Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 8 MODUL 2 “MALOKLUSI”

Tutor: drg. Dedi Sumantri, MDSc

Ketua : Noverlyn Ersa

Sekretaris Meja : Amirah Salsabila

Sekretaris Papan : Dwitesa Harisona

Adinda Rizki Amalia Nur Huda

Dea Favella

Fachrie Erizon

M. Gheza Akbar

M. Ayarel Disdenata

Putri Permata Sari

Zuha Daffa Ulhaq

Hasya Prana Dewi

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

2018
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial tentang
maloklusi.

Laporan tutorial ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan tutorial ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan
tutorial ini.

Akhir kata kami berharap semoga laporan tutorial ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Padang, Oktober 2018

Penyusun
Daftar Isi

Kata pegantar...............................................................................................................................i

Skenario......................................................................................................................................1

Terminologi..............................,.................................................................................................1

Rumusan masalah.......................................................................................................................2

Analisa masalah..........................................................................................................................2

Skema.........................................................................................................................................5

Tujuan pembelajaran (Learning objectif)...................................................................................5

Kumpulan informasi...................................................................................................................6

Daftar pustaka............................................................................................................................ii
Modul 2

MALOKLUSI

Skenario 2

Kenapa gigiku?

Gita (11th) bersama ibunya datang ke klinik gigi Citra, mengeluhkan kondisi gigi
depannya terbuka dan maju. Saat berbicarapun ada beberapa huruf tidak jelas lafalnya.

Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya gigi anterior maksila open bite dan
protrusif, palatum dalam dan sempit. Relasi gigi molar satu rahang atas kanan dan kiri
terhadap molar satu kanan dan kiri bawah neutro oklusi, overjet 7 mm, overbite -2 mm.

Dokter gigi menganjurkan rontgen foto panoramik dan sefalometri, untuk


mengetahui tipe maloklusinya. Dokter gigi menjelaskan adanya kebiasan buruk yang dapat
menyebabkan gangguan maloklusi.

Bagaimana saudara menjelaskan tentang kasus di atas?

Langkah Seven Jumps

1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang


dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.
2. Menentukan masalah .
3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior knowledge.
4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan mencari
korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara
terintegrasi.
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran/ learning objectives.
6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.
7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh.

A. TERMINOLOGI
1. Open Bite : Adanya ruangan oklusal / incisal pada rahang atas dan rahang bawah pada saat
oklusi sentrik.
2. Neutro Oklusi : Kelas 1 Angle, kedudukan mesiobukal cusp molar pertama permanen
rahang atas berada di bukal groove molar pertama rahang bawah.
1
3. Maloklusi : Penyimpangan oklusi ideal baik dari segi estetik dan lain-lain dan kelainan gigi
yang berhubungan dengan bentuk dan fungsinya.
4. Protrusif : keadaan dimana gigi rahang atas mengalami kemajuan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja klasifikasi maloklusi?
2. Apa saja etiologi maloklusi?
3. Apa saja kebiasaan buruk penyebab maloklusi?
4. Apa saja pengaruh kebiasaan buruk terhadap maloklusi?
5. bagaimana kebiassan buruk dapat menyebabkan maloklusi?
6. Apa saja akibat lain dari maloklusi?
7. Apa jenis maloklusi yang dialami pasien?
8. Apa tujuan rontgen foto panoramik dan sefalometri?
9. Apa penyebab anterior maksila protrusif?

C. ANALISA MASALAH
1. klasifikasi maloklusi menurut Angle, yaitu :
a. Kelas I Angle : Neutro Oklusi
Pada kelas ini, gigi M1 rahang atas tonjol cusp mesiobukal berada pada bukal groove M1
rahang bawah.
Dewey Anderson memodifikasi kelas 1 Angle, sehingga terbagi menjadi 5 tipe, yaitu :
Tipe 1 : Kelas 1 Angle dengan gigi bagian anterior maksila mengalami crowding
Tipe 2 : Kelas 1 Angle dengan gigi anterior maksila labioversi
Tipe 3 : Kelas 1 Angle dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan terbalik
(anterior crossbite)
Tipe 4 : Kelas 1 dengan adanya crossbite pada gigi posterior
Tipe 5 : Kelas 1 dimana terjadinya mesial drift atau pergeseran kearah mesial pada gigi molar
akibat premature ekstraksi
b. Kelas II Angle : Disto Oklusi
Pada kelas ini, tonjol mesiobukal cusp M1 rahang atas berada lebih mesial dari bukal groove
M1 rahang bawah. Maloklusi kelas 2 dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu :
a) Divisi I : pada gigi insisivus sentral rahang atas terjadi proklinasi (kemiringan anterior
kearah labial) sehingga didapatkan gigitan besar atau overjet.
2
b) Divisi II : Gigi insisivus sentral rahang atas mengalami retroklinasi atau retrusi dan pada
insisvus lateral rahang atas terjadi proklinasi sehingga terjadi gigitan dalam atau deepbite
C. Kelas III Angle : Mesio Oklusi
Pada kelas ini, tonjol mesiobukal cusp M1 permanen rahang atas berada lebih ke distal dari
bukal groove M1 rahang bawah sehingga terdapat anterior crossbite
Oleh Dewey Anderson, maloklusi kelas 3 dibagi menjadi 3 tipe, yaitu ;
a) Tipe 1 : Adanya lengkung gigi yang baik, akan tetapi relasi lengkungnya tidak baik
sehingga pada gigi anterior terjadi edge to edge
b) Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi terjadi
linguoversi dari giigi anterior mandibula sehingga terjadinya crowding
c) Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang sehingga terjadi crossbite pada pada gigi
anterior maksila yang crowding. Akan tetapi lengkung mandibulanya berkembang
dengan baik dan lurus
Modifikasi Lischer dari Klasifikasi Angle :
a. Buccocclusion : Sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke buccal
b. Linguocclusion : Sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke lingual
c. Supraocclusion : Ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi diatas batas normal
d. Infraocclusion : Ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi dibawah batas normal
2. Etiologi maloklusi :
a. Lokal
- Anodontis
- Anomali ukuran dan bentuk
- Prematurloss
- Persistensi gigi desidui
- Gingivitis dan periodontitis
- -Herediter
b. Luar
- Trauma
- Malnutri
- Kebiasaan buruk
3. Kebiasaan buruk penyebab maloklusi :
a. menggigit benda dengan mulut
3
b. bernafas melalui mulut
c. suka menggigit bibir dan jari
d. menggigit kuku
e. menghisap jempol
f. menghisap dot
g. infatile swallowing
h. kebiasaan mendorong lidah
i. mengunyah satu sisi
j. bruxism
k. menopang dagu
4. Pengaruh kebiasaan buruk terhadap maloklusi
a. bernafas melalui mulut : menyebabkan gigi anterior rahang atas maju ke depan
b. menghisap ibu jari : lengkung rahang berbentuk V
c. mendorong lidah : openbite
d. bruxism : erupsi insisivus terlambat, atrisi anterior
e. menggigit kuku : atrisi gigi, malposisi
f. mengunyah satu sisi : terganggu perkembangan ramus mandibula
g. infatile swallowing : lidah terdapat pada anterior dan molar sehingga menyebabkan
terjadi oklusi gigi pada proses penelanan
5. kebiasaan buruk dapat menyebabkan maloklusi karena :
Berkorelasi dengan waktu yang lama dan intensitas yang cukup sering dilakukan
6. Akibat lain dari maloklusi :
a. Gangguan Pengunyahan
b. Pada gigi yang crowded sulit dibersihkan
c. Gangguan estetik
d. Gangguan pada TMJ yang dapat menyebabkan nyeri pada kepala dan leher
e. Kesulitan dalam berbicara dan mengigit
f. Kehilangan rasa percaya diri
g. Maloklusi juga dapat menyebabkan timbulnya karies
7. Jenis maloklusi yang dialami pasien yaitu :
Kelas I Angle Tipe 2 Dewey, karena rahang atas dan rahang bawah molarnya neutro oklusi
dan tipe 2 dewey karena gigi anterior maksila mengalami protrusif.

4
8. Tujuan rontgen foto panoramik dan sefalometri :
A. Tujuan dilakukan foto panoramic
1. Untuk mendiagnosa dalam melakukan perawatan
2. Untuk menentukan jenis maloklusi yang diderita oleh pasien
3. Untuk melihat benih gigi yang belum erupsi
B. Tujuan dilakukannya foto cephalometri
1. Untuk melihat hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap cranium
2. Untuk melihat kelainan dental dan skeletal
3. Untuk mengetahui profil wajah pasien
9. Penyebab gigi anterior maksila protrusif
- Adanya kebiasaan buruk sehingga maksilanya protrusif, seperti bernafas melalui
mulut.
- Faktor keturunan
D. SKEMA

Gita (11th)

Ke Dokter Gigi

Anterior Maksila Openbite dan Protrusif

maloklusi

Klasifikasi Etiologi maloklusi Gangguan maloklusi Pengaruh kebiasaan


Maloklusi buruk terhadap
oklusi

E. TUJUAN PEMBELAJARAN / LEARNING OBJECTIVE

1. Menjelaskan tentang klasifikasi Maloklusi

2. Menjelaskan tentang etiologi maloklusi


5

3. Menjelaskan tentang gangguan maloklusi

4. Menjelaskan tentang pengaruh kebiasaan buruk terhadap oklusi

F. KUMPULAN INFORMASI

1. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Definisi dan Klasifikasi


Maloklusi

Definisi Maloklusi

A. Menurut Zenab 2010


Maloklusi adalah sebuah kondisi yang menyimpang dari relasi normal gigi terhadap
gigi lainnya dalam satu lengkung terhadap lengkung rahang lawannya. Dan
maloklusi merupakan keadaan yang tidak menguntungkan dan meliputi
ketidakteraturan local dari gigi geligi seperti gigi berjejal, protrusive, malposisi atau
hubungan yang tidak harmonis dengan gigi lawannya
B. Menurut Proffit dan Fields 2007
Maloklusi adalah keadaan gigi yang tidak harmonis secara estetik yang
mempengaruhi penampilan seseorang dan mengganggu keseimbangan fungsi baik
fungsi pengunyahan maupun fungsi bicara. Maloklusi umumnya bukan merupakan
proses patologis tetapi proses penyimpangan dari perkembangan normal
C. Menurut Thomsom 2007
Maloklusi merupakan akibat dari malrealasi antara pertumbuhan, posisi dan ukuran
gigi. Maloklusi dibagi menjadi 2 :
1. Maloklusi Primer
Maloklusi yang timbul pada gigi geligi yang sedang berkembang
2. Maloklusi Sekunder
Maloklusi yang timbul pada orang dewasa akibat tanggalnya gigi dan
pergerakan gigi tetangga
 Klasifikasi Maloklusi
A. Menurut Maulani 2005 membagi maloklusi berdasarkan letak kelainannya :
1. Tipe dental
Apabila perkembangan maksila dan mandibula terhadap tulang kepala normal
tetapi terdapat kelainan pada gigi-giginya
6
2. Tipe skeletal
Apabila terdapat kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan dari rahang
sehingga hubungan maksila dan mandibula tidak harmonis terhadap tulang
kepala
3. Tipe fungsional
Apabila terjadi kelainan perkembangan pada otot sehingga akan timbul
gangguan ketika mengunyah
4. Tipe dentoskeletal
Merupakan gabungan dari tipe dental dan tipe skeletal. Terjadi apabila
terdapat kelainan dari dental (gigi-giginya) dan skeletal (rahangnya)
B. Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle (1899) terdiri dari 3 kelas, yang
berdasar pada bidang sagital. Pada klasifikasi Angle, gigi molar pertama permanen
rahang atas dan bawah digunakan sebagai kunci klasifikasi maloklusi, karena gigi
molar dianggap gigi yang paling stabil dan kedudukannya jarang berubah
1. Kelas 1
Maloklusi kelas 1 atau biasa disebut neutroklusi terjadi dimana terdapat
hubungan normal anteroposterior antara maksila dan mandibula. Pada kelas
ini, gigi M1 rahang atas tonjol cusp mesiobukal berada pada bukal groove M1
rahang bawah (Foster, 1993).
Dewey Anderson memodifikasi kelas 1 Angle, sehingga terbagi menjadi 5
tipe, yaitu :
a) Tipe 1 : Kelas 1 Angle dengan gigi bagian anterior maksila mengalami
crowding
b) Tipe 2 : Kelas 1 Angle dengan gigi anterior maksila labioversi
c) Tipe 3 : Kelas 1 Angle dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi
gigitan terbalik (anterior crossbite)
d) Tipe 4 : Kelas 1 dengan adanya crossbite pada gigi posterior
e) Tipe 5 : Kelas 1 dimana terjadinya mesial drift atau pergeseran kearah
mesial pada gigi molar akibat premature ekstraksi
7
Gambar 1.1 Maloklusi kelas 1

2. Kelas 2
Maloklusi kelas 2 atau biasa disebut distoklusi ialah adanya relasi posterior dari
mandibula terhadap maksila. Sehingga tonjol mesiobukal cusp M1 rahang atas
berada lebih mesial dari bukal groove M1 rahang bawah

Maloklusi kelas 2 dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu :


c) Divisi I : pada gigi insisivus sentral rahang atas terjadi proklinasi
(kemiringan anterior kearah labial) sehingga didapatkan gigitan besar
atau overjet. Insisivus lateral rahang atas juga mengalami proklinasi
sehingga didapati overbite
d) Divisi II : Gigi insisivus sentral rahang atas mengalami retroklinasi
atau retrusi dan pada insisvus lateral rahang atas terjadi proklinasi
sehingga terjadi gigitan dalam atau deepbite
e) Subdivisi : apabila distooklusi hanya terjadi pada salah satu sisi rahang

3. Kelas 3
Maloklusi kelas 3 atau biasa disebut mesioklusi adanya relasi anterior dari
mandibula terhdap maksila. Sehingga, tonjol mesiobukal cusp M1 permanen
rahang atas berada lebih ke distal dari bukal groove M1 rahang bawah sehingga
terdapat anterior crossbite
8
Oleh Dewey Anderson, maloklusi kelas 3 dibagi menjadi 3 tipe, yaitu ;
d) Tipe 1 : Adanya lengkung gigi yang baik, akan tetapi relasi lengkungnya
tidak baik sehingga pada gigi anterior terjadi edge to edge
e) Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi
terjadi linguoversi dari giigi anterior mandibula sehingga terjadinya
crowding
f) Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang sehingga terjadi crossbite
pada pada gigi anterior maksila yang crowding. Akan tetapi lengkung
mandibulanya berkembang dengan baik dan lurus
C. Modifikasi Lischer dari Klasifikasi Angle
Lischer memberikan istilah neutrocclusion, distocclusion, dan mesiocclusion
pada Kelas I, Kelas II, dan Kelas III Angle. Sebagai tambahan Lischer juga
memberikan beberapa istilah lain, yaitu :
e. Neutrocclusion
Sama dengan maloklusi Klas I Angle
f. Distocclusion
Sama dengan maloklusi Klas II Angle
g. Mesiocclusion
Sama dengan maloklusi Klas III Angle
h. Buccocclusion
Sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke buccal
i. Linguocclusion
Sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke lingual
j. Supraocclusion
Ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi diatas batas normal
k. Infraocclusion
Ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi dibawah batas normal
l. Mesioversion
Lebih ke mesial daripada posisi normal
m. Distoversion
Lebih ke distal daripada posisi normal
n. Transversion
Transposisi dari dua gigi
9
o. Axiversion
Inklinasi aksial yang abnormal dari sebuah gigi
p. Torsiversion
Rotasi gigi pada sumbu panjang
D. Klasifikasi Bennet
Norman Bennet mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan etiologinya :
a. Kelas I : Posisi abnormal satu gigi atau lebih dikarenakan faktor lokal
b. Kelas II : Formasi abnormal baik satu maupun kedua rahang dikarenakan defek
perkembangan pada tulang
c. Kelas III : Hubungan abnormal antara lengkung rahang atas dan bawah, dan
antar kedua rahang dengan kontur facial dan berhubungan dengan formasi
abnormal dari kedua rahang
2. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Etiologi dan Pengaruh
Kebiasaan Buruk terhadap Maloklusi
 Etiologi Maloklusi
Etiologi maloklusi dapat digolongkan menjadi dua yaitu, primary etiologi site dan
etiologi pendukung lainya. Primary etiologi site dibagi menjadi empat yaitu sistem
neuromuskular, tulang, gigi, dan jaringan lunak. Sedangkan etiologi pendukung lainya
dapat dibagi menjadi tujuh yaitu herediter, abnormalitas yang tidak diketahui
penyebabnya, trauma, agen fisik, kebiasaan buruk, penyakit,dan malnutrisi.
A. Primary etiologi site terbagi menjadi :
1. System Neuromuskular
Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptasi terhadap
ketidakseimbangan skeletal atau malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak
seimbang adalah bagian penting dari hampir semua maloklusi
2. Tulang
Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar
untuk dental arch, kesalahan dalam marfologi atau pertumbuhannya dapat merubah
hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius adalah
membantu dalam identifikasi dishamorni osseus
3. Gigi
Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial
dalam berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisi gigi
semua dapat menyebabkan maloklusi. 10
Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa malposisisi dapat
menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi merubah pertumbuhan
tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi yang terlalu besar
4. Jaringan Lunak (tidak termasuk otot)
Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskular dalam etiologi maloklusi,
dapat dilihat dengan jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi sebelumnya. Tetapi,
maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit periodontal atau kehilangan perlekatan
dan berbagai macam lesi jaringan lunak termasuk struktur TMJ

B. Etiologi Pendukung antara lain :


1. Herediter
Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal
genetic dapat menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir atau tidak dapat dilihat
sampai 6 tahun setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Genetic gigi adalah
kesamaan dalam bentuk keluarga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi atau
tempat aksi genetiknya tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus ( contoh :
absesnya gigi atau penampilan beberapa syndrome craniofacial)
2. Perkembangan abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
Misalnya : Deferensiasi yang penting pada perkembangan embrio. Contoh : facial
cleft
3. Trauma
Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan
atau kesalahan bentuk dentofacial
a. Prenatal trauma atau injuri semasa kelahiran. Contohnya:
1. Hipoplasia dari mandibula yang disebabkan karena tekanan intrauterine
(kandungan) atau trauma selama proses kelahiran
2. Asymetri yang disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga
menyebabkan ketidaksimetrian pertumbuhan muka
b. Prostnatal trauma
1. Retak tulang rahang dan gigi
2. Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama
4. Agen Fisik
a. Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung
11
b. Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja lebih dan
peningkatan fungsi gigi. Jenis makanan seperti ini menimbulkan karies yang
lebih sedikit
5. Kebiasaan buruk
Terdapat bermacam-macam kebiasaan buruk dalam mulut anak, antara lain
bernafas melalui mulut, menjulurkan lidah, menggigit jari, mengisap jari, menghisap
bibir.

6. Penyakit
a. Penyakit sistemik
Mengakibatkan pengaruh pada kualitas gigi daripada kuantitas pertumbuhan gigi
b. Gangguan endokrin
Disfungsi endokrin saat prenatal bisa berwujud dalam hipoplasia, gangguan
endokrin saat postnatal bias mengganggu tetapi biasanya tidak merusak atau
merubah bentuk arah pertumbuhan muka. Ini dapat mempengaruhi erupsi gigi
dan resorpsi gigi sulung
c. Penyakit local
Penyakit disekitar mulut yang dapat mempengaruhi gigi geligi
1. Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsung seperti
hilangnya gigi, perubahan pola penutupan mandibula untuk mencegah trauma,
dan ancylosis gigi
2. Trauma
3. Karies
7. Malnutrisi
Malnutrisi ini akan berakibat pada kualitas jaringan dan kecepatan dari kalsifikasi
3. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Akibat yang Ditimbulkan dari
Gangguan Maloklusi
A. Gangguan pengunyahan
Dapat berupa rasa tidak nyaman pada saat mengunyah, nyeri pada TMJ dan
mengakibatkan nyeri pada kepala dan leher. Tanggalnya gigi bisa juga mengakibatkan
perubahan pola pengunyahan, misalnya mengunyah pada satu sisi dan hal ini juga
bisa mengakibatkan nyeri pada TMJ
B. Gangguan Pembersihan
12
Pada gigi yang crowded (berjejal) dapat mengakibatkan kesulitan pada saat
pembersihan dan hal ini mengakibatkan gigi jadi lebih mudah terserang karies.
C. Gangguan bicara

Maloklusi mengakibatkan ketidakjelasan bicara seseorang. Apabila ciri –ciri


maloklusinya adalah distoklusi maka susah mengucapkan huruf p dan b. Apabila ciri
maloklusinya berupa mesioklusi maka akan kesulitan mengucapkan huruf s, z, t dan
n.
Menurut Bruggeman,anomali dental yang mengakibatkan gangguan bicara adalah :
1. Ruang antar gigi (spaces) yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan semua
huruf terutama s, sh, z, zh kecuali huruf n dan y.
2. Lebar lengkung yaitu terjadi kelainan saat mengucapkan huruf s, z, th.
3. Open bite yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s, sh, z, zh, th, dan
kadang-kadang pada huruf t dan d.
4. Derajat protrusi yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s, sh,z, zh.
5. Pada gigi yang rotasi kelainan bunyi yang terjadi sama dengan kelainan pada
ruang antar gigi
D. Gangguan estetis
Gigi yang tidak rapi bisa mengurangi nilai estetis dari seseorang dan
penampilan wajah yang menjadi kurang menarik sehingga mempunyai dampak yang
tidak menguntungkan pada perkembangan psikologis seseorang, apalagi pada saat
usia masa remaja. Beberapa kasus maloklusi pada anak remaja sangat berpengaruh
terhadap psikologis dan perkembangan sosial yang disebabkan oleh ejekan atau
hinaan dari teman sekolahnya. Pengalaman psikis yang tidak menguntungkan dapat
sangat menyakitkan hati sehingga remaja korban penindasan tersebut akan menjadi
sangat depresi.

4. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang pengaruh kebiasaan buruk


terhadap maloklusi
Klasifikasi kebiasaan buruk yang terjadi pada oral :
1. Bernafas melalui mulut (mouth breathing)
Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga sebagai berikut :
a. Obstruktif : Anak yang mempunyai gangguan dalam menghirup udara melalui saluran
hidung
13
b. Habitual : Disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormalnya sudah
dihilangkan
c. Anatomical : Bila anatomi bibir atas – bawah pendek sehingga tidak dapat mengatup
sempurna tanpa usaha untuk menutupnya
Anak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit, gigi anterior atas maju ke arah
labial, dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas.. Bila
hal ini dilakukan terus menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang
atas protusif dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite).

2. Kebiasaan menghisap ibu jari


Menghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak. Kebiasaan
menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Tekanan pipi pada
sudut mulut merupakan tekanan yang tertinggi, Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi
posterior rahang atas ini meningkat akibat kontraksi otot buccinators selama mengisap
pada saat yang sama sehingga akan memberikan risiko lengkung maksila menjadi
berbentuk V
14

3. Kebiasaan mendorong lidah (tongue thrusting)


Menurut Straub (1960), kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan
karena bottlefeeding yang tidak tepat dan biasanya disertai dengn kebiasaan buruk lain
seperti kebiasaan menghisap ibu jari, menggigit bibir, dan menggigit kuku. Jika kebiasaan
ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite dan incomplete coverbite serta ujung lidah
terposisi lebih anterior dari normal

4. Kebiasaan menggigit benda


Terdiri dari :
A. Menggigit kuku
Mengigit kuku (nail biting) merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi gigi insisiv
atas dan bawah mengalami penekanan gigi pada bagian kuku tersebut. Nail biting dapat
menyebabkan rotasi gigi, atrisi pada ujung insisal gigi dan protrusive gigi pada gigi yang
sering digunakan untuk mengigit

15

B. Menggigit jari
Kebiasaan mengigit jari pada anak-anak timbul pada usia 1-2 tahun. Jika dibiarkan terus
menerus sampai usia 5 tahun atau lebih dapat berakibat kelainan pada posisi gigi.
Jari akan menekan gigi rahang atas ke depan dan gigi rahang bawah ke dalam,
sehingga gigi tampak maju ke depan (protrusive). Selain kebiasaan kebiasaan di atas,
kebiasaan menopang dagu juga dapat mengakibatkan pertumbuhan tulang rahang bawah
yang tidak sempurna. Kebiasaan ini dapat menyebabkan tidak simetrisnya antara kanan
dan kiri tulang rahang tersebut karena dalam kebiasaan ini dagu tertopang sebagian yang
artinya sebagian rahang bawah mendapat suatu tekanan sehingga pertumbuhan rahang
tidak sempurna. Hal inilah yang nantinya dapat menyebabkan maloklusi.
5. Bruxism
Menyebabkan erupsi dari gigi insisiv jadi terhambat dan terjadi atrisi pada gigi
anterior. Bruxism yang terjadi pada masa anak-anak akan menyebabkan erupsi gigi
yang tidak sempurna pada gigi posterior dan menurunnya pertumbuhan vertical maksla
anterior
16

6. Lip Sucking
Merupakan kebiasaan mengigit bibir yang akan menyebabkan gigi anterior
maksila menjadi protusi, gigi mandibula menjadi retrusi dan terjadi peningkatan dari
overjet
17

Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/321152401

Anda mungkin juga menyukai