Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM III

STRUKTUR SEL DAN HEMOLISIS ERITROSIT


I. TUJUAN
a. Mampu mengetahui struktur normal dari eritrosit pada berbagai
spesies vertebrata.
b. Mampu memahami dinamika osmolaritas eritrosit pada berbagai
konsentrasi cairan ekstraselur.
c. Mampu mengetahui efek hemolisis beberapa senyawa kimia
terhadap eritrosit

II. DASAR TEORI


Darah merupakan komponen dalam sistem sirkulasi yang berperan
penting dalam mendistribusikan berbagai senyawa esensial yang
dibutuhkan tubuh. Darah hewan Vertebrata terdiri atas sel-sel darah yang
tersuspensi di dalam plasma dan beredar menuju organ-organ tubuh.
Unsur seluler atau sel darah terbagi menjadi sel darah merah (eritrosit),
sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Bentuk, ukuran,
dan persentase jumlah eritrosit dan leukosit berbeda untuk setiap jenis
hewan Vertebrata (Smith and Jarecki, 2011). Eritrosit Mamalia diketahui
tidak memiliki inti sel, namun tidak demikian dengan eritrosit hewan dari
kelas Pisces, Amphibia, Reptilia, dan Aves yang memiliki inti. Demikian
pula dengan jumlah dan tipe sel leukosit yang memiliki gambaran
berbeda untuk tiap jenis hewan.
Eritrosit merupakan salah satu komponen seluler darah yang sangat
esensial terutama terkait dengan perannya dalam transportasi oksigen
(dengan adanya hemoglobin). Secara struktural, eritrosit vertebrata
bervariasi berdasarkan kelas masing-masingnya. Perbedaan tersebut
meliputi ukuran, bentuk, keberadaan nukleus dan ketegaran selnya.
Mamalia merupakan vertebrata yang memiliki eritrosit relatif kecil dan
tidak berinti setelah menjadi eritrosit dewasa dalam sistem peredaran.
Sedangkan eritrosit amphibi, pisces, reptil dan aves berukuran relatif
besar dan memiliki nukleus.

1
Sebagai sel hewan, eritosit memiliki dinamika osmolaritas yang
sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan gradien konsentrasi di
sitoplasma dan di luar sel. Secara umum, konsentrasi osmolaritas dalam
sitoplasma sel hewan adalah 0.9% (diukur berdasarkan persentase NaCl).
Jika larutan ekstraseluer memiliki konsentrasi lebih tinggi maka
sitoplasma bersifat hipotonik sehingga air dari sitoplasma akan
berosmosis keluar sel dan sel akan mengkerut. Sebaliknya, jika larutan
di luar sel lebih rendah konsentrasinya maka sitoplasma bersifat
hipertonis sehingga air dari luar sel akan berosmosis ke dalam sel dan sel
akan membesar.
Beberapa senyawa kimia seperti formaldehid, alkohol, dan asam
asetat dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada struktur membran
sel sehingga menyebabkan pecahnya sel (hemolisis). Hemolisis eritrosit
ditandai dengan keluarnya hemoglobin dari dalam eritrosit sehingga
larutan akan menjadi lebih merah. Hemolisis juga terjadi karena larutnya
membran yang tersusun dari lipid oleh senyawa-senyawa kimia yang
dapat melarutkan lipid (hemolisis kimia). Pada praktikum ini,
menggunakan 5 spesies vertebrata dari kelas yang berbeda untuk diambil
sampel darahnya.

III. ALAT DAN BAHAN :


Praktikum 1. Struktur Eritrosit vertebrata
 Alat
1. Alat bedah
2. Jarum suntik
3. Mikroskop
4. Pipet tetes
5. Kaca objek
6. Cover glass
7. Botol sampel darah
 Bahan
1. EDTA 10%

2
2. NaCl 0,9 %
3. Beberapa spesies vertebrata
a. (Ikan komet : Carassius aurotus)
b. (Kodok : Bufo sp.)
c. (Kadal kebun : Mabouya multifaciata)
d. (Ayam : Gallus gallu)
e. (Mencit : Mus musculus)

Praktikum 2. Dinamika Osmolaritas Eritrosit


 Alat
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Objek glass
4. Cover glass
5. Botol sampel darah
 Bahan
1. Sampel darah yang telah dikoleksi pada praktikum sebelumnya
2. NaCl dengan beberapa konsentrasi (0.3%, 0.6%, 0.9%, 1.2%, 2%)

Praktikum 3. Hemolisis Darah


 Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Gelas ukur
 Bahan
1. Sampel darah
2. Etanol
3. Kloroform
4. Eter
5. Formalin

3
6. NaCl 0,9%

IV. PROSEDUR KERJA


A. Struktur Eritrosit Vertebrata
1. Melakukan koleksi sampel darah dari hewan percobaan sesuai
dengan objek yang digunakan.
2. Mengambil sampel darah dengan menggunakan jarum suntik yang
telah dibilas dengan EDTA 10% dan ditampung dalam botol sampel
yang juga telah dibilas dengan EDTA.
3. Meneteskan setetes darah pada kaca objek dan menetesi dengan 3
tetes NaCl 0.9%, menutup dengan cover glass lalu mengamati
strukturnya pada mikroskop hingga perbesaran optimal.
4. Memperhatikan dan menggambar struktur eritrosit yang terlihat,
membandingkan dengan spesies - spesies vertebrata lainnya.
B. Dinamika Osmolaritas Eritrosit
1. Menyediakan lima kaca objek yang berbeda lalu meneteskan setetes
sampel darah pada masing-masing kaca objek tersebut.
2. Selanjutnya meneteskan 3 tetes NaCl dengan konsentrasi berbeda
untuk kaca objek yang berbeda.
3. Menutup dengan cover glass dan membiarkan beberapa menit.
4. Kemudian mengamati struktur eritrosit pada mikroskop dengan
perbesaran optimal.
5. Memperhatikan perubahan yang terjadi pada eritrosit terutama
ukurannya lalu menggambarkan pada lembar kerja praktikum dan
menginterpretasikan peristiwa fisiologis apa yang sebenarnya terjadi
dan bagaimana mekanismenya.

C. Hemolisis Darah
1. Menyediakan 5 tabung reaksi berbeda dan beri label I sampai V.
2. Memasukkan masing-msing 2.5 ml NaCl 0.9% ke dalam tabung
tersebut dan teteskan 2 tetes suspensi darah dari hewan percobaan.

4
3. Kemudian memasukkan 2.5 ml senyawa berikut ini pada masing-
masing tabung yang berbeda yaitu etanol pada tabung II, kloroform
pada tabung III, formalin pada tabung IV dan eter pada tabung V.
4. Membiarkan selama 30 menit lalu mengamati proses yang terjadi
dan membandingkan efek hemolisis yang disebabkan oleh masing-
masing senyawa tersebut.
5. Mencatat hasil pengamatan anda di lembar kerja dan
menginterpretasikan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Pengamatan Struktur Eritrosit pada Spesies Vertebrata

No Nama Foto Sketsa Gambar Keterangan


Pengamatan Salinan
1. Struktur sel
pisces

2 Struktur sel
amphibia

3. Struktur sel
reptilian

5
Konsentrasi NaCl

Hewan Vertebrata 0,3% 0,6% 0,9% 1,2% 2%


-
Pisces ++ ++ + +
-
Amphibia ++ ++ + +
-
Reptilia ++ ++ + +
-
Aves ++ ++ + +
-
Mammalia ++ ++ + +
4. Struktur sel
aves

5. Struktur sel
mammalia

Tabel 2. Pengamatan Dinamika Osmolaritas Eritrosit

Keterangan : ++ (membesar), + (mengkerut), - (tidak terjadi perubahan)

Tabel 3. Pengamatan Efek Hemoisis Eritrosit

Perlakuan Zat
Hewan
Awal Akhir
Vertebrata
Etanol kloroform formalin etanol kloroform formalin
Pisces + + + + + +
Amphibia + + + + + +
Reptilia + + + + + +
Aves + + + + + +

6
Mammalia + + + + + +
Keterangan : + (hemolisis), - (tidak hemolisis)

B. PEMBAHASAN

Eritrosit tersusun oleh air sebanyak 60% dan sisanya 40% terdiri dari
protein konjugasi yang berbentuk globin dan heme. Pigmen ini biasa disebut
hemoglobin. Ukuran sel darah merah pada hewan berbeda-beda antara
spesies satu dengan yang lain. Eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf,
cekung pada kedua sisinya, seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak
belakang jika dilihat dari samping. Morfologi sel darah merah yang normal
adalah bikonkaf. Cekungan pada eritrosit digunakan untuk memberikan
ruang pada hemoglobin yangakan mengikat oksigen. Pada umumnya sel
darah merah yang tidak berinti mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan
dengan sel darah merah yang berinti. Sel darah merah yang ukurannya
paling besar terdapat pada hewan amfibia. Bentuk dan ukuran sel darah
merah tergantung dari jenis hewan. Pada mamalia sel darah merahnya tidak
mempunyai inti, bentuknya bulat (kecuali pada camellidae bentuknya
lonjong) dan bikonkaf. Sel darah merah pada kebanyakan vertebrata yang
lain mempunyai bentuk lonjong, berinti dan bikonfeks.

Ikan lele ( Clarias sp) memiliki sel darah merah (eritrosit) berinti
dengan bentuk dan ukuran bervariasi. Sel darah merah pada ikan bentuknya
oval dan terdapat inti sel. Eritrosit amfibi kodok (Rana sp.) berbentuk
cakram bulat panjang dan memiliki inti sel dengan bentuk oval. Sel darah
atau eritrosit pada kadal (Maboya multifasciata) berbentuk
oval dan memiliki inti sel yang oval. Pada darah Ayam (Gallus gallus)
terlihat adanya inti pada sel darah merah dengan bentuk oval. Pada
mamalia (Mus musculus) sel darah merah mamalia memiliki bentuk yang
sama seperti pada manusia yakni bikonkav dan tidak adanya inti.

Dari hasil pengamatan dinamika osmolaritas eritrosit dapat


mengetahui pengaruh macam-macam kosentrasi larutan NaCl terhadap sel
darah merah: Sel darah pada objek glass bersama larutan NaCl 0,3%

7
menghasilkan sel darah merah yang mengembang dari ukuran normalnya
itu menandakan larutan NaCl 0,3% tersebut adalah larutan hipotonis
sehingga menyebabkan air pada larutan NaCl masuk ke dalam sel darah
merah dan akhirnya sel darah merah menjadi membesar atau
mengembang. Sel darah pada objek glass yang diberi larutan NaCl 0,6%
akan menghasilkan sel darah yang mengembang sama seperti pada
pemberian NaCl 0,3% dikarenakan larutan NaCl 0,6% termasuk larutan
hipotonis sehingga menyebabkan air pada larutan NaCl masuk ke dalam sel
darah merah menjadi mengembang.

Pada pemberian NaCl 0,9% pada sel darah akan menghasilkan sel
darah merah yang tetap ukurannya normal karena larutan NaCl 0,9% adalah
larutan isotonis, yang di maksud larutan isotonis adalah larutan didalam dan
diluar sel sama kosentrasinya sehingga ukuran eritrosit tetap normal. Sel
darah pada objek glass yang diberi larutan NaCl 1,2% akan menghasilkan
sel darah merah yang mengkerut dari ukuran normalnya di karenakan cairan
NaCl 1,2% merupakan cairan hipertonis, sehingga menyebabkan air pada
sel darah merah keluar menuju larutan NaCl yang kosentrasinya lebih
tinggi. Sel darah pada objek glass yang diberi larutan NaCl 2% akan
menghasilkan sel darah yang mengkerut sama seperti pada pemberian NaCl
1,2% dikarenakan larutan NaCl 2% merupakan cairan hipertonis, sehingga
menyebabkan air pada sel darah merah keluar menuju larutan NaCl yang
kosentrasinya lebih tinggi.

Sel darah merah yang berada di luar cairannya dapat mempertahankan


bentuknya apabila dimasukkan dalam cairan yang isotonis dengan
sitoplasmanya. Apabila sel darah merah berada di dalam cairan yang
hipertonis maka sel darah merah akan mengalami pengerutan (krenasi),
apabila sel darah merah berada dalam cairan yang bersifat hipotonis maka
sel akan pecah dan hemoglobin akan ke luar (hemolisis).

Hemolisis adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel


darah menuju cairan di sekelilingnya, keluarnya hemoglobin ini disebabkan
karena pecahnya membran sel darah merah.Membran sel darah termasuk

8
membran yang permeabel selektif. Membran sel darah merah mudah dilalui
atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan
substansi seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya sel
darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat
organik, hemoglobin dan protein plasma.

Ada dua macam hemolisis yaitu hemolisis osmotik yang terjadi


karena adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan didalam
sel darah merah dengan cairan yang berada disekeliling sel darah merah.
Yang kedua, hemolisis kimiawi membran sel darah merah dirusak oleh
macam-macam substansi kimia. Seperti, kloroform, aseton, alkohol,
benzena dan eter, substansi lain.

Pada pengamatan hemolisis eritrosit yang disebabkan oleh substansi


kimia seperti larutan kloroform, formalin dan etanol pada 30 menit awal
sudah mengalami hemolisis dimana ditandai dengan keluarnya hemoglobin
dari dalam eritrosit sehingga larutan akan menjadi lebih merah. Hal itu dapat
terjadi karena membran eritrosit bersifat permeable selektif yang berarti
dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu. Dimana larutan tersebut
merusak medium eritrosit yang dapat merusak membran eritrosit (termasuk
membran sel yang lain. Kemudian setelah 30 menit terakhir diamati larutan
tetap mengalami hemolisis yang ditandai dengan keluarnya hemoglobin dari
dalam eritrosit sehingga larutan akan menjadi lebih merah dan pengamatan
struktur sel yang mengalami perubahan bentuk.

VI. JAWABAN PERTANYAAN :


1. Berdasarkan hasil praktikum tersebut larutan yang paling baik sebagai
larutan fiksatif adalah larutan NaCl 0,9% karena larutan NaCl 0,9%
adalah larutan isotonis, yang di maksud larutan isotonis adalah larutan
didalam dan diluar sel sama kosentrasinya sehingga ukuran eritrosit tetap
normal.
2. Bagaimana proses hemolisis yang terjadi pada setiap kelompok
perlakuan?

9
Proses hemolisis pada larutan formalin, klororform, dan etanol dengan cara

Membran eritrosit bersifat permeable selektif yang berarti dapat ditembus


oleh air dan zat-zat tertentu. Dimana larutan tersebut merusak medium
eritrosit yang dapat merusak membran eritrosit (termasuk membran sel yang
lain.

VII. SIMPULAN
1. Struktur eritrosit vertebrata bervariasi berdasarkan clasisnya masing-
masing. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi ukuran, bentuk dan
keberadaan nukleusnya.
2. Pada pengamatan dinamika osmoalritas eritrosit, sedangkan eritrosit
membesar atau mengembang pada konsentrasi larutan 0,3% dan 0,6%,
sedangkan pada konsentrasi larutan 1,2% dan 2% eritrosit
mengkerut(krenasi) dan pada konsentrasi larutan 0,9% eritrosit tidak
mengalami perubahan.
3. Hemolisis dapat terjadi disebabkan oleh bahan-bahan kimiawi dimana
membran sel darah merah dirusak oleh macam-macam substansi kimia
pada larutan klororfom, etanol, dan formalin

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Rousdy, D. W. dan Linda, R. (2018) Hematologi Perbandingan Hewan


Vertebrata. Vol.7, No 1, Program Studi Biologi, Fakultas
MIPA, Universitas Tanjungpura. Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/326649764_HEMA
TOLOGI_PERBANDINGAN_HEWAN_VERTEBRATA_L
ELE_Clarias_batracus_KATAK_Rana_sp_KADAL_Eutropi
s_multifasciata_MERPATI_Columba_livia_DAN_MENCIT
_Mus_musculus pada tanggal 4 November 2018 pukul 11.00
Wita.
Nursholeh. 2011. Laporan Anatomi dan Fisiologi Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Jambi. Jambi Penerbit Universitas
Udayana. Bukit Jimbaran.
Nursholeh. 2013. Laporan Praktikum Hemolisis. Diakses dari http://
http://nursholehfapetunja.blogspot.co.id/2013/05/hemolisis-

10
laporan-praktikum-hemolisis.html. pada tanggal 4 oktober
2016 di singaraja
Oka Riawan, I Made, dkk. 2016. Penunutun Praktikum Fisiologi
Hewan. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Penetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha:
Singaraja.
Saiful. 2015. Praktikum Darah Makroskopik dan Mikroskopik. Diakses
darihttp://saifulgayobandung.blogspot.co.id/2015/12/praktiku
m darah makroskopik dan mikroskopik.html. Pada tanggal 3
November 2018 di singaraja

11

Anda mungkin juga menyukai