Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH BEBAN PAJAK, TUNNELING

INCENTIVE, DAN KARAKTER EKSEKUTIF


TERHADAP KEPUTUSAN TRANSFER PRICING
PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2011-2014)

Erny Syamsuddin

Armanto Witjaksono, S.E., Ak., M.M., CA


Universitas Bina Nusantara
Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530
(021) 53696969, 53696999/ (021) 5300244, ernysb@gmail.com

Abstrak
Transfer pricing merupakan harga yang timbul akibat adanya transaksi jual, beli ataupun berbagi sumber daya antar
perusahaan yang memiliki hubungan istimewa. Akan tetapi transfer pricing sering digunakan oleh perusahaan untuk
memindahkan keuntungan agar pajak yang dibayarkan menjadi lebih kecil. Oleh karna itu penelitian ini bertujuan
untuk melihat adanya pengaruh variable pajak, tunneling incentive dan karakter eksekutif terhadap keputusan
transfer pricing. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2011-2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengujian
hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi logistic. Hasil pengujian hipotesis
menunjukan bahwa variable pajak dan tunneling incentive berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing,
sedangkan variable karakteristik eksekutif tidak berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing.

Kata kunci: transfer pricing, beban pajak, tunneling incentive, karakter eksekutif

Abstract

Transfer pricing is the setting of the price for goods and services sold between controlled or related legal entities
within an enterprise. For example, if a subsidiary company sells goods to a parent company, the cost of those goods
is the transfer price. However the companies often use transfer pricing to shift their income for the purpose to
minimize their tax expenses. This research is aim to determine the effect of tax expense, tunneling incentive and
executive character on transfer pricing decision. The samples to this study are uses data from Indonesia Stock
Exchange for period 2011-2014. The sample is generated by using purposive sampling method. The hypothesis of
the study is tested by using descriptive analysis and Binary Logistic Regresion. The result shows that the variable of
tax expense and tunneling incentive significantly affect companies transfer pricing decision. Meanwhile, the
variable of executive does not affect transfer pricing decision.

Keywords: Transfer pricing, Tax Expense, Tunneling Incentive, Executive character

PENDAHULUAN
Transfer pricing menurut Gunadi (2013) merupakan harga atas transfer barang atau jasa dengan nama dan
dalam bentuk apapun antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa (associates) baik dalam negeri maupun
luar negeri. Akan tetapi pada kenyataanya transfer pricing sering digunakan untuk memperkecil beban pajak yang
harus dibayarkan oleh perusahaan. Transfer pricing presents tax opportunities that can benefit an organization on
many levels. Some suggest that transfer pricing has become the most important tax issue in the world (Burke, 2011).

Kasus penyalahgunaan transfer pricing beberapa waktu yang lalu menjadi pemberitaan, sepert kasus yang
menimpa Google di Inggris, Starbucks Inggris, Amazon Inggris, dan lain-lain. Starbucks Inggris misalnya, pada
tahun 2011 sama sekali tidak membayar pajak korporasi padahal berhasil mencetak penjualan sebesar £398 juta.
Selain itu mereka juga mengaku rugi sejak tahun 2008, dengan jumlah kerugiannya mencapai £112 juta atau sekitar
Rp1,7 triliun. Padahal dalam laporan kepada investornya di Amerika Serikat, Starbucks mengatakan bahwa mereka
memperoleh keuntungan yang besar di Inggris, bahkan penjualannya selama 3 tahun (2008-2010) mencapai £1,2
miliar atau sekitar Rp18 triliun. Dengan kerugian ini, Starbucks Inggris tidak pernah membayar pajak korporasi.
Bahkan selama 14 tahun beroperasi di Inggris, Starbucks hanya membayar pajak sebesar £8,6 juta. Selain itu,
Google Inggris pada tahun 2011 juga berhasil mencatat pendapatan sebesar £398 juta tetapi hanya membayar pajak
sebesar £6 juta. Hal yang sama terjadi di Amazon Inggris, dimana mereka berhasil melakukan penjualan di Inggris
sebesar £3,35 miliar selama tahun 2011 tetapi hanya membayar pajak sebesar £1,5 juta. (Setiawan, 2014).

Selain itu contoh kasus penyalahgunaan transfer pricing yang terjadi di Indonesia seperti yang dijelaskan oleh
Rahayu (2010) transfer pricing yang dilakukan oleh subsidiary company (PT. PMA) di Indonesia adalah dengan
cara praktik penggelembungan inter company cost yang pada umumnya dilakukan melalui kewajiban membayar fee
atas pemakaian jasa, seperti : jasa manajemen, jasa teknik dan jasa-jasa lainnya kepada induk perusahaan (parent
company di LN), dengan harga transaksi yang ditentukan oleh induk perusahaan di luar negeri yang pada umumnya
melebihi harga pasar wajar.

Berdasarkan uraian mengenai contoh kasus penyalahgunaan transfer pricing diatas hal ini bisa terjadi
dikarenakan adanya globaliasi dalam bidang ekonomi yang berdampak pada cross border transaction. Perusahaan
tidak lagi membatasi oprasi sebatas dinegara perusahaan tersebut didirikan, melaikan mulai memperluas jaringan
bisnisnya.Untuk memperluas jaringan bisnisnya perusahaan dengan melakukan pengembangan dengan cara
membangun anak perusahaan baik dengan skala regional, nasional, maupun internasional. Pengembangan kegiatan
ekonomi yang dilakukan dengan skala internasional tersebut membuat terbentuknya multinasional company, yaitu
perusahaan yang terdiri dari beberapa perusahaan yang saling berasosiasi dan beroprasi pada beberapa negara yang
dapat menjadi suatu kekuatan ekonomi dan strategi usaha yang kompleks yang bertujuan memperkokoh pijakan
usaha globalnya. Untuk mengendalikan dan mengkoordinasi bisnis regionalnya, perusahaan membentuk holding
company atau kantor perwakilan untuk mengkoordinasi bisnis mereka. Pembentukan holding company tersebut
semakin memperkuat aliansi strategis mereka untuk mempertahankan dan menumbuhkan pangsa pasar ekspor dan
impor diberbagai negara.

Akibat dari semakin tersebarnya perusahaan tersebut diberbagai negara membuat transaksi menjadi semakin
mudah tanpa mengenal batas negara, dengan semakin mudahnya transaksi antara induk dan anak perusahaan hal ini
juga bukan tidak mungkin dapat mendatangkan masalah. Salah satu masalah yang sering dialami yaitu
penyalahgunaan transfer pricing. Transfer pricing ini sering dimanfaatkan oleh induk dan anak untuk melakukan
penghindaran pajak (tax avoidance), hal ini dilakukan dengan cara mentransfer keuntungan ke perusahaan yang
berada dinegara yang memiliki tarif pajak rendah. Negara dirugikan triliunan rupiah karena praktik transfer pricing
perusahaan asing di Indonesia (Kontan, 20 Juni 2012). Dari sisi pemerintah, transfer pricing di yakini
mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya potensi penerimanaan pajak suatu negara karena perusahan
multinasional cenderung menggeser pendapatannya.
Pencegahan pengalihan keuntungan ke negara yang memiliki tarif pengenaan pajak lebih rendah, diatur dalam
undang-undang perpajakan yang mengatur mengenai transaksi pelaksanakan transfer pricing harus di lakukan
berdasarkan prinsip kewajaran (Arm’s leght principle). Dimana transaksi yang terjadi harus sama antara pemiliki
hubungan istimewa dan yang tidak memiliki hubungan istimewa. Sehingga pengalihan keuntungan tidak dapat
terjadi.

Sehubungan dengan harga transfer tersebut Dirjen pajak dalam rangka mengatur beberapa kententuan
mengenai transfer pricing yang tercerimin di dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 18 yang mengatur
mengenai pajak penghasilan juga membahas mengenai transfer pricing. Di dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa
transfer pricing mencakup beberapa hal diantaranya hubungan istimewa dan wewenang untuk melakukan koreksi
atas transaksi yang tidak sesuai dengan prinsip kewajaran (Arm’s lenght principle). Dalam Undang-undang Nomor
36 Tahun 2008 di dalam pasal 18(4) menjelaskan bahwa hubungan istimewa terjadi karna adanya kepemilikan oleh
wajib pajak atas penguasaan saham suatu badan oleh badan lainnya sebanyak 25% (dua puluh lima persen) atau
lebih. Transaksi-transaksi yang terjadi antar pemilik hubungan istimewa inilah yang disebut transfer pricing.

Penelitian mengenai motivasi pajak telah dilakukan sebelumnya oleh Yuniasih (2012) menyatakan bahwa
pajak berepengaruh positif terhadap penghindaran pajak, menemukan bahwa tarif impor dan pajak berpengaruh pada
insentif untuk melakukan transfer pricing. Selain motivasi pajak, hal lain yang mempengaruhi keputusan transfer
pricing adalah kepemilikan saham. Ada dua struktur kepemilikan yang sering dijumapai yaitu struktur kepemilikan
terkonsentrasi dan struktur kepemilikan tersebar. Pada umumnya struktur kepemilikan perusahaan yang berada di
Indonesia adalah struktur kepemilikan terkonsentrasi, dimana para pemegang saham mayoritas ikut ambil bagian
dalam management perusahaan. Lemahnya perlindungan hak-hak terhadap pemgang saham minoritas membuat para
pemegang saham mayoritas memanfaatkan celah tersebut untuk melakukan tunneling. Tunneling adalah perilaku
manajemen atau pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset atau kekayan perusahaan untuk kepentingan
mereka sendiri, dan namun biaya dibebankan kepada pemegang saham minoritas.(Yuniasih, 2012) .Selain motivasi
pajak dan kepemilikan saham, karakter eksekutif juga ditenggarai berpengaruh tehadap keputusan transfer pricing
perusahaan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Budiman (2012) mengenai pengaruh karakter eksekutif
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) menunjukan hasil yang positif, bahwa karakter eksekutif berpengaruh
terhadap keputusan perusahaan melakukan penghindaran pajak. Pemimpin perusahaan (CEO, CFO, dan Top
Executive yang lain) sebagai individu pengambil kebijakan sudah pasti memiliki karakter yang berbeda. Karakter
eksekutif sebagai pengambil keputusan bisa bersifat risk taking (Low,2006) dalam Budiman (2012) atau bersifat risk
averse. Eksekutif yang memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan
bisnis. Sedangkan eksekutif yang bersifat risk averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko
sehingga kurang berani dalam menggambil keputusan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya transfer pricing dalam suatu perusahaan. Karna itulah peneliti melakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH BEBAN PAJAK, TUNNELING INCENTIVE, DAN KARAKTER EKSEKUTIF TERHADAP
KEPUTUSAN TRANSFER PRICING PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014).”

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, alasan pemilihan sampel tersebut dikarenakan sebagian besar penanaman modal asing bergerak di
bidang manufaktur dan mempunyai kaitan intern perusahaan yang cukup substansial dengan induk perusahaan di
luar negeri.

PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Jacob (1996) dalam Yuniasih (2012) menemukan bahwa transfer antar perusahaan besar dapat
mengakibatkan pembayaran pajak lebih rendah secara global pada umumnya. Penelitian tersebut menemukan bahwa
perusahaan multinasional memperoleh keuntungan karena pergeseran pendapatan dari negara-negara dengan pajak
tinggi ke negara dengan pajak rendah. Yuniasih (2012) menyebutkan beban pajak yang semakin besar memicu
perusahaan untuk melakukan transfer pricing dengan harapan dapat menekan beban tersebut. Berdasarkan rumusan
di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
H1 : Beban pajak berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan
Johnson et al. (2000) dalam Yuniasih (2012) mendefinisikan tunneling sebagai transfer aset dan
keuntungan keluar dari perusahaan untuk kepentingan pemegang saham mayoritas. Transaksi penjualan atau
pembelian pada pihak berelasi digunakan untuk mentransfer kas dan aset lancar lainnya keluar dari perusahaan
melalui penentuan harga yang tidak wajar untuk kepentingan pemegang saham pengendali. Pembelian barang atau
jasa di atas nilai wajar dan penjualan barang atau jasa di bawah harga wajar merupakan salah satu cara melakukan
tunneling. Lo et al (2010) perusahaan dengan persentase kepemilikan induk yang besar, akan melakukan transfer
keuntungan ke perusahaan induk dengan transaksi related parties. Transaksi pihak berelasi yang terindikasi
tunneling yaitu: transaksi pembayaran kas, pembelian dan penjualan aset, transaksi perdagangan barang dan jasa dan
penjualan ekuitas terhadap pihak berelasi. Berdasarkan analisi teori tersebut dapat disimpulkan bahwa

H2 : Tunneling Incentive berpengaruh positif terhadap transfer pricing

Dalam menjalankan tugasnya, eksekutif dalam mengambil keputusan dibedakan kedalam dua jenis karakter
yaitu, eksekutif yang memiliki karakter risk taker dan risk averse. Eksekutif yang memiliki karakter risk taker
memiliki keberanian lebih dalam menentukan suatu kebijakan meskipun risikonya tinggi. Sebaliknya eksekutif yang
memiliki karakter risk averse cenderung untuk menghindari resiko. menurut Dyreng et al (2010) menyebutkan
bahwa penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tentulah melibatkan pimpinan-pimpinan
perusahaan didalamnya sebagai pengambil keputusan. Budiman (2012) menemukan bukti bahwa eksekutif yang
memiliki karakter risk taker berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak perusahaan. Berdasarkan uraian
tersebut, hipotesis ketiga dari penelitian ini adalah:

H3 : Karakter eksekutif risk taker berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2011 – 2014. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria
sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011
sampai dengan tahun 2014.
2. Perusahaan sampel dikendalikan oleh perusahaan asing dengan presentase kepemilikian asing minimal 20%
atau lebih.
3. Perusahaan yang menjadi sampel tidak mengalami kerugian selama periode pengematan

Penelitian ini terdiri dari 1 variable dependen yaitu Transfer Pricing, 3 variable dependen yang terdiri dari
beban pajak, tunneling incentive dan karakter eksekutif, Perhitungan variable-variable tersebut sebagai berikut:

Transfer pricing : Menggunakan variable dummy, yaitu dengan memberi nilai satu apabila perusahaan sampel
melakukan penjualan kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan 0 apabila tidak melakukan penjualan.

Beban Pajak : Effective tax rate : Tax expenses – deferred tax expenses

Laba sebelum pajak

Tunneling Incentive : Persentase kepemilikan asing diatas 20%


Karakter Eksekutif (Risk): Risk =

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


a. Statistik Deskriptif.
b. Untuk mengetahui pengaruh setiap variabel yaitu beban pajak, tunneling incentive, karakter
eksekutif risk taker terhadap keputusan transfer pricng dapat digunakan metode analisis binary
logistic dengan persamaan regresi sebagai berikut :

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3+ β4 X4+ β5 X5+ e

Keterangan
Y = Transfer pricing
X1 = Beban pajak
X2 = Tunneling Incentive
X3 = Resiko perusahaan (coorporate risk) i pada t
X4 = Total perusahaan i pada tahun t
X5 = Perumbuhan penjualan perusahaan i pada t
β1,β2,β3,β4,β5 `= Koefisien regresi
α = Nilai Y bila X =0
e = error

HASIL DAN BAHASAN


Analisis statistik deskriptif

Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk mencari mean, standard deviation, nilai maksimum,
dan nilai minimum dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, seperti yang ditunjukkan dalam tabel
berikut ini.
Tabel
Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.Deviation


ETR 124 -.3164 .4050 .207409 .0939592
Tunneling 124 .260 1.000 .64640 .207112
Risk 124 .095 1.561 .42144 .223231
Size 124 14.084 41.633 26.81593 4.398467
Sales Growth 124 -.9056 1.2731 .149538 .2661431

Valid N (Listwise) 124

Berdasarkan tabel hasil statistik deskriptif untuk variable beban pajak menunjukan bahwa mean sebesar 0.207409
dan standar deviasi sebesar 0.0939592. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata,
menunjukan effective tax rate dari masing-masing perusahaan antar perusahaan sampel memiliki perbedaan besaran
yang hampir sama. Perusahaan dengan effective tax rate yang terendah sebesar -0.316 yaitu PT Asianplast Industries
Tbk dan yang terbesar 0.405, PT Indo Kordsa Tbk
Tabel statistik deskriptif diatas nilai rata-rata untuk variable tennuling incentive sebesar 0,64640 dan
standar deviasi sebesar 0,207112. Nilai standar deviasi yang lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata
menunjukan kepemilikan saham asing yang dimiliki oleh perusahaan sampel memiliki perbedaan yang relatif kecil.
Nilai minimum pada kepemilikan asing sebesar 0.260 yang dimiliki oleh PT Asiaplast Industries Tbk.
Hasil statistik deskriptif untuk variable resiko pada penelitian ini diukur menggunakan rumus akar kuadrat
dari income before tax ditambah accumulated depreciation dan amortization dibagi total aset. Resiko perusahaan
memiliki nilai rata-rata sebesar 0.42144 dan nilai standar deviasi sebesar 0.223231 . Nilai standar deviasi resiko
perusahaan yang lebih besar dibandingakan dengan nilai rata-ratanya menunjukan bahwa resiko antara perusahaan
memiliki perbedaan yang relatif kecil antar masing-masing sampel perusahaannya. Nilai terendah dari resiko
perusahaan sebesar 0.095 dan tertinggi sebesar 1.561, yaitu perusahaan PT Astra Auto Part Tbk
Variable size dalam penelitian ini di ukur dengan logaritma natural total aset perusahaan. Rata-rata ukuran
perusahaan adalah sebesar 26.81593 dan standar deviasi sebesar4.398467. Nilai standar deviasi yang lebihkecil,
menunjukan bahwa ukuran perusahaan pada sampel penelitian ini memiliki perbedaan yang hampir sama antar
masing-masing sampel perusahaan. Perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan tertinggi sebesar 41.633 adalah
Nippon Indosari Corporindo Tbk
Variable sales growth dalam penelitian ini diukur menggunakan tingkat penjualan tahun dikurang dengan
penjualan tahun sebelumnnya. Sales growth memiliki rata-rata sebesar 0.149538. Strandar deviasi sales growth
adalah sebesar 0.2661431. Nilai standar deviasi yang lebih besar menunjukan bahwa pertumbuhan penjualan pada
perusahaan sampel memiliki perbedaan yang relatif kecil antar masing-masing perusahaan. Perusahaan yang
memiliki pertumbuhan paling tinggi adalah PT Sumi Indo Kabel Tbk sebesar 1.273 PT Multi Bintang Indonesia
Tbk, sedangkan perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan terendah yaitu sebesar -0,9056 adalah PT Citra
Turbindo Tbk.

Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini digunakan untuk menunjukan pengaruh variable-variable independen yaitu beban
pajak, Tunneling Incentive, dan karakter eksekutif risk taker terhadap keputusan transfer pricing perusahaan.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik untuk melihat pengaruh variable-variable
independen terhadap variable dependen, cukup dengan melihat Variable in the equation, pada kolom Significant
dibandingkan dengan tingkat alpha 0,05 (5%). Apabila tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis (Ha)
yang diajukan dapat diterima. Berikut disajikan hasil Variables in the Equation
Tabel 4.11
Variable in the Equation
B Sig.
ETR 6.002 .025
Tunneling Incentive 2.960 .018
Risk -.511 .619
Size .042 .463
Sales Growth -2.101 .018
Contant -2.323 .204
Uji Hipotesis 1
Ha1: beban pajak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan
Berdasarkan tabel 4.11 diatas diketahui variable beban pajak (X1) mempunyai koefisien beta yang positif sebesar
6.002 terhadap keputusan transfer pricing dan nilai ρ-value (sig.) sebesar 0.025 < 0.05, maka H1 diterima yang
berarti pajak berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan.

Uji Hipoteis 2
Ha2: Tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan
Berdasarkan tabel 4.11 diatas diketahui variable tunneling incentive (X2) mempunyai koefisien beta yang
positif sebesar 2.960 terhadap keputusan transfer pricing dan nilai ρ-value (sig.) sebesar 0.018 < 0.05, maka H2
diterima yang berarti tunneling incentive berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing perusahaan.

Uji Hipotesis 3
Ha3 : Karakter eksekutif risk taker berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan
Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan pada tabel 4.11 diatas diketahui variable karakter eksekutif risk
taker(X3) mempunyaui koefisien beta yang negatif sebesar -0.511 terhadap keputusan transfer pricing dan nilai ρ-
value (sig.) sebesar 0.619 > 0.05, maka H3 ditolak yang berarti karakter eksekutif risk taker tidak berpengaruh
terhadap keputusan transfer pricing.
Variable Kontrol ukuran perusahaan
Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa variable kontrol ukuran perusahaan mempunyai
koefisien beta positif sebesar 0.042 terhadap keputusan transfer pricing dan nilai signifikan sebesar 0.463 yaitu >
0,05, sehingga variable kontrol ukuran perusahaan tidak berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan.

Variable Kontrol Sales Growth


Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, dapat dilihat pada tabel 4.11 diatas diketahui bahwa variable
kontrol sales growth mempunyai koefisien beta negatif
-2.101 terhadap keputusan transfer pricing dan nilai signifikan sebesar 0.018 > 0.050, sehingga variable kontrol
sales growth perusahaan berpengaruh terbalik, hal dikarenakan beta yang hasilnya negative

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hipotisis pertama (H1) yaitu, beban pajak berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukan nilai ρ-value (sig.) sebesar 0.025 < 0,50,
yang berarti H1 diterima, variable pajak berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing
perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniasin (2012), pengaruh
beban pajak terhadap keputusan transfer pricing didasarkan pada besarnya beban pajak yang harus dibayar
oleh perusahaan. Beban pajak yang semakin besar memici perusahaan untuk melakukan transfer pricing
dengan harapan dapat menekan beban tersebut.

2. Hipotesis kedua (H2) pada penelitian ini adalah tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan
transfer pricing perusahaan. Nilai ρ-value (sig.) sebesar 0.018 yang lebih kecil dari 0.050. Nilai sig yang
lebih kecil menandakan bahwa H2 diterima, variable tunneling incentive berpengaruh positif terhadap
keputusan transfer pricing perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
oleh Yuniasih (2012), Transaksi pihak terkait lebih umum digunakan untuk tujuan transfer kekayaan dari
pada pembayaran dividen, hal ini dikarenakan perusahaan yang terdaftar harus mendistribusikan dividend.

3. Hipotesis ketiga (H3) pada penelitian ini yaitu karakter eksekutif risk taker berpengaruh positif terhadap
keputusan transfer pricing. Dengan nilai (sig.) 0.619 yang lebih besar dari 0.050. Hasil hipotesis ketiga
ditolak, yang berarti karakter eksekutif tidak berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing pada
perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budimana(2012) hal
ini bias jadi dikarenakan Dimana pada penelitian sebelumnya sampel yang digunakan adalah perusahaan
non banking, credit agencies other than bank, securities, insurance dan investasi menurut klasifikasi ICMD.
Sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan perusahaan manufaktur.

4. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kontrol pertama, yaitu ukuran perusahaan (size) tidak
berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan transfer pricing dengan nilai ρ-value (sig.) sebesar 0.463

5. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kontrol kedua yaitu, tingkat pertumbuhan penjualan
(sales growth) berpengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing dengan nilai ρ-value (sig.)
sebesar 0.018. Dengan arah terbalik hal ini dikarenakan beta yang dihasilkan -2.101.

Keterbatasan dan Saran

Pada penelitian ini, penulis sadar bahwa masih memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan penelitian. Adapun
keterbatasan dan saran pada penelitian yang telah dilakukan antara lain:
1. Penelitian ini menghiasilkan koefisien determinasi sebesar 20%, dimana sisanya dapat dijelaskan oleh
variable-variable lain diluar penelitian. Variable lain yang mungkin dapat ditambahkan pada penelitian
berikutnya adalah mekanisme bonus (Yuniasih, 2012)
2. Proksi transfer pricing pada penelitian ini menggunakan dummy dimana apabila perusahaan melakukan
transaksi penjualan terhadap pihak yang memiliki hubungan istimewa diberi nilai 1 dan 0 apabila tidak
melakukan transaksi penjualan dengan perusahaan yang tidak memiliki hubungan istimewa. Oleh karnanya
untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan proksi lain apabila data yang tentang penjualan
kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan lebih rinci.

REFERENSI
Aharony, J., J. Wang, and H. Yuan. 2010. Tunneling as An Incentive for Earnings Management During The IPO
Process in China. Journal of Accounting and Public Policy. Vol. 29: 1-26.

Bhaumik, Simon and Gregoriou, Andros. (2009). Family Ownership, tunneling and earnings managemen. The
University of Michigan. 95

Burke, J. A. (2011). Re-Thinking First Principles of Transfer Pricing Rules. Virginia Tax Review, 30(3), 613-629.

Budiman, Judi. (2012) Pengaruh Karakteristik Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Thesis
Universitas Gajah Mada

Brundy, Edwin Pratama. (2014). Pengaruh pengawasan terhadap aktivitas tunneling. Universitas Atma Jaya
Yogyakarta

Colgan, P. Mc. 2001. “Agency Theory and Corporate Governance: A Review of the Literature From a UK
Perspective”. Working paper.

Darussalam, John Hutagaol, Danny Seprtriadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Perpajakan Internasional, Jakarta: PT
Dimensi

Darussalam, Danny Septriadi, B.Bawono Kristiaji. (2013). Transfer Pricing: Ide, Strategi, dan Panduan Praktis
dalam Perspektif Pajak Internasional, Jakarta:Danny Darussalam Tax Center

Dyreng, Scot D., Hanlon. Michelle., and Edward L. Maydew. 2010. The Effect of Executives on Corporate Tax
Avoidance. The Accounting Review, Vol. 85 pp 116-1189.

Gunadi. (2007). Pajak Internasional. Jakarta : LPFEUI.

Gunadi. (2013). Panduan komperhensif Pajak Penghasilan.Jakarta:MUC Consalting Group

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 21. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

Handayani, Cahyaning Dewi, Muhamad Abdul Aris, Mujiyati. (2015). Pengaruh Return On Assets, Karakter
Eksekutif dan dimensi Tata Kelola Perusahaan yang baik terhadap Tax Avoidance. Syariah paper Accounting FEB
UMS.

Holmes. (2007). International Tax Policy and Double Tax Treaties: An Introduction to Principle and Aplication :
IBDF Publiction BV

Hutagaol, John. (2012). Peran Akuntan Manajemen dalam Strategi Transfer Pricing dan Aspek Perpajakan. Jurnal
Perpajakan Indonesia. 2(1). 12-15

Husen, Sharifuddin. (2011). Masalah Transfer Pricing dalam Praktek Perpajakan. Jurnal Ekonomi (Kajian Ekonomi,
Manajemen dan Akuntansi). N0.1/Th.XX/Januari-Maret 2011
Juan, Ng Eng dan Wahyuni, Ersa Tri (2012). Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan-Berbasis IFRS. Edisi 2.
Penerbit Salemba Empat

Kurniawan, Anang Mury. (2014). Transfer Pricing untuk Kepentingan Pajak. Yogyakarta. Penerbit Andi

Lingga, Ita Salsalina. (2012). Aspek perpajakan dalam Transfer Pricing dan Problematika penghindaran pajak (Tax
Avoidance). Jurnal Zenit. 1(3), 210-221

Lo, A. W. Y., Wong, R. M. K., & Firth, M. (2010). Tax, Financial Reporting,and Tunneling Incentives for Income
Shifting: An Empirical Analysis of the Transfer Pricing Behavior of Chinese-Listed Companies. The Journal of the
American Taxation Association, 32(2), 1–26. doi:10.2308/jata.2010.32.2.1

Lohse, Theresa dan Riedel, Nadine. (2012). The impact of transfer pricing regulation on profit shifting with Europen
multinational. FZID Papers,No 61-2012. University of Hohenheim

Low,Anggie.(2006).Managerial Risk-Taking Behavior and Equity-Based Compensation,Fisher College of Business


Working Paper, 03-003

Mutaminah. (2008). Tunneling atau Value Added dalam Strategi Merger dan Akuisisi di Indonesia. Manajemen &
Bisnis. Vol. 7, No. 1.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-32/PJ/2011 tentang tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa
(Related Party).

Pohan, Chairil Anwar. (2014). Manajemen perpajakan: Strategi perencanaan pajak dan bisnis.Jakarta:Gramedia

Pricewaterhouse Coopers. (2012). International Transfer Pricing 2011.PwC

Prof.Dr.P.J.A. Andriani. (2010). Ekonomi pembangunan, Edisi III dan IV. Yogyakarta: BPPEE Universitas Gajah
Mada.

Pranata, Febri Mashudi, Dwi Fitri Puspa, Herawati. (2015). Pengaruh karakter eksekutif dan Coorporate Governance
terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akutansi. Universitas Bung Hatta

Rahayu, Ning. (2010). Praktik Penghindaran Pajak oleh Foreign Direct Investment Berbentuk Perseroan Terbatas
Penanaman Modal Asing. Jurnal Akuntansi. Universitas Indonesia

Resmi, Siti. (2014). Perpajakan: Teori dan Kasus. Yogyakarta. Gramedia

Saham, K., Dan, E., Risiko, P., & Hanafi, U. (2014). Analisis pengaruh kompensasi eksekutif, kepemilikan saham
eksekutif dan preferensi risiko eksekutif terhadap penghindaran pajak perusahaan, 3, 1–11.

Sari, Candra Ratna.(2012). Pengendalian resiko Tunneling pada transaksi marger dan akuisisi dan mekanisme Good
Coorporate Governance :Bukti Empiris di Asia. Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia, 9(2), 53-71

Sari, Candra Ratna.(2012).Tunneling dan model prediksi: Bukti Empiris pada transaksi dengan pihak
berelasi.Disertasi S3.Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Santosa, Iman.(2004). Advance Pricing Agreement dan Problematika Transfer Pricing Dari Perspektif Perpajakan
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 6 (2), Nopember 2004: hal 123-139.

Setiawan, Hadi.(2014). Transfer Pricing dan Resikonya Terhadap Penerimaan


Negara.22Mei2015.http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/2014_kajian_pprf_Transfer%20Pricing%20dan%
20Risikonya%20Terhadap%20Penerimaan%20Negara.pdf

Swenson, D. L. 2001. Tax Reforms and Evidence of Transfer Pricing. National Tax Journal. Vol. LIV, No. 1, 7-25.
Suandy, Erly. (2011). Perencanaan Pajak, Jakarta: Salemba Empat

OEDC. (2010). OEDC Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax Administration. Paris:
OECD Publishing

Wittendorff, Jens. (2010). Transfer Pricing and the Arm's Length Principle in International Tax Law: Kluwer Law
International

Wong, Raymond M.K, Jeong-Bon Kim and Agnes W.Y.Lo. (2015). Are Related-Party Sales Value-Adding or
Value-Destroying? Evidance from Cina. Journal of International Financial Management & Accounting 26:. John
Wiley&Son Ltd

Yuniasih,Ni Wayan, Ni Ketut Rasmini, Made GedeWirakusuma. (2012). Pengaruh Pajak dan Tunnling Incentive
pada keputusan Transfer Pricing Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia. Simposium
Akutansi Nasional 2013.

____________. Undang-undang pph http://www.pajak.go.id/sites/default/files/UU-PPh-001-13-


UU%20PPh%202013-00%20Mobile.pdf . diakses pada 5 jan 2015 12.28

___________. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

___________ .PSAK No 7 Revisi 2009 Tentang Pihak-pihak yang memiliki Hubungan Istimewa

___________.Undang-Undang No 8 Tahun 2007 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Anda mungkin juga menyukai