6517 LS‐102.593 BT
1.35406E+05 ‐7.42093E+05 2.19048E+05 4.38750E+05 4.38750E‐01
5.5326 LS‐104.4971
5 KASI
BT 1.50116E+05 ‐3.25538E+05 2.16283E+05 2.37827E+05 2.37827E‐01
6 PDSI 0.9118 LS‐100.462 BT
9.30393E+05 ‐2.12765E+05 7.34367E+06 5.71579E+05 5.71579E‐01
7 PMBI 2.927 LS‐ 104.772 BT
2.49542E+05 ‐3.21569E+05 6.25036E+05 2.85556E+05 2.85556E‐01
8 LHSI 3.827 LS‐ 103.523 BT
9.56622E+05 ‐1.00999E+06 6.53719E+05 9.83306E+05 9.83306E‐01
9 MDSI 4.4861 LS‐104.178 BT
2.47464E+05 ‐5.64466E+04 1.02692E+05 1.51955E+05 1.51955E‐01
Lampiran 8 : Hasil Penghitungan Mo Berdasarkan Rumus Empiris Ms
Nama Jarak
No. Koordinat Stasiun Jarak(Degre) Ms logMo Mo
Stasiun (km)
1 GSI 1.3039 LU‐97.5755 BT 348 3.127290426 7.89E+00 2.79E+01 2.350E+20
84
Lampiran 9 : Hasil Penghitungan Magnitude Berdasarkan Nilai Amplitude dan Perioda
85
Nama
No. MS ML mB mb Mw Mo Keterangan
Stasiun
Rata‐
7.709873541 7.568777169 7.281742153 7.217529183 7.743206874 2.327E+20 7.506359678
rata(mean)
86
Lampiran 10 : Data Phase Gelombang P untuk mB
87
88
89
90
91
92
93
Lampiran 11 : Data Phase Gelombang P untuk mb
94
95
96
97