Anda di halaman 1dari 9

1.

2.
3.
4. Desentralisasi pembangunan kesehatan menyisakan masala dalam pembiayaan
kesehatan di setiap provinsi, kabupaten/kofa. Anda diminta mengindetifikasi
lag factor yang terjadi pada actor-aktor yang menentukan kebijakan
pembangunan kesehatan dan dibuatkan rancangan solusi mengatasinya;
Sistem Desentralisasi yang berlaku di Indonesia, membawa perubahan
tersendiri dalam Pembangunan Kesehatan di Indonesia. Dalam bidang
kesehatan, implikasi desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain :
1. Terwujudya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan
atas aspirasi masyarakat
2. Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan
3. Optimalisasi potensi pembanmgunankesehatan di daerah yang selama ini
belum tergarap,
4. Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang
selama ini hanya mengacu pada petunjuk atasan
5. Menumbuhkembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan
(termasuk pembiayaan kesehatan) tanpa mengabaikan peran serta sector
lain.
Dampak negatif muncul pada dinas kesehatan yang selama ini terbiasa
dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat diharuskan
membuat program dan kebijakan sendiri. Jika pemerintah daerah tidak
memiliki sumber daya yang handal dalam menganalisis kebutuhan,
mengevaluasi program, dan membuat program, maka program yang dibuat
tidak akan bermanfaat. Selain itu, pengawasan dana menjadi hal yang harus
diperhatikan untuk menghindari penyelewengan anggaran. Desentralisasi
pembangunan kesehatan mesnyisakan masalah dalam pembiayaan kesehatan
di setiap provinsi, kabupaten/kota.
Faktor Penentu kebijakan pembangunan kesehatan (Pembiayaan
Kesehatan):
Sistem Pembiayaan kesehatan sangat penting untuk mencapai Universal
Health Coverage, dengan sistem pembiayaan kesehatan dapat meningkatkan
pendanaan untuk kesehatan dan penggunaan dana kesehatan secara efisien dan
efektif. Menurut Sekretaris Jenderal Kementrian Kesehatan, anggaran fungsi
kesehatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun
2016 mengalami kenaikan menjadi 5,05% atau sebesar Rp 109 triliun bila
dibandingkan Tahun 2015 sebesar Rp 75 triliun (3,45 % dari APBN).
Sedangkan berdasarkan data kesehatan dunia Tahun 2014 (World Health
Report 2014) dalam pendanaan kesehatan negara-negara di Asia Tenggara,
Singapura adalah negara di Asia Tenggara yang mengalokasikan biaya
kesehatan tertinggi 14% PDB, disusul Thailand (13%) dan Vietnam(13%).
Diperlukan anggaran minimal 5% – 6% dari total APBN suatu negara
untuk meningkatkan derajat kesehatan suatu masyarakat, sedangkan untuk
mencapai derajat kesehatan yang ideal diperlukan anggaran 15% - 20% dari
APBN (WHO).
Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah sekurang-kurangnya 5%
dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap
tahunnya.
Beberapa masalah dalam sistem pembiayaan kesehatan :
1. Kurangnya dana yang tersedia
2. Penyebaran dana yang tidak sesuai.
3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat
4. Pengelolaan dana yang belum sempurna
5. Biaya kesehatan yang makin meningkat
Pelaku-pelaku kunci (key person) yang terlibat dalam penyusunan
anggaran pemerintahan kabupaten’kota adalah:
a. Pihak Eksekutif (Bupati/Walikota, Sekretaris Daerah, Tim Anggaran, SKPD,
Bappeda dan BPKD)
i. Bupati/Walikota Bupati/Walikota adalah pengambil keputusan utama
dalam menentukan kegiatan dan pelayanan publik yang akan disediakan
oleh pemerintah daerah untuk suatu periode waktu tertentu. Dalam hal ini
bupati/walikota harus segera menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah terpilih.
Dokumen ini nantinya akan menjadi rujukan dalam penyusunan rencana
kerja pemerintah daerah (RKPD). Setelah selesai penyusunan APBD
untuk suatu tahun anggaran tertentu, bupati/walikota segera mengajukan
Rancangan Perda tentang APBD disertai dokumen pendukungnya kepada
DPRD.
ii. Sekretaris Daerah (Sekda) Dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran
daerah, Sekretaris daerah dalam suatu pemerintahan kabupaten/kota
merupakan koordinator Tim Anggaran Eksekutif yang mempunyai tugas
antara lain menyampaikan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) kepada
DPRD. Kebijakan umum anggaran adalah dokumen yang akan dijadikan
landasan utama dalam penyusunan RAPBD.
iii. Tim Anggaran Eksekutif Tim Anggaran Eksekutif yang diketuai oleh
Sekretaris Daerah yang bertugas untuk menyusun Kebijakan Umum
anggaran dan mengkompilasikan Rencana Kerja Anggaran setiap Satuan
Kerja (RKA-SKPD) menjadi RAPBD.
iv. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) adalah unit kerja pemerintahan kabupaten/kota yang merupakan
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dan mempunyai tugas
untuk menyusun dan melaksanakan anggaran pada unit kerja yang
bersangkutan. Jumlah SKPD untuk suatu pemerintahan kabupaten/kota
dapat berbeda-beda antara satu dengan lainnya tergantung pada struktur
organisasi kepemerintahan di daerah masing-masing.
v. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) BAPPEDA
dari suatu pemerintahan kabupaten/kota merupakan unit perencanaan
daerah yang mempunyai tugas antara lain untuk menyiapkan berbagai
dokumen perencanaan yang akan digunakan sebagai bahan untuk
melaksanakan musyawarah perencanaan dan pembangunan di daerah,
menyelenggarakan proritas Musrenbang, dan mengkoordinasikan antara
hasil Musrenbang dan usulan dari setiap satuan kerja sehingga tersusun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
vi. Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) BPKD adalah unit kerja
pada suatu pemerintahan kabupaten/kota yang bertugas antara lain
menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah
(APBD) dan berfungsi sebagai bendahara umum daerah. BPKD
bettanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Istilah yang dipakai di suatu
pemerintah kabupaten/kota tidak sama antara satu dengan lainnya. Ada
unit organisasi dari suatu pemerintah kota yang menyebutnya dengan
istilah Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), ada juga
yang memberi nama Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah
(BPKKD).
b. Pihak Legislatif Pihak Legislatif yang terlibat dalam penyusunan anggaran
pemerintah daerah antara lain adalah:
i. Panitia Anggaran Legislatif
Panitia Anggaran Legislatif adalah suatu Tim Khusus yang bertugas untuk
memberikan saran dan masukan kepada kepala daerah (bupati/walikota)
tentang penetapan, perubahan, dan perhitungan APBD yang diajukan oleh
pemerintah daerah sebelum ditetapkan dalam Rapat Paripurna.
ii. Komisi-Komisi DPRD
Komisi-komisi di lingkungan DPRD adalah alat kelengkapan DPRD yang
dibentuk untuk memperlancar tugas-tugas DPRD dalam bidang
pemerintahan, perekonomian dan pembangunan, keuangan, investasi
daerah, serta kesejahteraan rakyat. Dalam proses penetapan anggaran
komisi-komisi merupakan kelompok kerja yang bersama-sama dengan
semua SKPD terkait membahas RKA-SKPD.
c. Pihak Pengawas (Auditor)
Yang bertindak sebagai pihak pengawas dalam perencanaan dan pengelolaan
keuangan daerah adalah:
i. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku, BPK adalah satusatunya pengawas keuangan
eksternal yang melakukan audit terhadap pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan pemerintah daerah. Pemeriksaan yang dimaksud meliputi
pemeriksaan atas laporan keuangan, pemeriksaan kinerja, serta
pemeriksaan atas tujuan tertentu yang tidak termasuk dalam kedua
pemeriksaan tersebut di atas.
ii. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) BPKP adalah
Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden. BPKP
merupakan auditor internal yang mempunyai tugas untuk melakukan
pengawasan internal terhadap pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
daerah yang mengunakan dana APBN.
iii. Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) Bawasda adalah pengawas
internal suatu pemerintah kabupaten/kota yang bertugas meng-audit dan
melaporkan kondisi keuangan dari setiap institusi/lembaga yang dibiayai
oleh APBD. Bawasda mempunyai tugas pokok membantu bupati/walikota
untuk melaksanakan kegiatan pengawasan dalam penyelenggaraan
pemerintahan serta pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah
terkait.
Solusi dan Saran :
Untuk mengatasi berbagai masalah pembiayaan kesehatan, telah
dilakukan berbagai upaya penyelesaian yang memungkinkan. Berbagai upaya
yang dimaksud secara sederhana dapat dibedakan atas beberapa macam yakni :
1) Upaya meningkatkan jumlah dana
a. Terhadap pemerintah, meningkatkan alokasi biaya kesehatan dalam
anggaran pendapatan dan belanja negara.
b. Terhadap badan-badan lain di luar pemerintah, menghimpun dana dari
sumber masyarakat serta bantuan luar negri.
2) Upaya memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana
a. Penyempurnaan sistem pelayanan, misalnya lebih mengutamakan
pelayanan kesehatan masyarakat dan atau melaksanakan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.
b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola.
3) Upaya mengendalikan biaya kesehatan
a. Memperlakukan peraturan sertifikasi kebutuhan, dimana penambahan
sarana atau fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan jika dibuktikan
dengan adanya kebutuhan masyarakat. Dengan diberlalukannya
peraturan ini maka dapat dihindari berdiri atau dibelinya berbagai
sarana kesehatan secara berlebihan
b. Memperlakukan peraturan studi kelayakan, dimana penambahan sarana
dan fasilitas yang baru hanya dibenarkan apabila dapat dibuktikan
bahwa sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dapat
menyelenggarakan kegiatannya dengan tarif pelayanan yang bersifat
sosial.
c. Memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana, dimana
penambahan sarana dan fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan
apabila sesuai dengan rencana pengembangan yang sebelumnya telah
disetujui pemerintah
d. Menetapkan standar baku pelayanan, diman pelayanan kesehatan hanya
dibenarkan untuk diselenggarakan jika tidak menyimpang dari standar
baku yang telah ditetapkan.
e. Menyelenggarakan program menjaga mutu.
f. Menyelenggarakan peraturan tarif pelayanan.
g. Asuransi kesehatan.

5. Status kesehatan yang prima adalah salah satu hak azasi yang dimiliki
seseorang selama hidupnya. Oleh karena itu, kebijakan pasar pelayanan
kesehatan dikendalikan pemerintah agar tidak menjadi pasar bebas (free
market competition). Anda diminta menjelaskan alasan ilmiah mengapa
pemerintah menetapkan 4 sub sistem kesehatan didalam UU nomor 23 Tahun
2014 menjadi urusan wajib pemerintah.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan masih menghadapi
berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi sehingga diperlukan
pemantapan dan percepatan melalui SKN sebagai pengelolaan kesehatan.
Empat urusan kesehatan yang diserahkan kepada daerah:
1. Upaya Kesehatan:
a. Pengelolaan UKP Daerah Kab/Kota dan rujukan tingkat Daerah Kab/Kota
b. Pengelolaan UKM Daerah Kab/Kota dan rujukan tingkat Daerah Kab/Kota
c. Penerbitan izin RS Kelas C dan D dan fasilitas kesehatan tingkat daerah
2. Sumberdaya Manusia Kesehatan:
a. Penerbitan izin praktik dan izin kerja tenaga kesehatan
b. Perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan untuk UKM dan UKP daerah
3. Sediaan farmasi, alkes dan makanan minuman
a. Penerbitan izin apotek, toko obat, toko alat kesehatan dan optikal
b. Penerbitan izin usaha mikro obat tradisional (UMOT)
c. Penerbitan sertifikat produksi alat kesehatan kelas 1 (satu) tertentu dan PKRT
kelas 1 (satu) tertentu perusahaan rumah tangga
d. Penerbitan izin produksi makanan dan minuman pada industry rumah tangga
e. Pengawan post market produk makanan minuman industri rumah tangga
4. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui tokoh kabupaten/kota,
kelompok masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan dunia usaha tingkat
kabupaten/kota
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hasnur sebelumnya tentang
Perencanaan Anggaran Kesehatan Melalui Kajian Pembiayaan Kesehatan
Bersumber Pemerintah di Kabupaten Pidie Jaya, bahwa pembiayaan kesehatan
terbesar bersumber dari APBD sebesar 88%, Kementrian Kesehatan 7,60%,
Kemensos: Program Keluarga Harapan 3,40%, Kemendagri 1,00%, diluar
kementrian kesehatan lainnya sebesar 0,10%.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rifttriani tentang Pola
Pendanaan Kesehatan Bersumber Pemerintah dan Komitmen Pemerintah
Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2006, menunjukkan bahwa persentase
terbesar sumber pendanaan kesehatan dari APBD Kabupaten yaitu sebesar
67,6%, kemudian dari dana Askeskin sebesar 17,5% kemudian dari BLN/PLN
yaitu sebesar 10,3%. Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon Tahun
2006, menunjukkan bahwa persentase terbesar sumber pendanaan kesehatan
dari APBD Kabupaten yaitu sebesar 67,6%, kemudian dari dana Askeskin
sebesar 17,5% kemudian dari BLN/PLN yaitu sebesar 10,3%.

Anda mungkin juga menyukai