Anda di halaman 1dari 23

PAPER

PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE


DEMONSTRASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
(CUCI TANGAN DENGAN SABUN DAN AIR MENGALIR)

Oleh :

A 10 C

A.A.ISTRI SHINTA PRAMESTI ( 16.321.2656 )

Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali

Denpasar

2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..3
1.2 Tujuan…………………………………………………………………...5
1.2.1 Tujuan umum………………………………………………………5
1.2.2 Tujuan khusus……………………………………………………...5
1.3 Manfaat………………………………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Promosi Kesehatan………………………………………….6
2.2 Sasaran Promosi kesehatan ……………………………………………..7
2.2.1 Individu/keluarga…………………………………………………..7
2.2.2 Masyarakat…………………………………………………………7
2.2.3 Petugas / pelaksana program……………………………………….7
2.3 Strategi Promosi Kesehatan…………………………………………….10
2.4 Metode Promosi Kesehatan : Demonstrasi……………………………..10
2.5 Cuci Tangan…………………………………………………………….12
2.5.1 Pengertian cuci tangan…………………………………………….12
2.5.2 Faktor yang mempengaruhi prilaku cuci tangan…………………..12
2.5.3 Manfaat cuci tangan……………………………………………….13
2.6 Anak Usia Pra Sekolah………………………………………………….14
2.6.1 Pengertian………………………………………………………….14
2.6.2 Fase perkembangan anak usia pra sekolah…………………...…....15
2.6.3 Tugas perkembangan pada masa usia pra sekolah………………...16
2.6.4 Kemandiriaan anak usia pra sekolah………………………………17
2.7 Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Sekolah……………………………19
2.8 Evaluasi…………………………………………………………………19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………22
3.2 Saran………………………………………………………………..22
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mendengar kebiasaan mencuci tangan dengan sabun merupakan hal yang


biasa dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam kenyataan, kebiasaan mencuci
tangan masih jarang diterapkan oleh masyarakat Indonesia (Suryana, 2012). Hal
ini dapat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran kesehatan masyarakat masih rendah.
Hal ini ditunjukkan dengan perilaku masyarakat yang jauh dari pola hidup sehat
dan bersih. Kesadaran masyarakat Indonesia untuk hidup sehat dengan kebiasaan
cuci tangan masih kurang (Ayu, 2011). Padahal kebiasaan mencuci tangan
menggunakan sabun merupakan tindakan sederhana, namun efektif mencegah
pertumbuhan penyakit (Marselina, 2011). Masyarakat menganggap cuci tangan
itu tidak penting. Banyak orang yang mencuci tangan dengan sabun jika tangan
kotor, berminyak, dan bau. Sedangkan jika tidak kotor atau bau tangan dianggap
bersih, padahal sebenarnya kuman menempel dimanapun (Mikail, 2011). Mencuci
tangan merupakan suatu kegiatan yang sangat mudah dilakukan oleh siapapun
namun ironisnya aktivitas ini sering diabaikan banyak orang. Banyak alasan yang
diungkapkan, antara lain, malas, lupa, ketidaktersedian air bersih, tergesa-gesa,
atau tidak punya waktu untuk aktivitas sekecil itu sehingga resiko penyebaran
kuman melalui tangan semakin besar. Penyakit yang sering terjadi antara lain,
diare, kecacingan, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), TBC bahkan penyakit
yang mematikan seperti SARS, flu burung (H5N1) dan flu babi (H1N1) (Mondo,
2011). Faktor yang mempengaruhi perilaku cuci tangan salah satunya adalah pola
asuh orang tua. Pengajaran orang tua terkait cuci tangan yang masih kurang
menyebabkan anak tidak terbiasa mencuci tangan dan perilaku tersebut akan
mengakar hingga dewasa

Cuci tangan masih kurang dipraktikkan secara universal. Penelitian global


dan di Indonesia menyebutkan bahwa publik sadar banyak kuman di tangan,
namun masih enggan cuci tangan. Menurut penelitian oleh Katie di 11 negara
yaitu Ghana, India, Madagaskar, Kyrgistan, Senegal, Peru, China, Tanzania,
Uganda, Vietnam, dan Kenya menunjukkan bahwa kebiasaan masyarakat untuk
melakukan cuci tangan di saat-saat penting masih rendah. Kebiasaan cuci tangan
sebelum menyiapkan makanan rata-rata hanya 13%, setelah dari toilet rata-rata
hanya 17%, dan sebelum memberikan makanan kepada anak hanya 5%. Hal ini
terjadi karena sikap masyarakat yang masih menganggap sepele cuci tangan.
Kesadaran yang rendah dapat disebabkan oleh kebiasaan yang kurang serta
penanaman cuci tangan sejak dini masih sangat kurang (Hanggara, 2011).

Mencuci tangan minimal dapat mencegah 10 jenis penyakit fekal oral


(lewat tangan ke mulut). Penyakit itu antara lain cacingan, disentri, diare, flu
burung, flu babi, dan hepatitis B. Berdasarkan hasil studi dari Curtis V.
Cairncross, cuci tangan memakai sabun bisa menurunkan resiko diare hingga
47%. Cuci tangan pakai sabun merupakan cara mudah dan murah untuk
membersihkan anggota tubuh dari kuman infeksi. Hasil yang diharapkan adalah
peningkatan pengetahuan anak prasekolah tentang pentingnya cuci tangan pakai
sabun untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit serta meningkatkan
kemampuan anak untuk mencuci tangan secara baik dan benar (Anggrainy, 2009).
Untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan anak dalam melakukan cuci
tangan dengan sabun, diperlukan suatu promosi kesehatan oleh petugas kesehatan.
Dengan demikian, cara yang benar mencuci tangan dengan sabun dapat dipahami
dan diterapkan oleh anak dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, perlu
diperhatikan pula metode yang digunakan dalam promosi kesehatan, sehingga
pesan yang disampaikan dapat diterima oleh anak prasekolah. Metode untuk
mengajarkan keterampilan yang efektif adalah demonstrasi. Melalui demonstrasi,
dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri, proses pembelajaran menjadi
lebih jelas dan lebih konkret, lebih mudah memahami sesuatu, lebih menarik, dan
peserta didik dirangsang untuk mengamati. Dengan demikian, anak akan lebih
mudah memahami cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara
tepat karena melalui pencontohan secara langsung.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Menjelaskan konsep promosi kesehatan cuci tangan pada anak usia pra sekolah

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Memahami konsep promosi kesehatan

2. Memahami konsep cuci tangan

3. Memahami konsep anak usia prasekolah

4. Memahami konsep metode demonstrasi

5. Memahami cara memberikan promosi kesehatan menggunakan metode


demonstrasi tentang cuci tangan dengan sabun dan air mengalir pada anak
usia prasekolah.

1.3 Manfaat

Mahasiswa mampu memahami tentang konsep promosi kesehatan untuk


anak usia pra sekolah serta mampu mengajarkan cara mencuci tangan dengan baik
dan benar dengan metode demonstrasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Promosi Kesehatan

WHO (2009) mendefinisikan promosi kesehatan sebagai suatu proses untuk


mencapai keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial. Individu atau kelompok
harus mampu mengetahui dan mewujudkan keinginan, memenuhi kebutuhan, dan
mengubah atau mengatasi lingkungan.Kesehatan, karena itu, dipandang sebagai
sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup.

Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk dapat


memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya. Dengan promosi kesehatan
diharapkan masyarakat mampu mengendalikan determinan kesehatan. Partisipasi
merupakan sesuatu yang penting dalam upaya promosi kesehatan (Lutfi, 2011).

Promosi kesehatan merupakan proses komprehensif sosial dan politik, bukan


hanya mencakup upaya peningkatan kemampuan dan ketrampilan individual,
tetapi juga upaya yang bertujuan mengubah masyarakat, lingkungan, dan kondisi
ekonomi, agar dampak negatif terhadap kesehatan individu dan masyarakat dapat
dikurangi (Lutfi, 2011).

Menurut Green perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama :

1) Faktor predisposisi (predisposising factors) : pengetahuan dan sikap


seseorang
2) Faktor pemungkin (enabling factors) : sarana, psarana dan fasilitas
yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.
3) Faktor penguat (reinforcing factors) : faktor penguat bagi seseorang
untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang,
peraturan-peraturan, surat keputusan.
2.2 Sasaran Promosi Kesehatan

Sasaran promosi kesehatan diarahkan pada individu/keluarga, masyarakat,


pemerintah/lintas sektor/politisi/swasta, dan petugas atau pelaksana program.

2.1.1 Individu / keluarga diharapkan

1) Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik


langsung maupun media massa)
2) Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatannya
3) Mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
4) Berperan serta dalam kegiatan sosial, khususnya yang berkaitan
dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) kesehatan

2.1.2 Masyarakat

1) Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan atau upaya


kesehatan

2) Bergotong royong mewujudkan lingkungan sehat

3) Pemerintah/Lintas Sektor/Politisi/Swasta

4) Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam


mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat

5) Membuat kebijakan sosial yang memerhatikan dampak di bidang


kesehatan

2.1.3 Petugas atau pelaksana program

1) Memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiap program


kesehatan

2) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang member kepuasan


kepada masyarakat
Sasaran promosi kesehatan perlu dikenali secara khusus, rinci, dan jelas
agar promosi kesehatan lebih efektif. Oleh karena itu, sasaran promosi kesehatan
tersebut dihubungkan dengan tatanan rumah tangga,tatanan tempat kerja, tatanan
institusi kesehatan, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat-tempat umum
(Maulana, 2009).

Menurut Maulana (2009), agar lebih spesifik, sasaran dibagi lagi menjadi
sasaran primer, sekunder, dan tersier.

1) Sasaran primer adalah sasaran yang mempunyai masalah, yang diharapkan


mau berperilaku sesuai harapan dan memperoleh manfaat paling besar dari
perubahan perilaku tersebut.

2) Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok yang memilki pengaruh atau
disegani oleh sasaran primer. Sasaran sekunder diharapkan mampu mendukung
pesan-pesan yang disampaikan kepada sasaran primer.

3) Sasaran tersier adalah para pengambil kebijakan, penyandang dana, pihak-


pihak yang berpengaruh di berbagai tingkatan (pusat, propinsi, kabupaten,
kecamatan, dan desa / kelurahan).

2.3 Strategi Promosi Kesehatan

Menurut Lutfi (2011), promosi kesehatan mempunyai tiga strategi dasar :

1) Advokasi kesehatan digunakan untuk menciptakan kondisi ideal untuk


sehat. Merupakan perpaduan antara aksi individu dan sosial yang
dirancang untuk mendapatkan komitmen politik, dukungan kebijakan,
penerimaan sosial, dan dukungan system untuk tujuan kesehatan atau
program kesehatan.
2) Pemberdayaan masyarakat digunakan untuk mencapai derajat kesehatan
optimal. Merupakan proses yang mengantarkan masyarakat untuk
mendapatkan kemampuan mengendalikan keputusan dan tindakannya
dalam kesehatan.
3) Mediator untuk berbagai kepentingan dalam masyarakat di bidang
kesehatan. Merupakan proses rekonsiliasi berbagai kepentingan (personal,
sosial, ekonomi) dari individu dan komunitas, dan berbagai sektor (publik
dan pribadi) dalam peningkatan dan perlindungan kesehatan.

Strategi dasar ini di dukung oleh lima kegiatan (Lutfi, 2011) :

1. Membangun kebijakan publik yang berwawasan yang sehat

Strategi ini mempunyai karakteristik berupa kebijakan yang berpihak terhadap


kesehatan dan kesetaraan dalam semua area kebijakan, dan terukur dampak
terhadap kesehatan. Stategi ini mempunyai tujuan membuat lingkungan yang
mendukung setiap manusia untuk hidup sehat.

2. Membuat lingkungan yang mendukung untuk sehat.

Lingkungan harus melindungi manusia dari ancaman bagi kesehatannya.


Lingkungan juga harus mendukung manusia untuk meningkatkan kemampuan dan
mengembangkan kepercayaan diri dalam kesehatan. Hal ini meliputi tempat
tinggal, komunitas lokal, rumah, tempat bekerja, fasilitas umum, termasuk akses
pada sumber daya kesehatan, dan peluang untuk pemberdayaan.

3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kesehatan

Partisipasi dapat dilakukan dengan menghimpun sumber daya yang ada dalam
masyarakat yang dapat dijadikan modal untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan determinan kesehatan. Sehingga masyarakat
dapat membuat langkah-langkah dalam meningkatkan derajat kesehatan, yang
didasarkan pada penentuan prioritas masalah, pembuat keputusan, perencanaan,
dan penerapan.

4. Mengembangkan keterampilan anggota masyarakat

Setiap anggota masyarakat harus dapat mengendalikan dan mengatur


hidupnya, dan mengembangkan kemampuan dalam mengubah perilaku. Hal-hal
yang dapat dikembangkan adalah kemampuan untuk membuat keputusan dan
memecahkan masalah kesehatan, berpikir kreatif dan kritis, kepercayaan diri,
empati, kemampuan komunikasi, mengendalikan emosi, dan mengatasi tekanan.
5. Reorientasi pelayanan kesehatan

Reorientasi dilakukan pada organisasi pelayanan kesehatan dan pembiayaan


kesehatan. Sistem pelayanan kesehatan yang memfokuskan pada kebutuhan
individu, harus diseimbangkan dengan kebutuhan populasi. Strategi ini
melibatkan profesi kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, dan pemerintah. Hal
ini berarti harus ada keseimbangan antara upaya promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, diagnosis, pengobatan, perawatan, dan pelayanan rehabilitasi.

Pendekatan komprehensif dalam pembangunan kesehatan adalah langkah yang


paling efektif, dengan mengombinasikan 3 strategi dasar dan 5 program prioritas.
Partisipasi masyarakat berarti masyarakat menjadi pusat kegiatan promosi
kesehatan dan proses pengambilan keputusan. Partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat dapat dicapai dengan kemudahan mengakses pendidikan dan
informasi (Lutfi,2011).

Program promosi kesehatan yang menjadi prioritas di abad ke-21 adalah :

1) Mendorong kepedulian masyarakat pada kesehatan

2) Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan

3) Memperluas kemitraan dalam promosi kesehatan

4) Meningkatkan kemampuan komunitas dan kekuatan individu

5) Memelihara infrastruktur dalam promosi kesehatan

2.4 Metode Promosi Kesehatan : Demonstrasi

Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), demonstrasi merupakan cara untuk


menyajikan ide yang disiapkan untuk diperlihatkan cara melakukan suatu
tindakan, adegan, atau menggunakan prosedur. Sasaran pendidikan kesehatan
dapat mencoba sendiri prosedur yang telah diperlihatkan komunikator.
Menurut Mesrani (2012), demonstrasi bukan suatu percobaan atau
pengujian, tetapi sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah untuk meyakinkan
orang-orang bahwa sesuatu perilaku kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah
berguna dan praktis sekali bagi masyarakat. Demonstrasi ini mengajarkan suatu
ketrampilan yang baru. Cara melakukan demonstrasi dengan segala perencanaan
dan persiapan yang diperlukan, antara lain :

1) Periksa peralatan dan bahan yang diperlukan jauh hari sebelum


pelaksanaan
2) Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat
melihatnya dan ikut dalam diskusi
3) Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan
keinginan peserta untuk bertanya
4) Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba ketrampilan
perilaku yang baru
5) Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan dengan
demonstrasi itu

Berikut ini adalah anjuran, kelebihan, dan kekurangan metode demonstrasi


(Mesrani, 2012) :

Anjuran :

1) Pilih topik berdasarkan keperluan masyarakat


2) Demonstrasi dilakukan tepat masanya
3) Pengumuman yang luas sebelum pelaksanaan untuk menarik banyak
perhatian dan peserta
4) Pergunakan alat-alat yang mudah di dapatkan
5) Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindari pertengkaran mulut
6) Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat

Kelebihan/keuntungan metode ini :

1) Cara mengajar ketrampilan yang efekif


2) Merangsang kegiatan
3) Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri
4) Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret
5) Dapat menghindari verbalisme
6) Lebih mudah memahami sesuatu
7) Lebih menarik
8) Peserta didik dirangsang untuk mengamati
9) Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan sendiri
(redemonstrasi)

Kekurangan / keterbatasannya :

1) Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan


2) Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk
3) Memerlukan keterampilan khusus dari pengajar
4) Alat-alat/biaya, dan tempat yang memadai belum tentu tersedia
5) Memerlukan dan perencanaan yang matang

2.5 Cuci Tangan

2.5.1 Pengertian

Mencuci tangan diartikan menggosok dengan sabun secara bersama


seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas
di bawah air yang mengalir (Potter, 2005). Menurut Fewtrell (2005), perilaku cuci
tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan
efektif dibandingkan dengan intervensi kesehatan dengan cara lain.

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2004) perilaku cuci tangan dipengaruhi


oleh :

1) Citra diri : gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi


kebersihan dirinya. Misalnya karena ada perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli terhadap kesehatan.
2) Praktik sosial : pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka akan terjadi perubahan pola cuci tangan.
3) Status sosial ekonomi : mencuci tangan memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, lap tangan atau tisu kering dan semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan: pengetahuan cuci tangan sangat penting. Karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
5) Kebiasaan seseorang : adanya kebiasaan untuk tidak cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan aktifitas sedari kecil akan terbawa sampai
dewasa.

2.5.3 Manfaat mencuci tangan

Mencuci tangan adalah salah satu upaya untuk membasmi kuman penyebab
penyakit. Mencuci tangan dengan air dan sabun dapat mengurangi jumlah
mikroorganise dari kulit dan tangan, menghilangkan kotoran dari kulit, dan
memutus mata rantai penularan infeksi. Kuman pada tangan memang tidak terlihat
secara kasat mata. Tanpa kita sadari, benda-benda yang kita sentuh setiap hari bisa
menjadi tempat sarang kuman. Misalnya pegangan pintu, remote
control,keyboard, dan lainnya (Melinda Hospital, 2012). Menurut Rachmat dalam
Berita Sehat Lifebuoy, berikut adalah 5 fakta pentingnya melakukan cuci tangan
dengan memakai sabun :

1) Mencuci tangan dengan menggunakan air saja tidak cukup karena lemak
dan kotoran masih menempel di tangan.
2) Mencuci tangan dengan memakai sabun selain menghilangkan lemak dan
kotoran yang menempel ditangan juga akan mencegah timbulnya berbagai
penyakit yang disebabkan oleh kuman, seperti radang tenggorokan,
masalah saluran pernafasan, disentri, diare, iritasi kulit, biang keringat,
mata merah, jerawat, bau badan, dan tipus.
3) Setelah ke jamban dan sebelum menyentuh makanan (sebelum mengolah
atau memakan makanan) adalah saat-saat yang sangat penting untuk
mencuci tangan dengan memakai sabun karena dapat menghilangkan
kuman yang menempel ditangan.
4) Membiasakan diri mencuci tangan dengan memakai sabun adalah kegiatan
preventif yang paling murah dan efektif dan dapat mengurangi biaya
pengobatan kesehatan kita.
5) Kebiasaan cuci tangan pakai sabun sangat berpengaruh dalam dunia
pendidikan karena penyakit yang disebabkan oleh kuman seperti diare
seringkali membuat para siswa tidak masuk sekolah. Salah satu penelitian
yang dilakukan diluar negeri menunjukkan membiasakan cuci tangan
pakai sabun bisa mengurangi absesi sekolah sekitar 42 persen.

Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO (2005) yakni 7
langkah yang di kembangkan menjadi 10 langkah.

1) Basuh tangan dengan air mengalir


2) Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
3) Gosok punggung tangan dan sela – sela jari tangan kiri dan tangan kanan,
begitu pula sebaliknya.
4) Gosok kedua telapak dan sela – sela jari tangan
5) Jari – jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
6) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
7) Gosokkan dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebaliknya
8) Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
9) Bilas kedua tangan dengan air.
10) Keringkan dengan lap tangan atau tissue

2.6 Anak Usia Pra Sekolah

2.6.1 Pengertian

Menurut Biechler dan Snowman dikutip dari Pantmonodewo (2003), anak


usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun. Mereka biasanya
mengikuti program prasekolah dan kindergarten. Sedangkan di Indonesia
umumnya mengikuti program Kelompok Bermain atau Play Group (usia 3 tahun),
sedangkan anak usia 4-6 tahun biasanya mengikuti Program Taman Kanak-kanak.

Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi.


Potensi- potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut
berkembang secara optimal. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-
potensi itu akan mengakibatkan timbulnya masalah. Taman kanak- kanan adalah
salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan
dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar (Supartini, 2004).

2.6.2 Fase Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Pada masa usia prasekolah ini dapat diperinci lagi menjadi 2 masa, yaitu
masa vital dan masa estetik.

1) Masa Vital

Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk


menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud menamakan
tahun pertama dalam kehidupan individu ini sebagai masa oral, karena mulut
dipandang sebagai sumber kenikmatan. Anak memasukkan apa saja yang
dijumpai ke dalam mulutnya, tidaklah karena mulut merupakan sumber
kenikmatan utama tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan
eksplorasi dan belajar (Elizabeth B. Hurlock, 1999). Pada tahun kedua telah
belajar berjalan, dengan mulai berjalan anak akan mulai belajar menguasai ruang.
Mula-mula ruang tempatnya saja, kemudian ruang dekat dan selanjutnya ruang
yang jauh. Pada tahun kedua ini umumnya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan
(kesehatan). Melalui latihan kebersihan ini, anak belajar mengendalikan impuls-
impuls atau dorongan-dorongn yang datang dari dalam dirinya (misal buang air
kecil dan air besar) (Elizabeth B.Hurlock, 1999).

2) Masa Estetik

Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata
estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini perkembangan anak yang terutama
adalah fungsi panca indera. Pada masa ini, panca indera masih peka karena itu
Montessori menciptakan bermacam macam alat permainan untuk melatih panca
inderanya (Yusuf, 2001).

2.6.3 Tugas Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah

Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan adalah merupakan


suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu,
yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan
kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal maka
akan menyebabkan ketidak bahagiaan pada diri individu yang bersangkutan,
menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan
tugas-tugas berikutnya.

Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan


yang seharusnya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase
perkembangannya, seperti tugas yang berkaitan dengan perubahan kematangan,
persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan hal lainnya sebagai prasyarat
untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.

Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 -


5 tahun adalah sebagai berikut:

1) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang


umum
2) Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai mahluk yang
sedang tumbuh
3) Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
5) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis
dan berhitung
6) Mengembangkan pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
7) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai
8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-
lembaga
9) Mencapai kebebasan pribadi

Suherman (2000), menjelaskan secara ringkas tugas-tugas perkembangan anak


usia 4 – 5 tahun sebagai berikut:

1) Berdiri dengan satu kaki (gerakan kasar)


2) Dapat mengancingkan baju (gerakan halus)
3) Dapat bercerita sederhana (bahasa bicara dan kecerdasan)
4) Dapat mencuci tangan sendiri (bergaul dan mandiri)

2.6.4 Kemandirian Anak Usia Prasekolah

Subrata (1997), berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kemandirian


yaitu kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sendiri atau mampu berdiri
sendiri dalam segala hal. Pada anak usia prasekolah menurut Hartono (1997),
potensi yang harus dikembangkan adalah kemandirian, karena pada usia
prasekolah ini anak sudah mulai belajar memisahkan diri dari keluarga dan orang
tuanya untuk memasuki suatu lingkungan yang lebih luas yaitu lingkungan taman
kanak-kanak.

Ciri- ciri kemandirian pada anak usia prasekolah menurut Rumini dan
Sundari (2004) yaitu anak dapat makan dan minum sendiri, anak mampu memakai
pakaian dan sepatu sendiri, anak mampu marawat diri sendiri dalam hal mencuci
muka, menyisir rambut, sikat gigi, anak mampu menggunakan toilet, dan anak
dapat memilih kegiatan yang disukai seperti menari, melukis, mewarnai, dan di
sekolah TK tidak mau ditunggui oleh ibu atau pengasuhnya.

Anak usia prasekolah membutuhkan kebebasan untuk bergerak kesana


kemari dan mempelajari lingkungan, dengan diberi kesempatan dan didorong
untuk melakukan semuanya dengan bebas maka lingkungan yang penuh
rangsangan ini akan membantu anak untuk mengembangkan rasa percaya diri.

Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemandirian anak usia


prasekolah terbagi menjadi 2 meliputi faktor internal dan faktor eksternal
(Soetjiningsih, 1995).
1) Faktor internal merupakan faktor yang ada dari diri anak itu sendiri yang
meliputi emosi dan intelektual. Faktor emosi ini ditunjukkan dengan
kemampuan mengontrol emosi dan tidak terganggunya kebutuhan emosi
orang tua. Sedangkan faktor intelektual diperlihatkan dengan kemampuan
untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak itu
sendiri. Faktor ini meliputi lingkungan, karakteristik sosial, stimulasi, pola
asuh, cinta dan kasih sayang, kualitas informasi anak dan orang tua, dan
pendidikan orang tua dan status pekerjaan ibu (Soetjiningsih, 1995).

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya


tingkat kemandirian anak usia prasekolah, sehingga lingkungan yang baik akan
meningkatkan cepat tercapainya kemandirian anak.

2.7 Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Sekolah

Promosi kesehatan di sekolah pada prinsipnya adalah menciptakan sekolah


sebagai komunitas yang mampu meningkatkan kesehatannya (Health Promoting
School). Oleh karena itu, pelaksanaan promosi kesehatan di sekolah mencakup 3
kegiatan pokok, yaitu:

1) Menciptakan lingkungan yang sehat (Healthful School Living), dalam hal


ini tidak hanya lingkungan fisik yang bersih, akan tetapi juga lingkungan
sosial juga harus harmonis dan kondusif sehingga perilaku sehat dengan
benar dapat tumbuh dengan baik. Perilaku cuci tangan dengan benar dapat
dibiasakan pada siswa TK Siwi Peni sehingga secara perlahan perilaku
tersebut dapat tumbuh dalam pikiran siswa dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Pendidikan kesehatan (Health Education), dilakukan untuk menanamkan
kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan
diri sendiri dan lingkungannya serta ikut aktif dalam usaha-usaha
kesehatan. Dengan HE dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang
cuci tangan sehingga dapat menerapkan perilaku cuci tangan dengan benar
dalam kehidupan sehari-hari serta dapat mempengaruhi teman lain untuk
berperilaku seperti dirinya dan berperan serta dalam kegiatan promosi
kesehatan lain
3) Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah, penyuluhan kesehatan
juga dapat dijadikan salah satu cara untuk mempromosikan kesehatan di
sekolah. Melalui promosi kesehatan cuci tangan di taman kanak-kanak,
akan memaksimalkan pendidikan kesehatan yang diberikan sejak usia dini.
Pembiasaan perilaku cuci tangan dengan benar sejak dini akan
memberikan pengaruh yang baik hingga usia dewasa.

Berikut adalah tahap pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan cuci tangan:

1. Persiapan Pelaksanaan

1) Mahasiswa dibantu atau difasilitasi oleh pihak kelurahan setempat atau


pihak puskesmas menyusun jadwal ulang apabila dalam melaksanakan
kegiatan tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini.
2) Menyediakan media berupa pamflet dan benda asli

2. Fasilitasi oleh puskesmas : pihak puskesmas membantu mahasiswa dalam


melaksanakan kegiatan promosi cuci tangan di lingkungan taman kanak kanak.

3. Implementasi Kegiatan : melaksanakan kegiatan program promosi cuci tangan


di lingkungan TK Siwi Peni sesuai rencana

4. Bantuan teknis puskesmas

1) pihak puskesmas memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan promosi


cuci tangan secara partisipatif di lingkungan TK Siwi Peni
2) Monitoring dan evaluasi.

2.8 Evaluasi

Menurut Kairupan dkk. (2009), evaluasi dapat dilakukan dengan mengkaji


secara sistem, yaitu dengan menguraikan proses suatu kegiatan atau intervensi
menurut unsur-unsur sistem, yaitu: (a) masukan (input), (b) proses (process), (c)
keluaran (output), (d) efek (outcome), (e) dampak (impact), (f) umpan balik
(feedback), serta (g) lingkungan (environment).

1. Input

1) jumlah ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan


promosi kesehatan cuci tangan
2) jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan dan melaksanakan
kegiatan promosi kegiatan cuci tangan
3) jumlah materi dan dana yang digunakan untuk kegiatan promosi kegiatan
cuci tangan

2. Proses

1) Jumlah siswa yang memiliki komitmen tinggi untuk melakukan kegiatan


cuci tangan
2) Teori dan konsep dalam pemberian promosi kesehatan cuci tangan
3) Tempat kegiatan promosi kesehatan cuci tangan dan sasarannya
4) Media dalam pemberian promosi kesehatan cuci tangan

3. Hasil

1) Peningkatan pengetahuan terhadap cuci tangan, perubahan tingkah laku


(mencuci tangan dengan benar), dan sikap klien dalam menjalankan
perilaku cuci tangan dengan benar
2) Tujuan diadakannnya promosi kesehatan dapat tercapai atau belum

4. Dampak

1) Pengkajian keberhasilan penyelenggara promosi kesehatan cuci tangan


dalam mempengaruhi siswa taman kanak-kanak
2) Dampak kegiatan promosi kesehatan terhadap perilaku cuci tangan siswa
kanak-kanak

5. Umpan balik : umpan balik yang diberikan oleh siswa terhadap kegiatan
promosi kesehatan cuci tangan yang dilakukan
6. Lingkungan : lingkungan yang mendukung kegiatan promosi kesehatan cuci
tangan

Dari evaluasi kegiatan atau tindakan evaluasi yang promotor dapat


mengindikasikan apakah evaluasi bersifat positif (hasil yang diinginkan terpenuhi)
atau negatif (hasil yang tidak diinginkan menandakan bahwa masalah tidak
terpecahkan atau terdapat masalah potensial yang belum diketahui)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metode demonstrasi cukup efektif digunakan untuk mengajarkan cara


mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir pada anak prasekolah. Hal ini
karena demonstrasi merupakan metode untuk mengajarkan keterampilan yang
efektif. Melalui demonstrasi, dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri,
proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, lebih mudah
memahami sesuatu, lebih menarik, dan peserta didik dirangsang untuk
mengamati. Dengan demikian, anak akan lebih mudah memahami cara mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir secara tepat karena melalui pencontohan
secara langsung.

Metode demonstrasi memang cukup efektif untuk mengajarkan


keterampilan mencuci tangan. Namun evaluasi dan monitoring harus dilakukan
secara berkala untuk mengevaluasi kemampuan anak dalam melakukan cuci
tangan serta mengevaluasi penerapan cuci tangan dalam kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran

Pencapaian program promosi kesehatan sangat ditentukan oleh kerjasama


dari berbagai pihak yang terkait. Terdiri dari : promotor dalam hal ini tim
kesehatan (perawat, dokter, ahli gizi, pegawai puskesmas dan lainnya), individu,
keluarga, keolmpok, komunitas, masyarakat serta pemerintah. Jadi diperlukan
kesadaran tinggi dari berbagai pihak yang terkait untuk dapat mewujudkan tujuan
ditunjukkan dengan peningkatan kesadaran dan perubahan pola perilaku hidup
sehat (tidak hanya pribadi tapi juga lingkungan).
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, P. (2011, oktober 17). Kesadaran Cuci Tangan Masyarakat Indonesia Rendah.
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia: Kantor Berita Radio Nasional.

Djuari, L. (2011). Upaya Pencegahan Diare dengan Pelatihan Cuci Tangan yang Baik
pada Murid TK Al Islam dan TK Pertiwi Desa Mancar, Kecamatan Peterongan,
Kabupaten Jombang. Universitas Airlangga : Fakultas Kedokteran.

Hanggara, R. (2011, Oktober 24). Susahnya Membiasakan Cuci Tangan. Jakarta,


Jakarta, Indonesia.

INAKNIP. (2010). Manfaat Cuci Tangan. Diakses 12 November 2012, dari Universitas
Muhammadiyah Malang website
: http://inaknip.student.umm.ac.id/2010/07/29/manfaat-cuci-tangan/

Kairupan, T. (2009). Evaluasi Promosi Kesehatan. Universitas Samratulangi : Fakultas


Kesehatan Masyarakat

Lutfi, G. (2011). Perilaku dan Promosi Kesehatan. Universitas Islam Indonesia: Fakultas
Kedokteran.

Makhfudli, F. E. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik


KeperawatanKomunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Marselina, L. (2011, September 29). Cuci Tangan Pakai Sabun Cegah Penyakit
Mematikan. Jakarta, Jakarta, Indonesia.

Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.

Mikail, B. (2011, September 29). Kebiasaan Cuci Tangan Masih Rendah . Jakarta,
Jakarta, Indonesia.

Mondo, Y. (2011, November 4). Budayakan Cuci Tangan Sejak Dini. Nusa Tenggara
Timur, Indonesia.

Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Suryana, G. A. (2012, Agustus 6). Kuman yang Hidup di Tangan Anda. Jakarta, Jakarta,
Indonesia.
Mesrani, R. (2012, 3 18). scribd. Retrieved 11 30, 2012, from scribd web site:
http://id.scribd.com/doc/85816231/ISI-DP

Anda mungkin juga menyukai