1
Sebagai sel hewan, eritosit memiliki dinamika osmolaritas yang
sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan gradien konsentrasi di
sitoplasma dan di luar sel. Secara umum, konsentrasi osmolaritas dalam
sitoplasma sel hewan adalah 0.9% (diukur berdasarkan persentase NaCl).
Jika larutan ekstraseluer memiliki konsentrasi lebih tinggi maka
sitoplasma bersifat hipotonik sehingga air dari sitoplasma akan
berosmosis keluar sel dan sel akan mengkerut. Sebaliknya, jika larutan
di luar sel lebih rendah konsentrasinya maka sitoplasma bersifat
hipertonis sehingga air dari luar sel akan berosmosis ke dalam sel dan sel
akan membesar.
Beberapa senyawa kimia seperti formaldehid, alkohol, dan asam
asetat dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada struktur membran
sel sehingga menyebabkan pecahnya sel (hemolisis). Hemolisis eritrosit
ditandai dengan keluarnya hemoglobin dari dalam eritrosit sehingga
larutan akan menjadi lebih merah. Hemolisis juga terjadi karena larutnya
membran yang tersusun dari lipid oleh senyawa-senyawa kimia yang
dapat melarutkan lipid (hemolisis kimia). Pada praktikum ini,
menggunakan 5 spesies vertebrata dari kelas yang berbeda untuk diambil
sampel darahnya.
2
2. NaCl 0,9 %
3. Beberapa spesies vertebrata
a. (Ikan komet : Carassius aurotus)
b. (Kodok : Bufo sp.)
c. (Kadal kebun : Mabouya multifaciata)
d. (Ayam : Gallus gallu)
e. (Mencit : Mus musculus)
3
6. NaCl 0,9%
C. Hemolisis Darah
1. Menyediakan 5 tabung reaksi berbeda dan beri label I sampai V.
2. Memasukkan masing-msing 2.5 ml NaCl 0.9% ke dalam tabung
tersebut dan teteskan 2 tetes suspensi darah dari hewan percobaan.
4
3. Kemudian memasukkan 2.5 ml senyawa berikut ini pada masing-
masing tabung yang berbeda yaitu etanol pada tabung II, kloroform
pada tabung III, formalin pada tabung IV dan eter pada tabung V.
4. Membiarkan selama 30 menit lalu mengamati proses yang terjadi
dan membandingkan efek hemolisis yang disebabkan oleh masing-
masing senyawa tersebut.
5. Mencatat hasil pengamatan anda di lembar kerja dan
menginterpretasikan.
2 Struktur sel
amphibia
3. Struktur sel
reptilian
5
Konsentrasi NaCl
5. Struktur sel
mammalia
Perlakuan Zat
Hewan
Awal Akhir
Vertebrata
Etanol kloroform formalin etanol kloroform formalin
Pisces + + + + + +
Amphibia + + + + + +
Reptilia + + + + + +
Aves + + + + + +
6
Mammalia + + + + + +
Keterangan : + (hemolisis), - (tidak hemolisis)
B. PEMBAHASAN
Eritrosit tersusun oleh air sebanyak 60% dan sisanya 40% terdiri dari
protein konjugasi yang berbentuk globin dan heme. Pigmen ini biasa disebut
hemoglobin. Ukuran sel darah merah pada hewan berbeda-beda antara
spesies satu dengan yang lain. Eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf,
cekung pada kedua sisinya, seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak
belakang jika dilihat dari samping. Morfologi sel darah merah yang normal
adalah bikonkaf. Cekungan pada eritrosit digunakan untuk memberikan
ruang pada hemoglobin yangakan mengikat oksigen. Pada umumnya sel
darah merah yang tidak berinti mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan
dengan sel darah merah yang berinti. Sel darah merah yang ukurannya
paling besar terdapat pada hewan amfibia. Bentuk dan ukuran sel darah
merah tergantung dari jenis hewan. Pada mamalia sel darah merahnya tidak
mempunyai inti, bentuknya bulat (kecuali pada camellidae bentuknya
lonjong) dan bikonkaf. Sel darah merah pada kebanyakan vertebrata yang
lain mempunyai bentuk lonjong, berinti dan bikonfeks.
Ikan lele ( Clarias sp) memiliki sel darah merah (eritrosit) berinti
dengan bentuk dan ukuran bervariasi. Sel darah merah pada ikan bentuknya
oval dan terdapat inti sel. Eritrosit amfibi kodok (Rana sp.) berbentuk
cakram bulat panjang dan memiliki inti sel dengan bentuk oval. Sel darah
atau eritrosit pada kadal (Maboya multifasciata) berbentuk
oval dan memiliki inti sel yang oval. Pada darah Ayam (Gallus gallus)
terlihat adanya inti pada sel darah merah dengan bentuk oval. Pada
mamalia (Mus musculus) sel darah merah mamalia memiliki bentuk yang
sama seperti pada manusia yakni bikonkav dan tidak adanya inti.
7
menghasilkan sel darah merah yang mengembang dari ukuran normalnya
itu menandakan larutan NaCl 0,3% tersebut adalah larutan hipotonis
sehingga menyebabkan air pada larutan NaCl masuk ke dalam sel darah
merah dan akhirnya sel darah merah menjadi membesar atau
mengembang. Sel darah pada objek glass yang diberi larutan NaCl 0,6%
akan menghasilkan sel darah yang mengembang sama seperti pada
pemberian NaCl 0,3% dikarenakan larutan NaCl 0,6% termasuk larutan
hipotonis sehingga menyebabkan air pada larutan NaCl masuk ke dalam sel
darah merah menjadi mengembang.
Pada pemberian NaCl 0,9% pada sel darah akan menghasilkan sel
darah merah yang tetap ukurannya normal karena larutan NaCl 0,9% adalah
larutan isotonis, yang di maksud larutan isotonis adalah larutan didalam dan
diluar sel sama kosentrasinya sehingga ukuran eritrosit tetap normal. Sel
darah pada objek glass yang diberi larutan NaCl 1,2% akan menghasilkan
sel darah merah yang mengkerut dari ukuran normalnya di karenakan cairan
NaCl 1,2% merupakan cairan hipertonis, sehingga menyebabkan air pada
sel darah merah keluar menuju larutan NaCl yang kosentrasinya lebih
tinggi. Sel darah pada objek glass yang diberi larutan NaCl 2% akan
menghasilkan sel darah yang mengkerut sama seperti pada pemberian NaCl
1,2% dikarenakan larutan NaCl 2% merupakan cairan hipertonis, sehingga
menyebabkan air pada sel darah merah keluar menuju larutan NaCl yang
kosentrasinya lebih tinggi.
8
membran yang permeabel selektif. Membran sel darah merah mudah dilalui
atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan
substansi seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya sel
darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat
organik, hemoglobin dan protein plasma.
9
Proses hemolisis pada larutan formalin, klororform, dan etanol dengan cara
VII. SIMPULAN
1. Struktur eritrosit vertebrata bervariasi berdasarkan clasisnya masing-
masing. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi ukuran, bentuk dan
keberadaan nukleusnya.
2. Pada pengamatan dinamika osmoalritas eritrosit, sedangkan eritrosit
membesar atau mengembang pada konsentrasi larutan 0,3% dan 0,6%,
sedangkan pada konsentrasi larutan 1,2% dan 2% eritrosit
mengkerut(krenasi) dan pada konsentrasi larutan 0,9% eritrosit tidak
mengalami perubahan.
3. Hemolisis dapat terjadi disebabkan oleh bahan-bahan kimiawi dimana
membran sel darah merah dirusak oleh macam-macam substansi kimia
pada larutan klororfom, etanol, dan formalin
10
laporan-praktikum-hemolisis.html. pada tanggal 4 oktober
2016 di singaraja
Oka Riawan, I Made, dkk. 2016. Penunutun Praktikum Fisiologi
Hewan. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Penetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha:
Singaraja.
Saiful. 2015. Praktikum Darah Makroskopik dan Mikroskopik. Diakses
darihttp://saifulgayobandung.blogspot.co.id/2015/12/praktiku
m darah makroskopik dan mikroskopik.html. Pada tanggal 3
November 2018 di singaraja
11