Dea Favella
Fachrie Erizon
M. Gheza Akbar
M. Ayarel Disdenata
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial tentang
maloklusi.
Laporan tutorial ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan tutorial ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan
tutorial ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan tutorial ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
Daftar Isi
Kata pegantar...............................................................................................................................i
Skenario......................................................................................................................................1
Terminologi..............................,.................................................................................................1
Rumusan masalah.......................................................................................................................2
Analisa masalah..........................................................................................................................2
Skema.........................................................................................................................................5
Kumpulan informasi...................................................................................................................6
Daftar pustaka............................................................................................................................ii
Modul 2
MALOKLUSI
Skenario 2
Kenapa gigiku?
Gita (11th) bersama ibunya datang ke klinik gigi Citra, mengeluhkan kondisi gigi
depannya terbuka dan maju. Saat berbicarapun ada beberapa huruf tidak jelas lafalnya.
Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya gigi anterior maksila open bite dan
protrusif, palatum dalam dan sempit. Relasi gigi molar satu rahang atas kanan dan kiri
terhadap molar satu kanan dan kiri bawah neutro oklusi, overjet 7 mm, overbite -2 mm.
A. TERMINOLOGI
1. Open Bite : Adanya ruangan oklusal / incisal pada rahang atas dan rahang bawah pada saat
oklusi sentrik.
2. Neutro Oklusi : Kelas 1 Angle, kedudukan mesiobukal cusp molar pertama permanen
rahang atas berada di bukal groove molar pertama rahang bawah.
1
3. Maloklusi : Penyimpangan oklusi ideal baik dari segi estetik dan lain-lain dan kelainan gigi
yang berhubungan dengan bentuk dan fungsinya.
4. Protrusif : keadaan dimana gigi rahang atas mengalami kemajuan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja klasifikasi maloklusi?
2. Apa saja etiologi maloklusi?
3. Apa saja kebiasaan buruk penyebab maloklusi?
4. Apa saja pengaruh kebiasaan buruk terhadap maloklusi?
5. bagaimana kebiassan buruk dapat menyebabkan maloklusi?
6. Apa saja akibat lain dari maloklusi?
7. Apa jenis maloklusi yang dialami pasien?
8. Apa tujuan rontgen foto panoramik dan sefalometri?
9. Apa penyebab anterior maksila protrusif?
C. ANALISA MASALAH
1. klasifikasi maloklusi menurut Angle, yaitu :
a. Kelas I Angle : Neutro Oklusi
Pada kelas ini, gigi M1 rahang atas tonjol cusp mesiobukal berada pada bukal groove M1
rahang bawah.
Dewey Anderson memodifikasi kelas 1 Angle, sehingga terbagi menjadi 5 tipe, yaitu :
Tipe 1 : Kelas 1 Angle dengan gigi bagian anterior maksila mengalami crowding
Tipe 2 : Kelas 1 Angle dengan gigi anterior maksila labioversi
Tipe 3 : Kelas 1 Angle dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan terbalik
(anterior crossbite)
Tipe 4 : Kelas 1 dengan adanya crossbite pada gigi posterior
Tipe 5 : Kelas 1 dimana terjadinya mesial drift atau pergeseran kearah mesial pada gigi molar
akibat premature ekstraksi
b. Kelas II Angle : Disto Oklusi
Pada kelas ini, tonjol mesiobukal cusp M1 rahang atas berada lebih mesial dari bukal groove
M1 rahang bawah. Maloklusi kelas 2 dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu :
a) Divisi I : pada gigi insisivus sentral rahang atas terjadi proklinasi (kemiringan anterior
kearah labial) sehingga didapatkan gigitan besar atau overjet.
2
b) Divisi II : Gigi insisivus sentral rahang atas mengalami retroklinasi atau retrusi dan pada
insisvus lateral rahang atas terjadi proklinasi sehingga terjadi gigitan dalam atau deepbite
C. Kelas III Angle : Mesio Oklusi
Pada kelas ini, tonjol mesiobukal cusp M1 permanen rahang atas berada lebih ke distal dari
bukal groove M1 rahang bawah sehingga terdapat anterior crossbite
Oleh Dewey Anderson, maloklusi kelas 3 dibagi menjadi 3 tipe, yaitu ;
a) Tipe 1 : Adanya lengkung gigi yang baik, akan tetapi relasi lengkungnya tidak baik
sehingga pada gigi anterior terjadi edge to edge
b) Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi terjadi
linguoversi dari giigi anterior mandibula sehingga terjadinya crowding
c) Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang sehingga terjadi crossbite pada pada gigi
anterior maksila yang crowding. Akan tetapi lengkung mandibulanya berkembang
dengan baik dan lurus
Modifikasi Lischer dari Klasifikasi Angle :
a. Buccocclusion : Sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke buccal
b. Linguocclusion : Sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke lingual
c. Supraocclusion : Ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi diatas batas normal
d. Infraocclusion : Ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi dibawah batas normal
2. Etiologi maloklusi :
a. Lokal
- Anodontis
- Anomali ukuran dan bentuk
- Prematurloss
- Persistensi gigi desidui
- Gingivitis dan periodontitis
- -Herediter
b. Luar
- Trauma
- Malnutri
- Kebiasaan buruk
3. Kebiasaan buruk penyebab maloklusi :
a. menggigit benda dengan mulut
3
b. bernafas melalui mulut
c. suka menggigit bibir dan jari
d. menggigit kuku
e. menghisap jempol
f. menghisap dot
g. infatile swallowing
h. kebiasaan mendorong lidah
i. mengunyah satu sisi
j. bruxism
k. menopang dagu
4. Pengaruh kebiasaan buruk terhadap maloklusi
a. bernafas melalui mulut : menyebabkan gigi anterior rahang atas maju ke depan
b. menghisap ibu jari : lengkung rahang berbentuk V
c. mendorong lidah : openbite
d. bruxism : erupsi insisivus terlambat, atrisi anterior
e. menggigit kuku : atrisi gigi, malposisi
f. mengunyah satu sisi : terganggu perkembangan ramus mandibula
g. infatile swallowing : lidah terdapat pada anterior dan molar sehingga menyebabkan
terjadi oklusi gigi pada proses penelanan
5. kebiasaan buruk dapat menyebabkan maloklusi karena :
Berkorelasi dengan waktu yang lama dan intensitas yang cukup sering dilakukan
6. Akibat lain dari maloklusi :
a. Gangguan Pengunyahan
b. Pada gigi yang crowded sulit dibersihkan
c. Gangguan estetik
d. Gangguan pada TMJ yang dapat menyebabkan nyeri pada kepala dan leher
e. Kesulitan dalam berbicara dan mengigit
f. Kehilangan rasa percaya diri
g. Maloklusi juga dapat menyebabkan timbulnya karies
7. Jenis maloklusi yang dialami pasien yaitu :
Kelas I Angle Tipe 2 Dewey, karena rahang atas dan rahang bawah molarnya neutro oklusi
dan tipe 2 dewey karena gigi anterior maksila mengalami protrusif.
4
8. Tujuan rontgen foto panoramik dan sefalometri :
A. Tujuan dilakukan foto panoramic
1. Untuk mendiagnosa dalam melakukan perawatan
2. Untuk menentukan jenis maloklusi yang diderita oleh pasien
3. Untuk melihat benih gigi yang belum erupsi
B. Tujuan dilakukannya foto cephalometri
1. Untuk melihat hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap cranium
2. Untuk melihat kelainan dental dan skeletal
3. Untuk mengetahui profil wajah pasien
9. Penyebab gigi anterior maksila protrusif
- Adanya kebiasaan buruk sehingga maksilanya protrusif, seperti bernafas melalui
mulut.
- Faktor keturunan
D. SKEMA
Gita (11th)
Ke Dokter Gigi
maloklusi
F. KUMPULAN INFORMASI
Definisi Maloklusi
2. Kelas 2
Maloklusi kelas 2 atau biasa disebut distoklusi ialah adanya relasi posterior dari
mandibula terhadap maksila. Sehingga tonjol mesiobukal cusp M1 rahang atas
berada lebih mesial dari bukal groove M1 rahang bawah
3. Kelas 3
Maloklusi kelas 3 atau biasa disebut mesioklusi adanya relasi anterior dari
mandibula terhdap maksila. Sehingga, tonjol mesiobukal cusp M1 permanen
rahang atas berada lebih ke distal dari bukal groove M1 rahang bawah sehingga
terdapat anterior crossbite
8
Oleh Dewey Anderson, maloklusi kelas 3 dibagi menjadi 3 tipe, yaitu ;
d) Tipe 1 : Adanya lengkung gigi yang baik, akan tetapi relasi lengkungnya
tidak baik sehingga pada gigi anterior terjadi edge to edge
e) Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi
terjadi linguoversi dari giigi anterior mandibula sehingga terjadinya
crowding
f) Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang sehingga terjadi crossbite
pada pada gigi anterior maksila yang crowding. Akan tetapi lengkung
mandibulanya berkembang dengan baik dan lurus
C. Modifikasi Lischer dari Klasifikasi Angle
Lischer memberikan istilah neutrocclusion, distocclusion, dan mesiocclusion
pada Kelas I, Kelas II, dan Kelas III Angle. Sebagai tambahan Lischer juga
memberikan beberapa istilah lain, yaitu :
e. Neutrocclusion
Sama dengan maloklusi Klas I Angle
f. Distocclusion
Sama dengan maloklusi Klas II Angle
g. Mesiocclusion
Sama dengan maloklusi Klas III Angle
h. Buccocclusion
Sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke buccal
i. Linguocclusion
Sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke lingual
j. Supraocclusion
Ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi diatas batas normal
k. Infraocclusion
Ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi dibawah batas normal
l. Mesioversion
Lebih ke mesial daripada posisi normal
m. Distoversion
Lebih ke distal daripada posisi normal
n. Transversion
Transposisi dari dua gigi
9
o. Axiversion
Inklinasi aksial yang abnormal dari sebuah gigi
p. Torsiversion
Rotasi gigi pada sumbu panjang
D. Klasifikasi Bennet
Norman Bennet mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan etiologinya :
a. Kelas I : Posisi abnormal satu gigi atau lebih dikarenakan faktor lokal
b. Kelas II : Formasi abnormal baik satu maupun kedua rahang dikarenakan defek
perkembangan pada tulang
c. Kelas III : Hubungan abnormal antara lengkung rahang atas dan bawah, dan
antar kedua rahang dengan kontur facial dan berhubungan dengan formasi
abnormal dari kedua rahang
2. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Etiologi dan Pengaruh
Kebiasaan Buruk terhadap Maloklusi
Etiologi Maloklusi
Etiologi maloklusi dapat digolongkan menjadi dua yaitu, primary etiologi site dan
etiologi pendukung lainya. Primary etiologi site dibagi menjadi empat yaitu sistem
neuromuskular, tulang, gigi, dan jaringan lunak. Sedangkan etiologi pendukung lainya
dapat dibagi menjadi tujuh yaitu herediter, abnormalitas yang tidak diketahui
penyebabnya, trauma, agen fisik, kebiasaan buruk, penyakit,dan malnutrisi.
A. Primary etiologi site terbagi menjadi :
1. System Neuromuskular
Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptasi terhadap
ketidakseimbangan skeletal atau malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak
seimbang adalah bagian penting dari hampir semua maloklusi
2. Tulang
Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar
untuk dental arch, kesalahan dalam marfologi atau pertumbuhannya dapat merubah
hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius adalah
membantu dalam identifikasi dishamorni osseus
3. Gigi
Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial
dalam berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisi gigi
semua dapat menyebabkan maloklusi. 10
Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa malposisisi dapat
menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi merubah pertumbuhan
tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi yang terlalu besar
4. Jaringan Lunak (tidak termasuk otot)
Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskular dalam etiologi maloklusi,
dapat dilihat dengan jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi sebelumnya. Tetapi,
maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit periodontal atau kehilangan perlekatan
dan berbagai macam lesi jaringan lunak termasuk struktur TMJ
6. Penyakit
a. Penyakit sistemik
Mengakibatkan pengaruh pada kualitas gigi daripada kuantitas pertumbuhan gigi
b. Gangguan endokrin
Disfungsi endokrin saat prenatal bisa berwujud dalam hipoplasia, gangguan
endokrin saat postnatal bias mengganggu tetapi biasanya tidak merusak atau
merubah bentuk arah pertumbuhan muka. Ini dapat mempengaruhi erupsi gigi
dan resorpsi gigi sulung
c. Penyakit local
Penyakit disekitar mulut yang dapat mempengaruhi gigi geligi
1. Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsung seperti
hilangnya gigi, perubahan pola penutupan mandibula untuk mencegah trauma,
dan ancylosis gigi
2. Trauma
3. Karies
7. Malnutrisi
Malnutrisi ini akan berakibat pada kualitas jaringan dan kecepatan dari kalsifikasi
3. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Akibat yang Ditimbulkan dari
Gangguan Maloklusi
A. Gangguan pengunyahan
Dapat berupa rasa tidak nyaman pada saat mengunyah, nyeri pada TMJ dan
mengakibatkan nyeri pada kepala dan leher. Tanggalnya gigi bisa juga mengakibatkan
perubahan pola pengunyahan, misalnya mengunyah pada satu sisi dan hal ini juga
bisa mengakibatkan nyeri pada TMJ
B. Gangguan Pembersihan
12
Pada gigi yang crowded (berjejal) dapat mengakibatkan kesulitan pada saat
pembersihan dan hal ini mengakibatkan gigi jadi lebih mudah terserang karies.
C. Gangguan bicara
15
B. Menggigit jari
Kebiasaan mengigit jari pada anak-anak timbul pada usia 1-2 tahun. Jika dibiarkan terus
menerus sampai usia 5 tahun atau lebih dapat berakibat kelainan pada posisi gigi.
Jari akan menekan gigi rahang atas ke depan dan gigi rahang bawah ke dalam,
sehingga gigi tampak maju ke depan (protrusive). Selain kebiasaan kebiasaan di atas,
kebiasaan menopang dagu juga dapat mengakibatkan pertumbuhan tulang rahang bawah
yang tidak sempurna. Kebiasaan ini dapat menyebabkan tidak simetrisnya antara kanan
dan kiri tulang rahang tersebut karena dalam kebiasaan ini dagu tertopang sebagian yang
artinya sebagian rahang bawah mendapat suatu tekanan sehingga pertumbuhan rahang
tidak sempurna. Hal inilah yang nantinya dapat menyebabkan maloklusi.
5. Bruxism
Menyebabkan erupsi dari gigi insisiv jadi terhambat dan terjadi atrisi pada gigi
anterior. Bruxism yang terjadi pada masa anak-anak akan menyebabkan erupsi gigi
yang tidak sempurna pada gigi posterior dan menurunnya pertumbuhan vertical maksla
anterior
16
6. Lip Sucking
Merupakan kebiasaan mengigit bibir yang akan menyebabkan gigi anterior
maksila menjadi protusi, gigi mandibula menjadi retrusi dan terjadi peningkatan dari
overjet
17
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/321152401